You are on page 1of 2

Anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi berat yang terjadi tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian (Tintinalli, 2010).

Syok anafilaktik adalah bentuk syok yang terjadi drastic, akut, dan cepat. Syok itu sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan klinis akibat pefusi jaringan yang tidak adekuat. Syok anafilaktik berhubungan dengan vasodilatasi atau kebocoran kapiler yang disebabkan oleh pelepasan zat-zat vasoaktif akibat reaksi imunologis (Eliastam, 1998). Anafilaksis biasanya ditunjukkan oleh beberapa gejala termasuk di antaranya ruam gatal, pembengkakan tenggorokan, dan tekanan darah rendah. Reaksi ini umumnya disebabkan oleh gigitan serangga, makanan, dan obat. Anafilaksis terjadi karena adanya pelepasan protein dari jenis sel darah putih tertentu. Protein ini merupakan senyawa yang dapat memicu reaksi alergi atau menyebabkan reaksi lebih berat. Pelepasan protein ini dapat disebabkan oleh reaksi sistem imun ataupun oleh sebab lain yang tidak berkaitan dengan sistem imun. Anafilaksis didiagnosis berdasarkan gejala dan tanda pada seseorang. Tata laksana awal adalah suntikan epinefrin yang kadang dikombinasikan dengan obat lain. Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi berat yang terjadi dengan tiba-tiba dan memengaruhi banyak sistem tubuh. Hal ini disebabkan oleh pelepasan mediator inflamasi dan sitokinesis dari sel mast dan basofil. Pelepasan ini biasanya merupakan suatu reaksi sistem imun, tetapi dapat juga disebabkan kerusakan pada sel-sel ini yang tidak berkaitan dengan reaksi imun (Khan, 2011). Ketika anafilaksis tidak disebabkan oleh respons imun, imunoglobulin E(IgE) berikatan dengan materi asing yang menyebabkan reaksi alergi (antigen). Kombinasi antara IgE yang berikatan dengan antigen mengaktifkan reseptor FcRI pada sel mast dan basofil. Sel m ast dan basofil bereaksi dengan melepaskan mediator inflamasi seperti histamin. Mediator ini meningkatkan kontraksi otot polos bronkus, menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi), meningkatkan kebocoran cairan dari dinding pembuluh darah, dan menekan kerja otot jantung. Diketahui pula suatu mekanisme imunologi yang tidak bergantung pada IgE, tetapi belum diketahui apakah hal ini terjadi pada manusia (Khan, 2011). Ketika anafilkasis tidak disebabkan oleh respons imun, reaksi ini disebabkan oleh adanya faktor yang secara langsung merusak sel mast dan basofil, sehingga keduanya melepaskan histamin dan senyawa lain yang biasanya berkaitan dengan reaksi alergi (degranulasi). Faktor

yang dapat merusak sel ini di antaranya zat kontras untuk sinar-x, opioid, suhu (panas atau dingin), dan getaran (Khan, 2011). Adrenalin adalah nama lain dari epinephrine. Istilah adrenaline lebih sering digunakan di Eropa sedangkan epinephrine adalah istilah yang lebih sering digunakan di Amerika. Istilah epinephrine diciptakan oleh seorang bernama John Abel untuk mendeskripsikan ekstrak dari kelenjar adrenal.

Daftar pustaka Tintinalli, Judith E. (2010). Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide (Emergency Medicine (Tintinalli)). New York: McGraw-Hill Companies. hlm. 177182. Michael eliastam. 1998. Manual of emergency medicine. Jakarta:EGC Khan, BQ; Kemp, SF (2011 Aug). "Pathophysiology of anaphylaxis.". Current opinion in allergy and clinical immunology 11 (4): 31925.

You might also like