You are on page 1of 27

Kelompok 4

Bella Silvia Weni

Dewi natalia Deswita okbrianti Dyah wulan ramadhani Fitri amelia Ryo amelgo Syafrizal

Cedera Kepala dengan Kraniotomy

Definisi
Menurut Brain Injury Assosiation of America,

2006. Cedera kepala adalah suatu kerusakan


pada kepala bukan bersifat congenital

ataupun

degenerative, tetapi

disebabkan

serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Etiologi
Kecelakaan lalu lintas Jatuh Trauma benda tumpul Kecelakaan kerja Kecelakaan rumah tangga Kecelakaan olahraga Trauma tembak dan pecahan bom

Klasifikasi
Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai aspek, diantaranya yaitu : 1. Mekanisme Cedera kepala Berdasarkan mekanisme, cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala tembus disebabkan oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput durameter menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.

2. Beratnya Cedera Cedera Kepala Ringan (CKR). GCS 13 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma. Cedera Kepala Sedang ( CKS) GCS 9 12, kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak. Cedera Kepala Berat (CKB) GCS lebih kecil atau sama dengan 8, kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Dapat mengalami kontusio cerebral, laserasi atau hematoma intracranial.

3. Morfologi cedera Cedara Spesifik Otak Kepala Fraktur tengkorak Geger serebrar Gegar adalah sindrom yang melibatkan bentuk ringan dari cedara otak menyebar. Kontusio Serebral Kontusio serbral menggambarkan area otak yang mengalami memar tanpa mengalami fungsi atau laserasi. Hematoma epidural Hematoma epidural adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan meninges paling luar.

Hematoma subdural Hematoma subdural adalah akumulasi darah dibawah lapisan meningeal duramater dan atas lapisan araknoid yang menutupi otak. Hematoma intrakranial Hematoma intracranial adalah pengumpulan darah 25ml atau lebih dalam parenkim otak.

4.Cedera kepala berdasarkan patofisiologinya menjadi dua

dibagi

Cedera Kepala Primer Adalah kelainan patologi otak yang timbul akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Cedera Kepala Sekunder Adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia, metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma.

Manifestasi klinis
Manifestasi klinik dari cedera kepala tergantung dari berat ringannya cedera kepala. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih Kebingungan Iritabel Pucat Mual dan muntah Pusing kepala Terdapat hematoma Kecemasan Sukar untuk dibangunkan Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

Pemeriksaan penunjang dan diagnostik


CTScan, mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel pergeseran cairan otak MRI, sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontraks Angiografi Serebral, menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma EEG, memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang Sinar X, mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang) BAER (Brain Eauditory Evoked), menentukan fungsi dari kortek dan batang otak

PET (Pesikon Emission Tomografi), menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak Pungsi Lumbal CSS, dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid Kimia/elektrolit darah, mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam peningkatan TIK GDA (Gas Darah Arteri), mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK Pemeriksaan toksitologi, mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran Kadar antikonvulsan darah, dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang

komplikasi
Peningkatan TIK Iskemia Infark Kerusakan otak ireversibel Kematian Paralisis saraf fokal anomsia (tidak bisa mencium bau-bauan) Infeksi sistemik (pneumonia,septikemia) Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis, abses otak) Osifikasi heterotrofik (nyeri tulang pada sendisendi). (smeltzer,2001;tucker 1998)

penatalaksanaan
Cedera Kepala Ringan Pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan CT-Scan bila memenuhi kriteria berikut : 1) Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya berjalan) dalam batas normal. 2) Foto servikal jelas normal 3) Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien 24 jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali kebagian gawat darurat jika timbul gejala yang lebih buruk.

Cedera Kepala Sedang dan berat Pasang jalur IV dengan larutan salin normal (Nacl 0,9 %) atau larutan Ringer Laktat, cairan isotonis lebih efektif mengganti volume intravaskular dari pada cairan hipotonis dan larutan ini tidak menambah edema cerebri. Lakukan pemeriksaan ; Hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia darah, glukosa ureum dan kreatinin, masa protombin atau masa tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan kadar alkohol bila perlu. Lakukan CT Scan dengan jendela tulang, klien dengan cedera ringan , sedang atau berat, harus dievaluasi adanya : a) Hematoma Epidural, b) Darah dalam subarachnoid dan intraventrikal c) Kontusio dan perdarahan jaringan d) Obliterasi sisterna perimesensefalik e) Fraktur kranium, cairan dalam sinus dan pneumosefalus.

Pada klien yang koma, (skor GCS < 8) atau klien dengan tanda-tanda herniasi, lakukan tindakan berikut. Elevasi kepala 30 . Hiperventilasi : Intubasi dan berikan ventilasi mandatorik intermiten dengan kecepatan 16 20 x / menit dengan volume tidal 10 12 ml/kg. Atur tekanan CO2 sampai 28 32 tig. Hipokapria berat (PCO2 < 25 mmtig) harus dihindari sebab dapat menyebabkan vasokonstriksi iskemia serebri. Berikan manitol 20 % lg/kg IV dalam 20 30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4 6 jam kemudian yaitu sebesar dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam pertama. Pasang kateter foley Konsul bedah syaraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma efidiral yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka, dan fraktur impresi > 1 deploe.

Operasi yang dilakukan pada pasien cedera kepala yaitu adalah kraniotomy. Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002). Pemeriksaan penunjang dilakukan kraniotomy yaitu CT scan kepala. Komplikasinya adalah: - Perdarahan - infeksi

Pengkajian
1. Pengkajian primer airway jalan nafas disebabkan dari lidah yang turun kebelakang dengan posisi kepala ekstensi, kalau perlu pasang pipa oropharing (OPA) atau endotrakeal, bersihkan sisa muntah, darah, lendir, atau gigi palsu. Isi lambung dikosongkan melalui pipa NGT untuk menghindari aspirasi muntahan dan kalau ada stres ulcer. Breathing Gangguan sentral : lesi medula oblongata, nafas cheyne stokes, dan central neurogenik hiperventilasi. Gangguan perifer : aspirasi, trauma dada, edema paru, emboli paru, infeksi. Tindakan oksigenasi, cari dan atasi faktor penyebab, kalau perlu pasang ventilator segera. Circulation Hipotensi, iskemik,kerusakan sekunder otak. Hipotensi jarang akibat kelainan intrakranial, sering ekstrakarnial, akibat hipovolemi, perdarahan luar, ruptur organ dalam, trauma dada disertai temponade jantung atau pneumotorak, shock septik. Tindakan : hentikan sumber perdarahan, perbaiki fungsi jantung, mengganti darah yang hilang dengan plasma, darah. Disability Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri. Exposure Suhu, lokasi luka

2. Pengkajian sekunder pemeriksaan fisik: Keadaan umum : terdapat luka lecet pada kaki dan tangan,terdapat hematoma pada periorbital bilateral, kebiruan pada kedua bola mata dan terdapat edema pada wajah. a. Tanda-tanda vital TD : 170/100 mmHg N : 82x/ menit RR : 36,5x/ menit b.TB : tidak terkaji BB: tidak terkaji c. Kesadaran : coma, GCS (E1 M1 V1) d. Pemeriksaan head to toe

Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap Urin Kimia darah Analisa gas darah ct scan kesimpulan perdarahan subdural region tempoproparietal kana dan perdarahan SAH, SDH disertai hematosinus maksilaris kiri, sub golealhematoma region parietal kiri dan soft tissue swelling dengan enfisema subkutis maksilaris kiri.

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat


Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d akumulasi sekret Perubahan perfusi jaringan serebral b/d perdarahan dan edema cerebral

Analisa data
Data 1 DS : - keluarga mengatakan klien terlihat sesak napas - keluarga mengatakan bunyi napas klien terdengar ngorok DO : - Terdapat banyak sekret pada jalan nafas - Bunyi napas ngorok - Frek nafas : 36 X/mnt - Klien ditinggikan kepala dan diekstensikan kepalanya - Nafas tidak teratur.

Diagnosa kep 1 dan intervensi


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi sekret Tujuan: diharapkan pasien dapat mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas dengan Kriteria hasil: Tidak ada bunyi nafas tambahan Tidak ada penumpukkn sekret Tidak ada sesak nafas

Rencana tindakan
Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas tambahan mis. Mengi, ronchi, krekels Pantau frekuensi pernafasan Catat adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bant Berikan posisi yang nyaman Pertahankan polusi lingkungan mnimum Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir Observasi karakteristik batuk, mis menetap, batuk pendek, basah bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk Tingkatkan masukan cairan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung Berikan obat sesuai indikasi Berikan hudifiksi tambahan, mis, nebulizar ultranik, humidifier aerosol ruangan

Implementasi
Menga uskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas tambahan mis. Mengi, ronchi, krekels Memantau frekuensi pernafasan Mencatat adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bant MemBerikan posisi yang nyaman MemPertahankan polusi lingkungan mnimum Men dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir mengbservasi karakteristik batuk, mis menetap, batuk pendek, basah bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk Meningkatkan masukan cairan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung memberikan obat sesuai indikasi memberikan hudifiksi tambahan, mis, nebulizar ultranik, humidifier aerosol ruangan

evaluasi
S: pasien mengatakan sesak nya berkurang dan tidak ada penumpukan sekret lagi. O: RR 22 x/menit, TD=120/80 mmhg, nadi 89x/menit. Irama reguler, inspirasi sama dengan ekspirasi. A: Masalah ketidakefektifan pola nafas pasien teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan

Thanks for your attention

You might also like