You are on page 1of 11

ANALISIS TOTAL SUSPENDED SOLIDS (TSS) PADA PERAIRAN TELUK PALABUHAN RATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

Oleh: Ayu Diah Pitaloka Nico Wantona Prabowo Annisa Pratiwi Siti Khairina M. Ichsan Rayyan Angga Dwinovantyo Pria Wibawa Utama Indah Nurkomala Zahra Widi Damayanti Indri Verawati Ananda Saeful Fadilah Alexandra Maheswari Sena Pasha Puradireja Wahid Suherfian C541100 C54110014 C541100 C541100 C541100 C54110047 C541100 C54110002 C54110030 C541100 C541100 C54110051 C541100 C54110076

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara fisik wilayah pesisir Teluk Pelabuhan Ratu memiliki morfologi yang bervariatif dari dataran hingga perbukitan dan pegunungan. Perairan Teluk Pelabuhan Ratu banyak menerima beban masukan dari berbagai kegiatan di darat. TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 m. Padatan tersuspensi merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air serta akan mengganggu proses respirasi biota akuatik. Kemampuan dalam mengangkut TSS ditentukan oleh kecepatan arus. Penurunan kecepatan arus dari pertemuan antara air sungai dengan air pasang surut mengakibatkan daya angkut turun sehingga terjadi pengendapan TSS pada daerah tertentu dan berperan dalam pembentukan substrat (Triatmodjo, 1999). Pengaruh aliran sungai terhadap perairan peisisr laut dapat diindikasikan dengan persebaran kekeruhan yang dapat dilihat dari mulut sungai di pesisir ke arah laut di sekitar muara sungai. Pergerakan air laut seperti arus dan gelombang sangat penting dalam mempengaruhi persebaran kekeruhan karena material tersuspensi akan terbawa dan mengalami difusi, sehingga tingkat kekeruhan mengalami gradasi dari mulut sungai yang relatif tinggi tingkat kekeruhannya dan menurun dengan wilayah yang semakin jauh dari pesisir. Kondisi ini memberikan suatu indikasi bahwa kekeruhan akan menjadi ciri terhadap pengaruh sungai terhadap air laut. Hal ini dikarenakan air laut relatif lebih jernih atau tingkat kekeruhan relatif rendah (Silalahi, 2009). Masukan air sungai di wilayah pesisir juga akan mempengaruhi salinitas air laut yang menurun (Apridayanti E. 2008). Oleh karena itu, nilai salinitas juga dapat digunakan sebagai indikator pengaruh sungai terhadap laut. Kekeruhan memang disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air, namun karena zatzat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding dengan kadar zat tersuspensi. Peningkatan total padatan terlarut akan meningkatkan tingkat kekeruhan. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser. Analisis lebih lanjut mengenai padatan tersuspensi sangat perlu dilakukan untuk keperluan pengamatan kualitas air di daerah tersebut. 1.2 Tujuan Praktikum lapang kali ini bertujuan untuk memeragakan teknik sampling dan preservasi contoh air serta menganalisis kadar TSS dalam contoh air di Teluk Pelabuhan Ratu.

2. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel contoh air laut dilakukan di Teluk Palabuhan Ratu. Waktu pelaksanaan praktikum adalah pada hari Minggu tanggal 8 Desember 2013, pukul 7.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Lokasi dari Palabuhan Ratu terletak pada 6050 - 6055 LS dan 106025 - 106050 BT. Berikut ini gambar dari peta lokasi dari Teluk Palabuhan Ratu.

Gambar 1. Peta stasiun pengambilan sampel air di Teluk Pelabuhan Ratu. 2.2 Bahan dan Alat Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum lapang ini antara lain aquades, kertas saring milipor, plastik strap, Van dorn, botol plastik 1 liter, vacuum pump, corong bucer, cool box, pinset, alat tulis, dan label. 2.3 Langkah Kerja 2.3.1 Metode Pengambilan Sampel Air Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan alat Van dorn dengan lokasi pengambilan data terletak di perairan Teluk Palabuhan Ratu. Pengambilan sampel air dilakukan pada 2 strata kedalaman yaitu di permukaan dan kolom perairan. Prosedur pengambilan sampel digambarkan dengan diagram alir sebagai berikut : Persiapan alat pengambilan sampel ( Van dorn) Pengoperasian alat Van dorn Pemindahan sampel air ke dalam botol sampel Gambar. 2 Diagram Alir Pengambilan Sampel

Persiapan alat pengambilan sampel dilakukan dengan memasang alat Van dorn beserta messengernya pada tali penduga kedalaman. Kemudian, Van dorn diturunkan secara perlahan hingga mencapai kedalaman tertentu. Setelah dipastikan alat Van dorn mencapai kedalaman yang diinginkan, turunkan messenger agar Van dorn tertutup dan menahan air di dalamnya. Lalu, angkat kembali Van dorn secara perlahan dan pindahkan sampel air yang telah diperoleh ke dalam botol sampel. 2.3.2 Metode Penentuan TSS Penentuan parameter TSS dilakukan dalam dua tahap, dimana tahap pertama dilakukan secara insitu (langsung di lapang) dan tahap kedua dilakukan di laboratorium. Prosedur ini dapat dijelaskan dengan diagram alir sebagai berikut : Penimbangan berat awal 3 kertas mikrofilter Penyaringan sampel air dengan kertas mikrofilter pada vaccum pump Penimbangan berat akhir kertas mikrofilter (di laboratorium)

Gambar 3. Diagram Alir Pengukuran Parameter TSS Kertas mikrofilter yang telah dipersiapkan dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 105o C, kemudian didinginkan pada desikator, dan ditimbang beratnya (B mg). Sebelum digunakan kertas mikrofilter dilabeli terlebih dahulu agar data tidak tertukar. Kemudian, kertas mikrofilter diletakkan pada vaccum pump dan sampel air dituangkan sebanyak 1000 ml ke filter holder (bagian dari vaccum pump). Vaccum pump dapat menyaring sampel air secara otomatis dan saat sampel air sudah tersaring seluruhnya, basuh filter holder bagian atas dengan akuades agar garam-garam yang masih tertinggal dapat meluruh (tidak terjadi bias yang terlalu besar pada hasil pengukuran). Kertas mikrofilter yang telah digunakan untuk menyaring kemudian dimasukkan ke plastik dan dilabeli sesuai dengan label kertas mikrofilter yang digunakan. Selanjutnya kertas mikrofilter dioven selama 1 jam pada suhu 105oC, didinginkan pada desikator, dan ditimbang beratnya (A mg). 2.4 Analisis Data Berdasarkan SK SNI 06-6989.3-2004 in Lail (2008) analisis TSS dapat dilakukan dengan formula : ( ) ( )

A = Berat (g) kertas mikrofilter dan residu B = Berat (g) kertas mikrofilter

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil analisis parameter fisik dan TSS yang diperoleh di perairan Teluk Pelabuhan Ratu. Tabel 1. Nilai TSS pada permukaan air di Teluk Palabuhan Ratu Kedalaman Berat Stasiun Lintang Bujur TSS (g/L) (m) TSS (g) 1 1 -7.00817 106.53694 0.0054 0.0540 1 2 -7.02507 106.53399 0.0155 0.1550 1 3 -7.03239 106.53454 0.0167 0.1670 1 4 -7.04706 106.53391 0.0175 0.1750 1 5 -7.0557 106.52469 0.0155 0.1550 1 6 -7.05966 106.51028 0.0053 0.0530 1 7 -7.07125 106.48733 0.0037 0.0370 Tabel 2. Nilai parameter fisik pada permukaan air di Teluk Palabuhan Ratu Salinitas Densitas Stasiun Suhu (C) (psu) (kg/m3) 1 29.341 32.362 1019.978 2 3 29.559 32.275 1019.84 4 29.806 31.925 1019.495 5 29.764 31.807 1019.42 6 29.576 31.460 1019.224 7 29.579 31.284 1019.092 Tabel 3. Nilai TSS pada kolom perairan di Teluk Palabuhan Ratu Kedalaman Berat Stasiun Lintang Bujur TSS (g/L) (m) TSS (g) 1 -7.00817 106.53694 2 -7.02507 106.53399 5 0.0052 0.0520 3 -7.03239 106.53454 5 0.0046 0.0460 4 -7.04706 106.53391 5 0.005 0.0500 5 -7.0557 106.52469 8 0.0038 0.0380 6 -7.05966 106.51028 10 0.0033 0.0330 7 -7.07125 106.48733 -

Tabel 4. Nilai parameter fisik kolom perairan di Teluk Palabuhan Ratu Salinitas Densitas Stasiun Suhu (C) (psu) (kg/m3) 1 2 3 4 5 6 7 29.414 29.537 29.369 29.329 32.370 32.316 32.420 32.379 1019.977 1019.895 1020.043 1020.034 -

Grafik TSS Perairan Teluk Pelabuhan Ratu

0.2000 0.1800 0.1600 0.1400 0.1200 TSS 0.1000 (g/L) 0.0800 0.0600 0.0400 0.0200 0.0000

0.1550

0.1670

0.1750 0.1550

0.0540

0.0520

0.0460

0.0500

0.0380

0.0530 0.0330 0.0370 0

0 1 2 3 4 5 Stasiun TSS kolom air 6 7

TSS surface

Gambar 4. Grafik TSS perairan Teluk Pelabuhan Ratu

3.2 Pembahasan TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 m (Triatmodjo, 1999). Pengambilan sampel air daerah teluk Palabuhan Ratu dilakukan pada dua strata kedalaman, yaitu pada permukaan perairan dan pada kolom perairan. Pengambilan air sampel di permukaan perairan dilakukan pada tujuh stasiun sedangkan untuk pengambilan air sampel di kedalaman 5 hingga 10 meter dilakukan pada 5 stasiun. Air sampel diambil menggunakan botol Van dorn. Van dorn diturunkan secara perlahan hingga mencapai kedalaman tertentu. Botol Van Dorn merupakan alat pengambilan sampel air baik air tawar maupun air laut dengan kapasitas 3-5 liter. Alat ini berbentuk tabung yang terbuat dari siklik dan dapat diturunkan sampai kedalaman 50 meter. Botol Van Dorn digunakan karena mempunyai konstruksi yang sederhana dan mudah dioperasikan. Selain itu botol Van Dorn juga termasuk botol yang tahan benturan (tahan pecah). Tetapi botol Van Dorn memiliki kekurangan yaitu Preservasi sampel air laut dilakukan dengan cara menyimpannya di cool box dengan suhu 1C-5C pada media penyimpanan botol plastik atau botol gelas. Dianjurkan untuk analisis ditempat (in-situ) atau maksimun 24 jam setelah sampling agar menghindari perubahan komposisi dari padatan tersuspensi. Untuk mengetahui kandungan nilai TSS dilakukan penyaringan terhadap air sampel menggunakan mikrofilter. Prinsip dasarnya adalah meimbang berat awal kertas mikrofilter, menyaring air menggunakan kertas mikrofilter dan vaccum pump, kemudian menimbang berat akhir kertas mikrofilter yang telah digunakan untuk menyaring air. Berdasarkan perolehan data TTS di atas, dapat diketahui bahwa nilai TSS terbesar pada stasiun keempat yaitu sebesar 0,175 g/L serta nilai terkecil terdapat pada stasiun tujuh yaitu sebesar 0,037 g/L. Sedangkan nilai TSS terbesar pada kedalaman di kolom perairan terdapat pada stasiun kedua di kedalaman lima meter yaitu sebesar 0.052 g/L dan nilai terkecil terdapat pada stasiun ketujuh yaitu sebesar 0.033 g/L. Hal ini membuktikan bahwa sebaran TSS dari darat ke arah laut nilainya semakin kecil, ditunjukkan dengan nilai TSS terkecil di permukaan atau di kolom perairan terdapat pada stasiun ketujuh yang berada jauh dari daratan. Nilai pada stasiun 2, 3, 4, dan 5 pada permukaan perairan memiliki konsentrasi TSS yang lebih tinggi dibanding lainnya. Hal ini disebabkan oleh lokasi stasiun yang dekat dengan muara sungai Cimandiri. Suspensi yang tinggi akibat dari proses yang terjadi di sungai yaitu kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air, sehingga menyebabkan konsentrasi TSS menjadi lebih tinggi di sekitar muara sungai. Sebaran total suspended solid di perairan Teluk Palabuhan Ratu yang disuplai dari daratan ini mempunyai dampak positif dan juga dampak negatif. Dampak positif apabila suplai total suspended solid dari daratan melalui sungai yang tersebar di permukaan stasiun 2, 3, 4 dan 5 melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu kualitas perairan yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup. Kualitas perairan yang masih bagus oleh KLH tidak melebihi 70 mg/L atau 0,0700 g/L. Tetapi pada kolom perairan di seluruh stasiun tidak ditemukan nilai TSS yang melebihi baku mutu kualitas perairan berdasarkan ketetapan KLH.

Perbandingan antara nilai TSS di permukaan dan di kolom perairan adalah bahwa nilai TSS pada kolom perairan lebih kecil dibandingkan dengan nilai TSS yang terdapat pada permukaan air. Hal tersebut dapat disebabkan karena banyaknya pengaruh-pengaruh yang berasal dari lapisan atmosfer di atasnya seperti angin. Angin menyebabkan arus yang mengakibatkan perpindahan materimateri yang ada di laut. Arus akan menyebarkan padatan tersuspensi terutama yang bersumber dari darat (sungai) ke arah laut lepas dan mengakibatkan nilai TSS meningkat ke arah laut. Namun perbedaan ini tidak terlalu jauh karena sampel air yang diambil pada kolom perairan tidak terlalu dalam yaitu dengan kedalaman maksimal sejauh sepuluh meter dan masih bisa dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada lapisan udara di atasnya. Pada musim barat pola gerak arus adalah dari arah barat menyusur pantai menuju teluk, selanjutnya arus bergerak kearah barat-barat laut sedangkan pola arus bagian tengah teluk umumnya menuju selatan - barat daya. Gerak arus tersebut akan menyebarkan padatan tersuspensi, terutama yang bersumber dari daratan (sungai) ke arah perairan teluk bagian tengah dan selatan - barat daya dan mengakibatkanmeningkatnya kekeruhan serta menurunnya tingkat kecerahan perairan teluk terutama pada musim barat (Susiati, 2008). Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini selain berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan manusia seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan atau kegiatan rumah tangga (Effendi, 2003). Secara umum, suhu air laut berkisar antara 28,5-32,5 C sedangkan salinitasnya berkisar antara 30-35 . Pada musim barat, Teluk Palabuhan Ratu memiliki kisaran suhu permukaan 29 C dan salinitas 3133 . Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom perairan. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Karena adanya pengaruh laut terbuka (Samudera Hindia) yang lebih dominan, pada musim barat kualitas perairan teluk lebih menunjukkan keadaan perairan laut lepas dibandingkan pada musim timur.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sebaran TSS dari darat ke arah laut nilainya semakin kecil, ditunjukkan dengan nilai TSS terkecil di permukaan atau di kolom perairan terdapat pada stasiun ketujuh yang berada jauh dari daratan. Gerak arus tersebut akan menyebarkan padatan tersuspensi,terutama yang bersumber dari daratan (sungai) ke arah perairan teluk dan mengakibatkan meningkatnya kekeruhan serta menurunnya tingkat kecerahan perairan teluk terutama pada musim barat. Dapat disimpulkan bahwa praktikum lapang telah berhasil mencapai tujuan. 4.2 Saran Untuk praktikum lapang selanjutnya diharapkan agar analisis parameter fisik dan kimia perairan yang diamati lebih banyak dan lebih beragam agar data yang diperoleh bisa lebih diperkuat dengan pustaka-pustaka yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA Apridayanti E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kapubaten Malang Jawa Timur. Universitas Diponegoro [Tesis]. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Keputusan No. 02/Men KLH/1988 tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan, Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta, 1988. Silalahi, J. 2009. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Universitas Sumatera Utara. Tesis. 100 hal. Susiati, H., Pandoe, W. & Wijarnako A. 2008. Studi Dinamika Transport Sedimen Menggunakan Perunut Radioisotop dan Citra Satelit untuk Evaluasi Rekayasa Perlindungan Pantai Tapak PLTN, Laporan Teknis Program Insentif, Pusat Pengembangan Energi Nuklir. Jakarta: BATAN. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Edisi ke-2. Yogyakarta.

You might also like