You are on page 1of 21

KONSEP KRONIK DAN TERMINAL ILLNESS PADA ANAK

KELOMPOK VI

KONSEP TERMINAL ILLNESS


Pasien terminal illness merupakan pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan.

DEFINISI TERMINAL ILLNESS


Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh.

Beberapa Reaksi terhadap Penyakit Terminal


mereka mungkin akan menyerah pada keadaan Beberapa orang mencari cara untuk mengurangi nyeri dan gangguan Sebagian lagi menjadi takut atau marah dan menunjukkan suasana hati yang bergeser dari menolak sampai depresi

Sebagian yang lain mencoba mencapainya, mencoba mengungkapkan perasaannya dan pikirannya tentang masa depan yang tidak pasti Yang lain putus asa dan cemas atau periode mencari, pertanyaan yang masih kabur

Adaptasi Dengan Terminal illness


Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat lain dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa dihindari.

Pada anak yang mengalami terminal illness kesadaran mereka akan muncul secara bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka sangat sakit tetapi akan sembuh. Kemudian mereka menyadari penyakitnya tidak bertambah baik dan belajar mengenai kematian dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki penyakit mirip, lalu mereka menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat.

Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Terminal Illnes


Closed Awareness klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh. Mutual Pretense klien, keluarag, team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang dihadapi klien Open Awareness kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada diambang kematian

Respon anak pada penyakit yang mengancam kehidupan


Anak kecil sebenarnya dapat memahami tentang kematian. Tetapi sering kali tidak mendapat penejasan yang benar. Akan lebih sehat pada anak bila ia diijinkan mengalami kesedihan dan memperoleh konsep yang lebih tepat soal kematian.

Beberapa penjelasan yang dapat diberikan menurut slaughter 2003 :


Irreversiblelity (finallity)

Pemahaman bahwa yang sudah mati tidak dapat hidup kembali


Universality (aplicability/mortality)

Pemahaman bahwa semua makhluk hidup suatu saat pasti mati termasuk anak juga bisa mati

Cesation (nonfungtionality)

Pemahaman bahwa setelah mati fungsi tubuh dan mental berhenti ketika meninggal, ia tidak dapat lagi bergerak dan tidak perlu makan
Casuality

Pemahaman bahwa organ organ tidak mampu berfungsi lagi

Tahap-tahap Menjelang Ajal


Menolak (Denial) Marah (Anger) Menawar (bargaining) Kemurungan (Depresi) Menerima (Pasrah/Acceptance)

Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian


Kehilangan Tonus Otot Kelambatan dalam Sirkulasi Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital Gangguan Sensoria.

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Kondisi Terminal Illnes


Pengkajian
Identitas klien Riwayat Kesehatan

Hal yang harus dikaji


Tanda gejala ansietas Dukungan yang disediakan yang penting bagi klien. Ekspresi tidak ada harapan atau tidak berdaya (misalnya, aku tidak dapat). Sumber ansietas

Diagnosa Keperawatan
Ansietas/ ketakutan (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan ). Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system mendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

Intervensi
DX 1 Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka. Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.

DX 2 Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,

DX 3 Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan. Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya.

DX 4 Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah

TERIMAKASIH

You might also like