You are on page 1of 4

Khutbah Idul Fitri

Istiqamah Dalam Ketakwaan Menuju Khaira Ummah


H AYAT DIMYATI / KETUA PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH JAWA BARAT
adalah hari yang penuh harapan, berbagai barakah, rahmah dan maghfirah Allah SwT. Sesuai dengan janji-Nya, insya Allah kita semua akan memperolehnya. Karena Allah l yukhlif al- md (tidak menyalahi janji-Nya ). Bagi saudara-saudara kita yang kebetulan tidak bisa menunaikan ibadah shaum itu karena terdapat udzur syara, seperti sakit, dalam perjalanan, maka pada hari-hari setelah hari ini diwajibkan untuk meng-qadha-nya, (mengganti shaum) pada hari di luar bulan Ramadlan. Atau menggantinya dengan fidyah bagi orang yang sama sekali tidak kuat lagi melaksanakannya. Atau diperoleh kekuatan, tetapi sangat berat agar harapan tersebut diperolehnya juga. Kenapa barakah, rahmah dan maghfirah Allah SwT, sangat diharapkan oleh kita semua? Kita semua menyadari betul, bahwa kita ini lemah, tidak memiliki kekuatan. Apalagi untuk melindungi orang lain, memelihara diri kita saja tidak bisa. Sekarang kita sehat bisa berkumpul bersama di sini. Besok atau lusa, minggu depan atau bulan depan, dan tahun depannya lagi tidak tahu. Barakah yang diharapkan itu adalah tambahan berbagai kebaikan dari Allah SwT. Rahmah yang diharapkan itu adalah curahan kasih sayangNya. Dan maghfirah adalah ampunan-Nya pada setiap kali kita melakukan kesalahan. Dan kita semua menyadari atas berbagai kesalahan itu, dan berusaha menutupinya dengan berbagai kebaikan. Hanya dengan ketiganya itu, keselamatan abadi dan kesejahteraan hakiki akan diperolehnya. Nabi saw mengingatkan para sahabatnya. Dalam haditsnya riwayat Muslim dari Abi Hurairah ra untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SwT, Nabi saw berkata:

Saling mendekatlah kamu sekalian ( kepada Allah ), dan menyengajalah kamu sekalian (bertaqarrub itu). Dan ketahuilah, bahwa seseorang dari kamu sekalian tidak akan selamat oleh sebab amalnya. Para sahabat bertanya anda juga ya Rasul Allah? Rasul berkata: Betul; saya juga! Kecuali Allah SwT menyelimuti seluruh badanku ini, dengan rahmat, karunia dan maghfirah-Nya. Bila demikian, bagaimana ikhtiar kita untuk bisa memperoleh ketiganya itu? Tiada lain adalah peningkatan ketakwaan kepada Allah SwT, dengan sebenar-benarnya. Berpuasa yang telah kita jalani satu bulan penuh itu, adalah bagian dari wujud ketakwaan. Dan diharapkan kita semua termasuk komunitas orang-orang yang bertakwa ( ).

Hadirin Jamaah Id yang dimuliakan Allah SwT. Hari ini adalah hari ied al-fithri, hari kembali berbuka setelah kita semua menunaikan ibadah shaum selama satu bulan penuh. Hari ini

Hadirin Jamaah Rahimakumullah. Asal makna takwa adalah penjagaan atau pemeliharaan. Sasaran dari shaum Ramadhan
31

SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 AGUSTUS 2011

Khutbah Idul Fitri


adalah (kamu berpengharapan diperoleh penjagaan Allah SwT). Karena itu, kita melaksanakan shaum itu, dengan segala ikhtiar dan berkesungguhan, disertai penuh harapan dan rasa simpati ( lain adalah makna ungkapan ). Hal itu, tiada dalam . Oleh Dia berkata: Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong, dan melakukan kebohongan itu disertai kejahilan, maka bagi Allah SwT tidak lagi berkepentingan (untuk memberi perlindungan dan pahala) sekalipun seseorang telah meninggalkan makan dan minumnya, (karena shaumnya itu). Berdasar ayat dan Hadits itu, Allah tidak akan memberikan perlindungan dan penjagaan kepada seseorang atau sejumlah orang yang tidak bertakwa. Yang dimaksud di sini adalah, ketiadaan penjagaan terhadap rohani orang itu yang berujung pula pada kecelakaan fisikalnya. Karena itu, standar kekuatan rohani seseorang, bukan terletak pada banyaknya harta kekayaan, penguasaan ilmunya yang tinggi, rekanannya di sana sini. Tetapi karena ketakwaannya. Dengan ketakwaan, maka harta, ilmu dan relasinya akan bergerak hanya dalam kebaikan dan berbagai kebaikan untuk orang banyak. Bentuk-bentuk kekuatan hawa nafsu yang menyebabkan Allah SwT tidak memberikan penjagaan dan perlindungan terhadap diri seseorang itu, meliputi: a) istihza birusulin (mencaci dan mempermainkan Rasul Allah SwT, termasuk bagian-bagian syariat yang diteladankannya); b) li Allhi syurak (menyekutukan Allah SwT); c) shaddun an sabl Allh (menghalang-halangi orang-orang yang berada di jalan Allah SwT). Karena itu, kita menjauh dari ketiga perbuatan tersebut, terutama pada saat berpuasa yang telah kita lakukan. 2. (penguatan jasad). Jika seseorang bisa mengendalikan hawa nafsunya, dan setelah rohaninya kuat, maka Allah akan memberikan kekuatan pada jasadnya. Seorang doktor dalam bidang kesehatan di Universitas Muhammadiyah Malang, hasil temuannya pada beberapa tahun yang lalu melalui penelitian terhadap 40 orang mahasiswa, tentang hubungan shalat tahajud/ shalat malam dengan ketahanan dan kekebalan tubuh mereka dari gangguan penyakit, ditemukan hubungan yang signifikan. Yang paling tinggi adalah mereka yang menunaikannya secara dawam dan ikhlash. Demikian juga, diinformasikan dalam sebuah jurnal berbahasa Arab. Seorang yang berpenyakit kanker, pengobatannya melalui beribadah haji pada musim panas. Setiap hari dia berjemur diri di bawah sinar terik matahari sambil beribadah kepada Allah SwT, maka kankernya itu sembuh. Demikian juga mereka yang berpenyakit diabet, bisa sembuh melalui banyak berpuasa. Peristiwa kesembuhan beberapa jenis penyakit melalui ibadat shaum itu, sudah diterima oleh para ahli kesehatan sekarang ini. Dalam hal ini, sebuah riwayat AlNasa'i dari Ibn Abbas ra, dinyatakan: Berpuasalah kamu sekalian, kamu akan sehat (Faidh al-Qadir : IV/ 212 ). Al-Harali berkata bahwa enam manfaat shaum bagi seseorang: 1) kesehatan tubuh; 2) rizki penuh berkah; 3) pahala besar di akhirat; 4) ketajaman dan lurus pandangan; 5) mengendalikan syahwat; dan 6) meningkatkan martabat orang Mukmin menjadi Muhsinin. Sudah tentu, manfaat ini semestinya menjadi energi bagi kita bersama guna penuntasan berbagai persoalan yang terjadi sekarang ini selama satu tahun ke depan. 3. (penguatan kehendak/ cita-cita). Terutama bagi para pemuda, yang kehendak dan citacitanya masih panjang, adalah diperlukan stabilitas mental yang

karena harapan kita sebagai makhluk terhadap Khalik tersebut, kita yang telah menunaikan ibadat shaum itu satu bulan penuh. Sedangkan makna di sisi Khalik adalah kepastian (al-luzm/ al-wjib). Karena itu, makna di sisi Allah, adalah kepastian Allah SwT akan menjaganya, jika shaum-nya dilakukan dengan yang sebenarbenarnya, sesuai dengan tuntunan syariat. ( Terdapat lima pengharapan dan kapastian janji Allah, berupa penjagaan-Nya, akan diperoleh orang-orang yang benar-benar melaksanakan shaum itu, karena Allah SwT semata, meliputi: 1. (penjagaan terhadap kekuatan ruh). Allah SwT dalam Q.s al-Radu: 37 berfirman: ) .

"...dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah." Demikian juga Hadits Nabi saw dalam pengendalian hawa nafs ini, diungkapkannya, sebagaimana riwayat Bukhari dari Abi Hurairah dari Nabi saw:
32

SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 RAMADLAN 1432 H

Khutbah Idul Fitri


kokoh, berupa pengendalian hawa nafsu. Agar mereka tidak terpengaruh oleh berbagai keburukan, seperti terlibat narkoba, tawuran, perilaku brutal yang sering terjadi di lingkungannya. Apalagi bagi para pemuda yang sedang mencari ilmu pengetahuan. Sehingga ilmu pengetahuan yang dicarinya, serta pengembangan skill yang dihimpunnya, tidak terancam kegagalan. Karena itu, Nabi saw dalam riwayat Muslim dari Ibn Masud ra menyeru kepada para pemuda: Orang-orang yang memiliki rasa kasih sayang, maka mereka akan disayangi Allah SwT. (Karena itu), kasih sayangilah oleh kamu sekalian penduduk bumi, maka penduduk langit akan menyayangi kamu. Kasih sayang itu emosi dari Tuhan, barangsiapa yang menyambungkannya, maka dia menyambungkannya dengan Allah. Barangsiapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutuskannya juga. Sekarang ini, alam sudah murka, hujan, angin, panas matahari. Bahkan kekayaan harta, penguasaan ilmu, jabatan yang diperoleh, kadangkadang tidak lagi sebagai rahmat dan berkah, tetapi sebagai bencana. Kita, butuh kasih sayang alam. Tidak mungkin alam memberikan kasih sayang, kalau kita rakus dan tamak. Bumi ini siap memberikan kesejahteraan kepada seluruh penduduknya. Tetapi, tidak siap menutupi kebutuhan seorang yang rakus dan pimpinan yang korup. Bila ke satu sampai ke tiga di atas, dikatakan penjagaan individu, maka ke empat ini adalah penjagaan dan pengamanan sosial. Karena padanya mengandung rasa solidaritas / sepenanggungan dan tawun al al- bir (tolong menolong dalam kebaikan). Pada bulan Ramadlan itu juga, kita semua laksanakan bangunan rasa solidaritas itu, dalam wujud penunaian zakat, infaq dan shadaqah yang diakhiri dengan zakat fitrah. Demikian pula, kita yang bertempat tinggal di berbagai daerah dan kota di Indonesia ini, untuk mewujudkan keseriusan dalam membangun daerah dan lingkungan masing-masing melalui standar religius. Tinggal bagaimana kita semua bertanggung jawab sebagai anggota warga masyarakat agamis dalam menata diri, keluarga dan lingkungan yang bisa mendatangkan rahmat, berkah dan maghfirah Allah SwT. Tiada cara selain melalui penegakan ajaran agama dengan ketakwaan dalam kehidupan seharihari. 5. (ibadah yang sempurna). Dikatakan demikian karena shaum itu, hanyalah untuk Allah SwT. Dan Allah yang akan membalasnya. Nabi saw dalam Hadits qudsi riwayat Ahmad, alTurmudzi, al- Darimi dan Malik dari Abi Hurairah ra berkata:

Hai para pemuda! Barangsiapa yang telah mampu menikah, maka nikahlah, karena nikah itu akan menundukkan pandangan dan menjaga farji, jika tidak mampu, maka berpuasalah, karena pada puasa itu terdapat penawar syahwat. 4. (mengingatkan terhadap kaum dhuafa ). Dimaksudkan dengan tadzkirah li al-mahrmin ini adalah untuk menguatkan ketahanan sosial, menjalin solidaritas, menumbuhkan tawun al albir wa al-taqw. Dan terjalinnya kasih sayang di antara sesama makhluk. Nabi saw dalam riwayat Abu Daud dan al-Turmudzi dari Abd Allah Ibn Amr ra, berkata:

Setiap amal ibn Adam baginya, maka kebaikan itu, diberi pahala kebaikan semisalnya dengan sepuluh kali lipat sampai 700 lebih. Kecuali berpuasa, dia itu untuk-Ku; Aku akan membalasnya. Seseorang meninggalkan makanan dan dorongan nafsunya, karena Aku, meninggalkan minuman dan dorongan nafsunya, karena Aku juga, dan itu semua untuk-Ku, maka Aku akan membalasnya. Itulah lima kekuatan dan penjagaan yang akan diberikan Allah SwT kepada kita semua yang menunaikan ibadah shaum dengan yang sebenar-benarnya. Jika kita semua bisa memelihara dan memperoleh kelima kekuatan di atas, maka kebaikan dunia dan kebaikan akhirat yang tidak hanya diperoleh sebatas penjagaan terhadap kehidupan individu. Tetapi juga kehidupan kolektifnya yang lebih luas lagi. Karena itu, bersikap istiqamah dalam ketakwaan, merupakan pintu-pintu dalam usaha meredakan berbagai persoalan berat yang dihadapi umat sekarang ini. Karena itu, Nabi saw berwasiat kepada Abu Dzar untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SwT, sebagaimana diungkap oleh riwayat
33

SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 AGUSTUS 2011

Khutbah Idul Fitri


al- Hakim dalam kitabnya AlMustadrak: sampai kapan pun. Bagian ini yang dimaksudkan kesempurnaan agama, akan bisa terlaksana dengan kesempurnaan pemanfaatan nikmat yang Allah berikan kepada kita semua. Tiada lain yang dimaksud atamma al-inm, adalah pemanfaatan ketiga potensi dasar itu. Di samping pemanfaatan nikmat lainnya sebagaimana dinyatakan Q.s. Al-Maidah, (3);

Bertakwalah kamu kepada Allah di mana kamu berada, ikutilah keburukan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, berakhlaklah di hadapan orang-orang dengan akhlak yang baik. Hadirin Jamaah Rahimakumullah. Bagaimana langkahnya, agar diri kita masing-masing memiliki kelima kekuatan di atas, dan kekuatan itu abadi sampai terbangunnya suatu umat yang kuat juga. Allah SwT telah memberikan kelengkapan hidup kepada kita semua, berupa tiga potensi dasar insani. Yaitu: indra (hawas), hati (qalb) dan nurani (lub). Dengan indra (hawas), keagamaan kita diformalkan (syariat zhirah), seperti salat id sekarang ini. Dengan hati (qalb), keagamaan kita meningkat dari kegiatan tradisi keagamaan menjadi beribadat karena terdapat niat beribadat kepada Allah. Dan dilengkapi lagi dengan kesiapan untuk memahami dan mengerti setiap perkataan dan perbuatannya ketika ibadat ditunaikan. Dengan nurani (lub), maka keagamaan menjadi kokoh karena diyakininya dengan tidak ada keraguaan sedikitpun. Di samping juga, lub (nurani) memiliki kekuatan untuk membangun rasa solidaritas, persatuan dan kesatuan. Melalui integrasi pemanfaatan ketiga potensi itu, maka kualitas keagamaan, secara pribadi menjadi lebih bertakwa ( baiknya umat ( ), dan secara ). Tanpa kejamaahan akan melahirkan sebaikpertemuan di antara nurani yang satu dengan nurani yang lainnya, maka hakikat kejamaahan atau ummah wahidah, tidak akan berwujud
34

Hari ini Aku sempurnakan agama bagi kamu sekalian, dan Aku sempurnakan juga nikmat Ku (sebagai kelengkapan untuk menunaikan agama yang sempurna itu). Dan Aku ridlai al-Islam sebagai agama bagi kamu sekalian. Insya Allah, jika ketiga potensi dasar insani itu difungsikan secara sempurna dalam setiap penunaian ajaran agama, termasuk shaum yang telah kita lakukan, maka kelima ketakutan itu, akan diperolehnya dengan sempurna pula. Sudah tentu dengan tambahan pengalaman lima kekuatan oleh sebab shaum kemarin itu, diharapkan menjadi energi satu tahun ke depan menjadi lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Hadirin Rahimakumullah. Bagian akhir dari khutbah ini, khatib mengajak untuk senantiasa beristiqamah dalam ketakwaan disertai dengan usaha mewujudkan kejamaahan ummah wahidah. Kemudian khatib secara pribadi dan keluarga mengajak hadirin untuk saling memaafkan dengan setulustulusnya. Dan marilah kita berdoa kepada Allah SwT disertai dengan ketulusan hati.

Bandung, 5 Juli 2011.

SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 RAMADLAN 1432 H

You might also like