You are on page 1of 2

METODE Sampel dan Preparasi Sampel Untuk Analisis Petrografi Sampel batubara dikumpulkan dari dua area yang

akitf dalam pertambangan di Tanjung Enim, Tambang Air Laya (TAL) dan Banko Barat (BOB). Lalu, tiga lapisan utama batubara (Lapisan Mangus, Suban dan Petai) ditambang dimana rat-rata lapisan tersebut memiliki ketebalan 3 hingga 14 meter. 43 sampe yang diambil dari TAL dan menggambarkan semua lapisan yang ada. Dari BOB, 29 sampel yang diambil dimana hanya menggambarkan lapisan batubara Mangus dan Suban. Ketebalan vertikal dari sampel sendiri bergantung pada kenampakan makroskopis dari batubara tersebut. Kenampakan batubara dapat ditentukan dengan menggunakan klasifikasi dari Diesel (1992). Karena lapisan batubara sangat tebal, minimum ketebalannya 10 cm untuk klasifikasi Diesel. Penentuan kandungan debu pada setiap sampel digambarkan menurut DIN-51719-A (1978). Preparasi sampel dan pengamatan mikroskopis secara umum mengikuti langkahlangkah yang dijelaskan oleh Taylor dkk (1998). Bagian batubara sekitar 1 mm pada diameternya digunkan untuk preparasi sayatan poles..... Mikroskopis Perhitungan reflektansi vitrinit diamati pada mikroskop universal Zeiss dengan SF multifoto. Pengamatan menggunakan perbesaran 40x lensa objektif dan perbesaran 12,5x lensa okuler di bawah minyak imersi (ne=1,518 pada 23oC). 50 pengamatan dari setiap reflektansi vitrinit secara acak diambil pada setiap sampelnya pada panjang gelombang 546 nm. Reflektansi diperhitungkan pada huminit dan maseral vitrinit yang memiliki bentuk struktural yang terlihat (maseral sub-kelompok telovitrinit dan humotelinit). Rata-rata reflektansi secara acak dihitung menggunakan program komputer. Pada saat analisis maseral, 1000 poin dengan minimum 0,2 mm antara setiap poin dihitung pada setiap sampel poles. Analisis difokuskan pada refleksi cahaya putih dan flurescene dikelilingi oleh cahaya biru atau violet (metode dua scan) dengan perbesaran 50x lensa objektif eiplan dan 10x perbesaran lensa okuler di bwah minyak imersi yang menggunakan mikroskop Axioplan Zeiss. Penentuan derajat batubara dan klasikfikasi maseral mengikuti Taylor dkk (1988). Istilah funginit dan sekretinit digunakan untuk menggunakan istilah sklerotinit (pada ICCP, 2001). Istilah ini digunakan pada paper ini dikarenakan kedua mseral dapat ditemukan pada penelitian batubara dengan jumlah jejak. Material mineral hanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sulfida dan mineral lain. Karena mineral lain seperti mineral lempung, kuarsa atau karbonat hanya dalam jumlah sedikit. Sulfida yang dominan adalah besi sulfida. Sebagai akibatnya, dapt muncul pirit dan markasit. HASIL

Kenampakan Makroskopis Batubara Kebanyakan lapisan batubara dominanya terdiri dari batubara yang mengkilap. Secara umum, lapisan batubara di BOB menunjukan sedikit variasi daripada batubara TAL. Pada Tal, lapisan mangus A1 muncul juga sebagai lapisan dengan ciri mengkilap, tetapi pada lapisan bagian tengah memiiki kilap tanah. Lapisan mangus A1 di BOB memiliki kenampakan makroskopis yang homogen secara relatif dan hanya pembanding dengan batubara yang cirinya mengkilap. Sebanding pada Mangus A1, lapisan Mangus A2 pada BOB memiliki kenampakan yang lebih kilap tanah. Hanya pada bagian tengah suksesi vertikal terdiri dari lapisan yang berciri mengkilap. Pada area TAL, lapisan ini dikarakteristikan oleh lapisan dengan ciri mengkilap dengan sedikit lapisan yang memiliki kilap tanah. Pada bagian atas Mangus A2, batubaranya bersifat silikaan. Lapisan batubara silikaan memilii ketebalan sekitar 10-20 cm. Perlapisan sedimentasinya antara A1 dan A2 terdiri dari batulempung dan batupasir tufaan. Larutan silika dari perlapisan tufaan dan presipitasi pada bagian atas lapisan batubara yang mungkin menjadi silikaan. Lapisan Suban B1 di TAL memliki ciri kilap tanah pada bagian atas daripada bawah (dari batubara mengkilap hingga batubara tidak mengkilap). Suban B2 menunjukan perbedaan pola. Batubar ciri kilap tanah ditemukan pada dasar lapisa dan menjadi lebih mengkilap ke atas lapisannya. Lapisan Suban dan BOB are keduanya memiliki kenampakan makroskopis yang umum, dikarakteristikan dengan batubara ciri mengkilap dengan sisipan batubara berkila tanah tiis-tpis. Huminit, Reflektansi Vitrinit Hasil dari pengukuran reflektansi vitrinit menunjukan bahwa batubara TAL dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok dari reflektivitasnya rendah dan tinggi. Lapisan batubara dari Mangus (A1) memiliki rata-rata nilai reflektansi vitrinit dari 0,35% hingga 0,40%. (Rata-rata nilainya 0,37%). Rata-rata nilai reflektansi huminit batubara Mangus (A2) dari 0,39%-0,43% (Rata-rata nilai 0,41%). Batubara suban B1 memiliki nilai reflektansi

You might also like