You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang berfungsi dalam menyintesis pigmen selsel retina yang fotosensitif, dan diferensiasi normal struktur epitel penghasil lendir.Selain itu, vitamin A sangat penting dalam fungsi penglihatan, integritas sel, kompetensi sitem kekebalan, serta pertumbuhan.Kekurangan vitamin A dapat mempengaruhi dan mengganggu sel dan jaringan diseluruh tubuh.Pengaruh terbesar dan paling khas terjadi pada mata.Kekurangan yang parah menyebabkan rabun senja, serosis dan keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada akhirnya menimbulkan ulkus serta nekrosis kornea. Kebutaan yang disebabkan malnutrisi merupakan akibat defisiensi vitamin A yang berkepanjangan. Diperkirakan sebanyak !" juta anak di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin A dan !,! juta diantaranya mendertita #eroftalmia. Sekitar $%".""" & %"".""" anak 'eroftalmia mengalami kebutaan. Sampai saat ini masalah KVA di (ndonesia masih membutuhkan perhatian yang serius. Kurang Vitamin A )KVA* masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseasesyang dapat mengenai berbagai ma+am anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia berkembang. -eskipun hasil survei #eroftalmia ) ..$* menunjukkan bah/a berdasarkan kriteria 012 se+ara Klinis KVA di (ndonesia sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat )3 ",%4*. 5amun pada survei yang sama menunjukkan bah/a %"4 balita masih menderita KVA Sub Klinis )serum retinol3 $" ug6dl*. Adanya krisis ekonomi yang melanda (ndonesia sejak pertengahantahun ..7, dimana terjadi peningkatan kasus gi8i buruk di berbagai daerah mengakibatkan masalah KVA mun+ul kembali.$,9 , bulan - ! tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara

1.2 Batasan Masalah -akalah ini membahas mengenai pengaruh defisiensi vitamin A terhadap mata pada anak. 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas masalah pengaruh defisiensi vitamin A terhadap mata pada anak untuk dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis. 1. Met!"e Penulisan Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur.

BAB II TIN#AUAN PU$TA%A 2.1 Anat!&i "an 'isi!l!gi %!njungti(a Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata )konjungtiva palpebralis* dan permukaan anterior mata )konjungtiva bulbaris*. :agian &bagian konjungtiva ;$ . Konjungtiva <asal <ipis, transparan, dengan banyak vaskularisasi dan melekat erat ke tarsal plate $. Konjungtiva bulbar <ipis, transparan dan mudah digerakkan.Dipisahkan dari s+lera anterior oleh jaringan episklera dan kapsul tenon. Konjungtiva bulbar di sekitar kornea disebut dengan konjungtiva limbus, dan di limbus, epitel konjungtiva bersambung dengan kornea, 9. Konjungtiva forni' -erupakan lanjutan melingkar cul-de-sac yang diputus dibagian medial oleh caruncle dan plica semilunaris.Konjugntiva forni' bersambung dengan konjungtiva bulbar melalui konjungtiva palpebra. Struktur konjungtiva konjungtiva terdiri dari beberapa bagian, yaitu ; epithelium, lapisan adenoid, dan lapisan fibrous. Konjungtiva terdiri dari kelenjar penghasil musin dan kelenjar aksesori.Kelenjar penghasil musin yaitu sel goblet, crypt of henle, dan kelenjar manz.Sementara kelenjar aksesori terdiri dari kelenjar kause dan kelenjar /olfring.9

=ambar . Anatomi konjungtiva 2.2 Anat!&i "an 'isi!l!gi %!rnea Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan ke+il. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea de/asa rata-rata mempunyai tebal ",%% mm di tengah, diameter hori8ontal sekitar ,7% mm dari anterior ke posterior dan diameter vertikalnya ",, mm. Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda, yaitu lapisan epitel )yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris*, lapisan :o/man, stroma, membran Des+ement, dan lapisan endotel. :atas antara s+lera dan kornea disebut limbus kornea.

=ambar $. Kornea

Kornea terdiri dari % lapisan dari luar kedalam, yaitu; . >apisan epitel <ebalnya %" ?m , terdiri atas % lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih@ satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan ma+ula okluden@ ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. :ila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Apitel berasal dari e+toderm permukaan. <erletak diba/ah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. >apis ini tidak mempunyai daya regenerasi. <erdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini ber+abang@ terbentuknya kembali serat kolagen memakan /aktu lama yang kadang-kadang sampai % bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. !. -embran Des+ement -erupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. :ersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal !" ?m. 9. Baringan Stroma $. -embran :o/man

%. Andotel :erasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar $"-!" m. Andotel melekat pada membran des+ement melalui hemidosom dan 8onula okluden.

=ambar 9. >apisan Kornea

=ambar !. Potongan -elintang Kornea Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran :o/man melepaskan selubung S+h/annya.:ulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam /aktu 9 bulan. <rauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh - pembuluh darah limbus, humour aCuous, dan air mata.Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfer. <ransparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.

2.3 Anat!&i "an 'isi!l!gi )etina Detina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Detina membentang dari papil saraf opti+ ke depan sampai 2raserata. Detina mempunyai ketebalan ",%, mm pada kutub posterior dan ", mm pada 2raserata yang merupakan lapisan paling tipis. Pada retina terdapat sel- sel reseptor yang berfungsi dalam penglihatan. Sel-sel reseptor tersebut adalah sel batang dan keru+ut. Sel keru+ut )+ones* paling banyak terdapat di bagian sentral yang dinamakan sebagai daerah ma+ula lutea. Pada sentral ma+ula lutea, yaitu daerah fovea sentralis yang tidak ter+ampuri sel-sel batang. :esar ma+ula lutea -$ mm, daerah ini daya penglihatannya paling tajam terutama di fovea sentralis. Eungsi sel keru+ut adalah untuk photoptic vision )melihat /arna, +ahaya intensitas tinggi dan penglihatan sentral6ketajaman penglihatan*. Persepsi detail dan /arna pada +ahaya yang +ukup terang. Pada +ahaya yang remang-remang sel keru+ut ini kurang berfungsi. Di dalam sel keru+ut terdapat 9 ma+am pigmen yang masing-masing peka terhadap sinar merah, hijau, biru.! Sel-sel batang lebih banyak di bagian perifer terutama di sekitar ma+ula.Eungsinya adalah untuk penglihatan di tempat gelap untuk s+otopti+ vision, yaitu untuk melihat +ahaya dengan intensitas rendah tidak dapat melihat /arna, untuk penglihatan perifer dan orientasi ruangan.! Fntuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai transduser yang efektif. Sel-sel batang dan keru+ut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan +ahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. -akula bertanggung ja/ab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan /arna, dan sebagian besar selnya adalah sel keru+ut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir ; antara fotoreseptor keru+ut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem peman+ar yang kompleks. Akibat dari susunan seperti itu adalah bah/a ma+ula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan /arna ) penglihatan fotopik* sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan teruta untuk penglihatan perifer dan malam )skotopik*.9 Eotoreseptor keru+ut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskular pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang men+etuskan proses
8

penglihatan. Setiap sel fotoreseptor keru+ut mengandung rodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk se/aktu molekul protein opsin bergabung dengan -sis-retinal.Se/aktu foton +ahaya diserap oleh rodopsin, -sis-retinal segera mengalami isomerisasi menjadi bentuk all- trans. Dodopsin adalah suatu glikolipid membrane yang separuh terbenam di lempeng membrane lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.Penyerapan +ahaya pun+ak oleh rodopsin terjadi pada panjang gelombang sekitar %"" nm, yang terletak di daerah biru-hijau pada spe+trum +ahaya. Penelitian-penelitian sensitivitas spe+trum fotopigmen keru+ut memperlihatkan pun+ak penyerapan panjang gelombang di !9", %!" dan %7% nm masing-masing untuk sel keru+ut peka &biru, hijau, merah. Eotopigmen sel keru+ut terdiri dari -sis-retinal yang terikat ke berbagai protein opsin.9 Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang.Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat berma+am-ma+am nuansa abu-abu, tetapi /ana ini tidak dapat dibedakan. Se/aktu retina telah beradaptasi penuh terhadap +ahaya, sensitivitas spe+tral retina bergeser dari pun+ak dominasi rodopsin %"" nm ke sekitar %," nm, dan mun+ul sensasi /arna. Suatu benda akan ber/arna apabila benda tersebut mengandung fotopigmen yang menyerap panjang-panjang gelombang tertentu dan se+ara selektif memantulkan atau menyalurkan panjang-panjang gelombang tertentu di dalam spektrum sinar tampak )!""-7"" nm*. Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor keru+ut, penglihatan senja oleh kombinasi sel keru+ut dan sel batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.9

=ambar %. Sel-sel Deseptor pada Detina

2.

$iklus Penglihatan )!"!*sin+)etina

=ambar 7. Siklus Penglihatan Dodopsin-Detina =ambar di atas memperlihatkan bah/a setelah mengabsorbsi energi +ahaya, rodopsin segera terurai menjadi batorodopsin yang sangat tidak stabil dan menjadi lumirodopsin.Dalam sekian mikrodetik, lumirodopsin pun berubah menjadi metarodopsin ( yang selanjutnya menjadi metarodopsin (( )rodopsin teraktivasi*.-etarodopsin (( ini lah yang merangsang perubahan elektrik dalam sel batang yang kemudian menghantarkan bayangan penglihatan ke sistem saraf pusat dalam bentuk potensial aksi nervus optikus. Selanjutnya, dalam /aktu yang jauh lebih lambat, metarodopsin (( akan menjadi produk pe+ahan akhir, yaitu skotopsin dan all- trans retinal.9 Di retina, retinaldehide berfungsi sebagai gugus prostetik protein opsin peka-sinar, yang membentuk rodopsin )pada sel batang* dan iodopsin )pada sel keru+ut*.Semua sel keru+ut mengandung hanya satu tipe opsin, dan hanya peka terhadap satu /arna.Di epitel pigmen retina, all-trans-retinol mengalami isomerisasi menjadi -+is-retinol dan dioksidasi menjadi -+is-+is retinaldehida.Senya/a ini bereaksi dengan sebuah residu lisin di opsin, membentuk holoprotein rodopsin.Penyerapan sinar oleh rodopsin menyebabkan isomerisasi retinaldehida dari menjadi all-trans, dan perubahan bentuk opsin.1al ini menyebabkan pembebasan retinaldehida
10

dari protein, dan inisiasi impuls saraf. Penyusunan bentuk a/al rodopsin yang tereksitasi, yaitu batorodopsin terjadi dalam proses iluminasi selama pikodetik. Kemudian serangkaian perubahan struktur yang menyebabkan terbentuknya metarodopsin ((, yang memi+u suatu kaskade penguatan nukleotida guanin dan kemudian impuls saraf.<ahap terakhir adalah hidrolisis untuk membebaskan all-trans-retinaldehida dan opsin.Kun+i dalam inisiasi siklus penglihatan adalah ketersediaan -+is-retinaldehida dan begitu pula dengan vitamin A. Pada keadaan defisiensi, baik /aktu untuk beradaptasi ke keadaan gelap maupun kemampuan untuk melihat di +ahaya menjadi temaran terganggu.9 2., -ita&in A Vitamin adalah kelompok nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah ke+il untuk berbagai fungsi biokimia dan umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan.! Vitamin A dan lebih dari ,"" karotenoid yang dikristalisasi dan telah diketahui karakteristik oleh metode-metode variasi kimia dan fisik.Sejauh ini, vitamin A dan beberapa analognya, telah diseleksi sebagai karotenoid, telah disintesis se+ara kimia dari yang sederhana.<erutama karena struktur konjugasi ikatan ganda yang dikarakteristik kedua vitamin A dan karotenoid, substansi-substansi ini sensitif ke oksidasi.! Vitamin A saat ini dari segi kimia dianggap sebagai subgrup dari retinoid, yang didefinisikan sebagai satu klas senya/a yang terdiri dari ! unit isoprenoid.jurnal Detinoid terdiri dari retinol, retinaldehida, dan asam retinoat )vitamin A jadi hanya ditemukan dalam makanan yang bersal dari he/an*@ karotenoid yang terdapat di tumbuhan terdiri dari karoten dan senya/a terkait@ banyak yang merupakan prekursor vitamin A karena senya/a-senya/a ini dapat diuraikan untuk menghasilkan retinaldehida, kemudian retinol dan asam retinoat. G-, H, dan I-karoten serta kripto'antin se+ara kuantatif adalah karotenoid provitamin A terpenting.!

11

2.. $u&ber (ita&in A Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang agak stabil terhadap suhu tinggi dan tidak hilang dengan proses perebusan. 2leh karena itu, +ara memasak biasa tidak mempengaruhi keadaan vitamin A dalam suatu bahan makanan. Vitamin A sebenarnya hanya terdapat pada sumber makanan he/ani. <umbuh-tumbuhan seperti /ortel, sebenarnya mengandung pigmen karoten yang di usus diubah menjadi vitamin A. (tulah sebabnya karoten disebut pro vitamin A. Vitamin A dapat berasal dari banyak pangan. :eberapa pangan yang mengandung vitamin A, antara lain; . Pangan he/ani, seperti hati )sapi, babi, ayam, kalkun, ikan*, kuning telur, susu )di dalam lemaknya*, keju, dan mentega yang banyak mengandung vitamin A. $. Pangan nabati seperti sayuran hijau tua serta sayuran dan buah-buahan yang ber/arna kuning-jingga, seperti daun singkong, daun ka+ang, kangkung, bayam, ka+ang panjang, bun+is, /ortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, dan jeruk yang banyak mengandung pro vitamin A.

=ambar .. Sumber Vitamin A 2./ Meetab!lis&e -ita&in A Saat dikonsumsi, provitamin A )betakroten* akan dilepaskan dari protein di lambung. Detinil ester akan di hydrolase menjadi retinol di usus halus, karena bentuk ini akan mudah diserap. Kira-kirra %"-."4 retinol yang telah di+erna akan diserap melalui usus halus dan diangkut, bersama dengan kilomikron, ke hati, tempat retinol mulai disimpan sebagai retinil palmitat.

12

2.0 Man1aat (ita&in A :eberapa manfaat vitamin A se+ara umum, antara lain; . Penglihatan Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada +ahaya remang. Di dalam mata retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari darah, dioksidasi menjadi retinal. Detinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu )visual purple*, atau rodopsin. Dodopsin ada di dalam sel khusus di dalam retina mata yang dinamakan rod. :ila +ahaya mengenai retina, pigmen visual merah-ungu ini berubah menjadi kuning dan retinal dipisahkan dari opsin. Pada saat itu, terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan terjadinya suatu bayangan visual. Selama proses ini, sebagian dari vitamin A dipisahkan dari protein dan diubah menjadi retinol. Sebagian besar retinol ini diubah kembali menjadi retinal, yang kemudian mengikat opsin lagi untuk membentuk rodopsin. Sebagian ke+il retinol hilang selama proses ini dan harus diganti oleh darah. Bumlah retinol yang tersedia di dalam darah menentukan ke+epatan pembentukan kembali rodopsin yang kemudian bertindak kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina. Penglihatan dengan +ahaya samar-samar6buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini selesai. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan, ketika memasuki ruangan yang remang-remang setelah berada pada tempat dengan pen+ahayaan terang. -ata membutuhkan /aktu untuk dapat melihat. :egitu pula bila pada malam hari bertemu dengan mobil yang memasang lampu yang menyilaukan. Ke+epatan mata beradaptasi setelah terkena +ahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin. <anda pertama kekutangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki, penglihatan yang kurang bila itu disebabkan oleh kekurangan vitamin A. $. Diferensiasi sel Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari kekurangan
13

vitamin A yang dapat terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, seperti pada tahap pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, de/asa dan masa tua. Diduga vitamin A, dalam bentuk asam retinoat memegang peranan aktif dalam kegiatan inti sel, dengan demikian dalam pengaturan faktor penentu keturunan6gen yang berpengaruh terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi sel terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang dapat dikaitkan dengan perubahan per/ujudan gen-gen tertentu. Sel-sel yang paling nyata mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan mukus atau lendir. Semua permukaan tubuh, di luar dan di dalam, dilapisi oleh sel-sel epitel. Baringan epitel yang menutupi tubuh di luar dinamakan epidermis, sedangkan yang menutupi bagian dalam dinamakan membran mukosa, yaitu yang menutupi permukaan dalam saluran +erna, saluran pernapasan, kantung kemih dan uretra, uterus dan vagina, kelopak mata, saluran sinus, dan sebagainya. -ukus melindungi sel-sel epitel dari serbuan mikro organisme dan partikel lain yang berbahaya. :ila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan mengeluarkan lebih banyak mukus yang akan memper+epat pengeluaran mikroorganisme tersebut. Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering )keratini8ed*. Kulit menjadi kering dan kasar dan luka sukar sembuh. -embran mukosa tidak dapat mengeluarkan +airan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri )infeksi*. Keratinisasi konjungtiva mata )selaput yang melapisi kelopak dan bola mata* merupakan salah satu tanda khas kekurangan vitamin A. Peranan vitamin A diduga berkaitan dengan dua hal; )a* peranan vitamin A dalam sintesis glikoprotein khusus yang terlibat dalam pembentukan membran sel yang mengontrol diferensiasi sel dan )b* kompleks vitamin A-JD:P masuk ke dalam nukleus sel sehingga mempengaruhi D5A. 9. Eungsi Kekebalan. Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia dan he/an. -ekanisme sebenarnya belum diketahui seeara pasti. Detinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit : )leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral*. Di samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respon antibodi yang

14

bergantung pada sel-< )limfosit yang berperan pada kekebalan selular*. Sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.

!. Pertumbuhan dan Perkembangan Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan unruk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. :ila he/an per+obaan diberi makanan yang tidak mengandung vitamin A, maka pertumbuhan akan terganggu setelah simpanan vitamin A dalam tubuh habis. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat. %. Deproduksi Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam reproduksi pada tikus. Pembentukan sperma pada he/an jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. 1e/an betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat untuk kebutuhan janin dan persiapan induk untuk menyusui. ,. >ain-lain Defisiensi vitamin A juga menyebabkan berkurangnya nafsu makan. 1al ini mungkin karena perubahan pada jonjot rasa pada lidah. Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi.

15

16

:A: ((( DAE(S(A5S( V(<A-(5 A

3.1 Pengertian 3.2 E*i"e&i!l!gi #eroftalmia merupakan salah satu dampak dari kekurangan vitamin A yang umumnya terjadi pada anak usia , bulan - ! tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Anergi Protein )KAP* atau =i8i buruk akibat kurangnya konsumsi makanan )3 K" 4 AK=* sehingga asupan 8at gi8i sangat kurang, termasuk 8at gi8i mikro dalam hal ini vitamin A. %-$%4 anak yang menderita KVA mengalami kebutaan total dan %K-,"4 mengalami buta sebagian. Diperkirakan sebanyak !" juta anak di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin A dan !,! juta diantaranya mendertita #erophthalmia. Sekitar $%".""" & %"".""" membutuhkan perhatian yang serius. 3.3 Eti!l!gi #eroftalmia terutama pada anak :alita dan sering ditemukan pada penderita gi8i buruk dan gi8i kurang.Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah asupan 8at gi8i vitamin A atau prekusor vitamin A yang tidak men+ukupi peningkatan kebutuhan vitamin A baik pada keadaan fisologis maupun keadaan patologis tertentu.penyerapan yang kurang karena diare sering menjadi penyebab kekurangan vitamin A. Eaktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus #eroftalmia di (ndonesia; . Konsumsi makanan yang tidak mengandung +ukup Vitamin A atau Pro Vitamin A untuk jangka /aktu yang lama $. :ayi tidak diberikan AS( eksklusif anak #erophtalmia mengalami kebutaan. Sampai saat ini masalah KVA di (ndonesia masih

17

9.

-enu tidak seimbang )kurang mengandung lemak, protein, Ln6seng atau 8at gi8i lainnya* yang diperlukan untuk penyerapan Vitamin A dan penyerapan Vitamin A dalam tubuh

!.

Adanya gangguan penyerapan Vitamin A atau Pro Vitamin A seperti pada penyekit-penyakit antara lain, diare kronik, KAP dan lain-lain.

%.

Adanya kerusakan hati seperti pada k/ashiorkor dan hepatitis kronis, menyebabkan gangguan pembentukan D:P )Detinol :inding Protein* dan prealbumin yang penting dalam penyerapan Vitamin A.

<anda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi 0126FSA(D F5(JAE61K(6 (VAJ=, .., sebagai berikut ; 2N 3 :uta senja )hemeralopia, ny+talopia* <erjadi akibat gangguan pada retina sehubungan dengan adanya defisiensi vitamin A. Dari sudut fungsi terjadi hemeralopia atau ni+talopia yang oleh a/am disebut buta senja atau buta ayam )kotokan* yaitu ketidaksanggupan melihat pada +ahaya remangremang. Disebut buta senja karena terjadi bila sore hari )senja* anak masuk dari luar )+ahaya terang* ke serambi rumah )+ahaya remang-remang*.

2IA 3 #erosis konjungtiva Fmumnya tahap ini selalu diikuti dengan 'erosis kornea. #erosis terjadi akibat proses keratinisasi lapisan superfisial epitel tanpa sel goblet yang disebabkan oleh defisiensi vitamin A.

2IB 3 #erosis konjungtiva disertai ber+ak bitot -erupakan suatu lapisan putih ireguler seperti sabun atau busa yang menutupi lesi 'erosis konjungtiva terdiri dari deskuamasi epitel yang mengalami proliferasi dan keratinisasi disertai dengan pertumbuhan bakteri )seperti +orynoba+terium 'erosis* tanpa disertai sel goblet.

18

22 3 #erosis kornea #erosis kornea yaitu adanya keratopati pungtata superfisisal yang terjadi akibat kekeringan pada daerah kornea. Pada pasien dengan 'erosis kornea yang parah umumnya diikuti dengan defisiensi protein.

23A 3 Keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 69 permukaan kornea. 23B 3 Keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 69 permukaan kornea 2$ ; Baringan parut kornea )sikatriks6s+ar* =ejala sisa dari lesi kornea atau sikatriks kornea akibat dari proses perbaikan dari lapisan stroma yang bisa terletak di tepi ataupun di sentral.

2' 3 Eundus 'eroftalmia, dengan gambaran seperti +endol. Eundus 'eroftalmia atau disertai kelainan fundus 'eroftalmia yaitu dimana pada fundus didapatkan ber+ak-ber+ak kuning keputihan yang tersebar dalam retina, umumnya terdapat di tepi sampai arkade vaskular temporal. Pada bagian ini hanya dapat diamati dengan funduskopi.

2N4 2IA4 2IB4 22 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium 22 merupakan keadaan ga/at darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa berubah menjadi 23. 23A bila diobati dapat sembuh dan #9: dapat menyebabkan kebutaan . :erdasarkan kriteria 012, proses perjalanan penyakit Xerophtalmia adalah sebagai berikut 1. Dabun Senja )#5*

Detinol penting untuk produksi rodopsin oleh sel rod yang bertanggung ja/ab terhadap penglihatan pada +ahaya yang kurang. Kekuranagan vitamin A akan mengakibatkan gangguan pada produksi dan fungsi rodopsin sehingga terjadi rabun senja. Pada kasus ringan, rabun senja
19

hanya mun+ul setelah photic stress. Semua pasien berespon +epat terhadap terapi dengan vitamin A, biasanya dalam !K jam. 2. #erosis konjungtiva )# A* dan :er+ak :itot )# :*

Se+ara histologi, 'erosis menunjukkan terjdinya metaplasia epitel konjungtiva dari bentuk kolumnar menjadi sCuamous berlapis.<ampak hilangnya sel goblet, dan pembentukan permukaan yang metaplastik dan terkeratinisasi.Akibat kurangnya sel goblet, ke+epatan mitosis sel epitel menigkat tetapi tidak terjadi jaringan parut subepitelial.:er+ak ini hampir selalu melibatkan daerah kuadran temporal dan sering juga kuadran nasal.Pada kasus yang lebih lanjut, seluruh konjunktiva bulbar dapat terkena. Se+ara histology, ber+ak bitot merupakan keratinisasi epitel dengan keterlibatan bakteri saprofit dan kadang-kadang fungi, seringnya ditemukan Joryneba+terium 'erosis yang menghasilkan gas sehingga berperan dalam tampilan berbusa pada ber+ak. :er+ak bitot ini seringkali berlokasi di atas konjunktiva di daerah bilateral dan temporal, dan jarang sekali nasal. 3. #erosis Kornea )#$*

Pada pemeriksaan dengan slit lamp akan tampak superficial punctuate dan lesi be/arna fluoresens. Pada a/alnya lesi ini terlihat di daerah nasal inferior, kemudian menyebar melibatkan seluruh permukaan kornea.#erosis kornea berespon terhadap terapi vitamin A dalam $ & % hari. . Flkus kornea 6 keratomalasisa )#9A 6 #9:*

Flkus kornea tanpa komplikasi memiliki pinggiran yang tajam. Flkus superfi+ial bisa disebabkan karena rupture bullae supepitelial. Flkus ini +enderung terbentuk di setengah bagian ba/ah kornea dan bisa berjumlah banyak. Mang berukuran lebih ke+il +enderung berada diperifer dan jika mengenai kedua mata, biasanya simetris.Flkus superfi+ial umumnya sembuh dengan meninggalkan jaringan parut.Flkus yang lebih dalam bisa mengalami perforasi, hal ini menghasilkan leukoma perifer yang tebal. Pada lesi yang lebih parah, terjadi nekrosis atau pengelupasan dari stroma kornea yang disebut keratomalasia. Kehilangan stroma yang dalam menyebabkan terjadinya des+emetokel

20

yang dengan tekanan yang minimal bisa menggalami rupture yang menyebabkan hilangnya kandungan o+ular meskipun lebih sering membentuk jaringan parut dan staphylomata. Pengobatan yang memadai pada ulkus yang kurang dari 69 permukaan kornea )#9A*, dapat mengembalikan penglihatan sepenuhnya karena tidak melibatkan visual a'is. ,. #S )sikatrik kornea*

Penyembuhan defek stroma mengakibatkan sikatrik kornea pada densitas dan ukuran yang berbeda yang dapat atau tidak meliputi daerah pupil.Di/ayat terperin+i diperlukan untuk memilah penyebab keopakan kornea. .. #EJ ) erophthalmic fundus*

:erupa lesi ke+il ber/arna putih pada retina yang tampak tersebar pada fundus 3. Mani1estasi %linis =ejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. =ejala tersebut akan lebih +epat timbul bila anak menderita penyakit +ampak, diare, (SPA dan penyakit infeksi lainnya. 5ejala klinis %-A *a"a &ata &enurut klasi1ikasi 6H78U$AID UNI9E'8H%I8I-A954 1::. sebagai berikut3 1. Buta $enja ; )abut $enja ; )abun A<a& ; 2N <anda-tanda; o :uta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina o Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di +ahaya terang o Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat di lingkungan yang kurang +ahaya, sehingga disebut buta senja. Jara mendeteksi buta senja pada anak-anak;
21

o :ila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur6menabrak benda didepannya, karena tidak dapt melihat o :ila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di dudukkan di tempat kurang +ahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya

2. 2er!sis %!njungti(a ; 2IA <anda-tanda; a. Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam b. 2rang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah /arna ke+oklatan

=ambar ". #erosis Konjungtiva 3. 2er!sis %!njungti(a "an Ber=ak Bit!t ; 21B <anda-tanda; a. <anda-tanda 'erosis konjun+tiva )# A* ditambah ber+ak bitot yaitu ber+ak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah +elah mata sisi luar.
22

b. :er+ak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada penderita 'eroftalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat.

Dalam Keadaan :erat; <ampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjun+tiva b Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut

+. 2rang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik

=ambar

. #erosis Konjungtiva dan :er+ak :itot N # :

. 2er!sis %!rnea ; 22 <anda tanda; a. Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea b. Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar +. Keadaan umum anak biasanya buruk )gi8i buruk dan menderita, penyakit infeksi dan sistemik lain*

23

=ambar $. #erosis Kornea ,.%erat!&alasia "an Ul=us %!rnea ; 23A4 23B <anda-tanda; a. Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus b. <ahap #9A; bila kelainan mengenai kurang dari 69 permukaan kornea + <ahap #9:; bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 69 permukaan kornea d. Keadaan umum penderita sangat buruk e. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea )kornea pe+ah* Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan peforasi dan prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk +a+at tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang +epat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap a/al 'eroftalmia.

24

=ambar 9.a. Keratomalasia #9A =ambar 9.b. Keratomalasia #9: . 2er!1tal&ia $=ar >2$? ; sikatriks >jaringan *arut? k!rnea Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak menge+il. :ila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan /alaupun dengan operasi +angkok kornea.

=ambar !. #eroftalmia S+ar /. 2er!1tal&ia 'un"us >2'? Dengan 2phalmos+ope pada fundus tampak gambar seperti +endol

=ambar %. #eroftalmia Eundus

3., Diagn!sis A. Ana&nesis, dilakukan untuk mengetahui faktor risiko tinggi yang menyebabkan pasien rentan menderita 'eroftalmia.

25

a. I"entitas (dentitas penderita 5ama anak Fmur anak Benis kelamin Bumlah anak dalam keluarga Bumlah anak balita dalam keluarga Anak ke berapa :erat >ahir ; 5ormal6::>D (dentitas 2rangtua 5ama ayah6ibu Alamat6tempat tinggal Pendidikan Pekerjaan Status Perka/inan b. %eluhan *en"erita. Pada umumnya keluhan yang dirasakan pasien adalah tidak bisa melihat pada sore hari )buta senja* atau ada kelainan pada matanya. Kadang-kadang keluhan utama tidak berhubungan dengan kelainan pada mata, seperti demam. =. Pertan<aan lain Kontak dengan pelayanan kesehatan <anyakan apakah anak ditimbang se+ara teratur, mendapatkan imunisasi, mendapat suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi, dan memeriksakan kesehatan baik di posyandu atau puskesmas )+ek dalam buku K(A6K-S anak*. Di/ayat pola makan anak Apakah anak mendapatkan AS( eksklusif selama , bulanO Apakah anak mendapatkan -P-AS( setelah umur , bulan O Sebutkan jenis dan frekuensi pemberiannya :agaimana +ara memberikan makan kepada anak ; Sendiri 6 Disuapi.

26

B.

Pe&eriksaan 'isik

Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan timbulnya 'eroftalmia seperti gi8i buruk, penyakit infeksi, dan kelainan fungsi hati. Mang terdiri dari ; - Antropometri; Pengukuran berat badan dan tinggi badan - Penilaian Status gi8i - Penilaian tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi !"#$%&'(D %N()*+$",($ (-')./ 0112 sebagai berikut; #5 )#erosis 5y+talopia* Fntuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan +ara ; a* :ila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur6 menabrak benda didepannya, karena tidak dapat melihat. b* :ila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di dudukkan ditempat kurang +ahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya. # A )#erosis Konjungtiva* <anda-tanda ; Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam. 2rang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah /arna ke+oklatan.
27

Dasa tidak nyaman pada mata seperti terasa panas. -ata terlihat 'eroti+ # : ):er+ak :itot 6 bitot3s spot*

<erdapat ber+ak putih kekuningan seperti busa atau sabun #$ )#erosis Kornea*

Pandangan mata menjadi kabur Penglihatan pasien menurun pada ruangan terang Penderita melihat halo pada sekitar objek. #9A )Flserasi Kornea 6 Keratomalasia*

Pada tahap ini, pasien mengalami penurunan penglihatan yang irreversible. #9: )Flserasi Kornea 6 Keratomalasia*

Pada tahap ini pasien tidak dapat melihat apapun )total blindness*. #S

Pada stadium ini gejala yang dirasakan pasien bervariasi tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya. Keparahan gangguan penglihatan tergantung dari letak sikatriks.

3.. Pe&eriksaan Penunjang a. Tes a"a*tasi gela*. Bika pasien menabrak sesuatu ketika +ahaya diremangkan tiba- tiba di dalam ruangan maka kemungkinan pasien mengalami buta senja. <es adaptasi gelap juga dapat menggunakan alat yang bernama adaptometri. Adaptometri adalah suatu alat yang dikembangkan untuk mengetahui kadar vitamin A tanpamengambil sampel darah menggunakan suntikan.

28

Derajat gelap yang dijadikan patokan, berdasarkan kondisi seseorang yang berada di dalam ruang gelap tersebut tidak dapat melihat huruf berukuran tinggi " sentimeter dan tebal ,% sentimeter dengan tinta hitam pada kertas putih. b. $it!l!gi i&*resi k!njungti(a. Dari pemeriksaan sitologi konjungtiva didapatkan keberadaan sel goblet dansel-sel epitel abnormal yang mengalami keratinisasi. =. Uji $=hir&er Fntuk menilai kuantitas air mata, menilai ke+epatan sekresi air mata dengan memakai kertas filter 0hatman ! bergaris % mm&9" mm dan salah satu ujungnya berlekuk berjarak % mm dari ujung kertas. Kertas filter 0hatman ! bergaris % mm&9" mm dan salah satu ujungnya berlekuk berjarak % mm dari ujung kertas . Kertas lakmus merah dapat juga dipakai dengan melihat perubahan /arna. Perbedaan kertas lakmus dengan kertas filter hanya sedikit. Data&rata hasil bila memakai 0hatman ! adalah $ mm ) mm&$7 mm* sedangkan lakmus merah " mm )" mm&$7 mm*. Fji S+hirmer ( dilakukan tanpa anestesi topikal, ujung kertas berlekuk diinsersikan ke sakus konjuntiva forniks inferior pada pertemuan medial dan 69 temporal palpebra inferior. Pasien dianjurkan menutup mata perlahan-lahan tetapi sebagian peneliti menganjurkan mata tetap dibuka dan melihat keatas. >ama pemeriksaan % menit dan diukur bagian kertas yang basah, diukur mulai dari lekukan. Fji S+hirmer (( dengan penetesan anestesi topikal untuk menghilangkan efek iritasi lokal pada sakkus konjuntiva. Kemudian syaraf trigeminus dirangsangdengan memasukkan kapas lidi ke mukosa nasal atau dengan 8at aromatik amonium, maka nilai s+hirmer akan bertambah oleh adanya reflek sekresi. Pemeriksaan ini yang diukur adalah sekresi basal karena stimulasi dasar terhadap refleks sekresi telah dihilangkan. ". Pe&eriksaan $tabilitas 1il& air &ata >Tear 'il& Break U* Ti&e? Pada pasien 'eroftalmia kekurangan musin berakibat tidak stabilnya lapisan air mata yang mengakibatkan lapisan tersebut mudah pe+ah. 1al ini mengakibatkan terbentuk P:intikbintik keringQ dalam film air mata )meniskus* sehingga epitel kornea atau konjungtiva terpajan ke dunia luar. Pada tes ini akan positif didapatkan sel epitel yang rusak dilepaskan dari kornea sehingga meninggalkan daerah-daerah yang ke+il yang dapat dipulas dan
29

daerah tersebut akan tampak jika dibasahi floures+ein. Pada mata normal, <:F< sekitar R % detik dan berkurang pada penggunaan anastetik lokal, manipulasi mata atau dengan menahan palbebra tetap terbuka. Pasien dengan <:F< kurang dari 9 detik dklasifikasikan dalam mata kering. Bika terdapat defisiensi air, maka film air mata akan tampak lebih tipis.

e. Pe&eriksaan k!rnea . Pemulasan Eluores+ein. Pada pasein 'eroftalmia fluores+ein akan didapatkan positif daerah-daeraherosi dan terluka epitel kornea. $. Pemulasan :engal Dose. Pulasan bengal rose dari daerah kornea. 9. Pemulasan >issamine hijau. Pemulasan lissamine hijau memiliki fungsi yang sama dengan bengal rose. Didapatkan hasil positif sel-sel epitel yang mati pada penderita 'eroftalmia. 3./ Pe&eriksaaan lab!rat!riu& . Pemeriksaan serum retinol dengan kromatografi pada keadaan defisiensi protein maupun infeksi didapatkan kadar serum vitamin A umumnya akan menurun dengan nilai serum retinol 3 $" ug6dl. $. <otal retinol binding protein )D:P*. Pemeriksaan dilakukan dengan imunologik assay. D:P merupakan komponen yang lebih stabil dari retinol namun nilainya kurang akurat karena dipengaruhi oleh serum protein. 9. Kadar albumin 3 $.% m+g6dl pada penderita 'eroftalmia !. Pemeriksaan darah rutin untuk menilai kemungkinan anemia dan infeksi Skoring normal; 1ematokrit; >aki-laki; !"4 - ,"4@ Perempuan; 9K4 - !K4 1emoglobin )g6dl*; >aki-laki; 9,% & K," @ Perempuan; $ & , <rombosit )sel-sel ' ",6dl*; %" & 9%" >eukosit )sel-sel ' "96dl*; !,% & 3.0 Penatalaksanaan "an Pen=egahan
30

4 didapatkan sel-sel epitel

konjungtiva dan kornea yang mati yang tidak dilapisi oleh musin se+ara adekuat

,"

1.

Pen=egahan

#eroftalmia disebabkan oleh defisiensi vitamin A dan sering dialami pada anak. %-$%4 defisiensi vitamin A menyebabkan kebutaan total pada anak dan %K-,"4 menyebabkan buta sebagian. Karenanya untuk meminimalkan resiko terjadinya 'eroftalmia pen+egahan yang dapat kita lakukan antara lain; a. Pendekatan jangka pendek Pemberian vitamin A dosis tinggi se+ara berkala. 3 , bulan dan tidak memperoleh AS(; pemberian vitamin A %".""" (F sebelum bayi menginjak umur , bulan

,- $ bulan; Pemberian vitamin A "".""" (F tiap 9-, bulan

-, tahun; Pemberian vitamin A $"".""" (F dalam bentuk kapsul berbasis minyak diberikan setiap !-, bulan (bu menyusui; Pemberian vitamin A satu kali sebanyak $".""" (F setelah melahirkan atau $ bulan setelahnya b. Pendekatan jangka menengah Eortifikasi makanan dengan vitamin A seperti penambahan pada susu dan mentega. +. Pendekatan jangka panjang -eningkatkan pemberian makanan yang banyak mengandung vitamin A. <erdapat $ jenis makanan yang mengandung vitamin A yaitu;
31

. Vitamin A yang berasal dari derivat he/ani yang disebut retinol merupakan suatu preformed vitamin A yang dapat langsung digunakan oleh tubuh kita. Jontohnya antara lain hati sapi atau ayam, minyak ikan, susu, keju dan telur.

$. Vitamin A yang berasal dari buah-buahan ataupun sayuran termasuk dalam bentuk provitamin A atau beta karoten yang nantinya akan dikonversi menjadi retinol setelah masuk saluran pen+ernaan.+ontohnya antara lain /ortel, tomat, mangga, kentang manis, bayam dan sayuran hijau lainnya. Se+ara garis besar penatalaksanaan 'eroftalmia tebagi menjadi ! hal yaitu; . -emberi makanan <K<P )tinggi kalori tinggi protein* Fmumnya penderita 'eroftalmia merupakan penderita PA)Protein Anergy -alnutrition* karena itu diperlukan pendapat ahli gi8i untuk memperbaiki gi8i anak dan dalam membantu pengobatan penyakit infeksi yang diderita. $. -engobati penyakit infeksi ataupun gangguan yang mendasarinya. Fmumya anak dengan defisiensi vitamin A diikuti dengan infeksi ataupun gangguangangguan lainnya diantaranya +ampak, penyakit paru, gangguan elektrolit, dehidrasi dan gastroentritis. Karenanya diperlukan juga pengobatan terhadap penyakit-penyakit infeksi yang diderita anak. 9. -emberi vitamin A )dosis terapeutik*. Pemberian vitamin A yang dilarutkan dalam minyak dapat diberikan oral, sedangkan vitamin A yang dilarutkan dalam air dapat diberikan dalam bentuk injeksi. Vitamin A dapat diberikan dengan dosis total %"."""-7%.""" (F6kg:: dengan dosis maksimal !"".""" (F. Pemberian vitamin A berdasarkan 012 dijad/alkan sebagai berikut; Fsia R Fsia 3 tahun. tahun; $"".""" (F se+ara oral atau "".""" (F se+ara injeksi muskular perlu tahun atau berat badan 3 K kg; Diberikan dosis setengah dari pasien diatas diberikan segera dan diulang esoknya atau ! minggu kemudian.

32

0anita dalam usia reproduktif )baik hamil atau tidak*; Pada /anita yang menderita rabun senja, ber+ak bitot hingga 'erosis konjungtiva perlu diberikan vitamin A dengan dosis "".""" (F se+ara oral setiap harinya selama $ minggu. Sedangkan pada penderita dengan gangguan pada korneanya diberikan dosis vitamin A sesuai dengan dosis pada anak diatas Tin"akan 7*erati1 <indakan operatif pada 'eroftalmia berupa pemasangan sumbatan di pun+tum yang bersifat temporer ) kolagen * atau untuk /aktu yang lebih lama ) sili+on *. <indakan ini untuk menahan sekret air mata. Penutupan pun+ta dan kanalikuli se+ara permanen dapat dilakukan dengan terapi termal ) panas *, kauter listrik, atau dengan laser. %!&*likasi Pada a/al perjalanan 'eroftalmia, penglihatan sedikit terganggu. Pada kasus lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan perforasi. Sesekali dapat terjadi infeksi bakteri sekunder dan berakibat jaringan parut serta vaskularisasi pada kornea yang memperberat penurunan penglihatan. Fntuk komplikasi infeksi bakteri sekunder diberikan antibiotik berupa topikal maupun sistemik. Antibiotik topikal yang dapat diberikan seperti +iproflo'a+in )".94* atau oflo'a+in )".94*. Sedangkan antibiotik sisitemik yang dapat diberikan seperti +iproflo'a+in 7%" mg dua kali dalam sehari atau sefalosporin 9.K Pr!gn!sis Prognosis baik jika pasien diobati pada keadaan defisiensi subklinis. -orbiditas meningkat dengan berkembangnya kebutaan atau akibat adanya infeksi yang mengenai penderita. tahun.

33

BAB I%E$IMPULAN

#eroftalmia merupakan suatu kelainan pada mata yang terjadi akibat defisiensi vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang disertai pada kelainan pada mata umumnya terjadi pada anak berusia , bulan samapai ! tahun dan sering ditemukan pada anak dengan PA- )protein energi malnutrisi*. =ejala klinik yang ditemukan pada pasien 'erophtalmia berupa gangguan retina berupa rabun senja hingga kekeringan yang terjadi pada konjungtiva dan kornea yang disebut juga 'erosis.

34

35

You might also like