You are on page 1of 0

186 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

ISSN 0853-0823

Rancang Bangun Alat Eksperimen Roket Air dari Barang Bekas
sebagai Media Pembelajaran Mekanika

Nizar Nuril Barjah, Aceng Sambas, Mada Sanjaya WS*
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, INDONESIA

*
email: madasws@gmail.com


Abstrak Gerak roket merupakan salah satu aplikasi konsep mekanika yang menerapkan banyak hukum fisika. Dalam
makalah ini, telah dibangun dan dilakukan eksperimen menggunakan alat eksperimen roket air sederhana yang dapat dibuat
dari barang bekas. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mempelajari prinsip kerja roket berdasarkan hukum Newton serta
menganalisis gerak roket tersebut dengan pendekatan gerak proyektil berupa parabola. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
jarak terjauh lintasan tempuh roket terjadi ketika alat peluncur membentuk sudut 45
0
terhadap horizontal, sesuai dengan
konsep teori gerak parabola. Selain itu, dalam eksperimen ini juga dapat diukur besar percepatan gravitasi yaitu 10.37 m/s
2

dan 13.22 m/s
2
yang nilainya memiliki sedikit perbedaan dengan literatur, terjadinya kesalahan ini disebabkan adanya faktor
gesekan udara yang merupakan keterbatasan namun tidak disertakan dalam eksperimen.

Kata kunci : gerak roket, gterak proyektil, gerak parabola,

I. PENDAHULUAN
Mekanika merupakan salah satu materi pokok dalam
fisika yang menjadi awal sejarah berkembangnya hukum-
hukum fisika. Sedangkan gerak roket merupakan salah satu
aplikasi konsep mekanika yang menerapkan banyak hukum
fisika seperti hukum Newton tentang gerak, konsep
momentum dan kekekalan momentum, serta konsep tentang
gerak proyektil [1-4].
Dalam makalah ini, telah dipelajari prinsip kerja propulsi
roket serta analisis sederhana gerak proyektil menggunakan
media alat eksperimen roket air yang dapat dibuat dari
barang bekas seperti botol bekas, nozzle bekas, kayu
penyangga atau besi peluncur, serta alat pompa sepeda yang
mudah untuk diperoleh [5-7].
Dalam eksperimen roket ini, prinsip propulsi roket akan
dianalogikan dengan menggunakan roket air sederhana.
Pada dasarnya, prinsip kerja roket air sederhana adalah botol
akan meluncur bila botol diberi tekanan udara yang tinggi
(dari pompa) dan di dalamnya diberi sedikit air untuk
menghasilkan tenaga semburan yang lebih besar. Percobaan
ini mengacu pada hukum ketiga Newton (hukum aksi
reaksi) [1-4].
Prinsip kerja propulsi roket merupakan penerapan dari
hukum ketiga Newton dan kekalan momentum. Prinsip kerja
pada roket ini sama dengan yang dipakai cumi-cumi atau
gurita untuk mendorong diri mereka. Mereka mengeluarkan
air dari tubuh mereka dengan gaya yang sangat besar, dan
air yang dikeluarkan mengerjakan gaya yang sama dan
berlawanan pada cumi-cumi atau gurita, mendorongnya ke
depan. Sebuah roket mendapatkan sebuah dorongan dengan
membakar bahan bakar dan membuang gas yang terbentuk
lewat belakang. Roket mengerjakan gaya pada gas buang,
dan dari hukum Newton III, gas mengerjakan gaya yang
sama dan berlawanan pada roket[1-4].

II. DASAR TEORI
A. Prinsip Kerja Propulsi Roket
Dengan menggunakan analisis perubahan momentum
sistem maka diperoleh persamaan propulsi roket, secara
matematis dapat dirumuskan sebagai
eks keluar
F
dt
dm
u
dt
dv
m + =
. (1)

dengan
keluar
u
kecepatan semburan gas, m massa roket dan
air di dalamnya, dan F
eks
gaya eksternal dari berat roket [1-
4].
Gaya dorong roket merupakan gaya yang bekerja pada
roket akibat gas yang dikeluarkannya. Sesuai persamaan
diatas, maka diperoleh

dt
dm
u F
keluar dorong
=
. (2)
Gaya eksternal (F
eks
= -mg) bernilai negatif, agar roket dapat
dipercepat keatas maka gaya dorong harus lebih besar dari
gaya eksternal tersebut. Setelah kita mensubstitusi F
eks
dan
membagi dengan m diperoleh

g
dt
dm
m
u
dt
dv
keluar
+ =
. (3)



Gambar 1. (a) momentum roket sebelum bergerak, (b) momentum
roket setelah bergerak

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 187

ISSN 0853-0823

Dengan mengintegralkan persamaan (3), maka diperoleh
kelajuan gerak roket yang dapat ditulis sebagai
gt
m
m
u v v
f
i
keluar i f
+ = ln
. (4)
Untuk kelajuan roket yang bergerak dalam ruang bebas
tanpa gaya eksternal, persamaan (1.4) menjadi

f
i
keluar i f
m
m
u v v ln + =
(5)

dengan v
f
dan v
i
kelajuan akhir dan awal roket, m
f
dan m
i

massa akhir dan massa awal roket.

B. Analisis Gerak Proyektil
Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor
dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya dalam
setiap arah vektor-vektor basisnya, sehingga gerak dalam
dua dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi dua gerak
satu dimensi dalam dua arah yang saling tegak lurus
(misalnya dalam arah x dan y). Demikian juga gerak dalam
tiga dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi tiga gerak
satu dimensi dalam tiga arah yang saling tegak lurus (dalam
arah x, y, dan z). Semua persamaan-persamaan kinematika
gerak lurus, dapat digunakan untuk mendeskripsikan gerak
dalam masing-masing arah. Sebagai contoh akan diberikan
gerak partikel dalam dua dimensi (bidang) yang mengalami
percepatan konstan dalam arah vertikal dan tidak mengalami
percepatan dalam arah horizontal. Aplikasi dari gerak ini
adalah gerak peluru, yang lintasannya berupa lintasan
parabolik(Gambar 2).


Gambar 2. Vektor gerak parabola.

Misalkan di titik asal koordinat (0,0) sebuah partikel
bergerak dengan kecepatan awal
0
v
r
yang membentuk sudut
terhadap sumbu x. Partikel ini mengalami percepatan
gravitasi sebesar g (ke arah sumbu y negatif). Kecepatan
awal partikel dapat diuraikan menjadi komponen x dan y,
yaitu
cos
0 0
v v
x
=
dan sin
0 0
v v
y
= . Gerak partikel
sekarang dapat dianalisa sebagai gerak dengan kecepatan
konstan pada arah x dan gerak dengan percepatan konstan
pada arah y. Posisi partikel pada arah x dan y diberikan oleh

t v t x
x 0
) ( =
,
2
0
2
1
) ( gt t v t y
y
=
. (7)

Kecepatan partikel pada arah x tetap, yaitu
x x
v t v
0
) ( =
,
sedangkan kecepatan partikel pada arah y berubah sebagai
gt v t v
y y
=
0
) (
. Besar kecepatan partikel diberikan oleh

2 2
) ( ) ( ) ( t v t v t v
y x
+ =
.

Dengan mensubstitusikan variabel waktu t pada pers. (6)
ke dalam pers. (7) diperoleh

2
2
0
2
tan ) ( x
v
g
x x y
x
=
. (8)

Persamaan (8) menghubungkan y dengan x dan
menyatakan persamaan lintasan proyektil, Karena
x
v
0
,
0


dan g konstan, maka persamaan tersebut dapat dituliskan
dalam bentuk

2
) ( Cx Bx x y = ,

yaitu persamaan parabola, sehingga lintasan proyektil
bentuknya adalah parabola.
Dengan sedikit analisis diperoleh ketinggian maksimum
sebesar

g
v
y
2
sin
2 2
0

=
. (9)

Posisi terjauh partikel, yaitu posisi ketika partikel kembali
memiliki posisi y = 0, terjadi pada

g
v
g
v v
x
x y
2 sin
2
2
0
0 0
= =
. (10)

Waktu tempuh partikel sampai kembali ke posisi y = 0,
dapat ditulis sebagai [1-4]

g
v
t
sin 2
0
=
. (11)

III. RANCANGAN ALAT
Dalam pembuatan roket air sederhana, komponen penting
yang diperlukan dalam pembuatannya adalah botol bekas air
mineral, nozzle (pentil) dari ban bekas dalam sepeda, alat
peluncur yang dapat dibuat menggunakan penyangga dari
besi ataupun dari kayu, serta mesin pompa sepeda untuk
membeerikan tekanan pada roket. Set-up eksperimen roket
air yang telah siap ditunjukkan pada Gambar 3. [5-7]
Untuk melakukan eksperimen kuantitatif dari roket air
diperlukan alat dan bahan sebagai berikut:
1. Set peralatan roket air
2. Air
3. Kayu penyangga atau tempat peluncuran
4. Pompa sepeda ( kompresor )
5. Pengukur tekanan
6. Penggaris busur derajat
7. Stop watch
8. Mistar/jangka sorong
9. Meteran
10. Neraca ohaus
188 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

ISSN 0853-0823

IV. METODE EKSPERIMEN
Teknik pengambilan data eksperimen [1] roket air dapat
digambarkan melalui diagram alir pada Gambar 3.


Gambar 3. Diagram alir teknik pengambilan data eksperimen
roket air.
Dalam eksperimen roket air sederhana dan analisis gerak
proyektil, dilakukan analisis dengan dua cara yaitu
berdasarkan hasil pengamatan langsung dan berdasarkan
perhitungan dalam teori dasar. Set-up eksperimen seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Set up peralatan roket air.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan luas lubang roket sebesar 1,9610
-5
m
2
, diperoleh
hasil eksperimen yang disajikan pada Tabel 1.

TABEL 1. DATA HASIL PENGAMATAN
Sudut
(
0
0.5
0
)
t
total
(t0.05)
s
X
total

(x0.5)
m
P
(10
5
Pa)
M
awal

(m5 10
-5
)
kg
M
akhir

(m510
-5
)
kg
15 0,60 3,6 3,5 0,3884 0,1722
30 0,80 8,7 3,0 0,3884 0,1626
45 1,40 11,6 2,5 0,3884 0,1588
60 1,50 6,5 2,1 0,3884 0,1588
75 1,60 4,59 2,0 0,3884 0,1588
90 1,70 0,68 2,0 0,3884 0,1588

Perhitungan semburan air pada roket U
keluar
dapat
diperoleh dengan memasukkan data perubahan massa roket
dan besar gaya dorong dari pembacaan tekanan sesuai
persamaan (2), kecepatan awal roket V
0
dapat didekati
dengan kecepatan peluncuran v
f
dari persamaan (4). Dari
nilai U
keluar
dan V
0
dapat diperoleh jarak dan waktu tempuh
roket air secara teoritik sesuai persamaan (10) dan (11).
Hasil teori ini disajikan dalam Tabel 2.


TABEL 2. DATA HASIL PERHITUNGAN TEORI
Sudut (
0
) U
keluar
(m/s) V
0
(m/s) t
total
(s) X
total
(m)
15 19,15567 9,700822 0,510778 4,801324
30 20,86448 10,32759 1,053836 9,425187
45 29,92378 13,04354 1,881996 17,36059
60 26,93140 9,387182 1,659041 7,786859
75 27,35889 8,789518 1,732791 3,941614
90 29,06882 9,338863 1,905890 0

Terjadinya perbedaan kuantitatif antara hasil pengamatan
dan teoretik pada pengukuran jarak dan waktu tempuh roket
lebih disebabkan karena tidak dimasukkannya faktor
gesekan atau hambatan udara pada pendekatan teoritik serta
ketidaktelitian dalam pengukuran. Tapi secara kualitatif
hasil pengmatan dan teoritik memiliki pola dan kesimpulan
yang sama, yaitu jarak terjauh diperoleh pada sudut
peluncuran 45.
Dari Tabel 1 diperoleh kurva perbandingan jarak
maksimum yang ditempuh pada sudut-sudut tertentu seperti
terlihat pada Gambar 5, yang menunjukkan kurva jarak
tempuh terhadap sudut peluncuran. Terlihat bahwa jarak
tempuh terjauh diperoleh saat sudut peluncuran sebesar 45.
Hasil ini menunjukkan kesesuaian pengamatan langsung
dengan teori dasar.


Gambar 5. Kurva jarak tempuh terhadap sudut peluncur.

Dari eksperimen roket air dan analisis gerak proyektil ini
juga dapat ditentukan besarnya percepatan gravitasi.
Terdapat dua metode dalam menentukan percepatan
gravitasi, yaitu menggunakan regresi linear kurva jarak
maksimum (x
max
) terhadap 2 sin sesuai persamaan (7) dan
menggunakan regresi linear kurva waktu tempuh (t
total
)
Mulai
Menyusun peralatan
Megukur lubang roket air
Mengisi roket dengan air dan
mengukur massa awal roket
Melakukan percobaan dengan variasi sudut penyangga roket
15
0
sampai 90
0
dengan interval 15
0
serta mencatat besarnya
tekanan pada pompa, jarak dan waktu tempuh roket
Apakah gerak roket
telah sempurna
membentuk parabola
Belum
Ya
Selesai
Menghubungkan roket dengan mesin pompa
Mengukur massa akhir roket
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 189

ISSN 0853-0823

terhadap sin sesuai persamaan (8). Berikut analisis kurva
hasil eksperimen untuk menentukan besarnya percepatan
gravitasi g.
Dengan pendekatan regresi linear, sesuai persamaan (7)
dengan data gradient dari kurva pada Gambar 6, maka
diperoleh percepatan gravitasi sebesar 10,37 m/s
2
dengan
ketepatan 94,18% jika dibandingkan dengan literatur rata-
rata percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s
2
. Berdasarkan
persamaan (8) dengan data gradient dari kurva pada Gambar
7, maka diperoleh percepatan gravitasi sebesar 13,22 m/s
2

dengan ketepatan 65,10% jika dibandingkan dengan literatur
rata-rata percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s
2
. Terjadinya
perbedaan antara kedua metode ini ketidaktepatan dalam
pengukuran ketika eksperimen serta karena tidak
dimasukkannya faktor gesekan udara yang sebenarnya
sangat mempengaruhi proses eksperimen ini. Pada Gambar
8, terlihat lintasan parabola yang dihasilkan pada gerak roket
air. Kurva parabola dihasilkan dengan mensubstitusikan
parameter hasil eksperimen pada persamaan (6) dan (7).


Gambar 6. Kurva jarak tempuh terhadap 2 sin .


Gambar 7. Kurva waktu tempuh terhadap sin .











(a) 15 (b) 30

(c) 45 (d) 60

(e) 75 (f) 90
Gambar 8. Lintasan parabola gerak roket air.
IV. KESIMPULAN
Dalam makalah ini, telah dibangun dan dilakukan
eksperimen menggunakan alat eksperimen roket air
sederhana yang dapat dibuat dari barang bekas. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa jarak terjauh lintasan
tempuh roket terjadi ketika alat peluncur membentuk sudut
45 terhadap horizontal, sesuai dengan konsep teori gerak
parabola. Selain itu, dalam eksperimen ini juga dapat diukur
besar percepatan gravitasi yaitu 10,37 m/s
2
dan 13,22 m/s
2

yang memiliki sedikit perbedaan dengan literatur, terjadinya
sedikit kesalahan ini disebabkan karena adanya faktor
gesekan udara yang tidak disertakan dalam eksperimen serta
ketidaktelitian dalam eksperimen.


PUSTAKA
[1] M. Sanjaya, Modul eksperimen Fisika II: roket dan analisis gerak
proyektil, Bandung: UIN SGD, 2010.
[2] R. Serway, Physics for scientist & Engineers With Modern
Physics, Virginia: James Madison University Harrison burg, 1989.
[3] Sutrisno Fisika Dasar : Mekanika Bandung: Penerbit ITB, 1979.
[4] P. Tipler,Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid II Jakarta: Erlangga,
1991 (Terjemahan)
[5] A.A. Baskoro, Panduan Lengkap Membuat Roket Air. Jakarta:
Komunitas langit selatan, 2009.
[6] J.V. Cleaves, Guide to The Best Science Fair Project, New York:
John Willey & Sons, Inc., 1997.
[7] J. Shariff, 50 green project for the evil genius, USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc., 20.

You might also like