You are on page 1of 10

REVIEW JURNAL

Judul Jurnal : 1. Macromolecular Nomenclature Note. 22

(www.polyacs.org/uploaded/files/mnn22.pdf) 2. Polyethyleneglycols (PEGs) and The Pharmaceutical Industry

(www.clariant.com/.../Polyethylene_glycols_(PEG.) Pembahasan : Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana. nama ini diturunkan dari bahasa Yunani Poly, yang berarti banyak, dan mer, yang berarti bagian. Makromolekul merupakan istilah yang sinonim dengan polimer. Polimer sintesis dari molekul-molekul sederhana yang disebut monomer. Tatanama untuk polimer cukup rumit karena beberapa alasan. Pertama, banyak nama polimer yang didasarkan atas nama-nama monomernya yang sesuai, dan meskipun sistem berdasar-sistem ini diterima luas, seseorang sering menghadapi variasi-variasi susunan. Kedua, meskipun Macromolecular

Nomenclature Commision dari International Union of Pure and Applied Chemistry dengan keberanian terobosan-terobosan baru telah berjuang keras menghadapi kompleksitas struktur polimer dan telah mengusulkan dengan sempurna kaidah-kaidah yang logis, namun sistem IUPAC tersebut tidak digunakan secara luas, kecuali dalam karya-karya referensi. Ketiga, beberapa struktur polimer sedemikian rumit, teristimewa ketika terdapat percabangan dan ikatan silang, sehingga penamaan mereka menentang semua aturan yang telah dibuat. Kerumitan tersebut dapat diperkuat dengan penjelasan artikel jurnal yang berjudul Macromolecular Nomenclature Note No.22 dengan topik 3 yaitu Graphic Representations of Polymers-The Conflict Between Polymerization Mechanics and Guidelines. Pada tahun 1968, American Chemical Society mengusulkan

struktur dasar pada tatanama dan representasi bagi polimer linier dimana memiliki unit struktural berulang (SRU) diberi nama dari kiri ke kanan. Hal tersebut juga mencakup bagi sistem cincin heterosiklik, asiklik heteroatom, cincin karbosiklik dan rantai karbon asiklik. Hal terpenting dari penamaan tersebut adalah setiap subtituen melekat pada cincin atau rantai diharuskan penomoran cincin atau rantai pada angka sekecil mungkin. Hasil rekomendasi IUPAC untuk unit struktural berulang atau SRU tersebut, IUPAC lebih mengacu pada unit konstutional yang berulang (CRU) yang telah memiliki dokumen dan dipublikasi. Contohnya adalah polypropylene dan polystyrene yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini

\ Berdasarkan gambar struktur diatas ditunjukkan pada gambar 1, penamaannya poly(1-methylethylene) dan gambar 3, penamaannya poly(1-phenylethylene) dengan penomoran paling rendah atau disebut locant pada 1- yang merupakan subtituennya, tetapi bukan pada gambar 2 dan 4. Pada gambar 5 dibawah ini akan ditunjukkan struktur polyamide 66 (nylon 66) yaitu

Aturan penamaan nylon 66 diatas berdasarkan RU (Repeating Unit) adalah 1. Mulai dari salah satu heteroatom 2. Lanjutkan dengan jalur paling singkat pada heteroatom lain 3. Setelah nomer 2 menawarkan 2 kemungkinan, dilanjutkan dengan jalur yang lebih tersubstitusi.

Sayangnya, aturan ini sering menimbulkan masalah pada proses kimia dalam sintesis polimer. Belajar dari banyaknya artikel dan bahasan, yang membahas tentang tatanama, ataupun pada ensiklopedia dan buku teks yang dicatat oleh para ilmuwan sains dalam kajian polimer menunjukkan bahwa lebih mengarah pada struktur polimer yang termasuk polimer rantai daripada sesuai aturan. Hal ini menimbulkan adu pendapat jika disesuaikan dengan aturan yang ada akan menbuat siswa bingung tentang penamaan polimer, padahal mereka sudah mendapat masalah untuk bagaimana memahami kimia polimer itu sendiri. Pada artikel jurnal ini dibahas juga beberapa jenis polimer yaitu polystyrene dan polyamide 66 (nylon 66), berikut ini penjelasannya: Polystyrene Polimerisasi radikal bebas stirena untuk membentuk polistiren yang biasanya berlangsung dari reaksi stirena dengan sebuah inisiator radikal bebas (R), dan membentuk rantai yang seperti yang telah dipaparkan pada ensiklopedia maupun buku teks.

Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa gambar struktur yang biasa ditemukan didalam buku atau ensiklopedia. Telah diketahui bahwa atom karbon radikal sekunder lebih stabil daripada karbon radikal primer sehingga banyak ditemukan strukturnya seperti gambar 6 daripada gambar 7. Polyamide 66 (nylon 66) Pada poliamida ini dibentuk dari asam hexanediol (asam adipat) dan 1,6hexandiamin yang biasa ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Pada kedua gambar tersebut telah menunjukkan gugus yang berasal dari komonomer utuh dalam rantai setelah molekul air dieliminasi pada proses polikondensasi. Karena adanya beda pendapat tersebut diperlukan adanya pemecahan masalah sehingga untuk mendamaikan kedua kubu yang berlawanan ini diperlukan pernyataan sebagai berikut : Representasi struktur polimer yang benar adalah mengikuti

pedoman/aturan yang ada. Struktur polimer tidak secara langsung terkait dengan mekanisme polimerisasi. Hal ini dapat membuat peneliti maupun pengguna informasi ini baik siswa maupun pendidik berkaitan dengan tatanama dan struktur polimer dapat memakai salah satu langkah tersebut. Setelah penggambaran RU sesuai dengan mekanisme polimerisasi yang ada kemudian penulis akan mengarahkan sesuai dengan pedoman/aturan yang telah ada. Dalam artikel ini juga dijelaskan poliamida diperkirakan mempunyai subunit ada empat tetapi hanya tiga yang ditampilkan pada gambar 10. Sub-unit ini telah disusun berdasarkan alphabet dan karakteristik struktural pada masingmasing sub-unit saat susunan terakhirnya cenderung seperti SRU.

Telah dijelaskan sebelumnya tentang aturan tatanama nylon 66 diatas, satu subunit imino dipilih terlebih dahulu kemudian sub-unit berikutnya tidak dapat ditentukan hanya dengan prinsip kedua saja. Sub-unit 1,6-dioxo-1,6-hexanediyl (adipol) dan 1,6-hexanediyl (heksana-1,6-diyl) mempunyai panjang yang sama, keduanya mempunyai enam atom karbon yang panjang. Kemudian baru prinsip ketiga diterapkan sehingga sub-unit 1,6-dioxo-1,6-hexanediyl (adipol) dipilih karena lebih tinggi maka diganti dengan ditarik ke kanan sub-unit imino pertama. Kemudian pada pemilihan sub-unit kedua diikuti oleh penempatan 1,6-hexanediyl (heksana-1,6-diyl). Pada penjelasan diatas memang terlalu berbelit-belit tetapi dapat membantu untuk penamaan senyawa yang lebih kompleks daripada poliamida 66. Penentuan diatas dapat menjadi dasar penciptaan database yang digunakan untuk penyimpanan struktur yang menunjukkan bahwa aturan dan metode dapat diterapkan. Pencapaian diatas telah diandalkan polimer untuk standar penataan dan penamaan RU. Pada intinya artikel ini dapat membantu memahami penamaan polimer secara universal. Karena banyak kasus diantaranya yang masih bingung untuk memahami polimer. Pemahaman secara universal dapat memudahkan

pembicaraan berkaitan dengan polimer. Ada manfaat tambahan bagi ilmuwan karena tatanama polimer RU yang seringkali sulit sehingga menambah rasa frustasi mereka terhadap polimer. Diperlukannya langkah-langkah tambahan bagi para ilmuwan sehingga upaya pemahaman polimer bertambah mudah seiring dengan perkembangan jaman. Kaitannya dengan pembahasan polimer diatas, jurnal selanjutnya akan membahas tentang aplikasi dari polimer. Polimer telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang. Jurnal aplikasi yang dibahas adalah Polyethyleneglycols (PEGs) and The Pharmaceutical industry. Seperti judulnya, jurnal ini akan membahas tentang aplikasi polimer dibidang industri farmasi. Berdasarkan sumbernya, polietilenglikol merupakan

polimer yang polimer yang banyak digunakan dalam industri pangan, kosmetik, dan farmasi. Secara kimiawi, PEG merupakan sekelompok polimer sintetik yang larut air dan memiliki kesamaan struktur kimia berupa adanya gugus hidroksil primer pada ujung rantai polieter yang mengandung oksietilen (-CH2-CH2-O-). Beberapa sifat utama dari PEG adalah stabil, tersebar merata, higroskopik (mudah menguap), dapat mengikat pigmen, dll. Dalam industri farmasi, PEG digunakan untuk melarutkan obat-obat yang tidak larut air. Penggunaan PEG sebagai pelarut juga dapat meningkatkan penyebaran obat di dalam tubuh manusia. PEG dapat digunakan untuk melapisi kaca atau metal, dan sebagai campuran cat serta tinta. Di dalam kehidupan sekari-hari, PEG juga dimanfaatkan untuk pembuatan kosmetik, perlengkapan mandi, dan alat-alat rumah tangga. Selain itu, PEG juga banyak dimanfaatkan dalam industri kertas, bahan karet, kulit, dan tekstil. PEG dengan berat molekul cukup tinggi (5000 sampai 10 000) dipakai dalam skrining tanaman tahan kekeringan, karena akar mengalami kesulitan menyerap air pada konsentrasi PEG tertentu. Pembuatan Polietilen glikol dalam dunia farmasi di Eropa disebut marcogols. Polietilen glikol ini dibuat dengan polimerisasi etilen oksida (EO) dengan air, monoetilen glikol dan dietilen glikol menjadi material awal, dibawah basa katalisis (1,2). Setelah berat molekul yang diinginkan tercapai, biasanya telah diperiksa oleh pengukuran viskositas dalam proses kontrol. Reaksi diakhiri dengan menetralkan dengan asam, biasanya menggunakan asam laktat tetapi dapat juga dengan asam asetat. Struktur yang terbentuk adalah HO-[CH2-CH2-O]n-H, dimana n adalah jumlah unit EO. Secara teknis, produk ini seharusnya disebut dengan polietilen oksida karena produk tersebut mempunyai rata-rata berat molekulnya 200 sampai 35.000. Polietilen glikol biasanya digunakan untuk menunjukkan pengaruh yang signifikan dari ujung hidroksil berdasarkan sifat fisika maupun kimia molekulmolekul ini. Beberapa singkatan untuk poliglikol yaitu PEG yang digunakan

dalam kombinasi dengan nilai numerik. Karena penggunaannya yang umum dalam bidang farmasi maka pada saat digunakan dalam industry farmasi, nomor yang tertera menunjukkan berat molekul rata-rata. Sedangkan untuk industry lainnya seperti industri kosmetik, nomor yang tertera mengacu pada jumlah dari unit-EO dalam molekul. Dalam industri farmasi telah menggunakan penamaan yang berbeda-beda pada beberapa berat molekul PEG. Karena variasi penamaan tersebut menyebabkan kebingungan sehingga diperlukan penyamaan secara internasional. Polietilen glikol mempunyai karakteristik yang teridentifikasi dalam pembahasan jurnal ini. Polietilen glikol mempunyai berat molekul rata-rata sampai 400, senyawa ini berbentuk cair dan non-volatile pada suhu kamar, untuk senyawa PEG 600 menunjukkan titik lebur sekitar 17-220C sehingga pada suhu ruang berbentuk cair. Sementara PEGs mempunyai berat molekul 800-2000. Jika senyawa PEG mempunyai berat molekul diatas 3000 maka polietilen glikol ini berbentuk padatan dan tersedia dalam bentuk pipihan serta bedak. PEG mempunyai karakteristik yang larut sangat baik terhadap air. Walaupun terdapat peningkatan massa molar bahkan 50% kenaikannya PEG dalat larut dalam air pada suhu kamar. Kelarutan dan viskositas tidak dipengaruhi oleh adanya elektrolit dan karena PEGs merupakan zat non-ionik. PEGs cukup larut dalam asam ataupun garam. Beberapa zat yang bereaksi dengan PEGs dapat membentuk endapan, misalnya fenol, kresol, resorsinol, asam salisilat, tannin, kalium iodide, dan lain-lain. Tentunya penggunaan PEG yang sangat beragam di berbagai bidang industri karena polietilen glikol menunjukkan keselamatan toksikologi yang beredar mengenai toksisitas oral akut dan kronis, embrio toksit atau kompatibilitas kulit didukung dengan penyerapan yang baik. Oleh karena itu, PEG aman digunakan sebagai campuran bahan kosmetik, bahan makanan maupun industri farmasi.

Berdasarkan penjelasan diatas telah diketahui bahwa banyak sekali aplikasi yang digunakan berkaitan tentunya PEG dengan industri farmasi. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang contoh-contoh aplikasi yang telah digunakan dalam bidang farmasi itu sendiri. PEGs sebagai eksipien dalam bentuk cair Senyawa ini sangat baik sebagai pelarut karena penggunaannya yang sangat luas. Berat molekulnya yang rendah yaitu sekitar 200-400. PEGs cair memiliki sedikit rasa pahit tetapi dapat disesuaikan rasanya dengan adanya penambahan zat aditif atau pemanis. PEGs Salep Padatan PEGs tidak dapat larut dalam polietilen glikol cair sehingga ini menjadi sangat menarik bagi penelitian. Akhirnya ditemukan perpaduan antara PEGs padat bersama-sama dengan PEGs cair akan menyebabkan warna putih dan berbentuk seperti salep dengan kelarutan yang baik dalam air. Tiga salep PEG yang paling umum campuran adalah: 40% Polyglykol 3350 + 60% Polyglykol 400, 50% Polyglykol 4000 (nama Jepang untuk Polyglykol 3350) + 50% Polyglykol 400, 50% Polyglykol 1500 + 50% Polyglykol 300 (24), misalnya sebagai Lanogen 1500. Supositoria PEGs basa sangat disukai pada masa supositorianya. Bahan yang aktif dapat dilarutkan dalam PEGs dan memiliki bioavailabilitas yang baik. Selama proses pembuatan di pabrik, PEGs ini mudah diambil dari cetakan, dengan stabilitas yang tinggi dan tidak menggunakan pendingin saat melakukan penyimpanan. Karena kekerasan atau soliditasnya yang tinggi maka pada proses

pembuatan di pabrik, pembuat dapat menyesuaikan sesuai dengan yang diinginkan berdasarkan berat molekul dan rasio yang sesuai. Tablet Dalam pembuatan tablet membutuhkan banyak komposisi dengan berbagai fungsi yang berbeda, beberapa komposisi diantaranya digunakan PEGs. Poliglikol sebagai zat pembawa sedangkan penstabil digunakan sebagai penyerap untuk zatzat aktif, biasanya yang digunakan adalah yang dalam bentuk lelehan. PEGs padat sering digunakan dalam tablet pelapis. Zat Pengaktif Dalam Kedokteran Polyethylene glycol 300 dan 400 terdaftar sebagai bahan aktif dalam jumlah 0,2 sampai 1%. Polietilen glikol diperlakukan sebagai salah satu jenis senyawa, hal itu kemungkinan karena berat molekul tinggi. PEGs menunjukkan sifat yang sama sehingga digunakan juga dalam aplikasi ini. Zat lain seperti polietilen glikol 6000 telah terdaftar sebagai zat penawar rasa sakit mata yang aktif. Obat Pencahar Sesuai dengan karakteristik awal tadi bahwa polietilen glikol sangat larut dalam air dan tidak diserap oleh tubuh manusia sehingga tingkat osmotik zat ini lebih baik dan dapat digunakan untuk penyerapan materi misalnya dalam penyerapan manitol. PEGs dalam tubuh manusia dapat menyebabkan efek samping yang lebih sedikit seperti mual maupun buang gas. Pemeliharaan Organ Sebuah aplikasi yang dapat digunakan untuk melindungi, melestarikan atau mengembalikan sel, jaringan atau fungsi organ yang rusak dengan memanfaatkan polietilen glikol dengan berat molekul yang tinggi sekitar 20.000. Berdasarkan penggunaan aplikasi ini, polietilen glikol dikatakan sebagai bahan aktif.

Menurut Collins, polietilen glikol yang mempunyai berat molekul yang tinggi memiliki toleransi langsung terhadap antigen donor dalam transplantasi organtapi ini tidak terbukti. Sebelumnya, menurut Daniel bahwa komponen zat yang digunakan dalam transplantasi organ haruslah tidak beracun serta terlarut yang tidak menyebabkan sel bergerak ke membran lain dengan temperatur rendah. Hal itu digunakan untuk mengimbangi adanya efek osmotik dari protein intraseluler. PEGs Sebagai Pereaksi Senyawa Untuk Sistem Pengiriman Obat Dengan adanya dua gugus OH pada ujung molekul polietilen glikol menjadikan PEG dapat bereaksi khas untuk menjadi alkohol yang memungkinkan. Dalam reaksi alkohol, pereaksi pertama-tama dalam bentuk ester sebagai karbonat kemudian membentuk karbamat. pembentukan karbamat. Bidang lain bagi PEG konjugasi untuk protein dan molekul organik lainnya , misalnya obat antikanker. Mengenai obat antikanker, polietilen glikol dapat bekerja juga tanpa terkait dengan molekul lain dalam beberapa kasus. Dan telah dicoba pada hewan, poliglikol ditemukan mencegah kanker usus besar. Dengan adanya penelitian yang lebih lanjut, hal ini juga harus terbukti pada manusia. Berdasarkan kedua jurnal yang telah direview dapat dikatakan bahwa tatanama dalam polimer cukup rumit dan masih terdapatnya beberapa perdebatan di kalangan peneliti sehingga dengan adanya artikel tersebut dapat memudahkan pengguna baik ilmuwan, pendidik maupun siswa dalam memahami tatanama polimer. Sedangkan jurnal kedua membahas tentang aplikasi polimer dalam bidang farmasi misalnya saja dengan pemanfaatan PEGs cair, salep, tablet, obat pencahar dan lain-lain. Dengan pembahasan manfaat tersebut semakin membuat kita tahu seberapa besar manfaat polimer dalam kehidupan sehari-hari khususnya pemanfaatan polietilen glikol (PEG).

10

You might also like