You are on page 1of 15

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK BAKTERI DARI SEKRET VAGINA IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI OBSTETRI

Nisa Khairati Syukri1, Zinatul Hayati2 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2. Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Komplikasi kehamilan sangat erat kaitannya dengan infeksi diantaranya persalinan prematur, ketuban pecah dini, solusio plasenta, demam maternal dan partus lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengidentifikasi dan mengetahui sensitivitas antibiotik bakteri dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri di RSUDZA dan RSIA. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian observasi laboratorium. Sampel diambil dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri. Pengambilan sampel yang dilakukan selama 8 bulan mulai dari bulan Juli 2012 sampai Februari 2013 didapatkan sebanyak 18 sampel. Ibu hamil dengan KPD sebanyak 16 sampel dengan pola bakteri Klebsiella pneumoniae 31%, Pseudomonas aeruginosa 13%, Staphylococcus sp. 19%, Staphylococcus aureus 6% dan Streptokokus grup B sebanyak 6%. Komplikasi lain yaitu persalinan prematur sebanyak 1 sampel dengan isolat bakteri Klebsiella pneumoniae dan perdarahan pervaginam sebanyak 1 sampel yang dilaporkan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Hasil uji sensitivitas bakteri Klebsiella pneumoniae ditemukan cukup sensitif (75%) terhadap antibiotik meropenem, levofloxacin, fosfomycin, cephalotin dan ciprofloxacin. Bakteri Pseudomonas aeruginosa masih sensitif terhadap amikacin, ceftriaxone dan ceftazidime sebesar masing-masing 100%, 100% dan 50%. Untuk bakteri Staphylococcus sp. memiliki sensitivitas yang cukup tinggi (60%) terhadap amoxicillin, fosfomycin, sulbactam ampicillin, meropenem, tetracycline, doxycycline, cephalotin, vancomycin, linezolid, ciprofloxacin dan levofloxacin. Sedangkan bakteri Staphylococcus aureus sensitif terhadap antibiotik linezolid, trimethoprim-sulfamethoxazole dan doxycillin sebesar 100%. Bakteri Streptokokus grup B pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa bakteri tersebut 100% masih sensitif terhadap semua antibiotik yang diuji yaitu fosfomycin, ceftriaxone, eritromycin, tetracycline, trimethoprim-sulfamethoxazole, linezolid, sulbactam ampicillin, vancomycin dan clindamycin. Kata kunci: komplikasi obstetri, infeksi maternal, uji sensitivitas.

ABSTRACT
Complications of pregnancy is closely associated with infections such as preterm labor, premature rupture of membranes, solutio placenta, maternal fever and prolonged labor. The purpose of this study was to isolate, identify and determine antibiotic sensitivity of bacteria from the vaginal secretions of pregnant women with obstetric complications in RSUDZA and RSIA. This research is a descriptive study design laboratory observations. Samples were taken from the vaginal secretions of pregnant women with obstetric complications. Sampling was carried out for 8 months starting from July 2012 to February 2013 found a total of 18 samples. Pregnant women with the PROM as many as 16 samples with the pattern of the bacteria Klebsiella pneumoniae 31%, 13% Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp. 19%, 6% Staphylococcus aureus and group B streptococcus as much as 6%. Another complication is preterm labor by 1 samples with isolates of Klebsiella pneumoniae bacteria and vaginal bleeding as much as 1 sample reported no bacterial growth. Bacterial sensitivity test results found to be quite sensitive Klebsiella pneumoniae ( 75%) to the antibiotic meropenem, levofloxacin, fosfomycin, cephalotin and ciprofloxacin. Pseudomonas aeruginosa was sensitive to amikacin, ceftriaxone and ceftazidime for each 100%, 100% and 50%. For Staphylococcus sp. has a high sensitivity ( 60%) to amoxicillin, fosfomycin, ampicillin sulbactam, meropenem, tetracycline, doxycycline, cephalotin, vancomycin, linezolid, ciprofloxacin and levofloxacin. While the bacterium Staphylococcus aureus sensitive to the antibiotic linezolid, trimethoprim-sulfamethoxazole and doxycillin at 100%. Group B streptococcus bacteria in this study obtained results that are 100% of bacteria are sensitive to all antibiotics tested, namely fosfomycin, ceftriaxone, eritromycin, tetracycline, trimethoprim-sulfamethoxazole, linezolid, ampicillin sulbactam, vancomycin and clindamycin. Keywords: obstetric complications, maternal infections, test sensitivity.

PENDAHULUAN Kehamilan dan persalinan merupakan keadaan yang fisiologis pada wanita yang sudah menikah, namun komplikasi yang tidak terduga pada saat hamil dan bersalin masih mungkin terjadi yang dapat menyebabkan kematian (Djaja dan Afifah, 2011). Hogan et al. (2010) memperkirakan terdapat 342.900 ibu di dunia yang meninggal selama kehamilan pada tahun 2008. Di asia tenggara sekitar 18.000 kematian maternal pada tahun yang sama (Acuin et al., 2011). Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2011 yaitu 240 per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Ibu hamil yang meninggal karena komplikasi dalam kehamilan dan persalinan terjadi sekitar 0,68% di Indonesia (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Kejadian komplikasi pada ibu hamil diperkirakan terjadi sebesar 15-20% dari semua ibu hamil (Sihombing, 2004; Suprihatiningsih, 2009). Beberapa komplikasi kehamilan sangat erat kaitannya dengan kejadian infeksi seperti persalinan prematur, ketuban pecah dini, solusio plasenta, demam maternal dan partus lama (Lams and Romero, 2007; Gibbs, 2008; Kay, 2008; Effendi dan Pribadi, 2011; Mose dan Alamsyah, 2011). Acuin et al. (2011) menganalisa beberapa penyebab kematian maternal di Asia Tenggara. Penyebab yang paling besar yaitu perdarahan (32%), hipertensi (17%), aborsi (9%), infeksi (8%), emboli (2%) dan penyebab lainnya baik secara langsung (10%) maupun secara tidak langsung (22%). Secara umum pada liang vagina wanita hamil dapat ditemukan beberapa mikroorganisme, diantaranya yaitu Streptococcus non hemolitikus (25%), Escherichia coli (25%), Lactobacillus (35%), Staphylococcus aureus (10%) dan Staphylococcus koagulase negatif (5%) (Herawati et al., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Choi et al. (2011) pada vagina wanita hamil dengan persalinan prematur didapatkan

mikroorganisme yaitu Ureaplasma urealyticum (62,7%), Mycoplasma hominis (12,7%), Group B Streptococcus (7,9%), Chlamydia trachomatis (2,4%) dan Herpes Simplex Virus tipe II (0,8%). Kanalis servikalis pasien ketuban pecah dini dapat ditemukan bakteri Staphylococcus epidermidis (31,43%), Pseudomonas aeruginosa (25,71%), Group B Streptococcus (22,86%), Staphylococcus aureus (20,00%), Eschericia coli (14,29%), Enterobacter aeruginosa (5,71%), Klebsiella pneumonia (2,86%) dan Providencia rittgeri (2,86%) (Mulyantoro, 2002). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar (2008) menyatakan bahwa bakteri terbanyak yang ditemukan pada wanita dengan ketuban pecah dini adalah Klebsiella (36,8%), Staphylococcus (23,3%), Escherichia coli (23,3%), Proteus (10%), Pseudomonas (3,3%) dan Providencia (3,3%). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis dan sensitivitas antibiotik bakteri yang dapat diisolasi dari ibu hamil komplikasi di RSUD Dr. Zainoel Abidin dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian observasi laboratorium. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel penelitian dilakukan di kamar bersalin RSUDZA dan RSIA Banda Aceh. Kultur kuman dan uji sensitivitas dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Instalasi Patologi Klinik RSUDZA. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan, mulai dari bulan Juli 2012 sampai Februari 2013. Populasi dan Sampel Populasi penelitian Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan komplikasi obstetri yang

dirawat di kamar bersalin RSUDZA dan RSIA Banda Aceh. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode accidental sampling yang diperoleh selama periode penelitian dengan kriteria sampel sebagai berikut: a. Ibu hamil dengan komplikasi (Ketuban pecah dini, demam maternal karena infeksi saluran kemih, partus lama, perdarahan antepartum dan persalinan prematur) b. Ibu hamil komplikasi dengan usia kehamilan trimester ketiga Alat dan Bahan Penelitian Alat Alat-alat yang digunakan adalah handscoon, masker, swab kapas steril, tabung reaksi, rak tabung reaksi, inkubator, freezer, cawan petri, ose, pinset, rak untuk pewarnaan slide, kaca objek, gelas ukur, mikroskop, autoklaf, timbangan digital, pengukur waktu (timer), pipet tetes, korek api, lampu bunsen, serta alat-alat lainnya yang biasa digunakan di Lab. Mikrobiologi. Bahan Bahan-bahan yang diperlukan adalah media transport Stuart, biakan murni bakteri, media BA dengan darah 5%, media MAC, media Mueller-Hinton Agar (MHA), NaCl 0,9%, etanol 96% dan 70%, kristal violet, lugol, safranin, H2O2 3% (asam peroksida), Serobact Staph Latex reagent, akuades, standar McFarland0,5, cakram antibiotik, aluminium foil, kertas saring, kapas, kertas label, dan kertas tisu serta bahan-bahan lainnya yang biasa digunakan di Lab. Mikrobiologi. Persiapan Penelitian Sterilisasi Alat dan Bahan Pembuatan media Ethical Clearance

Cara Penelitian Pengambilan sampel Sebelum pengambilan sampel, ibu hamil diberi penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian dan diminta untuk mengisi form informed consent. Sampel penelitian diambil dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri dengan cara memutar kapas lidi steril 3600 pada liang vagina 1/3 atas, kemudian kapas lidi dimasukkan dalam media transport stuart lalu dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi untuk dilakukan identifikasi bakteri dan uji sensitivitas. Isolasi bakteri Usap sekret vagina dari kapas lidi dalam media transport digores pada permukaan media BA dan MAC lalu diinkubasi dalam inkubator selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Media inokulasi pertumbuhan bakteri dibagi menjadi 4 kuadran, jika pertumbuhan koloni bakteri terdapat pada setengah media inokulasi maka dilaporkan sebagai +1 atau +2 (jarang). Pertumbuhan bakteri yang mencapai 3 kuadran maka dilaporkan sebagai +3 (menengah) dan jika koloni bakteri mencapai 4 kuadran dilaporkan sebagai +4 (berat). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk penentuan bakteri Gram positif dan Gram negatif (Baron et al., 1994; Kayser, 2005). Bakteri yang menunjukkan keadaan patogen dilakukan identifikasi secara makroskopis, mikroskopis dan pewarnaan Gram kemudian dilakukan uji sensitivitas antibiotik terhadap bakteri tersebut Identifikasi Bakteri Bakteri yang terisolasi dilakukan beberapa uji untuk mengidentifikasi spesies bakteri. Uji dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Uji lainnya yang dilakukan untuk mengidentifikasi antara lain uji katalase, uji koagulase, uji oksidase, uji biokimia API 20 NE dan 20 E serta uji aglutinasi menggunakan Streptoccocus Grouping Kit (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Antibiotik

Uji Sensitivitas Antibiotik Turbidity Standard Mcfarland 0,5 disiapkan terlebih dahulu. Dengan menggunakan swab steril ambil 1 koloni yang sama dan disuspensikan kedalam tabung NaCl 0,9% steril 5 ml kemudian suspensi kuman dibandingkan dengan Turbidity Standard Mcfarland 0,5. Ambil kapas swab steril, celupkan dalam suspensi kuman dan diputar beberapa kali, kemudian ditekan pada dinding tabung untuk menghilangkan kelebihan inokolum. Swab dihapuskan merata pada permukaan Muller Hinton Agar dan diulang 3 kali, setiap kali medium diputar 60 baru terakhir dioleskan melingkari tepi dalam plate agar. Tutup cawan petri, diamkan selama 3-5 menit. Letakkan cakram/disk obat pada permukaan biakan dan ditekan dengan pinset agar melekat sempurna. Jarak antara pusat ke pusat cakram tidak boleh kurang dari 24 mm kemudian biakan didiamkan 15 menit, lalu Inkubasi selama 16-18 jam pada suhu

35C dalam posisi cawan terbalik. Amati zona hambatan yang terbentuk dengan mengukur lebar/ diameter zona menggunakan penggaris kemudian hasilnya dibandingkan dengan tabel Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) 2012 dan dicatat hasilnya sebagai sensitive, intermediate, dan resistant. Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengumpulan Sampel Hasil pengumpulan sampel dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri di RSUDZA dan RSIA dalam periode Juli 2012 Februari 2013 diperoleh 18 sampel. Sampel yang paling banyak didapatkan adalah sampel dari ibu hamil dengan komplikasi ketuban pecah dini (KPD) yaitu sebanyak 16 sampel (88,9%), 5

sedangkan untuk komplikasi demam maternal dan partus lama pada penelitian tidak didapatkan sampelnya (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Persentase ibu hamil komplikasi berdasarkan diagnosa klinis Diagnosa Jumlah % Ketuban Pecah Dini 16 88,9 Persalinan Prematur 1 5,6 Perdarahan Antepartum 1 5,6 Demam Maternal 0 0 Partus Lama 0 0 Total 18 100

Tabel 4.2 Karakteristik sampel berdasarkan usia ibu dan usia kehamilan Karakteristik Jumlah % Usia Ibu (tahun) < 20 1 5,6 20 35 14 77,8 > 35 3 16,7 Usia Kehamilan (minggu) < 37 37 40 > 40 Total

1 12 5 18

5,6 66,7 27,8 100

Keadaan komplikasi pada kehamilan dapat disebabkan karena adanya infeksi bakteri yang merupakan flora normal pada genetalia wanita. Pada persalinan prematur secara spontan dan membran yang dalam keadaan utuh dapat ditemukan kultur positif bakteri sekitar 20-60% dari membran janin dan cairan amnion. Cairan ketuban ibu pada komplikasi ketuban pecah dini juga dapat ditemukan kultur positif sekitar 30% (Lams and Romero, 2007; Gibbs, 2008). Komplikasi obstetri ini juga merupakan faktor resiko penting terjadinya infeksi neonatal early-onset (Tumbaga and Philip, 2003). Karakteristik sampel pada penelitian ini dibagi menjadi usia ibu dan usia kehamilan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) ataupun melalui ultrasonografi (USG). Sampel terbanyak yang didapatkan dalam penelitian ini merupakan kelompok usia produktif yaitu 20 35 tahun (77,8%). Untuk usia kehamilan ibu terbanyak didapatkan pada usia kehamilan 37 40 minggu (66,7%) (Tabel 4.2).

Secara biologis dan secara psikis, usia yang produktif untuk hamil dan melahirkan adalah pada rentag usia 2035 tahun. Wanita yang berusia kuang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, sehingga jika terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi. Selain itu kekuatan otototot perimeum dan otot-otot perut belum bekerja secara optimal sehingga lebih sering terjadi persalinan lama. Sedangkan ibu yang hamil pada usia diatas 35 tahun, kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam melahirkan, hipertensi dan gangguan kesehatan selama kehamilan, hal ini dikarenakan seiring pertambahan usia maka kondisi fisik dan ketahanan tubuh akan berkurang. Faktor resiko untuk persalinan sulit pada ibu yang belum pernah melahirkan pada kelompok usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok usia reproduksi sehat (20-35 tahun) (Kusumawati, 2006; Devy et al., 2011). Hasil Isolasi Bakteri Hasil isolasi bakteri dari 18 sampel sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri didapatkan 13 sampel yang memiliki pertumbuhan bakteri pada medium. Sedangkan 5 sampel lainnya tidak didapatkan adanya

pertumbuhan bakteri. Penilaian bakteri ini dilihat berdasarkan bentuk pertumbuhan koloni pada nutrient broth dan nutrient agar. Kepadatan koloni bakteri yang tidak terlalu besar maka bakteri tersebut tergolong pada koloni murni dan merupakan bakteri yang non patogen (Kayser, 2005). Hasil Identifikasi Bakteri Hasil identifikasi bakteri dari 13 isolat sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri didapatkan bakteri terbanyak yaitu bakteri Klebsiella pneumoniae sebanyak 6 isolat (46,2%), sedangkan bakteri yang paling sedikit terisolasi adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Streptokokus Grup B (SGB) masing-masing sebanyak 1 isolat (7,7%) (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Bakteri yang diisolasi dari ibu hamil komplikasi obstetri Jumlah Jenis Bakteri % Isolat Klebsiella pneumoniae 6 46,2 Pseudomonas aeruginosa 2 15,4 Staphylococcus sp. 3 23,1 Staphylococcus aureus 1 7,7 Streptokokus Grup B 1 7,7 Total 13 100

Secara umum bakteri diatas merupakan flora normal yang mendiami vagina wanita tanpa menimbulkan gejala klinis yang jelas. Bakteri ini berpotensi menjadi patogen dikarenakan beberapa hal diantaranya perubahan keseimbangan flora normal vagina dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme yang berlebihan sehingga menjadi patogen (Gant dan

Cunningham, 2010). Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai infeksi pada wanita seperti infeksi saluran kemih yang dapat disebabkan oleh bakteri Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus saprophyticus, pielonefritis kronis yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan bakterimia yang dapat disebabkan oleh Staphylococcus sp (Kayser et al., 2005; Brooks et al., 2007). Selain itu bakteri ini juga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada kehamilan. Seperti Streptokokus Grup B yang dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini pada ibu hamil (Liu dan Nizet, 2004). Infeksi genital asimtomatik juga berhubungan dengan terjadinya kelahiran prematur yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas neonatus. Beberapa bakteri yang bertanggung jawab dalam infeksi genital antara lain Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococci, Streptococci, Escherichia coli, Proteus, Providencia, Aerobacter dan Facultatie anaerob (Akerele et al., 2002). Bakteri yang terisolasi dari sampel ibu hamil dengan komplikasi ketuban pecah dini pada penelitian ini paling banyak ditemukan adalah bakteri Klebsiella pneumoniae sebanyak 5 isolat (31%). Untuk ibu dengan komplikasi persalinan prematur ditemukan bakteri Klebsiella pneumoniae sebanyak 1 isolat (100%) dan ibu hamil dengan komplikasi perdarahan antepartum pada penelitian ini tidak ditemukan adanya pertubuhan bakteri (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Hasil isolasi bakteri berdasarkan diagnosa klinis ibu hamil Jenis Bakteri Klebsiella pneumoniae Pseudomonas aeruginosa Staphylococcus sp. Staphylococcus aureus Streptokokus Grup B Tidak ada pertumbuhan Total KPD Jumlah 5 2 3 1 1 4 16 % 31 13 19 6 6 25 100 Prematur Jumlah 1 1 % 100 100 Perdarahan Antepartum Jumlah % 1 100 1 100

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar (2008) di RSUP H. Adam Malik RSUD Pirngadi RSU Sundari, Medan. Hasil penelitian Sidabutar menyatakan bahwa bakteri yang ditemukan pada vagina wanita KPD adalah Klebsiella (36,8%), Staphylococcus (23,3%), Escherichia coli (23,3%), Proteus (10%), Pseudomonas (3,3%) dan Providencia (3,3%). Sementara penelitian Mulyantoro (2002) di RSUP Dr. Kariadi menemukan bakteri Staphylococcus epidermidis (31,43%), Pseudomonas aeruginosa (25,71%), Streptokokus Grup B (22,86%), Staphylococcus aureus (20,00%), Eschericia coli (14,29%), Enterobacter aeruginosa (5,71%), Klebsiella pneumonia (2,86%) dan Providencia rittgeri (2,86%) pada kanalis servikalis pasien KPD. Bakteri yang ditemukan pada ibu dengan komplikasi persalinan prematur pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Choi et al. (2011) di Seoul, Korea dimana pada vagina wanita hamil dengan persalinan prematur didapatkan mikroorganisme yaitu Ureaplasma urealyticum (62,7%), Mycoplasma hominis (12,7%), Streptokokus Grup B (7,9%), Chlamydia trachomatis (2,4%) dan Herpes Simplex Virus tipe II (0,8%). Adanya Bacterial vaginosis pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya persalinan prematur, resiko paling tinggi yaitu

dengan terdapatnya bakteri Mycoplasma hominis dan Bacteroides pada vagina ibu hamil (Hillier et al., 1995). Perbedaan pola kuman yang terjadi pada penelitian ini dapat disebabkan karena tingginya insidensi kolonisasi bakteri pada ibu, adanya perbedaan pola kuman di lingkungan ibu, perbedaan respon imun dan faktor genetik dari populasi, perbedaan analisis mikrobiologi, perbedaan pendidikan dan pelayanan kesehatan serta perbedaan pola perubahan antibiotik dan gaya hidup (Ayoniyi et al., 2009). Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Klebsiella pneumoniae Hasil uji sensitivitas antibiotik Klebsiella pneumoniae yang diisolasi dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi diperoleh hasil bahwa bakteri tersebut semuanya telah resisten (100%) terhadap beberapa antibiotik. Bakteri Klebsiella pneumoniae memiliki sensitivitas yang cukup rendah (50%) terhadap antibiotik sulbactam ampicillin, amoxycillin dan sefalosporin golongan 3 seperti ceftriaxone dan ceftazidime, tetapi pada penelitian ini menunjukkan bahwa Klebsiella pneumoniae yang ditemukan masih sensitif terhadap meropenem (100%) (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Klebsiella pneumoniae


Antibiotik Cefoxitin Gentamycin Linezolid Ticarcillin-Clavulanic acid Aztreonam Amikacin Levofloxacin Meropenem Fosfomycin Cephalotin Ciprofloxacin Tobramycin Trimethoprimsulfamethoxazole Cefuroxime Ceftazidime Ceftriaxone Sulbactam Ampicillin Amoxycilin Jumlah isolat 1 1 4 4 1 1 6 6 5 1 6 2 2 5 5 3 4 5 S % 0 0 0 0 0 0 100 100 100 100 83 50 50 40 40 33 25 20 R % 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 17 50 50 60 60 67 75 80

pneumoniae (ESBL-CRKP). ESBLCRKP di beberapa negara dilaporkan telah meningkat, dimana strain bakteri ini sulit dikontrol karena penyebarannya sangat mudah baik didalam maupun antara rumah sakit. Pilihan pengobatan untuk infeksi yang disebabkan oleh CRKP ini sendiri masih terbatas (Kritsotakis et al., 2011). Kebanyakan isolat resisten terhadap fluorokuinolon, aminoglikosid dan kotrimoksazol. Beberapa isolat masih sensitif terhadap amikasin atau gentamisin dan paling banyak isolat sensitif terhadap colistin dan tigecycline (Nordmann et al., 2009). Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Pseudomonas aeruginosa Beberapa isolat bakteri Pseudomonas aeruginosa yang diperoleh dari penelitian ini telah resisten terhadap meropenem dan amoxycilin yang mencapai 100%, masih sensitif terhadap amikacin dan ceftriaxone sebesar 100% serta terhadap antibiotik ceftazidime sebesar 50% (Tabel 4.6). Tabel 4.6 Hasil uji sensitivitas antibotik bakteri Pseudomonas aeruginosa
Antibiotik Ticarcillin Meropenem Levofloxacin Tobramycin Gentamycin Ciprofloxacin Amoxicillin Amikacin Ceftriaxone Ceftazidime Jumlah isolat 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 S % 0 0 0 0 0 0 0 100 100 50 R % 100 100 100 100 100 100 100 0 0 50

Keterangan: S = Sensitif R = Resisten Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Sidabutar (2008) yang menguji sensitivitas bakteri Klebsiella dari sekret vagina ibu hamil dengan KPD dan non KPD. Hasil yang didapatkan bahwa sensitivitas Klebsiella cukup tinggi terhadap meropenem (100%), cefepime (94%), cefoperazone (88%), cefotaxime (12%) dan ceftazidime (72%). Penelitian ini juga melaporkan rendahnya sensitivitas Klebsiella terhadap antibiotik ceftriaxone (39%). Klebsiella pneumoniae yang telah resisten terhadap cefalosporin generasi 3 digolongkan sebagai bakteri extended strain -lactamase (ESBL). Pilihan antibiotik lini pertama untuk infeksi bakteri ESBL adalah karbapenem, diantaranya meropenem dan imipenem (Pitout et al., 2008). Bakteri ESBL yang telah resisten terhadap karbapenem disebut carbapenem-resistant extendedspectrum -lactamase Klebsiella

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Mulyantoro (2002) yang melaporkan bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa dari isolat vagina ibu KPD sensitif (75%) terhadap antibiotik amikacin, cefipime, dibekacin, gentamycin dan meropenem. Resistensi antibiotik Pseudomonas aeruginosa cukup tinggi (75%) terhadap ampicillin, 9

chloramphenicol, tetracycline dan cotrimoxazole. Sedangkan pada penelitian Sidabutar (2008) mendapatkan bahwa Pseudomonas sensitif terhadap antibiotik meropenem, cefepime dan cefoperazone. Bakteri ini resisten terhadap antibiotik amoxicillin dan ampicillin. Resistensi Pseudomonas aeruginosa terhadap flourokuinolon ditemukan 4,35 kali lebih tinggi pada pasien dengan riwayat pemakaian flourokuinolon atau betalaktam sebelumnya untuk infeksi lain terutama pada usia lanjut (Firdous et al., 2011). Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Staphylococcus sp Bakteri Staphylococcus sp. yang diisolasi dari ibu hamil dengan komplikasi obstetri pada penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus yang menunjukkan hasil koagulase negatif. Bakteri ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi (100%) terhadap amoxicillin, sulbactam ampicillin dan linezolide. Sedangkan untuk antibiotik ceftazidime oxacillin bakteri ini memiliki resistensi 50% (Tabel 4.7). Tabel 4.7 Hasil uji sensitivitas antibotik bakteri Staphylococcus sp
Antibiotik Ceftazidime Cotrimoxazole Trimethoprimsulfamethoxazole Amoxicillin Fosfomycin Sulbactam Ampicillin Meropenem Tetracycline Doxycycline Cephalotin Linezolide Vancomycin Ciprofloxacin Levofloxacin Clindamycin Oxacillin Jumlah isolat 3 1 1 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 2 3 S % 0 0 0 100 100 100 100 100 100 100 100 67 67 67 50 33 R % 100 100 100 0 0 0 0 0 0 0 0 33 33 33 50 67

Penelitian Sidabutar (2008) mendapatkan hasil uji sensitivitas antibiotik pada bakteri Staphylococcus sp yaitu sensitif terhadap antibiotik ceftazidime, gentamycin, cefotaxime, meropenem, cefepime, ceftriaxone dan cefoperazone. Bakteri ini resisten terhadap antibiotik amoxicilin dan ampicillin. Pada penelitian Mulyantoro (2002) didapatkan bakteri Staphylococcus epidermidis yang cukup sensitif (50%) terhadap antibiotik amikacin, cefepime, chloramphenicol, dibekacin, erythromycin, fosfomisin, gentamycin, meropenem, tetrasiklin, cotrimoxazole dan vankomycin. Sedangkan untuk ampicillin, bakteri ini resisten sebesar 100%. Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Staphylococcus aureus Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Staphylococcus aureus pada penelitian ini didapatkan semua isolat resisten (100%) terhadap antibiotik vancomycin sehingga bakteri ini tergolong ke dalam Vancomycin Resistant Staphylococcus aureus (VRSA). Pilihan terapi obat pada VRSA adalah antibiotik linezolid, dalam penelitian ini didapatkan bakteri ini masih sensitif terhadap linezolid (Tabel 4.8). Tabel 4.8 Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Staphylococcus aureus
Antibiotik Oxacillin Clindamycin Ceftazidime Tetracycline Vankomisin Ciprofloxacin Levofloxacin Chloramphenicol Linezolid Trimethoprimsulfamethoxazole Doxycillin Jumlah isolat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 S % 0 0 0 0 0 0 0 0 100 100 100 R % 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0

10

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyantoro (2002) mengenai pola kuman pada kanalis servikalis ibu KPD mendapatkan bakteri Staphylococcus aureus memiliki sensitivitas yang cukup tinggi (75%) terhadap antibiotik amikacin, cefipime, chloramphenicol, dibekasin, fosfomycin, meropenem dan vankomisin. Bakteri ini memiliki resistensi 100% terhadap antibiotik ampisilin. Staphyloccus aureus yang resisten terhadap antibiotik metisilin dan antibiotik lain dalam kelas yang sama seperti amoksisilin, oksasilin dan penisilin tergolong ke dalam MethicillinResistant Staphylococcus aureus (MRSA). Pilihan antibiotik untuk MRSA adalah antibiotik glikopeptida seperti vancomycin dan teicoplanin (Cui and Hiramatsu, 2003). Pada penelitian ini didapatkan isolat Staphylococcus aureus sudah resisten terhadap vancomycin dan dinamakan Vancomycin-Resistant Staphylococcus aureus (VRSA). Terapi pilihan untuk VRSA adalah linezolid, antimikroba pertama dari golongan oxazolidinone. Kasus pertama stafilokokus resisten linezolid dilaporkan pada 1 tahun setelah linezolid disetujui sebagai terapi. Khan et al. (2012) telah melakukan pengujian antibiotik terhadap MRSA resisten linezolid didapatkan hasil bahwa strain bakteri tersebut resisten terhadap antibiotik eritromisin, klindamisin dan gentamisin. Bakteri ini sensitif terhadap antibiotik kotrimoksazol, ciprofloksasin, tetrasiklin dan vankomisin. Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri Streptokokus Grup B Hasil uji sensitifitas antibiotik bakteri Streptokokus Grup B pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa bakteri tersebut 100% masih sensitif terhadap semua antibiotik yang diuji yaitu fosfomycin, ceftriaxone, eritromycin, tetracycline, trimethoprimsulfamethoxazole, linezolid, sulbactam

ampicillin, vancomycin dan clindamycin (Tabel 4.9). Tabel 4.9 Hasil uji sensitifitas antibotik bakteri Streptokokus Grup B
Antibiotik Fosfomycin Ceftriaxone Erythromycin Tetracycline Chloramphenicol Linezolid Sulbactam Ampicillin Vancomycin Clindamycin Jumlah isolat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 S % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 R % 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Hayati (2005) yang melaporkan bahwa bakteri SGB sensitif 100% terhadap antibiotik ampicillin dan penicillin. Sedangkan terhadap antibiotik vancomycin, erythromycin, chloramphenicol dan tetracycline didapatkan telah resisten masing-masing sebesar 40%, 60%, 60% dan 90%. Perbedaan sensitivitas ini terjadi kemungkinan karena perbedaan strain serotip bakteri SGB antara penelitian ini dengan penelitian Hayati. Choi et al. (2011) melaporkan 100% isolat SGB dari ibu hamil dengan persalinan prematur sensitif terhadap penicillin, ceftriaxone dan vancomycin. SGB resisten terhadap antibiotik clindamycin, erythromycin, chloramphenicol dan levofloxacin masing-masing sebanyak 11,5%, 11,5%, 3,8% dan 7,7%. SGB juga menunjukkan sensitivitas yang cukup tinggi (75%) terhadap amikacin, cefepime, chloramphenicol, fosfomycin, gentamycin, meropenem, cotrimoxazole dan vankomycin. Sedangkan untuk antibiotik ampicillin bakteri SGB menunjukkan resisten sebanyak 100% (Muyantoro, 2002). Hasil uji sensitivitas antibiotik dari semua bakteri yang didapatkan dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri ditemukan telah banyak bakteri 11

yang resisten terhadap antibiotik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pemakaian antibiotik yang tidak tepat (tanpa indikasi, dosis terlalu rendah, jangka waktu yang terlalu singkat atau terlalu lama dan pemakaian sendiri tanpa resep dokter), kualitas antibiotik yang jelek (penggunaan antibiotik yang sudah kadaluarsa), adanya residu antibiotik dalam lingkungan, kontak antara pembawa kuman multi resisten seperti tenaga medis dan pasien paska rawat inap di rumah sakit (Farida, 2005). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri dari 18 sampel penderita komplikasi obstetri ketuban pecah dini, persalinan prematur, dan perdarahan antepartum didapatkan bakteri Klebsiella pneumoniae sebanyak 6 isolat (33%), Pseudomonas aeruginosa 2 isolat (11%), Staphylococcus sp. 3 isolat (17%), Staphylococcus aureus 1 isolat (6%), Streptokokus Grup B (SGB) 1 isolat (6%) dan sisanya 5 isolat (28%) dilaporkan tidak adanya pertumbuhan bakteri. 2. Uji sensitivitas antibiotik dari bakteri yang diidentifikasi didapatkan hasil sebagai berikut: a. Tingkat sensitivitas bakteri Klebsiella pneumoniae didapatkan 75% terhadap antibiotik meropenem, levofloxacin, fosfomycin, cephalotin dan ciprofloxacin. b. Bakteri Pseudomonas aeruginosa masih sensitif terhadap amikacin dan ceftriaxone sebesar 100%, namun sebanyak 50% isolat tetap resisten terhadap ceftazidime. c. Bakteri Staphylococcus sp. memiliki sensitivitas yang cukup tinggi (60%) terhadap amoxicillin, fosfomycin, sulbactam ampicillin, meropenem, tetracycline, doxycycline, cephalotin, vancomycin, linezolid, ciprofloxacin dan levofloxacin.

d. Bakteri Streptokokus Grup B pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa bakteri tersebut 100% masih sensitif terhadap semua antibiotik yang diuji yaitu fosfomycin, ceftriaxone, eritromycin, tetracycline, trimethoprimsulfamethoxazole, linezolid, sulbactam ampicillin, vancomycin dan clindamycin e. Dari hasil penelitian ini didapatkan 4 isolat bakteri ESBL yang terdiri dari 1 isolat bakteri Pseudomonas aeruginosa dan 3 isolat lainnya bakteri Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini juga mendapatkan bakteri VRSA sebanyak 1 isolat Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pola bakteri pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu hamil dengan komplikasi obstetri untuk menilai kesamaan bakteri pada sekret vagina ibu dengan bakteri pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu hamil komplikasi guna pembuktian transmisi bakteri dari vagina ibu kepada neonatus. DAFTAR PUSTAKA Acuin, CS; Khor, GL; Liabsuetrakul, T; Achadi, EL; Htay, TT; Firestone, R and Bhutta, Z. 2011. Maternal, Neonatal, and Child Health in Southeast Asia: Towards Greater Regional Collaboration. The Lancet. 377: 516-525. Akerele, J; Abhulimen, P and Okonofua F. 2002. Prevalence of Asymptomatic Genital Infection among Pregnant Women in Benin City, Nigeria. African Journal of Reproductive Health. 6(3): 93-97. Ayoniyi, DO; Udo, SJ; Oguntibeju, OO. 2009. An Epidemiological Survey of Neonatal Sepsis in A Hospital in Western Nigeria. African Journal of Microbiology Research. 3(1): 385389. 12

Baron, EJ; Peterson, LR and Finegold, SM. 1994. Bailey & Scotts Diagnostic Microbiology. 9th Edition. USA, Mosby. p: 92. Brooks, GF; Butel JS dan Morse, SA. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick dan Adelberg. Edisi 23. Jakarta: EGC. h: 198-266. Choi, SJ; Park, SD; Jang, IH; Uh, Y and Lee, A. 2011. The Prevalence of Vaginal Microorganisms in Pregnant Women with Preterm Labor and Preterm Birth. Annals of Laboratory Medicine. (32): 194200. Cui, L and Hiramatsu, K. 2003. Vancomycin-Resistant Staphylococcus aureus. In: Fluit and Schmitz (eds) MRSA Current Perspectives. England, Caister Academic Press. p: 187-190.

dan Sesudah Pelatihan Dokter Mengenai Penggunaan Antibiotik yang Tepat Tahun 2004. Tesis. Universitas Diponegoro. Firdous, R; Ahmed, S; Chaudhary, SA; Ahmad, A and Akhtar, N. 2011. Flouroquinolone Resistance in Clinical Isolates of Pseudomonas aeruginosa. Journal of Rawalpindi Medical College. 15(2): 99-101. Gant, NF dan Cunningham, FG. 2010. Dasar-Dasar Ginekologi dan Obstetri. Jakarta, EGC. h: 162-163. Gibbs, RS. 2008. Premature Rupture of The Membranes. In: Gibbs et al. (eds) Danforths Obstetrics and Gynecology. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. p. 187-197. Hayati, Z. 2005. Karakterisasi Streptokokus Grup B (SGB) yang Diisolasi dari Penderita Komplikasi Obstetri sebagai Landasan Pemberian Terapi dan Imunoprofilaksis terhadap Infeksi Neonatal. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Herawati, S; Prihatini dan Probohoesodo, MY. 2006. Pola Mikroorganisme pada Liang Vagina Wanita Hamil di RSU Dr. Soetomo Surabaya. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 12(2): 65-67. Hillier, SL; Nugent, RP; Eschenbach, DA; Krohn, MA; Gibbs, RS; Martin, DH; Cotch, MF; Edelman, R; Pastorek, JG; Rao, V; McNellis, D; Regan, JA; Carey, JC and Klebanoff, MA. 1995. Association Between Bacterial Vaginosis and Preterm Delivery of A Low-BirthWeight Infant. The New England Journal of Medicine. 333(26): 17371742. 13

Devy, SR; Haryanto, S; Hakimi, M; Prabandari, YS dan Mardikanto, T. 2011. Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang. Jurnal Promosi Kesehatan. 1(1): 50-62. Djaja, S dan Afifah, T. 2011. Pencapaian dan Tantangan Status Kesehatan Maternal di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. 10 (1): 10-20. Effendi, JS dan Pribadi, A. 2011. Demam Dalam Kehamilan dan Persalinan. In: Prawirohardjo (eds) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4. Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h: 629-642. Farida, H. 2005. Kualitas Penggunaan Antiobiotik pada Penderita Demam di Bagian Kesehatan Anak Sebelum

Hogan, MC; Foreman, KJ; Naghavi, M; Ahn, SY; Wang, M; Makela, SM; Lopez, AD; Lozano, R and Murray, CJL. 2010. Maternal Mortality for 181 Countries, 1980-2008: A Systematic Analysis of Progress Towards Millennium Development Goal 5. The Lancet. 375: 16091623. Kay, HH. Placenta Previa and Abruption. 2008. In: Gibbs et al. (eds) Danforths Obstetrics and Gynecology. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. p: 385-399. Kayser, FH. 2005. General Bacteriology. In: Kayser et al. (eds) Medical Microbiology. 10th Edition. New York, Thieme Stuttgart. p: 212-214. __________. 2005. Bacteria as Human Pathogens. In: Kayser et al. (eds) Medical Microbiology. 10th Edition. New York, Thieme Stuttgart. p: 231-310. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta, KEMENKES RI. Khan, MF; Neral, A; Yadav, VC; Khan, FA and Ahmed, S. 2012. Emergence of Linezolid Resistant Staphylococcus aureus in Bastar Tribal Region, India. Journal of Microbiology and Infectious Diseases. 2(3): 127-128. Kritsotakis, EI; Tsioutis, C; Roumbelaki, M; Christidou, A and Gikas, A. 2011. Antibiotic Use and The Risk of Carbapenem-Resistant ExtendedSpectrum--Lactamase-Producing Klebsiella pneumoniae Infection in Hospitalized Patients: Results of A Double Case-Control Study. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 66: 1383-1391.

Kusumawati, Y. 2006. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Persalinan dengan Tindakan (Studi Kasus di RS dr. Moewardi Surakarta). Tesis. Universitas Diponegoro. Lams, JD and Romero, R. 2007. Preterm Birth. In: Gabbe (eds) Obstetric: Normal and Problem Pregnancies. 5th edition. Philadelphia, Churchill Livingstone Elsevier. p: 673-674. Liu, GYH and Nizet, V. 2004. Extracellular Virulence Factors of Group B Streptococci. Frontiers in Bioscienc. 9: 1794-1802.

Mose, JC dan Alamsyah, M. 2011. Persalinan Lama. In: Prawirohardjo (eds) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4. Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h: 562-580. Mulyantoro, I. 2002. Pola Kuman Aerob di Kanalis Serikalis pada Ketuban Pecah Dini. Tesis. Universitas Diponegoro. Nordmann, P; Cuzon, G and Naas, T. 2009. The Real Threat of Klebsiella pneumoniae CarbapenemaseProducing Bacteria. The Lancet Infectious Diseases. 9: 228-236. Pitout, JDD and Laupland, KB. 2008. Extended-Spectrum -LactamaseProducing Enterobacteriaceae: An Emerging Public-Health Concern. The Lancet Infectious Diseases. 8(3): 159-166. Sidabutar, G. 2008. Pola Pertumbuhan Bakteri dan Uji Kepekaan Antibiotik dari Isolat Usap Vagina pada Ketuban Pecah Dini dan Non Ketuban Pecah Dini di RSUP H. Adam Malik RSUD Pirngadi 14

RSU Sundari, Medan. Universitas Sumatera Utara.

Tesis.

Sihombing, Sinurtina. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Persalinan di Indonesia Tahun 1998-2000. Tesis. Universitas Indonesia. Suprihatiningsih. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komplikasi Kehamilan pada Ibu Hamil di Kota Metro Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai. 11(1): 1-10. Tumbaga, PF and Philip AGS. 2003. Perinatal Group B Streptococcal Infection: Past, Present and Future. American Academy of Pediatrics NeoReviews. 4 (3): e65-e72.

15

You might also like