You are on page 1of 115

Winda Setyowulan Amelia Christiana Dita Rahmita Mimi Suhaini Zahidah Rahman

Generasi 1

(klasik)
Antihistamin

Generasi 2
(non klasik) Generasi 3

1
Klasifikasi Antihistamin

Antihistamin
2

Antihistamin 1 Generasi 1

Etanolamin

Etilendiamin

Alkilamin
Bropheniramine

Piperazine

Fenotiazin

Golongan tambahan

Carbinoxamin

Antazolin

Hydroxyzine

Promethazine

Cyproheptadine

Dymenhydrinate

Pyrilamine

Chlorpheniramine

Cyclizine

Hidroksizin hidroklorid Mebhidrolin napadisilat

Diphenydramine

Meclizine

Doxylamine

Ketotifen

Antihistamin 1 Generasi 2

Alkylamine

Piperazine

Phatalazinones

Piperidine
Levocabastine HCl

Acrivastine

Cetirizine

Azelastine HCl

Loratadine

Antihistamin 1 Generasi 3
Metabolit Enansiomer

Desloratadine

Levocetirizine

Fexofenadine

Cimetidine

Ranitidine

AH 2

Famotidine

Nizatidine

AH 1 AH 1 AH 1 generasi 1 generasi 2 generasi 3


Azatadine, Brompheniramine, Chlorpheniramine Cetirizine, Fexofenadine,

Loratadine

Desloratadine

Sedasi Penglihatan buram

Tidak sedasi

Mulut kering
Takikardi

Tidak ada efek antikolinergik


Tidak melewati BBB

Tidak sedasi

Nama generik Antazolin 25,50 mg/tablet/vial

Dosis dan cara pemberian Dewasa : 4x25-50 mg/hari Peroral, parenteral Anak : Maksimum 150 mg/hari Dewasa : 1x10-20 mg/hari Anak : 2mg/10 kg BB/hari Dewasa : 10-50 mg, IM 3 x 25-50 mg/hari peroral, parenteral Anak : 3x5 mg/kg BB/hari Dewasa : 4-3 x 25-50 mg/hari peroral 6 yahun : 50-100 mg/hari <6 tahun : 50 mg/hari peroral/dosis terbagi Dewasa : 2-3 mg x10 mg / 2-3 x 10 mg/hari

Efek samping Gangguan lambung

Kontraindikasi Kehamilan

Astemizol 10 mg/tab

Ganguan kardiovaskular Pertambahan berat badan Gangguan SSP Ganguan kardiovaskular Gangguan darah Interaksi alkohol dan antidepresan Eforia Nyeri kepala Hipotensi

Kehamilan Anak < 2 tahun

Difenhidramin 25 mg/tab 10,50 mg/vial

Bayi < I tahun prematur Laktasi

Hidroksizin 25 mg/tab

Asma akut Prematur

Homoklorsiklizin 10 mg/tab

Mengantuk Pusing

Asma akut Prematur

Nama generik Klorfeniramin 4 mg/tablet

Dosis dan cara pemberian Dewasa : 3-4 x 4 mg/hari per oral Anak < 12 tahun : 3-4 x 2mg/hari per oral Dewasa : 3 x 25-50 mg/hari peroral, parenteral Dewasa : 2-3 x 4 mg/hari dosis maksimum Anak : 12 mg/hari Dewasa : 2 x 60 mg/hari per oral Anak : 2 x 30 mg/hari

Efek samping Sedatif Eforia Hipotensi Nyeri kepala

Kontraindikasi Bayi Prematur

Feniramin hidrogen maleat 25,50 mg/tablet/vial


Loratadin 10 mg/tablet 5 mg/5 ml

Sedatif Nyeri kepala Mulut kering

Kehamilan Laktasi Asma akut

Mebhidrolin napadisilat 50 mg/tablet

Nyeri kepala Mulut kering

Glaukoma Hipertrofi prostat

Mekuitazin 5 mg/tablet 2,5 mg/ml

Dewasa : 2 x 5 mg/hari

Kulit kering Konstipasi

Glaukoma Adenoma prostat

Nama generik Oksotamid 30 mg/tablet

Dosis dan cara pemberian Dewasa : 30 mg/hari per oral Anak : 0,5 mg/kgBB/hari Dewasa : 3-4 x 25 mg/hari per oral

Efek samping Kelelahan Gangguan darah Penekanan SSP

Kontraindikasi Prematur Koma Laktasi

Prometazin 25 mg/tablet

Sedatif kuat Lemas otot Mual Fotosensitivitas Interaksi dengan alkohol Antihipertensi Pusing Mengantuk Penglihatan kabur

Prematur Koma Laktasi

Siproheptadin 4 mg/tablet

Dewasa : 2-3 x 4 mg/hari dosis maks Anak : 12 mg/hari Dewasa : 2 x 60 mg/hari per oral Anak : 2 x 30 mg/hari

Glaukoma Hipertrofi Prostat

Terfenadin 60 mg/tablet

Nyeri kepala Mulut kering

Kehamilan Laktasi

FARMAKOKINETIKA

Secara oral => absorpsi baik konsentrasi puncak plasma rata-rata dalam 2 jam Ikatan dengan protein plasma berkisar antara 78-99% Metabolisme : microsomal mixed-function oxygenase system

Generasi 1 Alergi

fotosensitivitas, syok anafilaksis, ruam, dermatitis Kardiovaskular hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin)

Sistem Saraf Pusat drowsiness, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal

Alergi Fotosensitivitas Syok anafilaktik Ruam Dermatitis

SSP Mengantuk Sakit kepala Fatigue Sedasi

Respiratori Dada sesak Whezing Epistaksis Nasal burning

Genitourinari Urinary frequency Disuria Retensi urin

Gastrointestinal Anoreksia Epigastric distress

Generasi
2&3

Farmakokinetika

Bioavailabilitas - 50% ranitidine dan famotidine - 90% nizatidin Eliminasi terutama di ginjal.

Farmakodinamika

Penghambat histamin pada reseptor H2 secara selektif dan reversible

OBAT KORTIKOSTEROID

PENDAHULUAN

Definisi : Kortikosteroid adalah hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis

Cara penggunaannya Obat Kortikosteroid

Sistemik

Topikal

Hubungan hipothalamus, hipofisis dan kelenjar adrenal

KORTIKOSTEROID

Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein Glukokortikoid

Anti inflamasi
Korteks adrenal Mengatur kadar air dan elektrolit

Mineralkortikoid

FARMAKOLOGI

Kadar kortisol darah dalam keadaan basal mengalami alur (variasi) diurnal, yaitu : -Pagi hari kadar kortisol paling tinggi (08.00) dibandingkan waktu lainnya membuat orang menjadi lebih semangat dalam menjalani aktivitasnya. - Malam hari kadar kortisol hingga kadar terendah (23.00) dibuktikan dengan seseorang yang dapat beristirahat dengan cukup

FARMAKOLOGI

Dalam korteks adrenal kortikosteroid tidak disimpan sehingga harus disintesis terus menerus. Bila biosintesis berhenti, meskipun hanya untuk beberapa menit saja, jumlah yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan normal. Oleh karenanya kecepatan biosintesisnya disesuaikan dengan kecepatan sekresinya.
Kecepatan sekresi dalam keadaaan optimal (mg/hari) Kortisol Aldosteron 20 0,125 Kadar plasma (g/100ml) Jam 08.00 16 0,01 Kadar plasma (g/100ml) Jam 16.00 4 -

Mekanisme pemberian

Kortikosteroid sistemik diberikan oral, im, iv

Dosis yang paling kecil dengan masa kerja yang pendek dapat diberikan setiap pagi untuk meminimal efek samping karena kortisol mencapai puncaknya sekitar jam 08.00 pagi dan terjadi umpan balik yang maksimal dari sekresi ACTH.

Perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroid

* hanya berlaku untuk pemberian oral atau IV. S = kerja singkat (t1/2 biologik 8-12 jam) I = intermediate, kerja sedang (t1/2 biologik 12-36 jam) L = kerja lama (t1/2 biologik 36-72 jam)

KORTIKOSTEROID SITEMIK
NAMA GENERIK Desoksikortikosteron Asetat Fluodrokortison Asetat Kostisol / hidrokortison Kortisol Asetat Kortisol Sipionat Kortison Asetat Prednisolon Methylprednisolon 6-Methylprednisolon Methylprednisolon Na Suksinat Deksametason Deksametason Asetat Deksametason Na Fosfat BENTUK ORAL

0,1 mg
5-20 mg 2 mg/ml (suspensi) 5-25 mg 5 mg 4 mg 4 mg 0,5 mg/ml (eliksir)

KORTIKOSTEROID SISTEMIK

NAMA GENERIK
Prednison Betametason Betametason Dipropionat Betametason Valerat Parametason Asetat

BENTUK ORAL
5mg 0,6 mg

1,2 mg

Triamsinolon Triamsinolon Asetonit Triamsinolon Diasetat

4 mg
2 mg, 4mg/5ml (sirup)

Penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid beserta dosisnya


Nama penyakit Dermatitis Erupsi alergi obat ringan SJS berat dan NET Eritrodermia Reaksi lepra DLE Pemfigoid bulosa Pemfigus vulgaris Pemfigus foliaseus Pemfigus eritematosa Psoriasis pustulosa Reaksi Jarish-Herxheimer Macam kortikosteroid dan dosisnya sehari Prednison 4x5 mg atau 3x10mg Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg Deksametason 6x5 mg Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg Prednison 3x10 mg Prednison 3x10 mg Prednison 40-80 mg Prednison 60-150 mg Prednison 3x20 mg Prednison 3x20 mg Prednison 4x10 mg Prednison 20-40 mg

Hipersekresi asam lambung, ulkus peptikum,

Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu.


Osteoporosis,fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur tulang panjang.

Glaukoma dan katarak subkapsular posterior


Perubahan kepribadian (euforia, insomnia, gelisah, mudah tersinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis, kecendrungan bunuh diri), nafsu makan bertambah Kehilangan protein (efek katabolik), hiperlipidemia,gula meninggi, obesitas, buffalo hump, perlemakan hati. Imun menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb dan herpes simplek, keganasan dapat timbul.

KORTIKOSTEROID TOPIKAL

INDIKASI KORTIKOSTEROID TOPIKAL


Psoriasis

Responsif

Dermatitis atopik, kontak, seboroik Neurodermatitis sirkumsipta Dermatitis numularis, stasis, venenata, intertriginosa Fotodermatitis

Kurang responsif

Lupus eritematosus Psoriasis di telapak tangan dan kaki Vitiligo Liken planus Pemfigoid

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima, cetakan keedua FK UI. Jakarta 2007

Klasifikasi Kortikosteroid Topikal


Kortikosteroid Topikal dibagi menjadi 7 golongan yaitu:
Klasifikasi
Golongan 1: (Potensi Sangat Tinggi)

Nama Dagang
Diprolene ointment Diprolene AF cream Psorcon ointment

Nama Generik
0,05% betamethason dipropionate

0,05% diflorasone diacetate

Temovate ointment
Temovate cream Ultravate ointment Ultravate cream

0,05% clobetasol propionate

0,05% halobetasol propionate

Klasifikasi

Klasifikasi Kortikosteroid Topikal


Nama Dagang
Cyclocort ointment Diprosone ointment 0,1% amcinonide Elocon ointment Florone ointment Halog ointment Halog cream

Nama Generik

Golongan II: (potensi tinggi)

0,05% betamethasone dipropionate 0,01% mometasone fuorate 0,05% diflorasone diacetate 0,01% halcinonide

Halog solution
Lidex ointment Lidex cream Lidex gel Lidex solution Maxiflor ointment Maxivate ointment

0,05% fluocinonide

0,05% diflorasone diacetate 0,05% betamethasone dipropionate

Maxivate cream Topicort ointment Topicort cream Topicort gel

0,25% desoximetasone

0,05% desoximetasone

Klasifikasi Kortikosteroid Topikal


Klasifikasi
Golongan III: (potensi tinggi)

Nama Dagang
Aristocort A ointment

Nama Generik
0,1% triamcinolone acetonide

Cultivate ointment
Cyclocort cream Cyclocort lotion Diprosone cream

0,005% fluticasone propionate


0,1 amcinonide

0,05% betamethasone dipropionate

Flurone cream Lidex E cream Maxiflor cream Maxivate lotion

0,05% diflorosone diacetate 0,05% fluocinonide 0,05% diflorosone diacetate 0,05% betamethasone dipropionate

Topicort LP cream Valisone ointment

0,05% desoximetasone 0,01% betamethasone valerate

Klasifikasi Kortikosteroid Topikal


Klasifikasi
Golongan IV: (potensi medium)

Nama Dagang
Aristocort ointment Cordran ointment Elocon cream Elocon lotion Kenalog ointment Kenalog cream Synalar ointment Westcort ointment

Nama Generik
0,1% triamcinolone acetonide 0,05% flurandrenolide 0,1% mometasone furoate

0,1% triamcinolone acetonide

0,025% fluocinoloneacetonide 0,2% hydrocortisone valerate

Klasifikasi
Golongan V: (potensi medium)

Nama Dagang
Cordran cream Cutivate cream Dermatop cream Diprosone lotion Kenalog lotion Locoid ointment Locoid cream Synalar cream Tridesilon ointment Valisone cream Westcort cream

Nama Generik
0,05% flurandrenolide 0,05% fluticasone propionate 0,1% prednicarbate 0,05% betamethasone dipropionate 0,1% triamcinolone acetonide hydrocortisone butyrate 0,025% fluocinolone acetonide 0,05% desonide 0,1% betamethasone valerate 0,2% hydrocortisone valerate

Klasifikasi Kortikosteroid Topikal


Klasifikasi
Golongan VI: (potensi medium)

Nama Dagang
Aclovate ointment Aclovate cream Aristocort cream Desowen cream Kenalog cream

Nama Generik
0,05% aclometasone

0,1% triamcinolone acetonide 0,05% desonide 0,025% triamcinolone acetonide

Kenalog lotion Locoid solution Synalar cream Synalar solution

0,1% hydrocortisone butyrate 0,01% fluocinolone acetonide

0,05% desonide

Tridesilon cream
Valisone lotion

0,1% betamethasone valerate

Golongan VII: (potensi lemah)

Obat topikal dengan hidrokortison, dekametason, glumetalone, prednisolone, dan metilprednisolone

Efek Samping Kortikosteroid Topikal

Timbul bila :

Penggunaan lama dan berlebihan Dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara oklusif

Gejalanya:

Atrofi Strie atrofise Teleangiektasis Purpura Dermatosis akneformis Hipertrikosis setempat Hipopigmentasi Dermatitis perioral Menghambat penyembuhan ulcus Infeksi mudah terjadi dan meluas Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima, cetakan keedua FK UI. Jakarta 2007

Pencegahan Efek Samping Kortikosteroid topikal Pencegahan side effect

kortikosteroid topikal
Dosis aman : tidak melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi Kortikosteroid potensi lemah dipakai bila :
Kulit tipis Kelainan akut Ingin digunakan di lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah

Kortikosteroid potensi sedang dipakai bila :


Kelainan subakut Ingin digunakan di lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah

Kortikosteroid potensi kuat dipakai bila :


Kulit tebal Kelainan kronis

KONTRA INDIKASI : Infeksi bakterial, mikotik, virus, skabies


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima, cetakan keedua FK UI. Jakarta 2007

Obat Anti Jamur Topikal

Menurut Kuswadji dan Widaty (2001) obat antijamur topikal yang ideal
Obat yang aktif pada konsentrasi sangat rendah

Efek samping minimal atau bahkan tidak ada

Obat antijamur topikal ideal

Mempunyai formula yang beragam

Dengan formula yang spesifik (misalnya untuk kuku dan mukosa

Memiliki manfaat tambahan : kelainan yang biasa menyertai infeksi jamur (misalnya antiinflamasi, keratolitik dan antibakteri)

Klasifikasi Anti Jamur Topikal


KLASIFIKASI Bahan Kimia Anti Septik Bahan Keratolitik Polien Azole Imidazole CONTOH Cestallani paint (solusio carbol fuchsin) salep Whitefield dan asam undesilenat krim. Nystatin Klotrimazol, Ekonazol, Mikonazol, Ketokonazol, Sulkonazol, Oksikonazol, Terkonazol, Tiokonazol, Sertakonazol Naftifin, Terbinafin, Butenafin Amorolfin, Siklopiroks, Haloprogin

Alilamin / Benzilamin Lainnya

Cestallani paint (solusio carbol fuchsin)

Pada kasus tinea kruris dan kandidosis intertriginosa, tinea unguium, tinea imbrikata dan tinea korporis

Bahan Kimia Antiseptik

Mempunyai sifat antibakteri dan antijamur ringan

(Kuswadji dan Widaty, 2001; Siregar, 2005)

BAHAN KERATOLITIK
Meningkatkan eksfoliasi stratum korneum

Salep Whitefield dan asam undesilenat krim

Bakteriostasis lemah tinea kruris, tinea unguium dan tinea korporis, tinea unguium

(Kuswadji dan Widaty, 2001; Tjay dan Rahardja, 2003; Hamzah, 2005; Siregar, 2005).

NISTATIN

Merupakan antibiotik polien

Mekanisme kerja : berikatan dengan ergosterol pada membran jamur, permeabilitas meningkat, sel jamur mati

Indikasi : kandidiasis kulit, selaput lendir, dan saluran cerna.

Efek samping : jarang ditemukan, mual, muntah, diare ringan

GOLONGAN IMIDAZOL

Fungistatis dan pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi tertentu.

Imidazol memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar 70 100 %.

Mekanisme kerjanya dengan menghambat sintesis ergosterol, suatu unsur penting untuk integritas membran sel

Gol Imidazol
Mikonazol

Kegunaan
fungisid kuat: Tinea kruris & Tinea Pedis

Cara Pakai
2 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 2 %, bedak kocok ataupun bedak.
2 kali sehari selama 2 6 minggu dalam bentuk krim 1 % atau solusio 2 kali atau 4 kali sehari selama 2 4 minggu dalam bentuk krim 1 %. 2 kali atau 4 kali sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 1 %. 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. 4 kali sehari selama 2 4 minggu dalam bentuk krim 1 % atau solusio dioleskan 2 kali sehari baik dewasa maupun anak-anak (> 12 tahun) bentuk losio atau krim yang dikombinasikan bersama urea 40 % dengan bebat

Merk Dagang
micoskin, mexoderm dan daktarin

Klotrimazol

Tinea Pedis, tinea korporis, tinea kruris Tinea pedis

canesten, lotremin dan fungiderm formyco, nizoral dan mycozid pevaryl

Ketokonazol

Ekonazol

Tinea pedis, tinea kruris

Oksikonazol

Tinea pedis, tinea kruris

oxistat

Sulkonazol

Tinea kruris

exelderm

Sertakonazol

Tinea Pedis

ertaczo

Bifonazol

Tinea unguium

mycospor

Golongan Allilamin
Menghambat enzim epoksidase skualen pada proses pembentukan ergosterol membran sel jamur.
Gol Allilamin Naftitin Mekanisme Kerja menurunkan ergosterol yang menghambat pertumbuhan sel jamur. Pada konsentrasi 1 % memiliki daya antiinflamasi Sediaan krim, gel atau solusio

Efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar 70 100 %.


Cara pakai Merk Dagang

dioleskan 4 kali exoderil sehari pada sekitar lesi selama

Terbinafin

menghambat epoksidase skualen

Krim

dioleskan 4 kali dalam waktu 1 4 minggu

interbi, lamisil dan termisil

Golongan Benzilamin
Butenafin
fungisidik terhadap dermatofit, seperti Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Trichophyton rubrum Butenafin bekerja pada stadium yang lebih dini dalam alur metabolisme sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi skualen dan kematian sel jamur dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %. Contoh nama merk dagang obat butenafin adalah mentax

Golongan lainnya
a. Siklopiroks
Senyawa hidroksipiridon ini berspektrum luas. fungisid terhadap Candida albican dan Trichophyton rubrum & fungistatis terhadap Malassezia furfur (panu) dioleskan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim 1
Solusio siklopiroks telah dilaporkan dapat berpenetrasi melalui semua lapisan kuku pada kasus tinea unguium namun memiliki efikasi yang rendah sehingga perlu kombinasi dengan obat antijamur oral.

menyebutkan contoh nama merk dagang obat siklopiroks yaitu batrafen dan loprox nail lacquer (Tjay dan Rahardja, 2003; Lesher, 2004; Wiederkehr, 2004; Blumberg, 2005; Robins, 2005). MIMS tahun 2005

b. Tolnaftat

Antijamur yang sangat efektif terhadap dermatofitosis dan infeksi Pityrosporum orbiculare tetapi tidak terhadap Candida

Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat epoksidasi skualen pada membran sel jamur

Digunakan 2 kali sehari selama 2 4 minggu dan dilanjutkan 2 minggu setelah gejala klinis hilang.

Contoh nama merk dagang obat tolnaftat adalah tinactin

(Hardyanto, 1990; Wiederkehr, 2004, Siregar, 2005).

c. Haloprogin
fungisid terhadap Epidermophyton, Pityrosporum, Trichophyton dan Candida sensitasi dengan timbulnya gatal-gatal, perasaan terbakar dan iritasi kulit

dioleskan sebanyak 3 kali sehari selama 2 4 minggu


Tersedia dalam bentuk krim 1 % dan solusio Contoh nama merk dagang obat haloprogin adalah halotex

Kuswadji dan Widaty, 2001; Tjay dan Rahardja, 2003; Wiederkehr, 2004).

OBAT ANTI JAMUR SISTEMIK

Nama obat Amfoterisin B

Sediaan / Dosis obat Sediaan : injeksi dalam vial yang mengandung 50 mg, dilarutkan dalam 10 ml aquadest diencerkan dengan dextrose 5 % = 0,1 mg/ml larutan. Dosis : 0,3 0,5 mg / kg BB

Indikasi Efektif menghambat Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Candida, Blastomyces dermatiditis, Aspergillus. mikosis sistemik seperti koksidioidomikosis, parakoksidiomikosis, aspergilosis, kandidiosis, blastomikosis, histoplasmosis

Efek samping demam dan menggigil, gangguan ginjal, hipotensi, anemia, efek neurologik, tromboflebitis

Flusitosin

Sediaan : kapsul 250 dan 500 mg. Dosis : 50 150 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis

Efektif : kriptokokosis, kandidiosis, kromomikosis, aspergilosis kromoblastomikosis, meningitis (kombinasi)

toksisitas hematologik (neutropenia) gangguan hati, gangguan sal.cerna Depresi sumsum tulang

Nama obat ketokonazol

Sediaan / Dosis obat Indikasi Sediaan : 200mg/tab Efektif terhadap Candida, Dosis : Coccodioides Dewasa : 200mg/hr, immitis, max 400mg/hr Cryptococcus, H. capsulatum, Anak2 : 3mg/kg/hari Aspergillus histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak, kriptokokosis, kandidosis

Efek samping gangguan sal.cerna, efek endokrin (ginekomastia, penurunan libido, impotensi, ketidakteraturan menstruasi) Kontra indikasi : tidak boleh diberikan bersamaan dengan amfoterisin B

Flukonazol

kandidiasis vaginal 150mg/hr

Efektif untuk Candida neoformans, semua bentuk candidiasis mucocutan

lebih kecil dibanding ketokonazol, mual, muntah, kulit kemerahan, teratogenik, efek endokrin (-), gangg. Sal. Cerna (-)

Nama obat
Griseofulvin

Sediaan / Dosis obat


Sediaan : tablet berisi mikrokristal 125 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/ml Dosis : infeksi berat :1,5 2 g Anak : 10 mg/kg BB/hr Dewasa : 500 1000mg/hr

Indikasi
Obat pilihan untuk blastomikosis Efektif untuk aspergilosis, kandedimia, koksidioidomikosis, kriptokokosis

Efek samping
efek samping berat jarang terjadi, hepatotoksik, teratogenik. KI : kehamilan

Nistatin

kandidiasis kulit, selaput lendir, dan saluran cerna


Dosis : kandidiasis vagina 1 x 200mg/hr 3hr Obat pilihan untuk blastomikosis Efektif untuk aspergilosis, kandedimia, koksidioidomikosis, kriptokokosis

jarang ditemukan, mual, muntah, diare ringan


mual, muntah, kulit kemerahan, hipokalemia, hipertensi, edema dan sakit kepala

itrakonazol

OBAT VIRUS SISTEMIK

ANTIVIRUS
parasit intrasel yang tidak bisa bereplikasi sendiri, tetapi harus menggunakan sel lain. Sebuah agen yang membunuh virus dengan menekan kemampuan untuk replikasi, menghambat kemampuan untuk menggandakan dan memperbanyak diri

VIRUS

ANTIVIRUS

Ukuran : sangat kecil (20-300 nm)


50 x lebih kecil dari bakteri Tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, digunakan mikroskop

elektron
Virus hanya mempunyai DNA dan RNA Mampu meperbanyak diri, tetapi hanya dalam sel hidup (host) Dalam Host, dapat bersifat mematikan atau inaktif Menggunakan DNA atau RNA nya sendiri untuk menginstruksikan sel host membuat salinan2 baru Virus bukan sel Komponen virus sangat simpel Tidak mampu mensintesis protein dan membentuk ATP
58

Virus

Siklus Replikasi Virus


Secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah : 1.Absorpsi virus ke sel pengikatan 2. Attachment 3. Penetrasi virus ke sel 4. Uncoating ( dekapsidasi ) 5. Transkripsi tahap awal 6. Translasi tahap awal 7. Replikasi genom virus 8. Transkripsi tahap akhir 9.Assembly virus 10.Penglepasan virus

Klasifikasi Obat Antivirus


1. Antinonretrovirus
Antivirus untuk herpes Antivirus untuk influenza Antivirus untuk HBV dan HCV

2. Antiretrovirus
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor ( NRTI ) Nucleotide reverse transcriptase inhibitor ( NtRTI ) Non nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) Protease inhibitor (PI) Viral entry inhibitor

Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI) Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) Protease inhibitor (PI)

62

ANTI NON-RETROVIRUS
A. Antivirus untuk herpes Obat obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimetabolit yang mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa yang dapat menghambat DNA polimerase virus .

1.Asiklovir
Mekanisme Kerja dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat melalui 3 tahap fosforilase, yang akan menghambat DNA polimerase virus. Resistensi Disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau pada gen DNA polimerase. Dosis 5 x 200 mg untuk 10 hari -------- untuk HSV 3 x 200 mg untuk 1 bulan-------untuk herpes genital Salep Asiklovir 5% 6 x sehari utk 7 hr

Indikasi Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik ( termasuk keratitis herpetik , herpetik ensefalitis, herpes genitalia,herpes neonataldan herpes labialis ) dan infeksi VZV ( varisela dan herpes zoster ).

Efek samping Mual, muntah dan pusing , namunAsiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Pemberian selama kehamilan tidak dianjurkan

2. VALASIKLOVIR

Mekanisme Kerja sama dengan asiklovir Resistensi sama dengan asiklovir


Indikasi - Efekif utk terapi infeksi yang disebabkan oleh HSV, VZV dan sebagai profilaksis terhadap penyakit yang disebabkan CMV. Efek samping sama dengan asiklovir

ICT-Unand, Raker 2223.12.2006

67/15

B. Antivirus Untuk Influenza


Contoh: Amantadin dan Rimantadin Mekanisme Kerja - Merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus , suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH - Absorbsi saluran cerna baik, tidak dimetabolisme dihati dan ekskresi dalam bentuk utuh, t 16 jam Resistensi Terjadi nya mutasi pada domain transmembran protein M2 virus .

Indikasi Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A . Juga diindikasikan untuk terapi penyakit parkinson Dosis: 2 x 100 mg Efek samping Yang tersering adalah gangguan GI ringan yang tergantung dosis . Efek samping pada SSP seperti kegelisahan , kesulitan berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu makan, kejang bahkan koma.

ICT-Unand, Raker 2223.12.2006

70/15

C. Antivirus untuk HBV dan HCV

1.Lamivudin Lamivudin merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin . Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis DNA , secara kompetitif menghambat polimerase virus ( reverse transcriptase , RT ) .

Resistensi Resistensi terhadap lamivudin disebabkan oleh mutasi pada DNA polimerase virus Indikasi Infeksi HBV ( wild type dan precore variants ) Efek samping Umumnya dapat ditoleransi dengan baik . Efek samping yang terjadi : fatigue, sakit kepala dan mual.

2. ADEFOVIR
Mekanisme kerja dan resistensi Adefovir merupakan analog nukleotida asiklik. merupakan penghambat replikasi HBV sangat kuat yang bekerja tidak hanya sebagai DNA chain terminator , namun juga meningkatkan aktivitas sel NK dan menginduksi produksi interferon endogen. Indikasi Efektif dalam terapi infeksi HBV yang resisten tehadap lamivudin. Efek Samping Umumnya adefovir 10 mg /hari dapat ditoleransi dengan baik.

ANTIRETROVIRUS
A. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI ) Antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi HIV , dengan menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan , tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja , semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma .Karena NRTI tidak memiliki gugus 3`-hidroksil , inkorporasi NRTI ke DNA akan menghentikan perpanjangan rantai.

1. ZIDOVUDIN

Mekanisme Kerja Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase ( RT ) HIV. Bekerja dengan menghambat enzim RT virus , setelah ggs azidotimidin(AZT)pada zidovudin mengalami fosforilasi. Resistensi Resistensi disebabkan oleh mutasi pada enzim RT. Indikasi Infeksi HIV , dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti lamivudin dan abakavir Efek Samping Granulositopenia dan Anemia setelah 2-6 minggu terapi (periksa darah lengkap setelah 1-2 minggu pemakaian) sakit kepala, mual, insomnia.

2. DIDANOSIN
Mekanisme Kerja Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus Resistensi Disebabkan oleh mutasi pada RT. Indikasi Infeksi HIV , terutama infeksi HIV tingkat lanjut , dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya . Efek samping Diare, pankreatitis, neuropati perifer.

B. NUCLEOTIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NtRTI )


Tenofovir disoproksil fumarat merupakan NtRTI pertama untuk terapi infeksi HIV -1 . Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat anti retrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus melalui 3 tahap fosforilase intraseluler untuk menjadi bentuk aktif , NtRTI hanya butuh 2 tahap fosforilasi saja . Dengan berkurangnya satu tahap fosforilasi , obat dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi bentuk aktif lebih sempurna .

1. TENOFOVIR DISOPROKSIL Mekanisme Kerja bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus. Resistensi Disebabkan oleh mutasi RT kodon 65 Indikasi Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirenz , tidak boleh dikombinasikan dengan lamivudin dan abakavir Efek Samping mual, muntah , flatulens , diare

C. NON NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NNRTI )


NNRTI merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim RT dengan cara berikatan di tempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan konformasi pada situs aktif ini.

1. NEVIRAPIN Mekanisme kerja bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtrat HIV 1 RT Resistensi resistensi disebabkan oleh mutasi pada RT Indikasi infeksi HIV -1 , dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya , terutama NRTI Efek Samping ruam, demam, fatigue, sakit kepala,somnolens, mual, dan peningkatan enzim hati.

2. DELAVIRDIN Mekanisme kerja sama dengan nevirapin Resistensi Disebabkan oleh mutasi pada RT Indikasi infeksi HIV -1 , dikombinasikan dengan anti HIV lainnya terutama NRTI Efek Samping ruam, peningkatan tes fungsi hati .

D. PROTEASE INHIBITOR ( PI ) Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversibel dengan situs aktif HIV- protease. HIV-protease sangat penting untuk infektifitas virus dan penglepasan poliprotein virus .Ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh enzim protease sehingga menghambat maturasi virus , maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidak virulen. Resistensi terhadap PI secara umum berlangsung lewat akumulasi mutasi gen protease

1. SAKUINAVIR

Mekanisme Kerja Sakuinavir bekerja pada tahap transisi , merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor Resistensi Disebabkan oleh mutasi pada enzim protease .terjadi resistensi silang dengan PI lainnya Indikasi infeksi HIV , dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI dan beberapa PI seperti ritonavir ) Efek Samping Diare, mual, nyeri abdomen .

2. INDINAVIR
Mekanisme Kerja sama dengan sakuinavir Indikasi Infeksi HIV , dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI Efek Samping Mual, hiperbilirubinemia, batu ginjal

E. VIRAL ENTRY INHIBITOR

Enfuvirtid merupakan obat pertama golongan viral entry inhibitor . Obat golongan ini bekerja dengan menghambat fusi virus ke sel. Selain enfurtid bisikla saat ini sedang dalam study klinis , dimana obat ini bekerja dengan cara menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4

1.ENFUVIRTID Mekanisme Kerja Enfuvirtid menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara menghambat fusi virus ke membran sel. Enfuvirtid berikatan dengan bagian HR-1 ( first heptad-reat)pada sub unit gp41 envelope glikoprotein virus serta menghambat terjadinya perubahan konformasi yang dibutuhkan untuk fusi virus ke membran sel Resistensi perubahan genotip pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi terhadap enfuvirtid

Indikasi terapi infeksi HIV -1 dalam kombinasi dengan anti - HIV lainnya.
Efek Samping efek samping yang tersering adalah reaksi lokal seperti nyeri, eritema, pruntus, iritasi, dan nodul atau kista

PENGGUNAAN KLINIS OBAT ANTIVIRUS Tujuan utama terapi antivirus pada pasien imunokompeten adalah menurunkan tingkat keparahan penyakit dan komplikasinya , serta menurunkan kecepatan transmisi virus . Sedangkan pada pasien dengan infeksi virus kronik , tujuan terapi antivirus adalah mencegah kerusakan oleh virus ke organ viseral , terutama hati , paru, saluran cerna dan sistem saraf pusat.

Beberapa hal yang perlu di pertimbangkan dalam penggunaan obat antivirus: Lama terapi Pemberian terapi tunggal atau kombinasi Interaksi obat Kemungkinan terjadinya resistensi

Pemilihan obat anti virus


1. Infeksi HIV atau AIDS Pengobatan anti-virus pada dasarnya menyerang virus HIV di salah satu dari dua tempat berikut : i. menjaga virus tetap berada di luar sel-T yang sehat; ii. mencegah sel-T yang terinfeksi untuk melepaskan sel virus baru.

Perawatan lain termasuk meningkatkan sistem kekebalan alami, supaya bisa melawan HIV. Ini disebut 'modulasi kekebalan.
Gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun, karena sistem kekebalan alami tubuh melawan HIV. Obat-obat anti-virus terutama diperuntukkan bagi mereka yang sistem kekebalannya sudah kurang terhadap virus.

Obat anti virus untuk HIV atau AIDS terbagi 4

Penghambat Fusi seperti Enfuvirtide Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase seperti Didanosine, Lamivudine, Stavudine, Zidovudine Penghambat HIV Protease seperti Ritonavir Penghambat Non-Nukleosida pengubah Transciptase seperti Nevirapine

2. Infeksi virus Herpes 1. Infeksi HSV 1 : Asiklovir memberikan hasil yang baik untuk infeksi oral-labial. Pada HSV ensefalitis, pemberi an asiklovir iv dapat meningkatkan survival rate. Untuk HSV 1 yang menimbulkan keratokonjungtivitis, dapat diberikan anti virus lokal pada mata seperti idoksuridin 0.1%.

2. Infeksi HSV 2 ; tipe ini biasanya menimbulkan herpes genitalis. Bentuk primer dari herpse genitalis dapat diobati dengan asiklovir yang menghasilkan penyembuhan dan hilangnya rasa nyeri lebih cepat. Bentuk herpes genitalis rekuren tidak dapat dihambat oleh obat asilkovir. Pemberian oral memberikan efek sedang. Topikal tidak efektif

3. Infeksi virus Varicella-zoster (VZV)


Gejala pada anak-anak biasanya ringan dan tidak membutuhkan obat anti virus. Ada kalanya penyakit memberat, tertutama pada pasien yang disertai defisiensi imunologis. Untuk ini diberikan asiklovir atau vidarabin secara I v selama 5-7 hari. 4. Infeksi Cytomegalovirus (CMV) Retinitis karena CMV pada pasien AIDS diberi gansiklovir, tetapi obat ini menimbulkan banyak efek samping .

Obat Antibiotika Topikal

Terapi Antibiotika Topikal pada Akne Vulgaris dan Rosasea


Golongan Makrolid dan efektif untuk Gram (+), berbentuk kokus dan Gram (-), berbentuk basil Cara kerja: ganggu pembentukan rantai polipeptida, hambat sintesis protein bakteri Sediaan: 1.5%-2% dalam bentuk solusio, jel, dan salep dan juga bentuk kombinasi dengan Benzoyl Peroksida

Eritromisin

Klindamisin

Antibiotik Linkosamid bersifat semisintetik dan merupakan derivate Linkomisin Cara kerja: Hambat sintesis protein bakteri Sediaan: 1% dalam bentuk jel, solusio, suspense atau lotion, dan bentuk sabun pencuci muka , juga Bentuk kombinasi dengan Benzoyl Peroksida turunkan perkembangan angka kejadian resistensi bakteri terhadap Klindamisin

Metronidazol

Bentuk topikal Nitroimidazole 0.75% (bentuk gel, krim, dan lotion) Nitroimidazole 1% (gel atau krim) penatalaksanaan Rosasea Konsentrasi dosis rendah, Nitroimidazole, digunakan 2x/hari, tetapi jika dosis tinggi, digunakan 1x/hari

Asam Azeleat

Merupakan asam dikarboksilat Cara kerja: Normalkan proses keratinisasi (kurangkan ketebalan stratum korneum, mengurangi jumlah dan ukuran granula keratohyalin, menurunkan jumlah filagrin) Mikroorganisme anerob menurunkan proses glikolisis, Mikroorganisme aerob hambat enzim oksidoreduktase Sediaan: bentuk jel (konsentrasi 15%) dan bentuk krim (konsentrasi 20%)

Sulfonamid

Sulfasetamid sulfonamid topikal Cara kerja Sulfonamid: Kompetitor bagi PABA (Para-aminobenzoid acid) dalam pembentukan asam folat pada bakteri Sediaan: bentuk lotion (konsentrasi 10%), bentuk gel, krim, suspense, dan masker wajah (konsentrasi 5%)

Terapi Antibiotika Topikal (Infeksi Bakterial Superfisial & Luka Bakar)


1. Mupirosin 2. Basitrasin

Pseudomonic Acid A
(derivat Pseudomonas fluorescens)

Polipeptida topikal berasal dari isolasi strain Tracy-I Bacillus subtilis

Cara kerja: Berikatan dengan iso-leucyl t-RNA dan cegah sintesis protein bakteri

Cara kerja: hambat pembentukan dinding sel bakteri (berikatan dan hambat defosforilasi pada lemak pirofosfat)

Terbatas pada Gram (+), aktif bekerja pada pH kulit normal dan sensitif pada perubahan suhu

Sediaan: bentuk salep dan sebagai Basitrasin Zinc, mengandung 400-500 unit per gram

Polimiksin B

Diturunkan dari B.polymyxa, dan merupakan campuran polimiksin B1 dan B2 (polipeptida siklik)
Fungsi: detergen kationik (interaksi kuat dengan fosfolipid membran sel bakteri hambat integritas sel membran), aktif melawan organism gram negatif Sediaan: bentuk salep (5000-10.000 unit/gram) dalam kombinasi Basitrasin/Neomisin. Cara pemakaian dioleskan 1-3x/hari

Aminoglikosida Topikal (Neomisin dan Gentamisin)

Pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri Gram negatif efek membunuh bakteri dan ganggu sintesis protein bakteri Neomisin sulfat hasil fermentasi Streptomyces frida. Sediaan: dalam bentuk salep (3,5 mg/g) dan dikemas dalam bentuk kombinasi dengan Basitrasin, Polimiksin, dan Gramisidin Gentamisin sulfat hasil fermentasi Micromonospora purpurea. Sediaan dalam bentuk topikal berupa krim atau salep 0.1%

Sulfonamid (Sulfadiazin Perak & Mafenid Asetat)

Sulfadiazin Perak bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri dan membrannya

Nitrofurazon
Nitrofurazon atau Furacin derivate dari Nitrofuran

Cara kerja Mefenid berbeda dengan sulfadiazin

Cara kerja: hambat aktivitas enzim yang berperan dalam degradasi glukosa dan piruvat baik secara aerob maupun anaerob

Merupakan antibiotika broad-spectrum

Sediaan dengan konsentrasi 0.2% dalam bentuk krim, solusio dan juga dalam bentuk pembalut luka

Antibiotika Topikal Lain


Gramisidin
Derivate B. brevis, berupa peptide linier yang membentuk stationery ion channel pada bakteri yang sesuai Aktivitas terbatas pada bakteri Gram positif

Kloramfenikol

Pengobatan infeksi kulit yang ringan dengan hambat sintesa protein bakteri Sediaan krim 1%. Jarang digunakan karena dapat menyebabkan Anemia Aplastik atau depresi sumsum tulang
Antibakteri dan antijamur pengobatan kelainan kulit yang disertai peradangan Kerugian mengotori pakaian, kulit, rambut dan kuku serta potensial menyebabkan iritasi

Cliquinol/Iodochl orhydroxiquin

Obat Anti Skabies

1. Belerang endap (sulfur presipitatum)

Kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim, penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari.

2. Emulsi benzilbenzoas (2025%)

Diberikan setiap malam selama 3 kali.

Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

Efektif terhadap semua stadium.

Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, berbau dan mengotori pakaian dan menimbulkan iritasi.

Obat ini sulit diperoleh, sering beri iritasi dan kadangkadang makin gatal setelah dipakai.

3. Gama benzena heksa klorida (2025%)

Kadarnya 1% dalam krim atau losio, pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10%

Dalam krim atau losio. efektivitasnya sama aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam.

- Termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium. - mudah digunakan dan jarang memberi iritasi.

Merupakan obat pilihan mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal.

Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat.

Harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.

5. Permetin dengan kadar 5% dalam krim

Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu.

Kurang toksik dibandingkan gameksan


Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.

OBAT KUSTA

Obat dan Dosis Regimen MDTPB

Obat dan Dosis Regimen MDTMB

Obat dan Dosis Regimen MDT WHO untuk Anak

Lamanya pengobatan kusta tipe PB adalah 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan

Pengobatan kusta tipe MB adalah sudah sebesar 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan

Minimun 6 bulan untuk PB dan minimum 24 bulan untuk MB maka dinyatakan RFT (Release From Treatment)

OBAT KOMPRES

KOMPRES
Bahan :
Larutan normal saline Larutan KmnO4 Larutan asam asetat 0,1% Larutan asidum borikum 3% Larutan rivanol 0,1%

113

METODE KOMPRES
KOMPRES TERBUKA
Cara : beberapa lapis kasa basahi, peras tempelkan dlm keadaan lembab. Biarkan 20, 3x/hari. Tujuan : mendinginkan dan mengeringkan Efektif untuk mengeringkan lesi inflamasi akut, madidans, oozing
114

KOMPRES TERTUTUP
Cara: kompres ditutup dgn bhn impermeabel. Menahan panas Efektif untuk membersihkan luka/ulkus yang mengalami maserasi Dilakukan 2-3x/hari selama 1-2 jam

You might also like