Professional Documents
Culture Documents
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapan / pengolahan lahan sehingga siap ditanami. Pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam ( >15 cm ) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal ( < 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami). Pada kenyataannya pengolahan tanah tidak harus dua kali, mungkin ada yang hanya satu kali, ada pula yang sampai 3 atau 4 kali sebelum lahan menjadi siap untuk ditanami. Dalam hal ini
alat-alat pengolahan tanah yang ke-3 atau ke-4 akan masih digolongkan sebagai alat-alat pengolahan tanah kedua. Contoh Mesin dan Peralatan pengolahan tanah pertama adalah: bajak singkal, bajak piringan, bajak pahat (chisel plow), rotavator atau rotary tiller, cangkul, dan lain-lain. Contoh Mesin dan Peralatan pengolahan tanah kedua adalah: garu gerigi, garu pegas (spring tooth harrow), garu piringan, rotavator, cangkul, dan berbagai macam alat pembentuk guludan atau juringan. Untuk tanaman-tanaman semacam tebu yang selalu membutuhkan adanya pembentukan permukaan tanah sebelum penanaman (menjadi bentuk juring dan guludan) di lapangan biasanya alat-alat pengolahan tanah untuk keperluan tersebut akan digolongkan sebagai alat-alat persiapan tanam, dibedakan dari alat-alat pengolahan tanah. Contoh alat-alat dimaksud misalnya ialah berbagai macam alat pembentuk juringan/guludan yang dikenal dengan nama lister, middle breaker, furrower, atau ridger. Selain dari alat pengolahan tanah primer dan sekunder, sebenarnya ada alat yang tidak termasuk keduanya yaitu subsoiler (bajak tanah bawah) yang digunakan untuk memecah lapisan tanah keras di bawah lapisan olah, meskipun dari satu sisi alat tersebut bisa digolongkan alat pengolahan tanah pertama.
3. Penanaman
Jelaslah bahwa pekerjaan penanaman tentu meliputi penempatan benih atau bibit ke tanah atau medium lain (semisal pasir/air pada kultur pasir/air) sedemikian sehingga diharapkan akan terjadi pertunasan dan pertumbuhan tanaman dengan bagus. Contoh Mesin dan Peralatan penanaman ialah: pengicir bijian (grain drill), penyebar, pemindahtanam (transplanter), tugal, dan sebagainya.
4. Pemeliharaan tanaman
Pekerjaan pemeliharaan tanaman meliputi semua pekerjaan yang dilakukan untuk memelihara tanaman sejak setelah penanaman sampai panen. Pekerjaan pemeliharaan tanaman antara lain : penjarangan, pendangiran, penyiangan gulma, pemberantasan hama dan penyakit, pemberian air irigasi, pemangkasan dan pemupukan. Contoh Mesin dan Peralatan untuk pemeliharaan tanaman adalah: sabit, cangkul, koret, mesin penyiang gulma, mesin penabur pupuk, penyemprot, dan sebagainya.
5. P a n e n
Pekerjaan panen meliputi pengambilan hasil tanaman dari lahan, dan untuk beberapa macam tanaman ditambah dengan beberapa pengolahan awal semisal perontokan. Pada beberapa mesin pemanen yang lengkap (combine harvester) pekerjaan panen akan meliputi sampai diperoleh hasil panen yang bersih, siap untuk diolah lebih lanjut.
Contoh peralatan / mesin panen adalah sabit, sabit gerigi, reaper, combine, windrower, dan sebagainya.
Prosedur Praktikum 1. Amati alat / mesin yang ada sesuai dengan petunjuk dari Asisten. 2. Tulislah data-data spesifikasi alat tersebut. Jika ada gunakanlah buku / lembaran petunjuk pemakaian sebagai rujukan. 3. Bahaslah mengenai konstruksinya. 4. Kerjakan tugas pengamatan / pembahasan lainnya sesuai dengan petunjuk Asisten. ACARA II
Pengolahan tanah dapat didefinisikan sebagai pengerjaan mekanis terhadap tanah untuk segala macam tujuan (Kepner, 1982). Sedangkan capaian pengolahan tanah adalah : 1. Untuk memperoleh struktur tanah yang sesuai guna menjadi tempat perkecambahan atau tempat berkembangnya perakaran tanaman. 2. Untuk mengendalikan gulma ataupun menyingkirkan setiap tumbuhan yang tak diinginkan (termasuk penjarangan). 3. Untuk mengelola sisa tanaman. 4. Untuk meminimalisir terjadinya erosi tanah dengan melakukan pengolahan menurut garis kontur, listing dan penempatan seresah secara tepat. 5. Untuk memperoleh bentuk permukaan yang tertentu guna keperluan penanaman, irigasi, drainase, dan sebagainya. 6. Untuk mencampur pupuk, bahan kimia serta bahan tambahan lain ke dalam tanah. 7. Untuk menyempurnakan penghalusan tanah, misalnya dengan menghilangkan adanya batuan atau benda-benda asing lain, menyingkirkan akar-akar sisa, dan lain-lain. Suatu pekerjaan pengolahan tanah akan dikatakan berhasil dengan baik jika hasil akhirnya berupa suatu kondisi tanah yang sesuai dengan keperluan khasnya. Biasanya untuk bisa diperoleh kondisi tanah yang mendekati kesesuaian dengan yang diperlukan, pengolahan tanah dilakukan lebih dari satu kali, misalnya dengan pembajakan diikuti penggaruan ataupun pola lainnya. Beberapa parameter yang digunakan untuk menilai mutu kerja ataupun karakteristik kerja alat pengolahan tanah antara lain adalah : kedalaman pengolahan, tingkat penghancuran bongkah tanah dan tingkat kegemburan, serta bentuk akhir permukaan tanah setelah pengolahan. Untuk mengetahui tingkat penggemburan tanah bisa dilakukan dengan mengukur perubahan ketinggian sebelum dan sesudah pengolahan serta mengukur kedalaman olah, dengan demikian akan diketahui rata-rata perubahan volume tanah pada lapisan olah setelah dilakukan pengolahan. Alat Yang Digunakan 1. 2. 3. 4. 5. Traktor Bajak Mistar ukur Roll meter Relief meter
Prosedur Praktikum
A. Kedalaman Pembajakan
1. Siapkan traktor beserta peralatannya (bajak) 2. Lakukan pembajakan dengan jarak kurang lebih 5 meter. 3. Ukurlah kedalaman pembajakan.
ACARA III PENGUKURAN KERJA PENGOLAHAN TANAH (Bagian 2: Kapasitas Kerja dan Efisiensi Kerja) Tujuan
Memperkenalkan cara pengukuran kapasitas kerja suatu mesin pertanian.
Pengantar
Kecepatan penggarapan suatu lapang dengan sebuah mesin, merupakan salah satu dasar pertimbangan dalam menghitung biaya pengerjaan tersebut per satuan luas.
A. Pengertian-pengertian
Kapasitas lapang teoritis sebuah alat ialah kecepatan penggarapan lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya. Waktu per hektar teoritis ialah waktu yang dibutuhkan pada kapasitas lapang teoritis tersebut. Waktu kerja efektif ialah waktu sepanjang mana mesin secara aktual melakukan fungsi/kerjanya. Waktu kerja efektif per hektar akan lebih besar dibanding waktu kerja teoritik per hektar jika lebar kerja terpakai lebih kecil dari lebar kerja teoritisnya. Kapasitas lapang efektif ialah rerata kecepatan penggarapan yang aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total. Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam. Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin. Efisiensi kinerja ialah suatu ukuran efektivitas fungsional suatu mesin, misalnya prosentase perolehan produk bermanfaat dari penggunaan sebuah mesin pemanen.
selama pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang, pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan keterampilan operator. Pada beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan maju minimum yang masih mungkin. Untuk alat yang terdiri dari satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau penyiang tanaman larik, pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya satuan (misalnya banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan kata lain, lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi sebelah luar mata-mata terujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan 100 % lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata terpisah akan terkena kehilangan karena tumpang tindih. Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat ditanganinya bahan secara efektif dengan mesin tersebut. Waktu hilang merupakan variabel yang paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang. Waktu lapang bisa hilang akibat penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk, pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang. Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau efisiensi lapang. Kapasitas lapang efektif suatu mesin bisa dinyatakan sebagai berikut :
dengan Ce = kapasitas lapang efektif, dalam hektar per jam S = kecepatan jalan, dalam km/jam W = lebar teoritis alat, dalam meter Ef = efisiensi lapang, dalam persen.
Pengiraan kapasitas lapang efektif menggunakan satuan menit per hektar atau jam per hektar, yang merupakan besarnya waktu teoritis per hektar ditambah waktu per hektar yang diperlukan untuk belok ditambah waktu perhektar yang diperlukan untuk fungsi-fungsi penunjang. Renoll menggolongkan seluruh waktu hilang selain belok ke dalam fungsi penunjang. Item-item ini diukur dan diperkirakan secara individual lalu dijumlahkan. Belok di ujung atau di sudut suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan waktu yang seringkali sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek. Tidak peduli apakah suatu lapang dikerjakan pulang balik, dari tepi ke tengah ataukah digarap dengan mengelilingi titik pusatnya, jumlah waktu belok per satuan luas untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya ataukah memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama pada ketiga cara di atas. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan 180o per putaran, sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 90o per putaran. Waktu yang diperlukan untuk belok pada pengerjaan bolak-balik, misalnya pada tanaman larik, juga dipengaruhi oleh ketakteraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di head-land, kekasaran daerah belok dan lebar alat.
atau C e = C t x Ef Efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus Ef = (1 L1)(1 L2)(1 L3 L4) x 100 %
L1, L2, L3 dan L4 didapat dari pengukuran i lapang, berupa waktu hilang untuk membelok di ujung lapangan, waktu hilang karena kerusakan kecil (penyetelan)_, waktu hilang dari overlap lebar kerja dan waktu hilang yang berasal dari slip. Rumus-rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :
L3 = T1 / T L4 = T2 / T Keterangan : Ct = kapasitas kerja lapang teoritik (Ha/jam) Ce = kapasitas kerja lapang efektif (Ha/jam) Ef = Efisiensi lapang (%) L1 = Waktu hilang karena overlap lebar kerja (desimal) L2 = Waktu hilang karena slip L3 = Waktu hilang untuk membelok di ujung lapang L4 = Waktu hilang untuk penyetelan dan kerusakan kecil. W1 = Lebar kerja teoritik W2 = Lebar kerja efektif D = Diameter roda belakang traktor L = Jarak tempuh traktor untuk pengukuran slip N = Jumlah putaran roda belakang pada pengukuran slip. T1 = Jumlah waktu belok T2 = Jumlah waktu untuk penyetelan/kerusakan kecil lain
Prosedur Praktikum
1. Siapkan traktor beserta alatnya. 2. Ukur lebar teoritik alat. 3. Tentukan petak dengan luas 10 x 20 m, menggunakan patok- patok sebagai tanda batasnya. 4. Lakukan pengukuran slip. 5. Lakukan pengukuran lebar kerja efektif. 6. Lakukan pengolahan tanah pada luasan tersebut dengan pola continuous, catat jam mulai dan selesai. 7. Lakukan pengukuran kecepatan kerja pembajakan. 8. Lakukan pengukuran waktu hilang untuk belok di ujung petak. 9. Lakukan pengukuran waktu hilang untuk penyetelan serta gangguan lain.
Pengantar
Sprayer merupakan suatu alat/mesin yang berfungsi memecah cairan menjadi butiran (droplets) yang ukurannya tertentu. Bagian-bagian utama sprayer yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tangki Pompa penghasil tekanan Selang penyalur cairan ke nozel Nozel Pengaduk (kalau ada) Perlengkapan tambahan semisal manometer, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyemprotan cairan A. Faktor yang berasal dari alat
1. Ukuran nozel: untuk nozel dengan tipe yang sama, makin besar ukurannya akan makin besar ukuran butir yang disemprotkan. 2. Tekanan: untuk nozel yang sama, makin besar tekanan makin kecil butir yang diperoleh. 3. Bentuk nozel: bentuk nozel yang berlainan akan menghasilkan pola semprotan yang berbeda.
C. Faktor Lingkungan
1. 2. 3. 4. 5.
Tekanan udara Kelembaban nisbi udara Kecepatan dan arah angin Suhu ruang (udara) Kerapatan tanaman, keadaan lahan, dan lain-lain.
Dalam menggunakan sprayer sebagai alat pengendali hama dan penyakit maupun gulma, perlu sebelumnya dilakukan pengukuran watak laku teknis alat tersebut. Hal tersebut dilakukan agar alat bisa berfungsi dengan baik (memenuhi persyaratan agroteknis) yaitu: 1. 2. 3. 4. Pemberian bahan kimia dapat teratur dan seragam baik volume maupun konsentrasinya. Penyebarannya dapat seragam per satuan luas. Penetrasi ke bagian yang terkena serangan tinggi. Bahan kimia dapat tahan lama melekat pada tanaman.
Pada tindakan kaliberasi, akan diukur volume cairan yang akan disemprotkan per satuan waktu, serta akan dicari lebar kerja efektif penyemprotan pada ketinggian semprot tertentu. Selain itu dapat pula diketahui pengaruh tekanan maupun nozel terhadap hasil (pola) penyemprotan. Kaliberasi dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan. Untuk menghitung jumlah cairan yang diperlukan dipakai rumus :
Dengan: q = debit cairan yang lewat 1 nozel (lt/menit) V = kecepatan kerja (km/jam) B = lebar kerja (m) N = dosis penggunaan bahan kimia (lt/Ha) K = konsentrasi larutan (%) Lebar kerja efektif merupakan lebar kerja penyemprotan optimal yang menghasilkan sebaran melintang volume per satuan luas yang paling seragam. Lebar kerja penyemprotan adalah jarak antara suatu garis lintasan penyemprotan dengan garis lintasan berikutnya di sebelahnya. Untuk memperoleh lebar kerja yang efektif, pengambilan garis lintasan berikutnya dilakukan sedemikian rupa sehingga terjadi saling tumpang tindih (overlapping) antara penyemprotan yang terdahulu dengan penyemprotan berikutnya sehingga ketidakseragaman yang dihasilkan oleh satu pola penyebaran ditutup oleh pola penyebaran berikutnya.
1. Dicari pola penyebaran melintang dari satu lintasan penyemprotan dengan cara mencoba menyemprotkan sprayer di atas suatu deretan melintang alur-alur penampang dalam jangka waktu tertentu. Masing-masing tampang dari setiap alur dikumpulkan dan diukur volumenya (misalnya xi, di mana i adalah nomor urut alur penampang dari kiri ke kanan atau sebaliknya). Maka didapatkan pola penyebaran melintang dari harga-harga xi dari i = 1 sampai i = n, di mana n adalah nomor terakhir alur yang menampung semprotan. 2. Pola yang didapat tadi dianalisa untuk mendapatkan lebar efektifnya dengan dua cara yaitu secara grafik dan secara statistik. 1) Secara grafik
Dibuat grafik yang menggambarkan pola penyebaran (absis adalah i, ordinat adalah xi). Dicoba suatu lebar kerja tertentu yaitu digambar lagi pola-pola tadi di sebelahnya setelah digeser selebar lebar kerja percobaan tadi. n alur gabungan (overlapping) dari penyemprotan dengan lebar kerja yang dicoba tadi diperoleh dari menjumlahkan harga x yang ada pada setiap titik, dan hasilnya digambarkan. keseragaman atau kemerataannya dilihat dari gambar hasil penjumlahan di atas. Dicoba-coba lagi untuk lebar kerja yang lain sehingga didapatkan gambar grafik yang dilihat / diperkirakan paling seragam. Setelah diperoleh maka lebar kerja yang menghasilkan grafik yang paling seragam tadi adalah lebar kerja efektifnya.
2) Secara statistik
Caranya seperti pada cara grafik tadi yaitu dicoba pada berbagai lebar kerja dan pola gambarnya diperoleh dari penjumlahan tumpang tindihnya. Hanya bedanya pemilihan lebar kerja yang efektif tidak hanya didasarkan p[ada perkiraan gambar, tetapi didasarkan pada hasil perhitungan suatu besaran kuantitatif yang dinamakan koefisien variansi (Cv), yang didapat dari rumus,
Dengan: harga rata-rata = x / n x = harga tampang setelah dijumlahkan terhadap tampang lintasan sebelahnya (setelah ditumpangtindihkan) pada titik yang sama. n = banyaknya tampang yang diambil pada selebar lebar kerja. Standar deviasi = (x x)2
n-1
Harga Cv tadi dibanding-bandingkan untuk berbagai percobaan lebar kerja dengan membuat daftar lebar kerja dan Cv. Lebar kerja efektif dipilih dari lebar kerja dengan Cv yang minimum (paling merata). Lebar kerja = n x b Dengan b = lebar 1 alur.
Prosedur Praktikum
1. Siapkan peralatan pengujian yang diperlukan. 2. Rangkaikan dengan baik segala peralatan dari sprayer yang akan diuji. 3. Tempatkan botol-botol penampung cairan tepat di bawah ujung-ujung alur dari papan beralur, sehingga seluruh cairan yang nantinya disemprotkan sprayer dapat tertampung dengan baik sesuai dengan pola penyebarannya. 4. Pompalah sprayer sampai tekanan 7 kg/cm2. 5. Pasang dan tempatkan nozel pada ketinggian 40 50 cm di atas papan penampung beralur (talang plastik bergelombang). 6. Catat suhu dan kelembaban udara saat tersebut. 7. Bukalah kran pengeluaran sprayer, agar cairan sprayer dapat memancar keluar. 8. Setelah tekanan pada tangki mencapai 6 kg/cm2, kran segera ditutup, dan catatlah waktu yang diperlukan. 9. Cairan yang tertampung pada botol- botol penampung diukur dengan gelas ukur, dilakukan sesuai dengan nomor urut botol. 10. Ulangi langkah 6 9 untuk tekanan 6 kg/cm2 hingga 5 kg/cm2, dan tekanan 5 kg/cm2 hingga 4 kg/cm2. 11. Catat suhu dan kelembaban udara setelah penyemprotan. 12. Ulangi langkah-langkah di atas sebanyak 3 kali.
Pengantar
Mist blower adalah salah satu tipe sprayer yang menggunakan tenaga motor berukuran kecil, yang dikonstruksi untuk dapat memecah suatu cairan atau larutan suspensi menjadi partikelpartikel yang halus (atomized) dari suatu cairan pengendali hama dan penyakit tanaman yang berkonsentrasi tinggi ke dalam suatu arus udara berkecepatan tinggi. Mist blower ini di samping dapat menghembuskan bahan dalam bentuk cairan, dapat pula digunakan untuk menghembuskan bahan kimia dalam bentuk bubuk atau dalam bentuk butiran, itulah sebabnya mist blower dapat pula disebut duster. Bagian-bagian utama mist blower ialah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tangki Blower / penghembus Motor penggerak Saluran udara Pipa penghembus Tuas pengatur gas Tuas pengatur pengeluaran cairan / bubuk. Ujung (kepala) penghembus. Tali sandang.
8. Ember
Prosedur Praktikum
1. Siapkan peralatan pengujian yang diperlukan. 2. Rangkaikan dengan baik segala peralatan dari mist blower yang akan diuji. 3. Tempatkan botol-botol penampung cairan tepat di bawah ujung-ujung alur dari papan beralur, sehingga seluruh cairan yang nantinya disemprotkan mist blower dapat tertampung dengan baik sesuai dengan pola penyebarannya. 4. Hidupkan mist blower dengan setelan tuas pengatur gas yang tertentu. 5. Pasang dan tempatkan ujung (kepala) penghembus pada ketinggian 40 50 cm di atas papan penampung beralur (talang plastik bergelombang) dengan posisi sejajar papan tersebut. 6. Catat suhu dan kelembaban udara saat tersebut. 7. Bukalah tuas pengatur pengeluaran cairan pada setelan tertentu, selama 1 menit. 8. Matikan mist blower. 9. Cairan yang tertampung pada botol-botol penampung diukur dengan gelas ukur, dilakukan sesuai dengan nomor urut botol. 10. Ulangi langkah 4 9 dengan 2 variasi penyetelan tuas pengatur pengeluaran cairan yang berbeda. 11. Ulangi langkah 4 10 dengan variasi penyetelan gas yang berbeda, masing-masing 2 kali ulangan. 12. Catat suhu dan kelembaban udara akhir.
Catatan:
Untuk setiap perlakuan sebaiknya dicoba dulu penyemprotan di atas lantai kering dengan tinggi dan posisi ujung (kepala) penghembus yang sama dengan pada waktu pengujian di atas papan gelombang. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara kasar bentuk dan ukuran penyebaran penyemprotan untuk penggunaan waktu tertentu (1 menit).
Prosedur Praktikum
A. Cara Menghidupkan traktor mini
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bukalah kran saluran bahan bakar Pindahkan tuas versnelling utama dan tuas versnelling PTO pada posisi NETRAL Doronglah tuas pengatur hidrolik ke depan pada posisi turun Tariklah tuas pengatur gas ke arah posisi kecepatan setengah maksimum. Masukkan kunci kontak dan putarlah ke arah kiri (pemanasan ruang bakar), tunggulah sampai kawat pijar penunjuk pemanasan awal ,menyala. Injaklah pedal kopling dan putarlah kunci kontak ke posisi START, maka motor starter akan berputar. Bila motor telah terdengar hidup, tangan segera dilepaskan dari kunci kontak, kunci kontak akan ke posisi ON secara otomatis. Perhatikan suara motor. Bila terdengar suara yang tidak normal, matikan motor secepatnya dan carilah penyebabnya. Setelah mesin hidup, diamkan mesin dalam keadaan idling dan periksalah instrumeninstrumen, ditunggu beberapa saat sampai jarum penunjuk tiap instrumen menunjukkan angka pada jangka kerja (working range).
2. Masukkan tuas versnelling sesuai dengan kecepatan yang dikehendaki. Apabila pasangan roda gigi (versnelling) belum dapat masuk betul kendorkanlah penekanan pada kopling sedikit, kemudian tekan kembali kuat-kuat sambil menggerakkan tuas versnellingnya. Jangan dipaksakan pemasukan gigi versneling itu. 3. Jika gigi versneling telah masuk betul, gas dibesarkan sedikit demi sedikit sampai kirakira setengah penuh. 4. Secara pelahan-lahan pedal kopling dilepaskan sampai terasa adanya hubungan, kopling dilepaskan betul-betul sampai seperti kedudukan semula, gas dibesarkan sesuai dengan kecepatan dan beban yang dikehendakinya.
Untuk dapat mengemudikan traktor dengan baik (lurus) maka pada waktu berjalan maju satu roda depan digunakan sebagai pedoman dan pada waktu berjalan mundur satu roda belakang dipakai sebagai pedoman.