You are on page 1of 9

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEPUNG DAUN KELOR (Moringa Oleifera) TERHADAP JUMLAH ERITROSIT PADA TIKUS WISTAR YANG

DIPAPAR ASAP ROKOK M. Aris Widodo*, Endang Sutjiati**, Youzi Dwi Arestha*** ABSTRAK
Radikal bebas yang terbentuk dari asap rokok salah satunya adalah radikal hidroksil (OH) yang mempunyai sifat sangat reaktif. Tanaman kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih tinggi kandungannya dari pada buah jeruk, dan vitamin A empat kali lebih tinggi buah wortel yang dapat digunakan untuk menangkal radikal bebas dari rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tepung daun kelor sebagai antioksidan terhadap jumlah eritrosit pada tikus Wistar yang dipapar asap rokok. Studi eksperimental laboratorik ini menggunakan Post Test-Only Control Group dilakukan pada hewan coba tikus Wistar. Sampel dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok paparan asap rokok dan kelompok paparan asap rokok dengan pemberian ekstrak tepung daun kelor 100 mg/hari, 200 mg/hari dan 400 mg/ hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah eritrosit pada tikus yang dipapar asap rokok dengan pemberian ekstrak tepung daun kelor dibandingkan jumlah eritrosit tikus yang dipapar asap rokok tanpa pemberian ekstrak tepung daun kelor secara significan (ANOVA, p< 0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan jumlah eritrosit pada perlakuan pemaparan asap rokok dengan pemberian ekstrak tepung daun kelor berbagai dosis dengan perlakuan pemaparan asap rokok tanpa pemberian ekstrak tepung daun kelor. Kata kunci : daun kelor, rokok, eritrosit

ABSTRACT
Radicals which is formed of by a smoke, one of them is hydroxyl radicals (OH) having the nature of very reactive. Kelor plants contain the higher vitamin C seven times its content at oranges, and higher vitamin A four times than carrot fruit that applicable to defense free radicals from the smoke. This research aim to knew the effect of gift of extract of kelor leaf flour (Moringa Oleifera) as antioksidant to erythrocytes amount at Wistar mouse which smoked by smoke. This experimental laboratories study used Post Test-Only Control Group that done to male Wistar rat. Sample divided into 5 group that is control group, group " smoked by smoke without gift of extract kelor leaf flour ", and group by " smoked by smoke and gift of extract kelor leaf flour dose 100 mg / day, 200 mg/day and 400 mg/day" what is each group consisted of 5 mouse. Result of research indicate that there are increase the erythrocytes amount of mouse which smoked by smoke with the gift extract of kelor leaf flour compared to amount of erythrocytes mouse which smoked by smoke without the gift of extract kelor leaf flour.There are different which significant between amount of erythrocytes mouse at treatment of smoked by smoke and gift of extract kelor leaf flour with the amount of erythrocytes mouse which smoked by smoke without gift of extract kelor leaf flour (ANOVA, p< 0.05). The Conclusion is happened the make-up of erythrocytes amount at treatment of smoked by smoke with the gift of extract of kelor leaf flour of various dose with the treatment of smoked by smoke without gift of extract kelor leaf flour. Keywords : kelor leaves, smoke, erythrocytes
* Laboratorium Farmakologi FKUB ** Politeknik Kesehatan Malang Jurusan Gizi *** Mahasiswa Prodi Ilmu Gizi Kesehatan FKUB

PENDAHULUAN Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas. Radikal bebas yang terdapat dalam asap rokok jumlahnya sangat banyak, diperkirakan dalam satu kali hisap masuk sebanyak1014 molekul radikal bebas. Oksidan yang dihasilkan oleh asap rokok dan oksidan yang dihasilkan oleh makrofag dan neutrofil yang aktif serta kandungan H2O2 yang tinggi pada asap rokok akan mempermudah
1

tujuh kali lebih tinggi kandungannya dari pada buah jeruk, dan vitamin A empat kali lebih tinggi buah wortel. 3 Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana manfaat bahan makanan alami (daun kelor) sebagai salah satu antioksidan terhadap jumlah eritrosit pada tikus Wistar yang dipapar asap rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tepung daun kelor (Moringa oleifera) terhadap jumlah eritrosit pada tikus Wistar yang dipapar asap rokok. Apabila terdapat peningkatan jumlah eritrosit pada tikus yang dapat dipapar asap rokok dan diberi ekstrak tepung daun kelor, gizi terutama maka memberi masukan bagi para praktisi untuk mencegah penyakit pada terjadinya radikal perkembangan bebas.

propagasi

radikal bebas .

Membran eritrosit merupakan salah satu membran yang rentan terhadap serangan radikal hidroksil (OH). Jika OH menyerang membran eritrosit maka fluiditas membran akan tergangggu yang dapat menyebabkan lisis bahkan kematian sel. Hal tersebut mengakibatkan turunnya kadar eritrosit yang akhirnya dapat berpengaruh pada peningkatan atau penurunan kadar haemoglobin darah.2 Di sudah yang kering, Daunnya keringnya dan C, Indonesia kelor dikenal satu sebagai jenis tanaman sayuran yang dibudidayakan. Salah menguntungkan dimana tidak adalah dapat lagi berat protein dan yang

degeneratif yang disebabkan oleh Terutama kelompok masyarakat yang terpapar rokok, baik perokok aktif maupun pasif dapat dijadikan sebagai solusi dalam menghambat aktifitas radikal bebas melalui rokok, dengan mengkonsumsi daun kelor sebagai penangkal (antioksidan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tepung daun kelor (Moringa oleifera) terhadap jumlah eritrosit pada tikus Wistar yang dipapar asap rokok.

daunnya dapat dipanen pada musim dijumpai sayuran segar di sekitarnya. berdasarkan mengandung kalsium, Vitamin besi, C

sekitar 27% dan kaya akan vitamin A phosphorus.

terkandung dalam kelor sebanyak

Apabila terdapat peningkatan jumlah eritrosit pada tikus yang dapat dipapar asap rokok dan diberi ekstrak tepung daun kelor, gizi terutama maka memberi masukan bagi para praktisi untuk mencegah penyakit pada terjadinya radikal perkembangan bebas. Terutama

Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran dilakukan Fakultas Brawijaya Jawa Timur. HASIL PENELITIAN Pada Tabel 1. dapat diketahui rata-rata perlakuan, tampak : Ratarata terbanyak perlakuan jumlah terdapat tikus asap eritrosit pada P2 jumlah pada eritrosit hasil tiap tersebut di Universitas Brawijaya Faal kelor Malang. Untuk pemeriksaan serum Laboratorium Daun Kedokteran Malang. Universitas

diperoleh dari daerah Banyuwangi

degeneratif yang disebabkan oleh kelompok masyarakat yang terpapar rokok, baik perokok aktif maupun pasif dapat dijadikan sebagai solusi dalam menghambat aktifitas radikal bebas melalui rokok, dengan mengkonsumsi daun kelor sebagai penangkal (antioksidan). METODE PENELITIAN Jenis coba penelitian Wistar desain ini adalah dengan penelitian Group. adalah eksperimental laboratorik pada hewan tikus menggunakan

sebesar 9.216 juta/ mm3 yaitu dengan rokok dan pemaparan mg. Pada perlakuan asap dengan rokok dan pemaparan

pemberian ekstrak kelor dosis 100

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Post Test-Only Control Rancangan percobaan

pemberian ekstrak kelor dosis 200 mg (P3) mulai terjadi penurunan jumlah eritrosit.

sebagai berikut. Pemeliharaan hewan coba selama penelitian dilakukan di

Tabel 1. Hasil Perhitungan Jumlah Eritrosit Darah Tikus


Kelompok Po P1 P2 P3 P4
Keterangan :

1 5.69 6.96 8.89 8.25 8.80

Jumlah eritrosit (juta/mm3) 2 3 4 6.76 6.85 5.57 7.13 7.18 7.34 9.21 9.05 9.96 7.85 8.26 8.26 7.48 8.60 8.64

5 7.61 7.45 8.97 9.21 7.68

Rata-rata (juta/mm3) 6.4960 7.2120 9.2160 8.3660 8.2400

SD Deviasi 0.85778 0.18992 0.43241 0.50362 0.61123

P0 P1 P2 P3 P4

: Tanpa pemaparan asap rokok dan tanpa ekstrak kelor : Pemaparan asap rokok 1 batang/hari : Pemaparan asap rokok 1 batang/hari + ekstrak kelor 100 mg/hari : Pemaparan asap rokok 1 batang/hari + ekstrak kelor 200 mg/hari : Pemaparan asap rokok 1 batang/hari + ekstrak kelor 400 mg/hari
9.216 6.496 7.212 8.24

12
KADAR ERITROSIT (juta/mm3)

8.366

10 8 6 4 2 0

P0

P1

P2

P3

P4

PERLAKUAN

perlakuan

Gambar 1. Jumlah Eritrosit Pada Tiap Perlakuan Pada gambar 1. dapat dilihat perbedaan jumlah eritrosit pada tikus kontrol, tikus dengan pemaparan asap rokok saja dan tikus dengan pemaparan asap rokok yang disertai pemberian ekstrak tepung daun kelor. Dari uji statistik dengan menggunakan One Way Anova, didapatkan hasil yang significan yaitu p = 0.000 < 0.05 maka menunjukkan Pada penelitian terdapat ini, metode perbedaan antar perlakuan. yang digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit adalah metode Eri Neubauer Improved. Metode tersebut dilakukan dengan menghitung jumlah eritrosit pada kamar hitung dengan bantuan binokulermenggunakan 40x. Dengan mikroskop perbesaran jumlah perhitungan

eritrosit dengan bantuan mikroskop tersebut, tampak pula bentuk dan morfologi sel eritrosit pada tiap perlakuan. Bentuk sel eritrosit pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gb 2 Gb 3 Gb 4 Gb 5 Gb 6 Keterangan : Gb 2 Bentuk Eritrosit P0 (kontrol) Gb 3 Bentuk Eritrosit P1 (pemaparan asap rokok) Gb 4 Bentuk Eritrosit P2 (pemaparan asap rokok + ekstrak tepung daun kelor 100 mg/hari) Gb 5 Bentuk Eritrosit P3 (pemaparan asap rokok + ekstrak tepung daun kelor 200 mg/hari) Gb 6 Bentuk Eritrosit P4 (pemaparan asap rokok + ekstrak tepung daun kelor 400 mg/hari)

Dari morfologi erbedaan

kelima eritrosit morfologi

gambar pada

tesebut tiap-tiap tikus

daun kelor dan dipapar asap rokok 1 batang sehari selama 14 hari, pada dosis pemberian ekstrak kelor 100 mg/hr (P2), 200 mg/hari dan 400 mg/hari (P4) terdapat perbedaan ratarata jumlah eritrosit. Pada dosis pemberian 100 mg/hari (P2) rata-rata jumlah eritrosit lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah rata-rata eritrosit pada dosis 200 mg/hari (P3) dan 400 mg/hari (P4). Dalam radikal sangat vitamin proses melumpuhkan antioksidan mengangkap Pertama-tama bebas, E peran akan

dapat dilihat perbedaaan bentuk dan perlakuan yang diberikan. Terdapat peritrosit dengan pemaparan asap rokok tanpa pemberian ekstrak tepung daun kelor (P1) dengan morfologi eritrosit dengan pemaparan penambahan dan P3). PEMBAHASAN Pada terdapat sebesar jumlah juta/mm3. bermakna kelompok paparan perlakuan kontrol (P0) rata-rata 6.496 eritrosit jumlah eritrosit rata-rata 7.212 asap ekstrak rokok tepung dan daun

kelor dosis 100 mg dan 200 mg (P2

sistematis.

juta/mm3, P1 yaitu

(scavenging) radikal bebas, namun vitamin E akan berubah menjadi radikal. Radikal vitamin E akan dinetralkan oleh bantuan vitamin C. Vitamin C ini lama-kelamaan akan menjadi radikal pula dan akan dinetralkan oleh glutation. Namun apabila konsentrasi vitamin C tinggi dalam tubuh, glutation tidak mampu untuk menetralisir vitamin C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata jumlah eritrosit pada P4 adalah 8.240 juta/mm3 (pemberian ekstrak tepung daun kelor dosis 400 mg/hari)

tersebut lebih rendah dari rata-rata Berdasarkan uji stastistik antara dengan asap rata-rata jumlah jumlah rata-rata diberi jumlah

juga tidak terdapat perbedaan yang eritrosit kelompok kontrol (P0) dengan eritrosit pada kelompok yang diberi rokok tanpa ekstrak tepung daun kelor (P1). Hasil pemeriksaan eritrosit pada kelompok tikus dengan perlakuan pemberian ekstrak tepung

lebih rendah daripada jumlah eritrosit tikus dengan pemberian


3

Pada penelitian ini, walapun tidak terjadi perbedaan yang significan antara jumlah eritrosit tikus kontrol (P0) dan tikus yang dipapar asap rokok (P1) namun terjadi perbedaaan dalam morfologi eritrosit. Bentuk eritrosit tikus kontrol (P0) lebih bulat dan membran selnya masih tampak halus (Gambar 2). Bentuk eritrosit pada tikus yang dipapar asap rokok (P1) tampak tidak beraturan yaitu terdapat tonjolan-tonjolan pada permukaan sel tidak rata sehingga membran selnya tampak bergerigi (berbentuk seperti bintang)(Gambar 3). Pada penelitian ini, walapun tidak terjadi perbedaan yang significan antara jumlah eritrosit tikus kontrol (P0) dan tikus yang dipapar asap rokok (P1) namun terjadi perbedaaan dalam morfologi eritrosit. Bentuk eritrosit tikus kontrol (P0) lebih bulat dan membran selnya masih tampak halus (Gambar 2). Bentuk eritrosit pada tikus yang dipapar asap rokok (P1) tampak tidak beraturan yaitu terdapat tonjolan-tonjolan pada permukaan sel tidak rata sehingga membran selnya tampak bergerigi (berbentuk seperti bintang)(Gambar 3). Perbedaan morfologi atau bentuk eritrosit tikus juga terjadi pada

ekstrak

tepung daun kelor dosis 100 mg/hari (P2) 9.216 juta/mm Hal dan dosis 200
3

mg/hari (P3)8.366 juta/mm . tersebut mungkin disebabkan kandungan vitamin E yang terdapat pada P4 (dosis 400 mg/hari) lebih tinggi dibandingkan pada dosis P2 (100 mg/hari) dan P3 (200 mg/hari). Jumlah vitamin E yang berlebihan dalam tubuh dapat berubah menjadi radikal. Radikal vitamin akan dinetralkan oleh vitamin C, namun pada ekstrak tepung daun kelor vitamin C yang terdapat pada daun kelor tidak dapat berikatan dengan etanol, sehingga dimungkinkan tidak terdapat vitamin C pada ekstrak tepung daun kelor yang diberikan pada tikus. Vitamin E kerusakan yang berubah menjadi eritrosit yang turut jumlah

radikal tersebut berdampak pula pada mempengaruhi penurunan

(dapat dilihat pada Gambar 3). Jumlah rata-rata eritrosit pada dosis 100 mg/hari (P2) paling tinggi diantara dosis 200 mg/hari (P3) dan 400 mg/hari (P4). Dosis pemberian ekstrak tepung daun kelor sebesar 100 mg/hari merupakan sel dosis optimum dan ekstrak tepung daun kelor untuk dapat melindungi eritrosit meningkatkan jumlah ertrosit.

perlakuan pemberian ekstrak tepung daun kelor dengan berbagai dosis. Pada perlakuan tikus dengan pemaparan asap rokok dan pemberian dosis 100 mg/hari (P2) tampak eritrosit berbentuk cakram bikonkaf sempurna (Gambar 4), membran sel tampak bulat dan halus. Pada gambar 5 morfologi eritrosit tikus dengan pemaparan asap rokok dan pemberian pemberian dosis dosis 200 100 mg/hari (P3) hampir sama dengan perlakuan mg/hari yaitu membrane sel tampak bulat dan halus tanpa tonjolan-tonjolan. Sedangkan morfologi eritrosit pada pemberian tidak halus dosis 400 mg/hari eritrosit cakram memperlihatkan bikonkaf), tampak membrane (berbentuk

pemberian tidak pada halus

dosis

400

mg/hari cakram sehingga

memperlihatkan membrane eritrosit (berbentuk sel bikonkaf), terdapat tonjolan-tonjolan permukaan eritrosit tampak seperti bintang. Perbedaan morfologi eritrosit pada perlakuan P4 (dosis ekstrak tepung daun kelor 400 mg/hari) juga dimungkinkan 4100 mg/hari disebabkan (P4) lebih karena tinggi kandungan vitamin E pada dosis dibanding dengan dosis 100 mg/hari (P3) dan dosis 200 mg/hari (P3). Sehingga vitamin E berubah menjadi radikal dan merusak membran sel yang berakibat terjadi bentuk eritrosit yang hampir sama dengan bentuk eritrosit tikus yang dipapar asap rokok tanpa pemberian ekstrak tepung daun kelor (P1). Bentuk eritrosit pada perlakuan pemaparan asap rokok tanpa pemberian ekstrak tepung daun kelor (P1) tampak tonjolan-tonjolan pada permukaan sel dan berbentuk seperti bintang. Hal tersebut menampakkan bahwa radikal bebas yang ada dalam asap rokok telah merusak membran sel sehingga membran sel rusak dan sitoskeleton tidak dapat mempertahankan bentuk sel normal. Pada perlakuan pemaparan asap rokok dan pemberian ekstrak tepung

terdapat seperti

tonjolan-tonjolan bintang. Pada

pada permukaan sel sehingga eritrosit perlakuan tikus dengan pemaparan asap rokok dan pemberian dosis 100 mg/hari (P2) tampak eritrosit berbentuk cakram bikonkaf sempurna (Gambar 4), membran sel tampak bulat dan halus. rokok Pada dan gambar pemberian pemberian 5 morfologi dosis dosis 200 100 eritrosit tikus dengan pemaparan asap mg/hari (P3) hampir sama dengan perlakuan mg/hari yaitu membrane sel tampak bulat dan halus tanpa tonjolan-tonjolan. Sedangkan morfologi eritrosit pada

daun kelor (dosis 100 mg dan 200 mg) bentuk eritrosit sama dengan bentuk eritrosit pada kontrol (P0). Hal tersebut berarti bahwa pemberian sel ekstrak eritrosit tepung daun kelor berpengaruh untuk melindungi membran terhadap radikal bebas yang terdapat pada asap rokok. Dengan penelitian ini, diharapkan daun dan kelor dapat untuk digunakan sebagai alternatif

SARAN 1. Perlu adanya penelitian mengenai lamanya (radikal jumlah 2. Perlu lanjut paparan bebas) pada eritrosit adanya asap yang yang rokok dapat ditandai lebih daun

berpengaruh

penurunan

dengan penurunan B-globulin. penelitian mengenaimanfaat

kelor sebagai penangkal radikal bebas terutama untuk perokok aktif.

memperbaiki aktif. KESIMPULAN

meningkatkan

jumlah eritrosit terutama pada perokok

1. Rata-rata jumlah eritrosit pada tikus tanpa pemaparan asap rokok dan tanpa pemberian ekstrak tepung daun kelor sebesar 6.496 juta/mm3. 2. Rata-rata jumlah eritrosit pada tikus dengan pemaparan asap rokok dan tanpa pemberian ekstrak tepung daun kelor sebesar 7.212 juta/mm3. 3. Hasil perhitungan jumlah eritrosit pada tikus yang dipapar asap rokok dan dengan pemberian ekstrak tepung daun kelor berbagai dosis (100mg, 200mg, dan 400 mg) tidak berbeda secara bermakna, namun terjadi penurunan rata-rata jumlah eritrosit dari pemberian ekstrak tepung daun kelor dari dosis 100 mg ke dosis 200 mg dan 400 mg.

DAFTAR PUSTAKA 1. Widodo, MA. 1995. Efek Pemicu Radikal Bebas dan Vitamin E pada Diabetes Komplikasi Pembuluh Darah Tikus Diabetes. Laporan Penelitian Hibah Bersaing 1992-1995 ; Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Sauriasari, 2006. 2. Rani

Mengenal-danMenangkal-RadikalBebas http://www.beritaiptek.co m/zberita-beritaiptek2006-01-22-.shtml as


retrieved on 20 Apr 2006 00:58:30 GMT.Ahad, 22 Januari 2006 06:05:25 3. Albert GO Sumampouw, 2004. Radikal Bebas dan Antioksidan.

http://www.medikaholistik. com/2033/2004/11/28/me dika.html?xmodule=docu ment_detail&xid=54 as


retrieved on 12 Apr 2006

4.

5.

6. 7.

01:50:13 GMT. last update : 29 March 2003 Deshpande et al. 1996. Nutrition and Health Aspect of Food Antioxidants In : Madhvi DL. Deshpande SS (eds). Food Antioxidants. New York Mercel Dekker Inc. P 364. Favier AE, 1995. How to Cemonstrate the Occurance of an Oxidative Stress in Human ; in Favier et al (eds) Analysis of Free Radical in Biological System : Switzerland : Birkhauser Voulagh Basel P.102. F.G Winarno. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. F.G. Winarno. 2005. Moringa oleifera. www.google.com. Diakses tanggal 12 Desember 2005.

8. Gutteridge, John MC Haliwell Bary. 1996. Antioxidant in Nutrition, Health, and Disease. London Oxford University Press. P.125 9. Haliwell, 1991. ROS in Living System : Source, Biochemistry, and Role Human Disease. The American Journal Medicine. P.145 10. Lavon .J. Dunne. 2001. Nutrition Almanac. US.Hill companies. 11. Lawrence.J.Machlin. 1991. Hand Book of Vitamin. New York. Marcel Dekker. Inc. 12. Subandi, 1995. Efek Antioksidan (vitamin C) terhadap Jumlah dan Fungsi Makrofag Alveoli serta Kadar SOD Jaringan Paru Tikus yang Dipapar Asap Rokok. Malang FKUB.

You might also like