You are on page 1of 7

Abstract

Health and Safety are put together as a thought and effort to ensure the integrity and perfection of both physical and spiritual labor in particular and mankind in general, and cultural work towards prosperous society. By studying these topics, we will increasingly understand about health and safety at work, how these health and safety management systems work well, law and related laws in Indonesia, collateral owned by the workers in Indonesia, and many others . So it is important for us to understand more about this topic.

Keywords : Health, Safety, Work, Workers

Abstrak Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Dengan mempelajari topik ini, kita akan semakin mengerti tentang kesehatan dan keselamatan kerja, bagaimana sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang baik, hukum dan undang-undang yang terkait yang ada di Indonesia, jaminan apa yang dimiliki para tenaga kerja di Indonesia, dan banyak lainnya. Maka itu penting bagi kita untuk mengerti lebih dalam mengenai topik ini. Kata Kunci : Kesehatan, Keselamatan, Pekerjaan, Pekerja Pendahuluan Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun yang berada pada sektor informal . Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatansetinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Tujuan tersebut dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit atau

gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja serta penyakit umum. Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen kesehatan berupa kapasitas dari pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai menentukan diagnosis akibat kerja.

Latar Belakang Ada 7 langkah untuk mendiagnosis suatu penyakit akibat kerja, yang disebut dengan 7 langkah diagnosis okupasi. Diagnosis penyakit akibat kerja adalah landasan terpenting bagi manajemen penyakit tersebut promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Diagnosis penyakit akibat kerja juga merupakan penentu bagi dimiliki atau tidak dimilikinya hak atas manfaat jaminan penyakit akibat kerja yang tercakup dalam program jaminan kecelakaan kerja. Sebagaimana berlaku bagi smeua penyakit pada umumnya, hanya dokter yang kompeten membuat diagnosis penyakit akibat kerja. Hanya dokter yang berwenang menetapkan suatu penyakit adalah penyakit akibat kerja. Tegak tidaknya diagnosis penyakit akibat kerja sangat tergantung kepada sejauh mana metodologi diagnosis penyakit akibat kerja dilaksanakan oleh dokter yang bersangkutan.1,2

Cara menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja mempunyai kekhususan apabila dibandingkan terhadap diagnosis penyakit pada umumnya. Untuk diagnosis penyakit akibat kerja, anamnesis dan pemeriksaan klinis serta laboratoris yang biasa digunakan bagi diagnosis penyakit pada umumnya belum cukup, melainkan harus pula dikumpulkan data dan dilakukan pemeriksaan terhadap tempat kerja, aktivitas pekerjaan dan lingkungan kerja guna memastikan bahwa pekerjaan atau lingkungan kerja adalah penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan. Selain itu, anamnesis terhadap pekerjaan baik yang sekrang maupun pada masa sebelumnya harus dibuat secara lengkap termasuk kemungkinan terhadap terjadinya paparan kepada faktor mekanis, fisik, kimiawi, biologis, fisiologis/ergonomis, dan mental-psikologis. 7 langkah Diagnosis Okupasi itu terdiri dari : 1. Diagnosis Klinis a. Anamnesis

Identitas, meliputi : nama, nomor induk pokok, umur, jenis kelamin, jabatan, unti/bagian kerja, lama bekerja, nama

perusahaan, jenis perusahaan dan alamat perusahaan. Riwayat penyakit : keluhan, RPS(riwayat penyakit sekarang), RPD(riwayat penyakit dahulu), RPK(riwayat penyakit keluarga) Riwayat pekerjaan : o Sudah berapa lama bekerja sekarang o Riwayat pekerjaan sebelumnya o Alat kerja, bahan kerja, proses kerja o Barang yang diproduksi/dihasilkan o Waktu bekerja sehari o Kemungkinan pajanan yang dialami o APD(Alat pelindung diri) yang dipakai o Hubungan gejala dan waktu kerja o Pekerja lain ada yang menghalami hal sama Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan dimaksudkan untuk mngetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja, pada pekerjaan dan atau lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit akibat kerja. Riwayat penyakit meliputi antara lain awal-mula timbul gejala atau tanda sakit pada tinggkat dini penyakit, perkembangan penyakit, dan terutama penting hubungan antara gejala serta tanda sakit dengan pekerjaan dan atau lingkungan kerja.2 Riwayat pekerjaan harus ditanyakan kepada penderita dnegan setelititelitinya dari pemrulaan sekali smapai dengan waktu terakhir bekerja. Jangan sekali-kali hanya mencurahkan perhatian pada pekerjaan yangg dilakukan waktu sekarang, namun harus dikumpulkan informasi tentang pekerjaan sebelumnya, sebab selalu mungkin bahwa penyakit akibat kerja yang diderita waktu ini penyebabnya adalah pekerjaan atau lingkungan

kerja dari pekerjaan terdahulu. Hal ini lebih penting lagi jika tenaga kerja gemar pindah kerja dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Buatlah tabel yang secara kronologis memuat wkatu , perusahaan, tempat bekerja, jenis pekerjaan, aktivitas pekerjaan, faktor dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang mungkin menyebabkan penyakit akibat kerja. Penggunaan kuestioner yang direncanakan dengan tepat sangat membantu.2 Perhatian juga diberikan kepada hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala dan tanda penyakit. Pada umumnya gejala dna tanda penyakit akibat kerja berkurang, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila penderita tidak masuk bekerja; gejala dan tanda itu timbul lagi atau menjaid lebih berat, apabila ia kembali bekerja. Fenomin seperti itu sangat jelas misalnya pada penyakit dermatosis akibat kerja atau pada penyakit bissinosis atau asma bronkhiale akibat kerja atau lainnya. Informasi dan dan data hasil pemeriksaan kesehata khusus sangat penting artinya bagi keperluan menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja. Akan lebih mudah lagi menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, jika tersedia data kualitatif dan kuantitatif faktor-faktor dalam pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.2

b. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan umum dan khusus Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda yang sesuai untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu penyakit akibat kerja. Kesadaran TTV(tanda-tanda vital) berupa tekanan darah, suhu, denyut nadi, dan frekuensi napas. Tinggi dan berat badan Kepala dan muka : rambut, mata (strabismus, refleks pupil, kornea

dan

konjungtiva),

hidung

(mukosa,

penciuman,

epistaksis,

tenggorokan, tonsil, suara), rongga mulut (mukosa, lidah, gigi), leher (kelenjar gondok), toraks (bentuk, pergerakan, paru, jantung), abdomen (hati, limpa), genetalia, tulang punggung,

ekstremitas(refleks:fisiologis/patologis, koordinasi otot : tremor, tonus, paresis, paralisis dan lain-lain). c. Pemeriksaan penunjang : laboratorium, rontgem, spirometer, audiometer, dsb. Pemeriksaan laboratoris dimaksudkan untuk mencocokkan benar tidaknya penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan ada dalam tubuh tenaga kerja yang menderita penyakit tersebut. Guna menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, biasanya tidak cukup sekedar pembuktian secara kualitatif yaitu tentang adanya faktor penyebab penyakit, melainkan harus ditunjukkan juga banyaknya atau pembuktian secara kuantitatif.

Pemeriksaan laboratoris berupa pemeriksaan darah, urin, tinja, serta pemeriksaan tambahan /monitoring biologis berupa pengukuran kadar bahan kimia penyebab sakit di dalam tubuh tenaga kerja misalnya kadar dalam urin, darah dna sebagainya, Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sering sangat membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, terutama untuk penyakit yang disebabkan penimbunan debu dalam paru dan reaksi jaringan paru terhadapnya sinar tembus baru ada maknanya jika dinilai dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan lainnya dan juga data lingkungan kerja. d. Pemeriksaan tempat kerja : misalnya kelembaban, kebisingan, penerangan. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja yang dimaksudkan untuk memastikan adanya faktor penyebab penyakit di tempat atau ruang kerja serta mengukur kadarnya. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat atau ruang kerja sangat perlu untuk melakukan penilaian dan mengambil kesimpulan, apakah kadar zat sebagai penyebab penyakit akibat kerja cukup dosisnya

atau tidak untuk menyebab sakit. Meliputi faktor lingkungan kerja yang dapat berpengaruh terhadap skait penderita (faktor fisis, kimiawi, biologis, psikososial), faktor cara kerja yang dapat berpengaruh terhadap sakit penderita (peralatan kerja, proses produksi, ergonomi), waktu paparan nyata (per hari, perminggu) dan alat pelindung diri. 2. Pajanan yang dialami Meliputi pajanan saat ini dan sebelumnya. Informasi ini diperoleh terutama dari anamnesis yang teliti. Akan lebih baik lagi jika dilakukan pengukuran lingkungan kerja. 3. Hubungan pajanan dengan penyakit Untuk mengetahui hubungan pajanan dengan penyakit dilakukan identifikasi pajanan yang ada. Evidence based berupa pajanan yang menyebabkan penyakit. Kemudian perlu diketahui hubungan gejala dan waktu kerja, pendapat pekerja (apakah keluhan/gejala ada hubungan dnegan pekerjaan). 4. Pajanan yang dialami cukup besar Mencari tahu patofisiologis penyakitnya, bukti epidemiologis, kualitatif

beurpa cara atau proses kerja, lama kerja, lingkungan kerja. Kemudian dilakukan observasi tempat dan lingkungan kerja, pemakaian APD, serta jumlah pajanan berupa data lingkungan, data ,monitoring biologis serta hasil surveilans. 5. Peranan faktor individu Berupa status kesehatan fisik adakah alergi /atopi, riwayat penyakit dalam keluarga, serta bagaimana kebiasaan berolah raga, status kesehatan mental, serta higine perorangan. 6. Faktor lain di luar pekerjaan Adakah hobi, kebiasaan buruk (misalnya merokok) pajanan di rumah serta pekerjaan sambilan yang dapat menjadi faktor pemicu penyakit yang diderita. 7. Diagnosis okupasi

Diagnosis okupasi dilakukan dengan meneliti dari langkah 1-6, referinsi atau bukti ilmiah yang menujukkan hubungan kausal pajanan & penyakit.3

You might also like