You are on page 1of 7

PEMBAHASAN Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu

plasma sperma (plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjarkelenjar prostat, vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktivitas tubuli seminiferus. Semen yang diejakulasikan selama aktivitas seksual pria, terdiri atas cairan dan sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan semen), cairan dari vesikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat (kira-kira 30%) dan sejumlah kecil cairan dari kelenjar mukosa terutama kelenjar bulbouretralis. Jadi, bagian terbesar semen adalah cairan vasikula seminalis yang merupakan cairan yang terakhir diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus ejakulatorius dan uretra. pH rata-rata campuran semen mendekati 7,5. Analisa sperma adalah suatu pemeriksaan laboratoris yang penting untuk menilai fungsi organ reproduksi pria. Dari hasil analisa sperma dapat memberikan kualitas informasi yang banyak kepada kita tentang keadaan testis baik kuantitas maupun kualitas spermatozoanya, fungsi sekretoris kelenjar seks aksesori pria (baik kelenjar prostat, vesikula seminalis, parauretra littre & cowpri), juga epididimis maupun kemungkinan adanya kesalahan fungsi seksual. Analisa sperma merupakan pemeriksaan yang relatif sederhana dan tidak hanya diperlukan dalam masalah penanganan infertilitas saja, tetapi juga dalam hal-hal lain seperti post vasektomi, hernia inguinalis, gangguan desensus testis, pra klinefelter, kasus-kasus medikolegal, beberapa keluhan seksual, dan sebagainya. Secara teknis laboratoris analisa sperma dibagi menjadi dua yaitu : Analisa sperma dasar (rutin) dan Analisa sperma lengkap. Untuk praktikum yang dikerjakan adalah Analisa sperma dasar (rutin). Analisa sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Makroskopis yang meliputi : koagulum, likuefaksi, warna, bau, volume, viskositas, dan pH. 2. Pemeriksaan Mikroskopis, ada 2 macam, yaitu : a. Pemeriksaan Mikroskopis pertama yang meliputi kepadatan, motilitas, aglutinasi, round cell, dan viabilitas. b. Pemeriksaan Mikroskopis kedua yang meliputi jumlah spermatozoa dan morfologi spermatozoa.

Sebelum menjalani pemeriksaan mani pasien diminta agar tidak mengadakan kegiatan sexual selama 3-5 hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pagi hari, sedekat mungkin sebelum pemeriksaan laboratorium. Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau kaca yang bermulut lebar dan yang terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Wadah itu harus dapat ditutup dengan baik untuk menjaga jangan sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya kepada laboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat waktu pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan. Hal hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan sampel : a. Bila pengambilan dengan cara masturbasi, jangan sampai ada sperma yang tertumpah keluar wadah atau sperma tidak semuanya dikeluarkan. Semua sperma dikeluarkan sampai tetes terakhir. b. Sperma yang telah berhasil dikeluarkan, ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat yang telah ditentukan karena sifat sperma, khususnya spermatozoa mudah rusak karena pengaruh luar. c. Penyerahan sampel sperma ke laboratorium harus segera karena beberapa parameter sperma mempunyai sifat mudah berubah karena pengaruh luar . sperma yang dibiarkan begitu saja akan berubah pH, viskositas , motilitas spermatozoanya dan berbagai sifat biokimianya. d. Bila setelah senggama ke-1, kemudian penderita mengalami mimpi basah (night pollution), maka jarak abstinensia dihitung sejak mimpi basah. Hal ini perlu diutarakan sebab waktu 3 5 hari abstinensia sudah cukup untuk memulihkan kembali semua unsur sperma, baik dari sekret kelenjar asesoris alat kelamin laki laki maupun jumlah spermatozoa dari kegiatan tubuli seminiferi. e. Abstenentia yang kurang atau lebih dari waktu yang ditentukan akan mempunyai nilai lain, dan ini menjadikan nilai hasil pemeriksaan sperma tidak sepenuhnya benar. Pemeriksaan ulang dapat dilakukan karena pemeriksaan yang hanya satu kali belum mencerminkan spermiogram ( Gambaran ) rata rata. f. Segera setelah di terima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar.

g. Hal lain yang perlu diberitahukan kepada pasien ialah pada waktu abstensia janganlah minum obat-obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum, atau semacamnya. Hal ini agar diperlukan benar-benar sperma yang diperiksa tidak dipengaruhi oleh obat-obatan. Umumnya masalah sperma yang dialamai adalah berkaitan dengan kualitas sperma yang tidak baik. Untuk mengetahui kualitas sperma, sebaiknya seorang pria melakukan analisa sperma yang sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO. Berikut adalah faktor penting berdasarkan kriteria WHO mengenai kualitas sperma itu baik atau tidak. 1. Konsentrasi atau jumlah dari sperma. Minimal jumlah sperma yang baik adalah 20 juta per cc. Volume total cairan lebih dari 2 ml. 2. Motilitas atau pergerakan sperma. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi. 3. Morfologi atau bentuk dari sperma. Sperma yang baik adalah sperma yang bentuknya minimal normal 30 persen. 4. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml.

A. Pemeriksaan Makroskopis (praktikum blm di bahas) 1. Volume dengan normal 2-5 5 mL, namun volume diluar range tersebut kurang dikaitkan dengan infertilitas. Volume yang melebihi batas normal disebut hyperspermia yang disebabkan oleh kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat, dan dapat juga disebabkan karena minum obat hormone laki-laki. Sedangkan untuk volume sperma yang kurang dari batas normal disebut hypospermia, dapat disebabkan karena ejakulasi yang berturut-turut, vesica seminalis kecil (buntu cabstuksi), dan penampung sperma yang tidak sempurna. 2. Warna dan kekeruhan sperma juga biasa diperiksa walaupun hal ini tidak berhubungan denga jumlah spermatozoa. Sperma normal berwarna putih atau kekuning-kunigan dan terlihat keruh seperti air kanji, kadang-kadang juga berwarna agak keabuan. Adanya leukosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan dapat menyebabkan sperma berwarna kemerahan.

3. Liquifaksi / Pencairan : Sperma yang baru dikeluarkan kental sekali dan akan mencair dalam waktu 10 20 menit di suhu ruangan. Apabila lewat 20 menit sperma belum mencair merupakan keadaan yang perlu dilaporkan. Liquifaksi terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Bila sperma yang diterima langsung encer, ini disebabkan karena tidak mempunyai coagulum yang disebabkan karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tidak mempunyai kelenjar vesica seminalis. 4. Kekentalan / Viskositas bisa diamati dari panjangnya tetesan dengan normal < 2cm atau lamanya terbuat tetesan dengan normal < 2 detik. Makin panjang benang yang terjadi, maka makin tinggi viskosistasnya. 5. pH diukur dengan kertas indikator dengan nilai normal 7.0 7.8. pengukuran pH sperma harus dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak (terinfeksi oleh kuman gram negative). pH yang rendah terjadi karena peradangan yang kronis dari kelenjar prostat, epididimis, vesica seminalis atau vesica seminalis kecil, buntu atau rusak. 6. Bau sperma. Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik seperti bunga akasia atau berbau seperti bayclin. Bau sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. B. Pemeriksaan Mikroskopis 1. Uji motilitas : Untuk melihat jumlah persentase spermatozoa yang bergerak aktif dan tidak aktif. Motilitas sperma (baik sperma bergerak dengan baik atau tidak) merupakan kemampuan sperma untuk bergerak. Sperma terdiri dari dua jenis sperma yang

berenang, dan sperma yang tidak berenang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria Manual, sebagai berikut. Grade A merupakan sperma (cepat progresif), dimana mereka yang berenang maju cepat dalam garis lurus - seperti peluru kendali. GradeB (lambat progresif) sperma berenang ke depan, tetapi baik dalam garis melengkung atau bengkok, atau perlahan (motilitas linear atau non linear lambat. Grade

C (nonprogressive) sperma bergerak ekor mereka, tetapi tidak bergerak maju (motilitas lokal saja). GradeD (immotile) sperma tidak bergerak sama sekali. 2. Uji vitalitas : Untuk membedakan spermatozoa yang hidup atau mati diantara spermatozoa tidak aktif. 3. Hitung jumlah : Bertujuan menghitung jumlah spermatozoa dalam 1 mL. Jumlah normal spermatozoa adalah 20 juta per mL hingga 150 juta per mL. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mL dianggap kurang memadai dalam hal fertilitas. Jumlah spermatozoa juga dinyatakan dalam jumlah per ejakulat dengan normal 40 300 juta per ejakulat. Terdapat beberapa kriteria / istilah yang digunakan adalah sbb : a. 0 Juta/ml disebut Azoospermia b. > 0 - 5 Juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia c. < 20 juta disebut oligozoospermia d. > 250 Juta/ml disebut Polizoospermia 4. Morfologi spermatozoa bertujuan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa yang ada dan menentukan persentase bentuk abnormal yang ditemukan. Bentuk abnormal yang biasa ditemukan seperti kepala terlalu kecil / besar, ekor yang bengkok, tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dll. Jika ditemukan lebih dari 20% bentuk abnormal maka kemungkinan tingkat fertilitas berkurang. Spermatozoa abnormal merupakan spermatozoa berbentuk lain dari biasa, terdapat baik pada individu fertil maupun infertil. Hanya saja pada individu fertil kadarnya lebih sedikit. Bentuk abnormal terjadi karena berbagai gangguan dalam spermatogenesis. Gangguan itu mungkin karena faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh penyakit. Banyak macam bentuk spermatozoa yang abnormal yang mungkin dapat dilihat. Bentuk abnormal dapat dibedakan antara bentuk abnormal yang primer dan bentuk abnormal yang sekunder. Bentuk abnormal primer berasal pada gangguan testes, mungkin karena memang cacat. Bentuk abnormal sekunder biasanya berasal dari perlakuan setelah semen itu meninggalkan testes, misalnya mendapat kocokan yang keras dalam tabung penampung, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan dengan temperature terlalu tinggi, pengesekan yang tidak berhati-hati ketika membuat sedian, dsb.

MORFOLOGI SPERMA 1. Spermatozoa Normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Kepala : bentuk oval, batas teratur, mempunyai tepi akrosom yang menutupi > 1/3 permukaan kepala. Panjang = 3-5 U dan lebar = 2-3 U. b. Leher (neck mid-piece) : ramping, lurus, dan batas teratur. Panjang = 7-8 U dan lebar < 1 U. c. Ekor (tail) : ramping (tak tergulung), elegant, batas teratur, panjang minimal 45 U. d. Tanpa adanya Cyptoplasmic-droplet. 2. Spermatozoa Abnormal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Kepala Pyroform : yaitu kepala berbentuk seperti bola lampu / tetesan air mata dengan ukuran kepala yang normal. Tapering / lepto / lisong : yaitu kepala berbentuk seperti cerutu dengan panjang > 7 U dan lebar < 3 U. Pinhead : yaitu kepala berbentuk seperti jarum pentul. Terato / amorphus : yaitu kepala berbentuk aneh sehingga tidak dapat dikelompokkan. Macro : yaitu kepala dengan ukuran yang lebih besar dari normal dan batas tidak teratur. Micro : yaitu kepala dengan ukuran yang lebih kecil dari normal dan batas tidak teratur. Double/duplicated : yaitu kepala berjumlah dua dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Bagian tengah tidak normal (tidak lurus) sedangkan ekornya tampak kurang jelas. b. Leher (neck mid-piece) Adanya defek berupa leher yang lebih tebal atau patah. c. Ekor (tail) Ekor dapat berbentuk bengkok, ganda, pendek, patah, coiled (melingkar). d. Cyptoplasmic droplet Yaitu sisa cyptoplasma yang melekat pada bagian antara kepala leher atau pada bagian proksimal dari ekor. Ukuran lebih kurang 1/2 besar kepala normal.

GAMBAR SPERMA ABNORMAL Ada beberapa faktor mengapa sperma pria tidak bagus kualitasnya, antara lain: 1. Lingkungan hidup pria yang tidak baik menyebabkan kualitas sperma seorang pria menjadi tidak baik. Hal ini menarik kalau dilihat dari kualitas hidup pria yang berada di kota besar seperti Jakarta. Dapat kita ambil contoh seperti merokok, polusi, kurang olah raga dan gaya konsumsi pangan yang tidak sehat 2. Perkembangan testis yang tidak baik, sangat berpengaruh pada jumlah sperma yang dihasilkan akan semakin sedikit. 3. Penggunaan celana dalam yang terlalu ketat dapat menyebabkan jumlah sperma yang dihasilkan testis menjadi berkurang, bahkan penggunaan celana dalam yang ketat juga dapat mengganggu pergerakan sperma, akibatnya kualitas spermanya menjadi tidak baik. 4. Panas yang berlebihan di daerah kemaluan 5. Terjadinya varikokel atau pembesaran pembuluh darah di daerah testis, yang meningkatkan temperatur skrotum dan akibatnya jumlah sperma yang dihasilkan berkurang. 6. Faktor Genetik, dimana dari awal testis pria tersebut memang tidak bisa memproduksi sperma dengan baik. 7. Selain beberapa faktor di atas, gaya hidup juga sangat berpengaruh terhadap kualitas sperma seorang pria. Adapun beberapa factor yang menyebabkan buruknya kualitas sperma seseorang adalah kebiasan merokok, minum minuman beralkohol, gaya hidup bebas yang menyebabkan meningkatnya potensi infeksi. Kebiasaan memakan makanan yang banyak mengandung kolesterol tinggi dan lemak, makan tidak teratur, dan sering tidak teratur tidur. Karena itu, untuk memperbaiki kualitas sperma, kaum pria disarankan untuk menjalani gaya hidup sehat.

You might also like