You are on page 1of 11

ISNAINI MUALLIDIN, S.IP.

, MPA

KEBIJAKAN PELARANGAN IKLAN, PROMOSI dan SPONSORSHIP ROKOK di INDONESIA

PENGERTIAN IKLAN, PROMOSI, SPONPOR MENURUT PP 109/2012

Iklan adalah iklan komersial dengan tujuan memperkenalkan dan/atau memasyarakatkan barang kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan Produk Tembakau yang ditawarkan Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu Produk Tembakau untuk menarik minat beli konsumen terhadap Produk Tembakau yang akan dan sedang diperdagangkan. Sponsor adalah segala bentuk kontribusi langsung atau tidak langsung, dalam bentuk dana atau lainnya, dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh lembaga atau perorangan dengan tujuan mempengaruhi melalui Promosi Produk Tembakau atau penggunaan Produk Tembakau.

MENGAPA PERLU MELARANG IKLAN,PROMOSI, SPONSOR ROKOK


Industri

rokok mengeluarkan milliaran dollar setiap tahunnya untuk menyebarluaskan produk mereka seluas untuk menarik konsumer muda. Industri rokok Philip Moris mempunyai strategi dan misi: remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok [Fact Sheet Depkes dan WHO, 04/2/2004]. Industri rokok menggunakan metode yang semakin kreatif untuk meningkatkan penjualan produk mereka. Larangan parsial hanya dapat membuat mereka merubah taktik promosional mereka dari metode yang lama menjadi metode yang lebih dapat diterima. Sehingga hanya larangan mutlak yang dapat mematahkan jejaring marketing produk rokok. Industri rokok memiliki sangat banyak cara untuk menargetkan remaja

Belum

diratifikasinya FCTC WHO Pasal 13 tentang Pelarangan Iklan, Promosi, dan Sponsorship Rokok, sehingga Pemerintah Indonesia tidak terikat melaksanakan isi FCTC yang secara tegas mengikat negara peserta melakukan pelarangan komprehensif (total ban) iklan, promosi dan sponsor rokok. Walaupun, ironisnya Indonesia ikut aktif menyusun FCTC itu.

PETA KEBIJAKAN TAPS DI INDONESIA


Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan merupakan perubahan dari PP 38 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Pengaturan Pasal 16. (1) Iklan dan promosi rokok hanya dapat dilakukan oleh setiap orang yang memproduksi rokok dan/atau yang memasukkanrokok ke dalam wilayah Indonesia. (2) Iklan dapat dilakukan di media elektronik, media cetak atau media luar ruang.(3) Iklan pada media elektronik hanya dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pasal 17. Materi iklan rokok dilarang : (1) merangsang atau menyarankan orang untuk merokok; (2) menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan; (3) memperagakan atau menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan atau gabungan keduanya, bungkus rokok, rokok atau orang sedang merokok atau mengarah pada orang yang sedang merokok; (4) ditujukan terhadap atau menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan atau gabungan keduanya, anak, remaja, atau wanita hamil; (5) mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah rokok; dan (6) bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat

KEBIJAKAN

PENGATURAN

UU Perlindungan Anak No 23 tahun 2002

Pasal 59 yang secara tegas menyebutkan anak harus dilindungi dari zat adiktif

UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Pasal 46 ayat (3) yang bunyinya Siaran iklan niaga dilarang melakukan Promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif; dan Promosi rokok yang memperagakan wujud rokok

UU No 36 Tahun 2009 Tentang pasal 113 ayat 2 menyebutkan bahwa zat adiktif (zat Kesehatan yang menimbulkan kecanduan) meliputi tembakau dan produk tembakau PP 109 2012 Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan Pasal 26 (1) Pemerintah melakukan pengendalian Iklan Produk Tembakau. (2) Pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan/atau media luar ruang.

Kebijakan

Pengaturan

PP 109 2012 Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan

Pasal 27. Pengendalian Iklan Produk Tembakau dilakukan sebagai berikut: a. mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan sebesar paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total durasi iklan dan/atau 15% (lima belas persen) dari total luas iklan; b. mencantumkan penandaan/tulisan 18+ dalam Iklan Produk Tembakau; c. tidak memperagakan, menggunakan, dan/atau menampilkan wujud atau bentuk Rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan dengan merek Produk Tembakau; d. tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah Rokok; e. tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan; f. tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan; g. tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok; h. tidak menampilkan anak, remaja, dan/atau wanita hamil dalam bentuk gambar dan/atau tulisan; i. tidak ditujukan terhadap anak, remaja, dan/atau wanita hamil; j. tidak menggunakan tokoh kartun sebagai model iklan; dan k. tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

KEBIJAKAN

PENGATURAN

PP 109 2012 Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan

Pasal 28 Iklan Produk Tembakau di media cetak wajib memenuhi ketentuan: a. tidak diletakkan di sampul depan dan/atau belakang media cetak, atau halaman depan surat kabar; b. tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman; c. luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman;dan d. tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan Perempuan. Pasal 29. iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Pasal 30. iklan di media teknologi informasi harus memenuhi ketentuan situs merek dagang Produk Tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Pasal 31. iklan di media luar ruang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. tidak diletakkan di Kawasan Tanpa Rokok; b. tidak diletakkan di jalan utama atau protokol; c. harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang; dan d. tidak boleh melebihi ukuran 72 m (tujuh puluh dua meter persegi).

PETA KEBIJAKAN TAPS DI PEMERINTAH DAERAH

Dari 33 provinsi di Indonesia, baru delapan provinsi dan 11 Kabupaten/Kota yang telah memiliki kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) termasuk mengatur TAPS. Selain ke 11, saat ini terdapat 10 kabupaten/kota yang telah memiliki draft KTR, seperti Ende, Enrekang, Propinsi Bali, Yogyakarta, Padang, Bukittingi, Tulungagung, Pekalongan, Semarang, dan Propinsi Sumbar Delapan propinsi yang telah memiliki kebijakan KTR, adalah Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Barat. Sementara, sebelas kabupaten/kota yang telah memiliki Perda, diantaranya, Palembang, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bandung, Surabaya, Pontianak, Sragen, Padang Panjang, Payahkumbuh, dan Cirebon. Dalam pelaksanaannya, aliansi bupati dan walikota tersebut telah sepakat untuk mengembangkan jumlah dari 14 menjadi 22 anggota. Anggota aliansi pun sepakat untuk mengimplementasikan kebijakan 100 persen KTR, menerapkan larangan iklan rokok dan bersama-sama dengan stakeholders lainnya mendukung kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia (Sumber: http://infoindo.fajar.co.id/20110530145956-read-sulbar-diminta-bentukkawasan-tanpa-rokok)

EFEKTIFTITAS KEBIJAKAN TAPS


kebijakan nasional mengenai TAPS di indonesia perlu adanya penyelarasan dari UU dan PP hingga peraran daerah yang ada. Perlua adanya komitmen dan ketegasan dari pimpinan negara dan daerah untuk implementasi TAPS Berdasarkan data AC Nielsen di sejumlah media massa, belanja iklan sepanjang tahun 2009 sebesar Rp 48,5 triliun. Belanja iklan didominasi oleh empat sektor, yaitu layanan korporasi, telekomunikasi, toiletries, dan minuman. Posisi tertinggi sebagai pembelanja iklan ditempati sektor telekomunikasi, pemerintah, dan politik.
Untuk

REFERENSI

Fact Sheet Depkes dan WHO, 04/2/2004 http://infoindo.fajar.co.id/20110530145956-read-sulbar-diminta-bentukkawasan-tanpa-rokok PP 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan PP 38 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan PP 109 2012 Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan UU Perlindungan Anak No 23 tahun 2002 UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

You might also like