You are on page 1of 4

Khutbah Jum'at

APLIKASI ISRA MIRAJ DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT


DRS. NURDIN HASAN M.AG
DOSEN AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG JATIM Maha Suci Allah yang membawa berjalan hamba-Nya malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Yang Kami berkati sekelilingnya untuk memperlihatkan kepadanya beberapa tanda (kebenaran) Kami. Sungguh ialah Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat. (Qs. 17: 1). Isra' ialah perjalanan Nabi Muhammad saw, dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Yerusalem). Kemudian dilanjutkan dengan naik ke langit (miraj) dan kembali ke Makkah menjelang fajar pada malam itu juga. Perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha itu melambangkan kesatuan risalah yang dibawa oleh semua Rasul. Masjidil Haram yang dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama putranya Nabi Ismail yang di tengahnya ada Kakbah, sedangkan Masjidil Aqsha dibangun pada zaman Nabi Sulaiman. Di Yerusalem inilah keturunan Israil yang banyak diangkat menjadi Rasul Allah. Perjalanan Nabi Muhammad juga menunjukkan bahwa risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw bukanlah risalah baru sama sekali. Risalah yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya. Risalah Nabi Muhammad adalah mata rantai terakhir dari rentangan panjang risalah Allah yang mendahuluinya, tentu saja sebagai risalah terakhir, Allah menyempurnakan segenap aspeknya. Miraj Nabi Muhammad ke langit dimaksud untuk menerima perintah shalat langsung dari Allah SwT, berupa shalat lima kali sehari semalam. Jika perintah-perintah selain shalat, Allah wahyukan melalui malaikat Jibril as, maka shalat langsung Allah sendiri mendatangkan Nabi Muhammad saw. Hal ini menunjukkan bahwa shalat itu merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam yang sangat penting. Karena shalat itu merupakan alat berkomunikasi antara manusia kepada Allah dengan penuh ketundukan. Shalat merupakan tiang agama, barang siapa tidak Shalat, dia akan menghancurkan agamanya, shalat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang akan membawa dampak bagi prilaku bagi orang yang mengerjakan. Yaitu terjauhnya dari perbuatan fahsya dan munkar, Shalat akan membawa ketenangan jiwa bagi orang yang melaksanakan. Dengan shalat kita lebih dekat dengan Allah, untuk menyembah Allah maka hamba Allah harus berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara apa dan siapapun. Sejak membaca takbiratul ihram memulai Shalat hingga salam. Orang yang melaksanakan shalat langsung bermunajat kepada Allah. Segenap puja dan puji dipanjatkan kepada Allah. Berbagai macam doa memohon kepada Allah, mohon petunjuk jalan yang lurus, mohon ampun atas dosa dan kesalahan, mohon rahmat dan kasih sayang, mohon ditutupi kekurangan-kekurangan dalam menjalani hidup ini, mohon diberi rizki, mohon diberi kesehatan jasmani dan rohani, mohon dihindarkan kesengsaraan dari siksa kubur dan neraka jahanam. Shalat yang dilakukan dengan
31

Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia. Marilah kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap bertakwa kepada Allah SwT. Dan semoga shalawat salam senantiasa Allah mencurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, sebagai Nabi akhir zaman. Dalam Al Quran Allah SwT memberikan informasi kepada kita tentang suatu peristiwa besar yang membawa dampak yang besar bagi umat Islam sebagaimana firman-Nya:

SUARA MUHAMMADIYAH 12 / 96 | 16 - 31 JUNI 2011

Khutbah Jum'at
penuh khusyu dan sungguhsungguh, dan dihayati makna yang terkandung di dalamnya, maka akan memupuk hati selalu zikrullah kepada Allah. Orang yang menjalani hidup yang dihayatinya senantiasa dan selalu ingat kepada Allah, maka Allah pun akan senantiasa ingat kepadanya, demikian pula sebaliknya jika kita tidak ingat kepada Allah maka Allah pun tidak akan ingat kepada kita. Shalat adalah kewajiban atas orang Mukmin yang ditentukan waktunya. Ada waktu permulaan, masuk dan ada waktu akhirnya, shalat harus dilakukan dalam keadaan bersih. Baik hadats kecil maupun hadats besar dan bersih dari kotoran dan berpakaian yang rapi dan menutupi aurat. Gerakan rukun shalat harus dilakukan dengan urut (tertib), thumaninah. Shalat wajib dilakukan berjamaah, di masjid dan dipimpin oleh salah seorang imam, Imam pun harus diseleksi, yang paling berhak adalah orang yang lebih menguasai Quran. Jika di antara mereka itu sama-sama menguasai Al-Quran, maka dipilih yang lebih menguasai As-Sunnah, apabila sama-sama menguasai AsSunnah maka yang dipilih orang yang lebih dahulu hijrah. Jika samasama, maka yang dipilih adalah orang yang lebih tua umurnya. Imam sebagai komando berarti harus diikuti dan ditaati. Apabila Imam rukuk maka makmum baru rukuk, jika Imam sujud maka makmum pun ikut sujud, jika imam duduk antara dua sujud demikian seterusnya. Apabila imam dalam memimpin shalat dan keliru bacaan, maka makmum wajib mengingatkan, demikian pula jika Imam lupa rakaat maka makmum punya kewajiban untuk mengingatkan imamnya, begitu pula dalam perjalanan shalat Imam berhalangan maka Imam itu diganti oleh makmum untuk meneruskan memimpin shalat. Hikmat yang dapat kita petik dari perintah Isra dan Miraj nabi
32
14 - 28 RAJAB 1432 H

Muhammad saw serta pelaksanaan shalat dalam kehidupan bermasyarakat. Hubungan antara manusia dan Khaliknya atau Tuhannya merupakan modal. Allah sebagai Khalik dan manusia sebagai makhluk harus senantiasa berusaha jangan sampai berpisah. Karena manusia selamanya membutuhkan petunjuk dan bimbingan dari Allah. Manusia diciptakan Allah yang dibekali hati nurani dan akal, dan dalam waktu yang sama, manusia juga dibekali dengan nafsu yang senantiasa bertentangan dengan nurani. Hubungan manusia dengan Allah wajib dilakukan sebagai sarana yang ditunjuk oleh Allah, untuk selalu berhubungan dengan-Nya. Shalat yang benar (khusyu, semata karena Allah) akan menciptakan suasana kehidupan yang sesuai dengan pengarahan Allah, hidup berkeluarga sesuai dengan pengarahan Allah, dan hidup bermasyarakat sesuai dengan pengarahan Allah. Melaksanakan tugas-tugas jabatan sesuai dengan pengarahan Allah, dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Dalam hidup bermasyarakat sesuai dengan pengarahan Allah, maka dalam masyarakat memiliki pemimpin atau komandan, seperti yang tergambar dalam shalat. Maka pemimpin dalam masyarakat/ negara perlu dipilih melalui seleksi dengan persyaratan atau kriteria yang ada tentu dipilih yang terbaik di antara yang terbaik. Demikian pula pemimpin yang terpilih bukan berarti tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan. Maka di sini kewajiban umat atau masyarakat memilih mempunyai kewajiban untuk mengingatkan dan mengritiknya. Seperti yang tergambar dalam shalat, demikian pula jika sang pemimpin itu sudah udzur atau sudah tidak mampu memimpin, kewajiban umat yang dipimpin menurunkan dan mengganti yang segar dan lebih gesit. Agar supaya perjalanan umat atau

masyarakat yang dipimpin itu sesuai dengan petunjuk Allah. Dapat diambil kesimpulan bahwa, kehidupan masyarakat dan etika jabatan dapat tercermin dari shalat berjamaah. Imam sebagai atasan harus diikuti segenap gerak geriknya, dan komandan (sekaligus sebagai suri tauladan bagi bawahannya). Namun demikian, makmum sebagai bawahan berhak mengoreksi dan mengritik apabila imam atau atasannya, melakukan kealpaan dan kesalahan.

Doa Khutbah kedua

Khutbah Jum'at
ISRAK MIKRAJ DAN MORALITAS UMAT
WARIS SUMARWOTO
LURAH PRENGGAN KOTAGEDEYOGYAKARTA

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SwT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga kita dapat melaksanakan ibadah shalat Jumat. Hadirin yang dimuliakan Allah SwT. Peristiwa paling fenomenal dan legendaris yang pernah terjadi di dunia ini adalah peristiwa Isra' Mi'raj. Sebuah perjalanan malam yang penuh misteri. Bukan hanya kejadiannya yang misterius dan sulit diterima akal sehat, tapi konsekuensikonsekuensi lain yang menyertainya pun begitu penuh makna.

Artinya: Maha Suci Allah yang

telah memperjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(Al-Isra: 1) Tatkala Nabi Muhammad saw pertama kali menyampaikan peristiwa Isra' Mi'raj yang legendarias dan fenomenal itu, banyak orang tidak percaya. Kaum kafir Quraish bahkan menuduh Nabi Muhammad telah gila. Kerena secara rasional, perjalanan yang ditempuh Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian naik ke langit, tidaklah mungkin ditempuh hanya dalam satu malam saja. Adalah Abu Bakar satusatunya sahabat Nabi yang pertama yang percaya atas peristiwa tersebut. Kepercayaan Abu Bakar bukan atas dasar rasio, tetapi adalah karena keimanan yang kokoh. Untuk itu Abu Bakar diberi gelar Ash-Shidiq yaitu orang yang benar. Kemudian Abu Bakar ash-Shidiq dengan lantang berkata Aku membenarkan perjalanan malam yang dilakukan Rasulullah saw, meskipun membayangkannya dalam dataran akal begitu sulit. Sungguh mengharukan dan menggetarkan uraian Annemerie Schimmel, dalam bukunya Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, tentang peristiwa Isra' Mi'raj tersebut. Scimmel sebagai seorang orientalis, ternyata mampu menilai secara jujur dan objektif sejarah Rasulullah saw yang mulia itu. Dia mengakui bahwa Nabi Muhammad saw adalah seorang tokoh moral yang tiada tandingannya. Maka

seorang orientalis yanag lainnya yaitu Michel H Hurt dalam bukunya Seratus Tokoh Yang Berpengaruh di Dunia meletakkan Nabi Muhammad saw diurutan Nomor satu. Dalam peristiwa Isra' mi'raj ini, dengan penuh kejujuran Schimmel menilai, bahwa esensi yang terkandung di dalamnya sesungguhnya bukanlah memperdebatkan benar tidaknya Nabi Muhammad saw secara jasmani melakukan Isra' Mi'raj. Tetapi yang lebih penting adalah untuk memahami kandungan Isra' Mi'raj itu sendiri, yaitu perintah untuk mendirikan ibadah shalat. Ketika terjadi peristiwa itu Nabi Muhammad saw memang sedang dilanda duka cita. Sehingga tahun itu disebut dengan tahun duka cita (Amul Huzni). Duka cita yang menimpa Nabi Muhammad saw waktu itu, adalah karena wafatnya dua orang tokoh pendukung dakwahnya, yaitu pamannya yang terhormat ,Abu Tholib dan istri tercinta Hadijah. Padahal waktu itu Nabi Muhammad saw sedang menghadapi tugas dakwah yang cukup berat, yaitu menghadapi kaum Quraish yang dilanda peradaban jahiliyah. Hingga kini gaung Ira' Mi'raj masih terus bergema di tengah umat Islam, yaitu dengan tetap dijadikannya shalat sebagai iabadah wajib yang selalu dikerjakan oleh setiap umat Islam. Yang menjadi persoalan sekarang, di tengah bangsa Indonesia mayoritas umat Islam, dan banyak umat Islam yang menjalankan shalat, kegersangan spiritual dan krisis moral tampaknya terus melanda umat manusia. Seolah jahiliyah baru
33

SUARA MUHAMMADIYAH 12 / 96 | 16 - 31 JUNI 2011

Khutbah Jum'at
telah hadir kembali di tengah-tengah umat. Apakah keagungan yang terkandung dalam shalat tidak mampu lagi membendung krisis moral yang dahsyat itu? Ataukah umat yang melaksanakan shalat dewasa ini telah hilang kekhusukannya. Sehingga apa yang disinggung Allah SwT dalam Al-Quran surat alMaauun ayat 4-5: ini, umat Islam hendaknya perlu merenungkan apa sesungguhnya relevansi peringatan ini dengan kondisi moral umat saat ini. Selain untuk mengevaluasi ibadah shalat, peringatan Isra' Mi'raj juga adalah untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad saw, yang menurut Schimmel, Nabi Muhammad saw. adalah seorang tokoh moral yang tak ada tandingannya. Akhlak Nabi adalah amanah dapat dipercaya, shidiq (benar), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas). Kepada kaum miskin, wanita lemah, dan anak yatim, Nabi selalu mencurahkan kasih sayangnya, bahkan Nabi rela menahan lapar asal orang lain tidak kelaparan. Keadilan dan kejujuran adalah menjadi komitmen utama dalam hidup Nabi. Teladan keadilan dan kejujuran yang diajarkan Nabi Muhammad saw tidak hanya sekedar retorika. Kalau Nabi mengangkat aparat penegak hukum, adalah benar-benar orang yang adil. Sehingga waktu itu, umat tidak pernah melecehkan pengadilan. Nabi dan juga aparat penegak hukum yang lain berani mengatakan, yang benar itu benar dan yang salah itu salah, mereka tidak membedakan orang di hadapan hukum. Akhirnya, patut kiranya kita renungkan kembali teladan moral, kejujuran dan keadilan yang ditunjukkan Nabi Muhammad saw. tatkala memperingati peristiwa Isra' Mi'raj kali ini, juga kita evaluasi ibadah shalat kita sudah dapat berdampak positif bagi peningkatan moral umat.

Artinya: Maka kecelakaanlah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya. Sudah benar-benar terajdi?. Sidang jamaah Jumah yang berbahagia. Betapa banyak kasus krisis moral yang melanda umat dewasa ini. Tingkah laku manusia tampaknya semakin tak terkontrol lagi. Nilai-nilai agama Islam yang begitu agung telah tercerabut dari akarnya. Ironisnya lagi, orang-orang yang sholat pun, yang seharusnya mampu menjadi teladan moral, sering terjebak dengan perbuatan tercela. Tidak dapat disangkal, bahwa lahirnya krisis moral dewasa ini, adalah karena maraknya ketidak adilan, kesenjangan dan kecemburuan sosial. Manusia yang dilanda problem sosial ekonomi, membuat kehadiran agama Islam tidak bisa maksimal. Agama Islam yang diharapkan mampu memperkokoh iman dan akhlak manusia, sering luntur dan rapuh tatkala dihadapkan dengan persoalan ekonomi yang semakin menghimpit. Karena sesungguhnya, agama Islam bukan hanya mengatur masalah akhirat semata. Manusia yang dilanda kesengsaraan dan kemiskinan, sulit untuk manjadi orang yang shalih. Hadirin yang dimuliakan Allah. Dalam memeringati Isra' Mi'raj kali
34
14 - 28 RAJAB 1432 H

Sidang jamaah Jumah yang berbahagia. Marilah kita akhiri khotbah ini dengan berdoa bersama-sama kepada Allah SwT, semoga Allah SwT berkenan mengabulkan doa kita, khususnya menjadikan kita sebagai orang yang mampu menjaga akhlak dan moralitas kita yang baik sehingga selamatlah hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat.

Khotbah kedua

You might also like