You are on page 1of 5

TUGAS POLIMER DAN KOMPOSIT

Kelompok :
1. Khoiril Metrima F.

(2711100004)

2. Aldi Nurisiyantoro

(2711100008)

3. Ahmad Saifullah

(2711100010)

4. Deni Budi U.

(2711100091)

5. Aditya Perdana Putra

( 2711100101)

Soal :
1. Kenapa ikatan molekul C 25 50 berbentuk kristal, sedangkan untuk C 50 1000
dan C 1000 5000 berbentuk semi kristal serta tough plastic ?
2. Kenapa material sama, sumber berbeda memiliki jumlah molekul yang berbeda ?
3. Find a problem case in molecular weight calculation for polymer,beri analasisnya.
Jawaban :
1.

Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga dimensi.
Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus memenuhi
adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat. Walaupun tidak mudah
untuk menyatakan bagaimana atom tersusun dalam padatan, namun ada hal-hal yang
diharapkan menjadi faktor penting yang menentukan terbentuknya polihedra
koordinasi susunan atom-atom. Secara ideal, susunan polihedra koordinasi paling
stabil adalah yang memungkinkan terjadinya energi per satuan volume yang
minimum. Keadaan tersebut dicapai jika:
(1) kenetralan listrik terpenuhi,
(2) ikatan kovalen yang diskrit dan terarah terpenuhi,
(3) gaya tolak ion-ion menjadi minimal,
(4) susunan atom serapat mungkin.
Sehingga Kebanyakan polimer yang terbentuk oleh lebih dari dua macam atom,
memiliki ketidakteraturan yang membuat ia tidak mengkristal. Walaupun demikian
ada polimer yang berpenampang simetris dan mudah mengkristal, seperti
polytetrafluoroethylene (Teflon). Kristal Pada jumlah molekul karbon sebanyak 25
50 atom C memiliki panjang rantai yang pendek di bandingkan dengan jumlah
molekul karbon 50 1000 atom C. Karena rantainya yang pendek ia tidak
berkesempatan membentuk lilitan (etanglement). Namun ia masih berikatan dengan
ikatan van der Waals yang sifatnya ikatan tersebut sangat lemah. Ikatan ini
mempengaruhi sifat mekaniknya yaitu sifat yang getas.

Sedangkan jumlah karbon 50 1000 (poliethylene) memiliki rantai yang panjang


hingga ia membentuk lilitan yang melilit satu sama lain sehingga ia menjadi sangat
kuat antar rantainya. Struktur non-kristal relatif mudah terbentuk karena molekul
rantai panjang yang fleksibel ini mudah berbelit satu sama lain. Molekul rantai
panjang ini kebanyakan jenuh, dan sering mengikat gugus atom pada sisinya dan oleh
karenanya jarang terjadi susunan yang rapat; dan hal ini memudahkan terbentuknya
struktur non-kristal. Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya struktur nonkristal adalah:
a) molekul rantaian yang panjang dan bercabang;
b) kelompok atom yang terikat secara tak beraturan sepanjang sisi molekul;
c) rantaian panjang yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih polimer, yang
disebut kopolimer;
d) adanya unsur aditif, yang akan memisahkan satu rantaian dari rantaian yang
lain; unsur aditif ini biasa disebut plasticizer.
molekul C2H4; molekul ini mempunyai ikatan dobel antara dua atom karbon dan
masing-masing atom karbon mengikat dua atom hidrogen. Ikatan dobel dua atom C
pada ethylene dapat terbuka untuk membentuk ikatan dengan atom C lain yang juga
memiliki ikatan dobel yang terbuka. Dengan cara ini terbentuklah rantaian panjang
polyethylene. Polyethylene bisa dipandang sebagai rantaian panjang paraffin, yang
merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul CnH2n+1 dengan berat
molekul sekitar seribu makin bercabang, polyethylene makin non-kristal. Sehingga
sifat mekaniknya ia menjadi kuat dan bila mendapat gaya atau beban ia masih bisa
berdeformasi tidak langsung fracture. Ilustrasi ikatannya seperti dibawah ini:

Perbedaan struktur dan morfologi antara wax dan poliethylene.

2.

Polimer biasa disebut juga polidispersi. Polidispersi adalah banyaknya hamburan yang
artinya satu molekul dibentuk dari molekul yang sama tetapi berat molekul tidak
sama. Nilai bobot molekul bergantung metode pengukiuran yang digunakan untuk
menentukan bobot molekul, yakni metode gugus ujung dan metode sifat koligatif.
Kedua metode ini sangat banyak digunakan untuk menentukan bobot molekul rata
rata jumlah.

W : Jumlah berat dari setap bagian molekul polimer, dirumuskan

Dimana : N
M

: jumlah Mol
: berat molekul

Dengan demikian, bobot molekul rata rata jumlah Mn, dapat dihitung dengan
menggunakan definisi Mn : Berat sampel per mol, sehingga dirumuskan

Hamburan cahaya dan ultrasentifugasi merupakan metode lain dalam menentukan


bobot molekul polimer. Bobot molekul rata - rata bobot merupakan suatu parameter
penentuan bobot molekul polimer dengan menggunakan metode cahaya dan

ultrasentrifugasi. Bobot molekul rata - rata bobot (Mw), adalah hasil penjumlahan
fraksi bobot masing masing spesies polimer dikalikan berat molekulnya
Selain itu semua polimer sintetik yang umum dan kebanyakan polimer alam (kecuali
protein) mempunyai distribusi di dalam berat molekul. Oleh karenanya, beberapa
molekul didalam PE tersebut lebih besar dari yang lain. Perbedaan ini karena kinetika
dari polimerisasi ( proses pembentukan polimer). Meskipun polimernya sama,
polimerisasi dari material bisa berbeda karena polimerisasi itu sendiri ada 2, yaitu :
adisi dan kondensasi.

A
Jumlah
molekul
B

Berat
molekul
3.

Suatu sampel polimer yang terdiri dari 3 gram dengan berat molekul 20.000 dan 2 gram
dengan berat molekul 70.000, hitunglah nilai dari:

a. Bobot molekul rata - rata jumlah dan


b. Bobot molekul rata - rata bobot

Dari kedua contoh diatas, menunjukkan bahwa nilai Mw lebih besar daripada Mn . Hal ini
dikarenakan perbedaan metode yang digunakan untuk mengukur bobot molekul. Pengukuran
dengan sifat koligatif larutan menghasilkan kontribusi yang sama dari setiap molekul,
meskipun berat molekulnya berbeda, lain halnya dengan metode hamburan cahaya, molekul molekul yang besar memiliki kontribusi yang lebih karena menghambur cahaya secara lebih
efektif. Nilai dari Mw dan Mn , memiliki berbagai manfaat, yakni:
1. Jika Mw = Mn , artinya semua molekul memiliki ukuran
besar yang sama
2. Indeks polidispersi, dengan melihat rasio nilai Mw / Mn

You might also like