You are on page 1of 21

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DAN IKAN LELE (Clarias batrachus)

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Ira Fitria : B1J011129 : VI :4 : Lifannur G. Tyas

LAPORAN PRAKTIKUM STRUTUR PERKEMBANGAN HEWAN I

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar wilayah dunia terdiri atas air. Ikan adalah salah satu hewan vertebrata yang hidup di air. Ikan bernapas dengan menggunakan insang, tetapi ada beberapa ikan yang bernapas dengan menggunakan paru-paru. Ikan merupakan salah satu sumber protein bagi manusia, antara lain ikan Nilem (Osteochilus hasselti), dan masyarakat Jawa mengenalnya dengan sebutan ikan wader. Protein yang berasal dari ikan merupakan 1/5 dari protein hewani yang dihasilkan dari seluruh dunia. Daging ikan mengandung 13-20% protein. Lemak ikan banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Ikan Nilem habitat aslinya di daerah beriklim sedang dengan suhu berkisar 18-28 C. Ikan Nilem hidup di tempat tempat-tempat yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, seperti danau, sungai, rawa, dan genangan genangan air. Ikan ini memakan plankton dan periypton (jasad yang menempel pada tanaman air). Ikan ini dapat bereproduksi pada usia kira-kira 9 bulan. Induk dari ikan Nilem yang dapat dipelihara di kolam berusia satu sampai dua tahun selang waktu pemijahan tiga sampai empat bulan sekali. Morfologi antara ikan Nilem jantan dan betina mempunyai perbedaan. Ikan Nilem betina bentuknya membulat, kurang gesit, bagian operculum halus, perut mengembang ke arah samping dan kearah lubang pelepasan serta mempunyai gonad yang berwarna kuning berbutir-butir berisi telur yang di sebut ovarium. Ikan Nilem jantan perutnya lebih ramping, lebih gesit bagian pipih kasar, perut mengembang, dan gonadnya berwarna putih susu. Perbedaan tersebut bisa dilihat ketika hewan

sudah dewasa, karena pada hewan yang masih muda strukturny belum begitu terlihat jelas. Osteochilus hasselti dan Clarias batrachus digunakan untuk praktikum untuk mewakili kelas pisces. Osteochilus hasselti dan Clarias batrachus dipilih karena selain mudah di dapat, juga murah harganya. Osteochilus hasselti dan Clarias batrachus mempunyai organ organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga mudah diamati struktur tubuhnya. Klasifikasi ikan Nilem(Osteochilus hasselti) menurut Radiopetro (1977) adalah sebagai berikut : Phylum Sub-phylum Class Sub-class Ordo Familia Genus Species : Chordata : Verebrata : Pisces : Teleostei :Ostariophysi : Syprinidae : Osteochilus : Osteochilus hasselti

Ikan Lele (Clarias batrachus) adalah vertebrata yang termasuk kelas pisces. Tubuh ikan lele dibagi menjadi tiga bagian yaitukepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). Kepala yaitu mulai dari moncong hingga batas tutup insang. Badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus. Ekor dimulai dari belakang anus sampai dengan ujung sirip ekor. Ikan lele juga terdapat anggota badan (ekstrimitas) terdiri dari : sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (abdominal fin), sirip dubur (anal fin), sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin). Ikan lele, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali

karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki kumis yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Pada jenis ikan Lele (Clarias batrachus) Phylum Subphylum Classis Ordo Subordo Famili Genus Spesies menurut : Chordata : Vertebrata : Actinopterygii : Siluriformes : Ciprynoidae : Claridae : Clarias : Clarias batrachus saanin 1984, di klasifikasikan sebagai berikut:

B. Tujuan Praktikum Struktur Perkembangan Hewan I kali ini bertujuan untuk mempelajari, mengamati dan memahami anatomi tubuh bagian dalam maupun luar ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan ikan Lele (Clarias batrachus).

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk. Bahan yang digunakan adalah ikan Nilem (Osteochilus hasselti), ikan Lele (Clarias batrachus), air keran, klorofom, formalin, dan tissue. B. Metode

Metode yang digunakan dalam perlakuan ini adalah sebagai berikut : 1. Kedua jenis ikan dibius menggunakan kloroform atau dimatukan dengan jarum penusuk. 2. Ikan digunting mulai dari lubang depan anus, sepanjang garis mediovontral tubuh kearah depan sampai dengan sirip dada. 3. Bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset 4. Pengguntingan di lanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang di lanjutkan ke arah anterior sampai ke tutup insang. 5. Pngguntingan bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong. 6. Setelah pembedahan selesai, organ organ dalamnya diamati dan digambar serta diberi keterangan. 7. Ekor dipotong melintang dan diamati untuk diketahui otot otot bagian ekor. 8. Bagian tulang-tulang ekor diamati dan gambar-gambar yang ada pada diktat praktikum diberi keterangan sesuai dengan bagian yang diamati pada preparat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1 Morfologi Luar Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Keterangan Gambar : A. Caput 1. Cavum oris 2. Nostril 3. Organum visus 4. Opercullum 5. Pectoral fin (2) 6. Abdominal fin (2) B. Truncus 7. Anal fin (1) 8. Dorsal fin (1) 9. Caudal fin (1) 10. Linea leteralis C. Cauda

Gambar 2. Anatomi Viscera in-Situ Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Cor 2. Insang 3. Pronephros 4. Hepatopancreas 5. Vesica metatoria 6. Nephros 7. Gonad 8. Intestin 9. Porus urogenitalis (muara tiga saluran)

Gambar 3. Penampang Melintang Otot Ekor Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Taju neural 2. Otot epaxial 3. Lengkung neural 4. Myomere 5. Myocomata 6. Otot hypaxial 7. Lengkung haemal 8. Arteri caudalis 9. Taju haemal 10. Vena caudalis 11. Septum vertebrae

Gambar 4. Penampang Melintang Insang Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Filamen insang 2. Septum branchialis 3. Arteri branchialis 4. Arteri epibranchialis 5. Tapis insang 6. Lengkung insang

Gambar 5. Anatomi Rangka Ekor Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Keterangan Gambar : 1. Sentral vertebrae 2. Taju neural 3. Taju haemal 4. Hyporalia 5. Urostyle

Gambar 6. Morfologi Luar Ikan Lele (Clarias batrachus) Keterangan Gambar : A. Caput 1. Cavum oris 2. Barbels superior (2) 3. Barbels inferior (2) 4. Nostril 5. Patil 6. Pectoral fin (2) 7. Linea lateralis 8. Abdominal fin (2) 9. Dorsal fin (1) B. Truncus C. Cauda 10. Anal fin (1) 11. Caudal fin (1)

Gambar 7. Anatomi Insang dan Arborescent Ikan Lele (Clarias batrachus) Keterangan Gambar : 1. Arborescent 2. Insang

Gambar 8. Anatomi Viscera in-Situ Ikan Lele (Clarias batrachus) Jantan Keterangan Gambar : 1. Oesophagus 2. Vessica felea 3. Hepar 4. Gastrum 5. Pylorus 6. Intestine 7. Ren 8. Porus urogenitalis 9. Klasper

B. Pembahasan

Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan peliharaan yang berasal dari sungai. Sering juga disebut Wader (Jawa), Pawas atau Palon (Kalimantan). Ikan nilem dapat dipelihara dengan baik pada ketinggian 0 800 meter di atas permukaan air laut, dan lebih menyukai peraiaran yang jernih. Ikan nilem hidup di perairan yang jernih, sehingga pada mulutnya terdapat dua pasang sungut peraba (Sumardinata, 1981). Ikan Nilem atau dalam bahasa latin disebut Osteochilus hasselti termasuk ikan bertulang keras (Osteichthyes). Ikan Nilem hidup di air tawar dan dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian sekitar 500 800 meter di atas

permukaan laut dan lebih suka di perairan jernih. Ukuran tubuh ikan dewasa antara 15 20 cm dengan berat berkisar antara 100 200 gram. Ikan Nilem merupakan salah satu sumber protein bagi manusia (Jasin, 1989). Rongga mulut adalah bagian depan atau bagian anterior dari badan, pada umumnya berfungsi sebagai tempat mengunyah makanan pada kelompok vertebrata tingkat tinggi, tetapi pada kelompok vertebrata tingkat rendah seperti ikan, makanan hanya ditelan saja tidak mengalami proses pengunyahan dalam rongga mulut yang biasanya dibantu dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel epitel pada rongga mulut dan juga dengan adanya kontraksi dari otot dinding mulut (Weichert, 1984). Menurut Kirwanto (1986), ikan Nilem tergolong dalam phylum chordata karena mempunyai penyokong tubuh yang tersusun atas ruas-ruas tulang dari cranium, truncus, dan caudal. Ciri-ciri ikan Nilem yaitu bentuk badanya agak

memanjang dan pipih. Ikan ini mempunyai dua pasang sungut yang terletak pada bibir yang berkerut kerut. Sistem pencernaan pada ikan Nilem terdiri dari rahang yang mengandung gigi yang berguna untuk mengunyah makanan. Terdapat juga kelenjar mucosa, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah. Selanjutnya makanan menuju oesophagus terus ke ventriculus. Antara ventriculus dan intestinum terdapat klep pylorus (Jasin, 1989). Pada ikan terdapat organ berupa insang yang digunakan untuk pertukaran gas, oksigen yang terdapat dalam air berdifusi ke dalam sel-sel insang. Insang mengandung darah yang mengangkut oksigen dari insang ke jaringan sebelah dalam dari badan. Darah mengalir dari insang ke anyaman kapiler di bagian badan selebihnya, dan pertukaran bahan makanan terjadi dengan jaringan kemudian darah kembali ke jantung. Sistem tersebut telah tertutup karena terdapat di dalam pembuluh di seluruh peredaran (Kimball,1991). Menurut Ville et al. (1964), insang merupakan yang ada lamela-lamela halus, atau filamen yang menjulur keluar dari permukaan yang tampak. Meskipun fungsi utama untuk pertukaran gas, tetapi insang dapat juga digunakan untuk keperluan lain, seperti dengan cara menyaring, ekskresi, pertukaran ion, dan pertukaran tekanan osmosis. Ikan dan banyak amphibi mengadakan pertukaran gas dengan lingkungan insang. Bebrapa larva ikan dan amphibi mempunyai insang dalam yang terdapat dalam ruang insang. Vesica metatoria (gelembung renang) berfungsi sebagai alat hydrostatis dengan menyesuaikan diri kedalam air. Penyesuain ini dilakukan dengan jalan mengeluarkan dan memasukkan (menyerap) gas-gas dari pembuluh darah. Pada ikan tertentu gelembung udara berfungsi membantu alat respirasi sebagai alat respirasi. Ada yang berfungsi sebagai alat perasa atau penghasil suara (Jasin, 1989).

Organ reproduksi pada vertebrata terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina (ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) yang disebut dengan testis. Ovarium terdapat dalam hewan betina yang ditambatkan oleh mesentrium khusus pada dinding tubuh (mesovarium). Ovarium selain segai gonad, juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis terdapat pada hewan jantan. Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam rongga perut dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus (mesorchium). Testis pada vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut, tersimpan dalam bangunan khusus yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon testosterone. Hasil pengamatan anatomi ikan nilem (Osteochilus hasselti) didapatkan bahwa tubuh ikan nilem (Osteochilus hasselti) dibagi menjadi tiga bagian penting yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor) dimana tidak ada batas antara caput dan truncus. Bagian kepala ikan terdapat cavum oris dan organon fissus. Cavum oris atau mulut berfungsi untuk memasukkan air pada saat melakukan pernafasan. Organon fissus atau mata pada ikan ini dilapisi oleh selaput yang sangat tipis yang berguna untuk mencegah masuknya air pada saat berenang. Hal ini sesuai dengan Radiopoetro (1991), bahwa tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan cauda. Ovarium tersusun dari jaringan ikat fibrosa sebagai membrana basalis yang di sebelah dalamnya terdapat banyak sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia atau oosit) dan dibagikan tengahnya berisi jaringan ikat stroma. Umumnya setiap individu mempunyai sepasang ovarium yang secara simetris berada pada sisi kanan dan kiri tubuh. Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur

dan masing-masing terbungkus oleh selapis sel granulosa disebut sel folikel (Storer, 1957). Testis sebagai organ kelamin jantan berupa organ yang jumlahnya sepasang dan dilengkapi dengan saluran spermatozoa dan organ asesoria. Saluran testis pada vertebrata tinggi dan rendah berhubungan langsung dengan testisnya. Sel-sel yang berkembang menjadi gamet berada di bagian medulla sehingga gamet-gamet yang diproduksi akan terkumpul di dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke saluran-saluran dari tubulus atau testis yang kemudian bergabung menjadi epididmis (Storer, 1957). Ikan Nilem jantan dan ikan Nilem betina dapat dibedakan setelah ikan masak kelamin. Permukaan luar operkulum (tutup insang) ikan jantan apabila diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan jantan apabila diurut perutnya dari operkulum ke papilla genital maka akan keluar cairan seperti santan (milt) sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing sedangkan ikan betina membuncit dan lunak. Ikan betina biasanya lebih jinak daripada ikan jantan (Storer, 1957). Hepar (hati) terdiri dari dua lobi, ada vesica fellea dari hepar berjalan ductus hepaticus yang kemudian bersatu dengan ductus cyticus yang berjalan dari vesica fallea, dan menjadi ductus coleodotus yang bermuara ke dalam duodenum (Brotowidjoyo, 1990). Menurut Radiopoetro (1991), sistem peredaran darah (sistema

cardiovesculare) terdiri dari jantung, arteri, kapiler-kapiler, vena, ginjal, dan venuale. Jantung (cor) terdapat cavum periscardii serta terdiri atas sinus venosus, atrium, ventriculus, dan bulbus arteriosus. Dinding sinus venosus, atrium, dan ventriculus adalah kontaktil, sedangakan dinding bulbus arteriosus tidak. Bulbus arteriosus merupakan pangkal dari aorta ventralis. Darah yang mengandung banyak

karbondioksida banyak mengalir melalui sinus venosus dan dilanjutkan ke atrium yang berdinding tipis kemudian dilanjutkan kembali ke ventrikel yang berdinding tebal untuk dipompa menuju insang melewati bulbus arterosus. Darah mengikat oksigen dan mengalir ke seluruh tubuh. Darah mengambil karbondioksida dari jaringan tubuh dan kembali menuju jantung melewati sinus venosus dan begitu seterusnya. Oleh karena itu, paredaran darah pada ikan disebut dengan peredaran darah tunggal. Ikan Nilem memiliki sepasang ginjal (ren) yang memanjang di sepanjang dinding abdomen. Ureter ialah saluran keluar dari ren. Pada bagian tertentu ia membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter baermuara kedalam sinus urogenitalis. Selah mengamati anatomi dalam ikan nilem, dapat terlihat bagian dalam ikan yaitu gelembung renang. Gelembung renang berfungsi untuk hidrostatis, dan dijadikan pembuat suara dan tekanan, serta terdapat usus yang bermuara di porus urogenitalia yang merupakan saluran akhir dengan ureter yang bersambung pada ginjal yang terletak pada sisi dorsal abdomen (Radiopoetro, 1991). Ikan Lele (Clarias batrachus) adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya (Suyanto, 1991).

Sistem pencernaan ikan Lele dalam garis besar sama dengan ikan Nilem hanya yang membedakannya yaitu pada pencernaan di lambung karena Lele merupakan karnivora jadi lambungnya pun sudah terlihat sempurna dan bersifat asam karena memiliki asam lambung guna mencerna makanannya, dan juga di ususnya karena Lele memiliki usus yang lebih pendek dari pada usus ikan Nilem. Sistem penceraan di mulai dari cavum oris, oesophagus, lambung, usus, dan berakhir di anus (Sarwono, 2007). Sistem reproduksi ikan Lele jantan dan betina berbeda, di bagian tubuh jantan terlihat sepasang testis, dan pada bagian luar tampak klasper yang bentuknya meruncing berwarna merah dan ini merupakan alat kelamin yang berfungsi untuk menyalurkan sperma keluar tubuh. Sedangkan pada ikan Lele betina pada bagian dalam tubuhnya tampak ovarium berisi butiran butiran telur yang akan di keluarkan pada saat waktunya untuk bereproduksi. Ikan Lele melakukan fertilisasi exsternal, jadi ikan jantan membuahi telur diluar tubuh induk. Perbedaan lele jantan dan betina yaitu pada Lele jantan terdapat alat kelamin di dekat anusnya, berwarna merah cerah dan meruncing yang disebut klasper, sedangkan pada lele betina alat kelaminnya tampak membulat (Storer, 1957). Sistem ekskresi ikan Lele, ginjal terletak pada sekat bagian tengah dari gelembung renang sebelah dorsal, terdapat sepasang. Ginjal kepala (pronephros), terletak anterior dari ujung gelembung udara bagian depan, biasanya berwarna merah coklat. Porus urogenitalis, lubang ini terletak di sebelah pesterior dari anus yaitu tempat keluarnya sel-sel kelamin dan urine hal ini sesuai dengan pernyataan Sumantadinata yang menayatakan bahwa alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang. Saluran ginjal menyatu dengan saluran kelamin yang disebut saluran urogenital (Djuanda, 1981)

Sistem respirasi ikan Lele berupa insang dan alat pernafasan tambahan yaitu Arborescent. Insang pada ikan lele dan bagian bagian dan mekanisme pernafasannya mirip dengan ikan Nilem, hanya yang memebedakan pada ikan Lele yaitu mempunyai alat pernafasan tambahan yang disebut Arborescent. Dengan alat tambahan ini Lele dapat hidup di dalam lumpur atau di dalam air yang minim oksigen, bahkan bisa bertahan hidup di luar air dalam beberapa jam asalkan udara di sekitarnya lembab . Arborescent merupakan membran yang berlipat-lipat dan penuh dengan kepiler-kapiler darah yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga, dan organ ini bentuknya mirip dengan bunga karang (Kirwanto,1986).

DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta. Djuhanda, T . 1981. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico, Bandung. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Sinar Jaya, Surabaya. Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta. Kirwanto, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Karya Bani, Jakarta. Radiopoetro, 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Storer, I. Tracy; Usinger, Robert L. 1957. General of Zoology. Mc Graw Hill Book ` company Inc. New York.

Sumardinata, T. I. 1981. Pengembangan IkanIkan Peliharaan di Indonesia. Sastra Budaya, Bogor. Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Lele.Penebar Swadaya , Jakarta. Ville, C. A., W. F. Walker, and Federick E. S. 1964. General Zoology Second Edition. W. B. Sauders Company, Philadelphia and London. Weichert, Charles K. 1984. Element of Chordate Anatomy 4th Edition. Mc Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

You might also like