You are on page 1of 24

DIARE AKUT

NAMA NIM KELOMPOK

: WINDY : 102009008 : A3

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 2011

Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjantkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat anugerahNya saya dapat menyelesaikan makalah kami dengan tepat waktu. Makalah saya kali ini berjudul Diare akut. Pada kesempatan ini, saya juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya pada dr. Ridwan yang telah yang membimbing saya dalam proses pembuatan makalah ini. Serta telah memberi saya kesempatan untuk membuat makalah ini sehingga saya dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya khususnya dalam mata kuliah Diare Akut. Di dalam kamus Indonesia telah dikatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Saya sadar saya dapat melakukan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna pembuatan makalah saya yang berikutnya. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda.

Jakarta ,22 Mei 2011

Windy

Daftar isi
Daftar Isi..i

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang........1 1.2 Tujuan .......1 II. PEMBAHASAN 2.1 Epidemiologi....2 2.2 Diagnosis......3 2.3 Diagnosis Banding.......5 2.4 Etiologi ....................8 2.5 Patofisiologi.9 2.6 Patogenesis .........10 2.7 Gambaran Klinis..11 2.8 Pengobatan..................13 2.9 Komplikasi......18 3.0 Prognosis..19 III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan......20 DAFTAR PUSTAKA.......21

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan diare persisten merupakan istilah yang dipakai diluar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringensdan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta,

Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A. 1.2 Tujuan Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaannya, epidemiologi , diagnosis, diagnosis banding, Etiologi, patogenesis, gejala klinis, Terapi, Komplikasi, Pencegahan, Prognosis. 1

II. PEMBAHASAN
EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karenainfeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.dikutip dari 8 Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada pertahun.1 Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 1didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO

memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta

Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadangkadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.1

DIAGNOSIS
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkkan diagnostik etiologi bila anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongnya.1 Beberapa petunjuk anamnesis yang mingkin dapat membantu diagnosis 1). Bentuk feses ( watery diarrhea atau disentri diare ) 2). Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan atau diminum oleh penderita. 3). Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air 4). Dimana tempat tinggal penderita. Asrama , penampungan jompo atau pengungsi dan lainlain, dapat merupakan tempat kontak dengan Shigella, Giardia 5). Siapa : -Wisatawan asing patut dicurigai kemungkinan kholera, E. coli amoebiasis, giardiasis. -Pola kehidupan seksual Umumnya diare akut bersifat ringan dan merupakan self limited disease. Indikasi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi , tampak darah pada feses, panas melebihi 38.5oC, diare melebihi 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian luar biasa, nyeri perut hebat pada penderita berusia lebih 50 tahun, penderita usia lanjut lebih 70 tahun, dan pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah -darah perifer lengkap -ureum, kreatinin -serum elektrolit : Na+, K+, Cl-analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa (pernafasan kussmaul)

Immunoassay : toksin bakteri (C.difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E histolytica) Feses -Feses lengkap ( mikroskopis : peningkatan jumlah lekosit difeses pada inflammatory diarrhea; parasit : amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur ) -biakan dan resistensi feses ( colok dubur) Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi, karean dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif.2

PEMERIKSAAN FISIS
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangan berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperlihatkan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi.2

DIAGNOSIS BANDING
1). Diare karena Bakteri Non Invasive (Enterotoksigenik) Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasi disebut juga diare sekretorik atau watery diarrhea. Bakteri yang tidak merusak mukosa misal nya V. Cholera eltor, Enterotoxigenic E. coli (ETEC) dan C. perfingens. V. cholerae eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotanamid adenosin 3,5- siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Toksin penyebab diare terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca ++ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl - di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktus dan fungsi tight juction, menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bakterial pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorbsi yaitu cytoskleton dan perubahan susunan protein.3 Gejala : - tanpa demam - Tinja tanpa darah - Non invasif - Mual - muntah

2). Diare karena Bakteri/Parasit Invasive (Enteroinvasif) Diare yang disebabkan bakteri enteroinvasif disebut sebagai diare inflammatory. Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfingens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Walau demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi ebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S. Paratyphi B, Styphirium, S. enterriditis, S. choleraesuis. Penyebab parasit yang sering adalah E. histolitica, dan G. lamblia. Gejala : - Demam - Tinja berdarah - Sering tapi sedikit-sedikit - Diawali diare air 3). Inflammatory bowel disease (IBD) Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit peradangan menahun pada usus yang tidak diketahui penyebabnya, kemungkinan melibatkan reaksi sistem imun tubuh terhadap saluran pencernaan. Inflammatory bowel disease terdiri atas dua tipe, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Sesuai dengan namanya, kolitis ulseratif hanya mengenai kolon sedangkan penyakit Crohn dapat mengenai semua segmen saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Penyakit Crohn adalah peradangan menahun pada dinding usus. Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.3

Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut dan demam. Tidak seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa tidak selalu memperngaruhi seluruh ketebalan dari usus dan tidak pernah mengenai usus halus. Penyakit ini biasanya dimulai di rektum atau

kolon sigmoid (ujung bawah dari usus besar) dan akhirnya menyebar ke sebagian atau seluruh usus besar.

Gejala 1. Kolitis ulseratif Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari. Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah. Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.3 2. Penyakit Crohn Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah diare menahun, nyeri kram perut, demam, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada perut bagian bawah, lebih sering di sisi kanan. Komplikasi yang sering terjadi dari peradangan ini adalah penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula) dan kantong berisi nanah (abses). 7

Fistula bisa menghubungkan dua bagian usus yang berbeda. Fistula juga bisa menghubungkan usus dengan kandung kemih atau usus dengan permukaan kulit, terutama kulit di sekitar anus. Adanya lobang pada usus halus (perforasi usus halus) merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Jika mengenai usus besar, sering terjadi perdarahan rektum. Setelah beberapa tahun, resiko menderita kanker usus besar meningkat. Sekitar sepertiga penderita penyakit Crohn memiliki masalah di sekitar anus, terutama fistula dan lecet (fissura) pada lapisan selaput lendir anus. Penyalit Crohn dihubungkan dengan kelainan tertentu pada bagian tubuh lainnya, seperti batu empedu, kelainan penyerapan zat gizi dan penumpukan amiloid (amiloidosis).3 Gejala-gejala penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum terjadi, yaitu : a. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan b. Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah c. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan menahun d. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan penurunan berat badan.

ETIOLOGI
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obat. Lebih dari 90% diare akut disebabkan Karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.3

Keadaan risiko dan kelompok risiko tinggi yang mungkin mengalami diare infeksi 1. Baru saja bepergian/melancong : kenegara berkembang, daerah tropis, kelompok perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah ( dasar berair) 2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa : makanan laut dan shell fish, terutama yang mentah, restoran dan rumah makan cepat saji, banket dan piknik. 3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks (Gay bowel syndrome) sindrom defisiensi kekebalan didapat ( AIDS) 4. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi: institusi kejiwaan/mental, rumahrumah perawatan, rumah sakit.

PATOFISIOLOGI
Sekitar 8 sampai 9 L cairan memasuki usus sehari-1 sampai 2 L merupakan asupan makanan dan cairan, dan sisanya adalah dari sumber-sumber endogen seperti sekresi saliva, lambung, pankreas, empedu, dan usus. Sebagian besar cairan, sekitar 6 sampai 7 L, diserap di usus kecil, dan hanya sekitar 1 sampai 2 L disajikan pada usus besar. Sebagian besar ini diserap ketika melewati usus besar, meninggalkan bangku output sekitar 100 sampai 200 g / hari. Meskipun banyak organisme hanya mengganggu proses penyerapan normal di usus kecil dan usus besar, orang lain, organisme, seperti Vibrio cholerae, mengeluarkan racun yang menyebabkan mukosa kolon untuk mengeluarkan, bukan menyerap, cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan diare. 3
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Osmotik diare a. Terjadi ketika pencernaan gangguan atau hasil penyerapan zat terlarut intraluminal meningkat. Zat terlarut ini menyimpan air dan menghasilkan volume besar diare berair. b. Contoh: insufisiensi eksokrin pankreas, makan berlebihan, malabsorpsi, lainnya.

2. Exudative (permeabilitas) diare a. Terjadi ketika permeabilitas usus meningkat memungkinkan untuk kehilangan elektrolit, dan / atau protein plasma, darah ke dalam lumen usus. b. Contoh: penyakit yang menyebabkan peradangan mukosa, infiltrasi, atau ulserasi. 3. Diare sekretori a. karena mekanisme transportasi yang berubah seperti cairan usus yang bersih / sekresi cairan elektrolit melebihi net / penyerapan elektrolit Terjadi. b. Contoh: pertumbuhan bakteri yang berlebihan (menghasilkan enterotoksin), radang (dimediasi oleh PG's), atau stimulasi parasimpatis. 4. Motilitas diare a. Hypomotility (gerak peristaltik menurun) Hasil di diare karena stasis usus dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. b. Hypermotility (peristaltik meningkat atau menurun kontraksi segmental ritmis) Hasil di diare karena tingkat GI transit cepat dan mengurangi jumlah waktu yang tersedia untuk penyerapan zat terlarut dan air.

PATOGENESIS
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah factor kausal dan factor penjamu. Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk

mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktorfaktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim pencernaan.3

10

Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V.cholerae. hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit, serta mengurangi absorbs air dan elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang terjadi pada penderita HIV/AIDS karenan gangguan imunitas. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus diransang oleh suatu toksoid berulang kali, akan terjadi sekresi antibody. Pada percobaan binatang untuk mempelajari hubungan antara mikroflora usus dan tantangan infeksi, didapatkan perkembangan Salmonella typhi murium dapat dikurangi pada mikroflora usus yang normal. Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mokosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan diusus halus, kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare. 3

MANIFESTASI KLINIK
Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal-oral langsung dari penderita diare atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen yang berasal dari tinja manusia atau hewan atau bahan muntahan penderita. Penularan dapat juga berupa transmisi dari manusia ke manusia melalui udara (droplets infection) misalnya Rotavirus, atau melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.4

11

Diare akut Karena infeksi bakteri yang mengandung atau memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik dengan gejala-gejala mual, muntah dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri atau kejang perut, dengan feses lembek atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minuman yang terkontaminasi. Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah terlihat kering , tulang pipih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam ( pernapasan Kussmaul). Reaski ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat ( >120/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah muka pucat ujung-ujung extremitas dingin dan kadang sianosis karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.4 Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dengan sangat dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal akut. Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

12

Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut diare inflamasi dengan gejala mual, muntah, dan demam tinggi disertai nyeri perut,tenemus,diare disertai lendir dan darah. Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab dapat diperkirakan berdasarkan anamnesis makanan atau minuman dalam beberap jam atau hari terakhir.
5

PENATALAKSANAAN
Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: 1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. 2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. 3. Memberikan terapi simtomatik 4. Memberikan terapi definitif.

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: 1) Jenis cairan yang hendak digunakan.Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.5

13

2)Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara :

BD plasma, dengan memakai rumus : Kebutuhan cairan = BD Plasma 1,025 0,001 X Berat badan (Kg) X 4 m

Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis : - Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB - Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB - Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

14

Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor (tabel 1) Tabel 1. Skor Daldiyono - rasa haus/muntah - Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg - Tekanan darah sistolik < 60 mmHg - Frekwensi Nadi > 120 x/menit - kesadaran apatis - Kesadaran somnolen, sopor atau koma - Frekwensi nafas > 30 x/menit - Facies cholerica - Vox cholerica - Turgor kulit menurun - Washers womans hand - Ekstremitas dingin - Sianosis - Umur 50-60 tahun - Umur > 60 tahun Kebutuhan cairan = Skor x 10% x kgBB x 1 ltr 15 15 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2

3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Na bikarbonat dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.5

4) Jadwal pemberian cairan Jadwal rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BD plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.6

2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut: 1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. 2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare.

16

3. Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.

5. Memberikan terapi definitif. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi: 1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. 2) V. parahaemolyticus, 3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik 4) C. perfringens, spesifik 5) A. aureus : Kloramfenikol 6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin 7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol Helicobacter: Eritromisin 9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol 10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol 11) Balantidiasis: Tetrasiklin 12) Candidiasis: Mycostatin 13) Virus: simtomatik dan suportif

17

KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak

sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia

hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi. Sindrom Guillain Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain Barre, 20 40 % nya menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain Barre tetap belum diketahui. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.7

18

PROGNOSIS
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada infeksius lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare yang

< 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 %

berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.7

19

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik dalam praktek sehari-hari. Salah satu etiologinya adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organismeseperti virus, bakteri, protozoa, dan helminth. Pemahaman tentang patofisiologi diare akut dapat mengarahkan kita untuk mencari dan mengetahui etiologi dan memberikan terapi yang sesuai. Terapi simtomatik sebagai tambahan terhadap terapi kausal kadang diperlukan untuk mengurangi keluhan penderita yang mengganggu aktifitas sehari-hari akibat diare akut.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Goldfinger SE : Constipation, Diarrhea, and Disturbances of Anorectal Function, In : Braunwald, E, Isselbacher, K.J, Petersdorf, R.G, Wilson, J.D, Martin, J.B, Fauci AS (Eds) : Harrisons Principles of Internal Medicine, 11th Ed. McGrawHill Book Company, New York, 1987, 177 80. 2. Bickley LS.Pemeriksaan Fisik dan Kesehatan. Edisi ke-8.Jakarta:EGC;2009.h.360-1. 3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M, Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jilid 3.Jakarta: Internal Publishing;2009.h.837-44. 4. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit

Dalam.vol1.Jakarta:EGC;1999.h.2300-8. 5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M, Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jilid 1.Jakarta: Internal Publishing;2009.h.837-44. 6. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, White RTM. Penyakit Infeksi. Edisi ke 6. Jakarta:Erlangga ; 2006.h.280-1. 7. Hendarwanto. Diare akut karena infeksi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Balai penerbit UI;2000.h451-7.

21

You might also like