You are on page 1of 14

Bab 6 WAWANCARA DAN PEMERIKS AAN PSIKIATRIK

Petrin Redayani LS Lukas Mangindaan

Pemeriksaan psikiatrik lengkap ber-beda dari pemeriksaan medik umum, dalam hal perhatian khusus yang diarahkan pada manifestasi fungsi mental, emosional, dan perilaku. Pemeriksaan dilakukan untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologik dan psikopatologik pasien (status psikiatrikus). Kerangka umum pemeriksaan lengkap terdiri atas: 1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination) a. Anamnesis - keluhan tentang gangguan sekarang dan laporan pasien mengenai perkembangan keluhannya itu, serta riwayat situasi hidup pasien. b. Keterangan mengenai pasien yang diperoleh dari pihak kelu-arga atau orang-orang lain yang mengenalnya. 2. Pemeriksaan langsung (direct examination) a. Pemeriksaan fisik-terutama status internus dan neurologik b. Pemeriksaan khusus psikik i. Penampilan umum ii. Bidang emosi, afek (emotion/ affect) iii. Bidang pikiran/ideasi (thought/ ideation) iv. Bidang motorik/perilaku (motor action/ behavior)

3.

Pemeriksaan tambahan, yang dilakukan apabila ada alasan khusus untuk melaksanakan pemeriksaan itu seperti uji psikologik, elektroensefalografi, foto sinar tembus, CY Scan, pemeriksaan 2at kimia tubuh (misalnya hormon), dan kin-lain. Inti prosedur pemeriksaan psikiatrik adalah pemeriksaan khusus psikik (penampilan umum, bidang

Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik

emosi-afek, pikiran-ideasi, motorikperilaku), selanjutnya evaluasi data yang diperoleh harus dibuat dalam konteks keseluruhan data yang dihasilkan dari pemeriksaan lengkap. Data khusus psikiatrik yang dihasilkan dari suatu pemeriksaan psikiatrik talah data perihal fungsi kejiwaan, yang diperoleh melalui observasi penampilan dan perilaku pasien, pengamatan interaksi antara dokter dan pasien, pengamatan interaksi antara pasien dan lingkungannnya, dan pemahaman humanistik sang dokter mengenai pasiennya. "Alat pemeriksaan" psikiatrik adalah kepribadian dokter sendiri. Pemeriksaan ini diarahkan, dan data diungkapkan dalam pembicaraan antara dokter dan pasien, yang disebut wawancara psikiatrik. Wawancara merupakan wadah uta-ma pemeriksaan psikiatrik. Secara tek-nis sukar dipisahkan, misalnya antara anamnesis dan pemeriksaan khusus psikik, dan antara bidangbidang khusus pemeriksaan psikik. Sambil membicarakan keluhan-keluhannya, pasien akan ber-bicara dengan nada emosional tertentu, mengutarakan pikiran-pikiran tertenm, dan memperlihatkan perilaku motorik tertentu pula. Dari sam pernyataan dapat diperoleh respons pasien atau data pada beberapa bidang sekaligus, juga dari isi pernyataan itu dan cara menyatakannya. Perilaku pasien di hadapan dokter -sebagian besar merupakan respons terhadap apa yang dikatakan oleh dokter dan bagaimana dokter mengatakan itu, sikap dokter, dan bagaimana pendapat pasien mengenai perilaku dan kepribadian dokter. Agar wawancara dapat menghasilkan data yang dapat diandalkan hendaknya senantiasa diusahakan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dengan pasien. Kepentingan memelihara hubungan ini mendahului kepentingan memeroleh data, karena bagai-manapun data mengenai kejiwaan yang diperoleh tanpa hubungan yang optimal, dapat mengelirukan kesan-kesan klinis tentang pasien. Jika kita ingin bertanya tentang gejala pasien, senantiasa harus dipertimbangkan bilamana dan

bagaimana kita akan menanyakan itu kepada pasien. Jika konteksnya kurang tepat, misalnya jika pasien dipermalukan atau tersinggung oleh pertanyaan itu dari pihak dokter (nyata atau tidak nyata), ia munglan akan menolak atau menyangkaL atau akan membuat-buat jawabannya. Wawancara selalu mengandung tang-gung jawab baik diagnostik maupun terapeutik. Berhadapan dengan pasien, dokter memengaruhi pasiennya dengan sikap dan perkataannya, dari saat ke saat membuat pasien lebih tenang atau lebih tegang, membuatnya lebih terbuka atau lebih tertutup, membuatnya lebih percaya atau lebih curiga. Selalu ada pengaruh terapeutik atau kontraterapeutik dalam proses wawancara, tidak pernah netral Wawancara merupakan teknik yang diterapkan oleh dokter terhadap pasien untuk tujuan diagnostik dan/atau terapeutik, tidak hanya menghasilkan pengaruh dokter terhadap pasien melainkan juga sebaliknya. Disadari atau tidak, seorang dokter akan terpengaruh pula oleh sikap dan perkataan pasien; hal ini akan tercermin dalam sikap,

2 II

perkataan, dan perasaan dokter. Dipicu oleh sikap dan kelakuan pasien-pasien terhadapnya (belum lagi dipicu oleh kehidupan fantasinya sendiri), dokter dapat menjadi tegang, tenang, kuatir, santai, tertutup, terbuka, bosan, kesal, sedih, malu, terangsang, dll, yang turut menentukan apa )'ang dikatakan seorang dokter terhadap pasiennya (atau tidak dikatakannya). dan bagaimana dokter mengatakannya. Dokter perlu belajar untuk memantau perasaanperasaan reak-tif tersebut, agar ucapanucapannya kepa-da pasien sedapat-dapataya beralasan profesional dan sesedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subjektifnva sendiri. Pada umumnya wawancara akan efektif jika berlangsung dengan "alamiah" (natural), dengan nada yagn mirip "percakapan biasa", tidak kaku atau seperti serangkaian pertanyaan gaya kueasioner yang "ditembakkan" kepada pasien. Wawancara akan lebih efektif bila tidak memberi kesan bahwa dokter "memburu" gejala, rajin berusaha menemukan dan mengumpulkan sifat-sifat psikopatologik saja pada pasiennya, bahkan kadang-kadang dengan mencoba "memprovokasi" gejala-gejala itu. Riwayat Psikiatrik Riwayat Psikiatrik adalah catatan tentang riwayat penyakit, gangguan jiwa, dan riwayat hidup pasien }'ang diperlukan untuk memahami siapa pasiennya, dari-mana pasien berasal dan kira-kira akan ke arah mana pasien selanjutnya pada masa mendatang. Riwayat ini didapatkan selama wawancara psiMatrik, diceritakan oleh pasien dari sudut pAndang pasien sendiri. Kadangkala diperlukan keterangan tambahan dari sumber lain seperti orang ma atau pasangan hidup pasien. Hal-hal yang ditelusuri dalam pengumpulan keterangan tentang riwayat penyakit adalah data konkrit tentang kronologi gejala atau gangguan yang dialami pasien, riwayat tentang gangguan psikiatrik dan medis, ciri-ciri kepribadian termasuk kekuatan dan kelemahan pasien, hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat dirinya di masa sekarang dan masalampau, serta riwayat perkembangan pasien.

Teknik yang paling penting dalam melakukan wawancara psikiatrik adalah dengan membiarkan pasien bicara dengan perkataannya sendiri, sesuai dengan urutan yang dirasakann3ra penting. Terapis perlu cukup sensitif untuk mendeteksi hal-hal bermakna yang ingin disarnpaikan pasien. Terapis harus terampil untuk bertanya dan menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal bermakna yang diungkapkan pasien baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam menceritakan riwayat psikiatrik dan status mentakrya. Prosedur Pemeriksaan Pemeriksaan psikiatrik dilakukan untuk memperoleh gambaran menye-luruh mengenai pasien sebagai pribadi, jiwa dan raga yang tak terpisahkan, bukan semata-mata untuk menentukan "keadaan jiwanya" atau "apa penyakit jiwanva". Beberapa hal yang perlu diper

U'twaticara dan Pemeriksaan Psikiatrik

hatikan oleh seorang pemeriksa agar dapat memberikan penatalaksanaan psikiatrik adalah: 1) Memiliki pengertian yang jelas mengenai data-data mana yang diperlukan untuk memahami kasus vang dihadapi Sanggup melaksanakan pemeriksaan secara berkesinambungan dan berarah tujuan Menghadapi pasien dengan keikhlasan dan minat untuk menolong Kesediaan untuk mencurahkan waktu dan tenaga yang diperlukan untuk meletakkan hubungan yang baik demi penanggulangan persoalan yang dihadapi pasien (demi keberhasilan terapi)

h.

Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai

2) 3) 4)

Pemeriksa membuka percakapan wawancara dengan perkenalan yang diJanjutkan dengan pengambilan anamnesis yang terdiri atas keluhan utama, hal mengenai penyakit saat ini, riwayat lampau, dan riwayat keluarga. Garis besar riwayat psikiatrik yang perlu didapatkan dalam pemeriksaan adalah: I. Data Pribadi II. Keluhan Utama III. Riwayat Gangguan Sekarang: a. Awitan b. Faktor Presipitasi IV. Penyakit / gangguan sebelumnya a. Psikiatrik b. Medik c. Penggunaan zat Riwayat Hidup, a. Prenatal dan Perinatal b Masa kanak awal (sampai 3 tahun) c. Masa kanak pertengahan ( 3-11 tahun) d. Masa remaja e. Masa dewasa Riwayatpekerjaari,perkawinan / berpasangan / pacaran ii. Riwayat pendidikan iii. Riwayat militer iv. Riwayat agama / kehidupan beragama v. Aktivitas sosial dan situasi kehidupan sekarang vi. Riwayat pelanggaran hukum Riwayat Psikoseksual Riwayat Keluarga i.

Data Pribadi Perlu dikumpulkan data demografi pasien berupa nama, alamat, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa, suku bangsa, dan agama, dan data lainnya yang berhubungan dengan kehidupan pasien saat ini. Catat pula tempat dan situasi saat dilakukan wawancara terhadap pasien, sumber informasi, dan apakah gangguan yang dialami pasien adalah gangguan yang pertama kali dialami pasien. Perlu pula diketahui apakah pasien datang sendiri, dibawa oleh anggota keluarga, atau dikonsultasikan oleh sejawat. Keluhan Utama Pertanyaan pembuka dapat diberikan seperti: "Bagaimana saya bisa menolong saudara?", "Gangguan kesehatan apa yang saudara alami?". Pada umumnya pembukaan seperti ini akan memacu pasien untuk bercakap bebas yang menghasilkan keterangan yang jauh lebih bermakna dibanding dengan suatu prosedur tanya jawab yang formal. Pasien

V.

f. g.

4 II

dibiarkan untuk menceritakan segalanya dengan gaya dan caranya sendiri. Kekurangan dan perincian data dapat dilengkapi dan diisi kemudian dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut. Keluhan utama dapat bersifat kabur seperti: " perasaan tegang, ragu, firasat yang aneh", serta dapat pula tegas dan menyolok, misalnya: pasien menyatakan bahwa ada orangorang yang jahat berkomplot untuk membunuhnya. Seringkali pasien mengemukakan sejumlah gejala somatik, sakit kepala, sakit pinggang, mual, muntah, sesak nafas. Pada saat itu pemeriksa tentu tidak dapat mengetahui sampai dimana gejala-gejala ini berhubungan dengan kelainan organik atau merupakan reaksi atas situasi hidup (pekerjaan, perkawinan, dll), atau berakar pada konflik emosional yang mendalam di masa awal kehidupannya. Ada pula pasien yang tidak mengemukakan keluhan tertentu atau mengaku tidak menderita apa-apa, rupanya ia puas dengan kehidupan fantasinya, tetapi keluhan datang dari pihak keluarga, sahabat, kerabat lain yang kuatir tentang perilaku pasien. Bila pasien tidak berbicara, deskripsikan keadaan yang dijumpai pada saat wawancara. Riwayat Gangguan Sekarang Apabila pasien cukup kooperatif hendaknya diceritakan oleh pasien menu-rut caranya sendiri, dan baru kemudian dilengkapi dan diatur kronologiknya dengan pertanyaanpertanyaan khusus. Penting ditanyakan keterangan mengenai sifat dan situasi pada awal (awitan) timbulnya penyakit. Pada umumnya, prognosis lebih baik bagi kelainan yang akut

dan dramatik, dibandingkan dengan kelainan yangberkembanglambatlaun atau kelainan yang pada awalnya hampir tidak ketahuan. Prognosis juga relatif lebih baik apabila awal bertepatan dengan kejadian nyata yang dahsyat di lingkungan, dan tidak begim baik apabila timbulnya seolah-olah tanpa kaitan jelas dengan sesuato kejadian di lingkungan. Keterangan perihal penyakit sekarang hendaknya memberi kepada pemeriksa suatu gambaran tentang awal dan perkembangan penyakitnya, riwayat keluhannya sekarang secara kronologis dan menyeluruh, awitan dan faktor presipitasi, alasan berobat. Perlu pula dinilai faktor lingkungan hidup menjelang awitan gejala/ perubahan perilaku, perkembangan gejala, termasuk gejala yang tidak ada, latar belakang kepribadian, presipitasi di masa lampau. Dapatkan data mengenai dampak gangguan terhadap kehidupan pasien sekarang, sifat disfungsinya. Eksplorasipula kemungkinan adanya gejala psikofisiologis, kaitan timbal balik antara gejala / faktor psikologis dan gejala fisik, keuntungan sekunder,; serta kecemasan dan sifatnya. Riwayat Gangguan Sebelumnya Ini merupakan keterangan mengenai segala kejadian yang pernah dialami pasien dari lingkungan luar maupun dari dalam dirinva, dan reaksi-reaksinya terhadapnya. Sambil bertambahnya keterangan riwayat pasien, muncullah suatu gambaran keseluruhan [ a total picture) mengenai karakteristik kehidupan pasien, mengenai kepribadiannya, dan pola reak-sinya terhadap peristiwa-peristiwa yang

Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik

dihadapinya. Benin psikopatologi sering dapat dilacak dan ditemukan dalam fase-fase dini kehidupan pasien, sehingga pemeriksa senantiasa harus mengusahakan mendapat keterangan sejak masa anak. Riwayat lampau meliputi: Kelahiran dan tumbuh kembang Riwayat Kesehatan Riwayat Sekolah atau pendidikan Riwayat pekerjaan, minat, kebiasaan {interests, habits) Kejadian penyakit sperti ini sebelumnya Perkembangan seksual Perkawinan Riwayat gangguan psikiatrik: Episode terdahulu gejala, derajat disfungsi, terapi, lama gangguan, kepa-tuhan terapi perhatian khusus pada episode pertama Riwayat gangguan medik Penyakit medik, bedah, trauma, yang memerlukan perawatan trauma kepa-la, penvakit neurologis, tumor, kejang, gangguan kesadaran, HIV, sifilis, gangguan psikosomatik Penggunaan zat psikoaktif stimulan, alkohol, morfin, dll Riwayat Hidup Prenatal dan Perintal; Datayangperludicatatadalalikehamilan direncanakan atau tidak, bagaimana proseskelahiran, cedera lahir, kesehatan ibu sela-ma kehamilan, kondisi emosi ibu sewaktu melahirkan, dan penggunaan obat oleh ibu sewaktu kehamilan. Masa Kanak Awal ( 0-3 tahun ) Kualitas interaksi ibu-anak termasuk "toilet training', ada tidak problem anak, deprivasi maternal, atau gangguan perkembangan (al: gangguan pola tidur, "body rocking", sering membenturkan kepala ), gangguan jiwa pada orang tua, siapa tokoh orang ma, hubungan dengan saudara. Apakah sifat masa kanak: pemalu, gelisah, hiperaktif, akrab, atletis, aktif, pasif. Bagaimana pola permainan dengan anak lain, pola pemberian makanan, pola perkembangan awal, toilet training. Gejala

gangguan tingkah laku, sifat semasa anak, mimpi, dan fantasi yang berulang. Masa Kanak Pertengahan (3-7 th) Identifikasi gender, hukuman, disip-lin, masuk sekolah, perasaan saat per-pisahan dengan ibu, perkawanan, par-tisipasi dalam aktivitas sekolah, taat atau tidak pada peraturan, impulsivitas, agresivitas, pasif aktif, perilaku anti-sosial, perkembangan membaca, intelekmal dan motorik, gangguan belajar, mimpi buruk, fobia, ngompol, main api, kejam pada binatang, dan masturbasi berlebih. Masa kanak akhir dan remaja Tokoh idola (orang tua, orang lain), nilai kelompok sosial pasien, citra diri idealnya, riwayat sekolah, hubungan dengan guru, minat bidang pelajaran sekolah dan di luar sekolah, olahraga, hobi, identitas dan citra diri, penggunaan zat, aktivitas seksual dan hubungan seksual, rasa ren-dah atau benci diri, pikiran bunuh diri, problem di sekolah, bolos, penggunaan waktu senggang, hubungan dengan orang

II Bu/ku Ajar Psikiatri

tua, perasaan terhadap perkembangan alat kelamin sekunder, menarche sikap pacaran, seks, perkembangan kognitif, problem emosional dan fisik. Seksualtitas: awal pengetahuan tentang seks, sikap orang tua, pencederaan seks (sex abuse), pubertas, dan perasaannya, sikap terhadap lawan jenis dan sesama jenis, praktek seks, orientasi seksual (heteroseksual, biseksual, homoseksual) Masa dewasa Riwayat pekerjaan Jenis pekerjaan, konflik, ambisi perasaan terhadap pekerjaan sikap terhadap teman sejawat, atasan, riwayat pekerjaan Riwayat perkawinan Lamanya, sifat, konflik, perceraian, keakraban, cekcok, harapan terhadap pasangan, aspek positif dan negatif dari perkawinannya, kegagalan perkawinan masa lalu kegagalan, keberhasilannya, sikap terhadap kemampuannva. Agama Latar belakang agama, pendidikan, sikap terhadap agamanya dan agama lain, konflik dalam pendidikan agama, aktivitas keagamaan, pandangan agamanya terhadap gangguan jiwa, bunuh diri, moral keagamaan. Apakah ia seorang: "moralis", yaitu orang yang menjalankan nilai agamanya sesuai keyakinannya, ataukah ia seorang "moralizer", yaitu orang yang menggunakan nilai agamanya untuk menilai / mengahakimi nilai agama atau perilaku orang lain (seringkali disertai rasa diri sendiri yang paling benar / suci)

Riwayat militer (kalau ada) Kemampuan adaptasi, disiplin, sedera Aktivitas sosial Hubungansosialdansifat,perkawanan dengan lawan jenis dan sejenis, apa yang di cari dalam perkawanan, sifat terasing, antisosial, rasa takut, cemas bergauL teman akrab. Situasi kehidupan sekarang Rumah tangga, tetangga, siapa yang tinggal serumah, pengamran tempat tidur, "privacy", sumber keuangan, dana bila pasien dirawat, siapa yang menjaga anak. Riwayat hukum Pernah ditangkap, riwayat tindak kejahatan, sikap terhadap hukum, riwayat tindak kekerasan. Riwayat psikoseksual Awal pengetahuan tentang seks, sikap orang tua, riwayat pencederaan / pelecehan seks, awitan pubertas, perasaannya, mas-turbasi, perasaannya, sikap terhadap seks (malu, takut, suka membual, agresif) orientasi seksual (heteroseksual, atau homoseksual, problem seksual, parafHia, sikap terhadap pelbagai / cara aktivitas seks, hubungan seks di luar perkawinan, kontrasepsi dan pAndangannya, penyakit akibat hubungan seks, promiskuitas (hubungan seks bebas). Riwayat keluarga Keluarga dan kenalan pasien suka memberi arti yang berlebih pada faktor keturunan dan adanya kejadian penyakit jiwa dalam keluarga dan pada generasi

Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik

sebelumnya. Memang, data dan keterangan perihal anggota-anggota keluarga turunan dan kolateral adalah penting, dan pemeriksa hendaknya memperhatikan dengan seksama adanya kejadian psikosis, neurosis, bunuh diri, retardasi mental, epilapsi, keterganmngan obat dan alkohol, dll. dalam keluarga. Kadangkadang dapat diduga keras adanya sifat herediter namun lebih sering nampak kehidupan dan suasana keluarga sebagai pengaruh lingkungan yang memainkan peranan penting dalam terjadinya gangguan kejiwaan individu; misalnya anak-anak dapat meniru manifestasi psikotik dan neurotik pada anggotaanggota keluarga. Riwayat keluarga semestinya juga meliputi data mengenai hal-hal seperti hubungan antar-anggota keluarga, antarkeluarga, dengan kesukaan, ketidaksukaan, ketegangan, loyalitas, keterganmngan, atau sengketa yang terjadi. Perlu pula dicatat penyakit dalam keluarga, sifat anggota keluarga, mertua, latar belakang keluarga, sikap keluarga terhadap penvakit pasien. Mimpi, fantasi dan nilai-nilai Tanyakan kepada pasien tentang mimpi buruk berulang, fantasi, khayalan tentang masa depan, nilai pribadi tentang moral (al. moralis atau moralizer, sosial, seks, anak, orang ma, budaya, pekerjaan, hal yang salah atau benar). Anamnesis tidak pernah dapat dianggap selesai dan selalu harus dibi-arkan terbuka untuk menampung data tambahan yang sewaktu-waktu akan terungkap PEMERIKSAAN STATUS MENTAL Pemeriksaan status mental merupakan gambaran keseluruhan tentang pasien yang didapat dari hasil observasi pemeriksa dan kesan yang dimunculkan oleh pasien saat wawancara. Status mental pasien dapat berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam. Bagian yang diperiksa meliputi penampilan, pembicaraan, perilaku, pemikiran pasien yang tampak selama berlangsungnya wawancara dan pemeriksaan psikiatrik. Walaupun pada situasi pasien sama sekali tidak berbicara, inkoheren, atau menolak untuk

menjawab pertanyaan, pemeriksa tetap bisa men-dapatkan informasi yang memadai melalui observasi yang cermat. Secara garis besar gambaran stams mental adalah: 1. Deskripsi Umum a. Penampilan b. Perilaku dan aktivitas psikomotor c. Sikap terhadap pemeriksa Mood dan afek a. Mood b. Afek c. Keserasian afek Pembicaraan Persepsi Pikiran a. Proses dan bentuk pikir b. Isi pikir Sensorium dan kognisi a. Kesadaran b. Orientasi dan daya ingat c. Konsentrasi dan perhatian d. Kemampuan membaca dan menu-lis e. Kemampuan visuospasial

2.

3. 4. 5.

6.

II Buku yijar Ps/kiatri

f. Pikiran abstrak g. Intelegensi dan kemampuan infor-masi h. Bakat kreatif i. Kemampuan menolong diri sendiri 7. Pengendalian impuls 8. Daya nilai dan tilikan 9. Taraf dapat dipercaya DESKPvIPSI UMUM Penampilan Merupakan gambaran tampilan dan kesan keseluruhan terhadap pasien yang direfleksikan dari posmr, sikap, cara ber-pakaian dan berdandan. Apakah pasien berdandan rapi atau lusuh, apakah sikapnya tegang, atau santai. Perhatikan cara tatapan mata, kerutan dahi, tremor atau keringat di muka yang merupakan tandaadanyakecemasan.Terminologiyang sering digunakan unmk menggambarkan penampilan pasien adalah tampak sehat, tampak sakit, tampak tenang, tampak lebih ma, tampak lebih muda, tidak rapi, kekanak-kanakan, bizarre. Perilaku dan aktivitas psikomotor Pengamatan ditujukan terhadap aspek kualitas dan kuantitas aktivitas psikomotor, seperti adanya manerisme, tics, gerak-gerik, kejang, perilaku stereotipik, ekopraxia, hiperaktivitas, agitasi, fleksibiltas, rigiditas, cara berjalan dan kegesitan. Kegelisahan, telapak tangan basah, dan manifestasi fisik lainnya diamati. Perhatikan pula adanya perlambatan psikomotor danperlambatan dari pergerakan tubuh secara umum, dan aktivitas tanpa tujuan. Sikap terhadap pemeriksa Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat digambarkan sebagai sikap yangkooperatif,

bersahabat, penuh perhatian, berminat, jujur, merayu, defensif, merendahkan, bingung, berbelit-belit, apatis, hostil, ber-canda, menyenangkan, mengelak, atau berhati-hati. Perhatikan pula kemampuan membentuk rapport selama wawancara.

MOOD DAN AFEK Mood

Qw,/QS5? <*ari ber-tahan vao

Mood didefinisikan sebagai suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Pemeriksa dapat menilai suasana perasaan pasien dari pernyataan yang disampaikan oleh pasien, dari ekspresi wajah, perilaku motvorik, atau bila perlu dapat ditanyakan kepada pasien tentang suasana perasaan yangdialaminya. Mood dapat digambarkan dengan mood yang depresi, berputus asa, iritabel, cemas, marah, ekspansif, euforia, kosong, bersalah, perasaan terpesona, sia-sia, merendahkan diri, ketakutan, kebingungan. Mood dapat labil, ber-flukmasi, atau berubah-ubah dengan cepat dan ekstrim (misalnya tertawa keras pada saat tertentu kemudian berubah menangis dan berputus asa). Afek
ptKrpffti woaoh

Merupakan respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuh pasien (bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat, dapat bersesuaian dengan

Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik

mood maupun tidak. Penilaian terhadap afek dapat berupa afek normal, terbatas, tumpul, atau mendatar. Gambaran afek normal dapat terlihat dari variasi ekspresi wajah, intonasi suara, serta penggunaan tangan dan pergerakan tubuh. Ketika afek menjadi terbatas, maka luas dan intensitas ekspresi pasien berkurang. Pada gambaran afek vang menumpul, terlihal intensitas ekspresi emosi berkurang lebih jauh. Afek mendatar dit Andai dengan tidak adanya ekspresi atcktif, intonasi bicara monoton, dan ekspresi wajah datar. Tumpul, datar, dan terbatas digunakan untuk menggambarkan kedalaman emosi, sedangkan depresi, bangga, marah, ketakutan, cemas, rasa bersalah, euforia, dan ekspansif digunakan untuk menunjukkan suam gambaran atek tertenm. Keserasian afek Pemeriksa mempertimbangkan kese-rasian respons pasien terhadap topik yang sedang didiskusikan dalam wawancara. Pasien mengekspresikan kemarahan atau ketakuan ketika menceritakan waham kejar, hal ini menggambarkan afek yang serasi. Afek vang tidak serasi dapat terlihat contohnya pada seorang pasien skizofrenia vang menceritakan tentang keinginan untuk membunuh dengan ekspresi atek vang. datar. PEMBICARAAN Deskripsikan pembicaraan pasien apakah ia berbicara spontan atu tidak, gambarkan kuantitas, kecepatan pro-duksi dan kualitas bicara. Amati cara pasien berbicara seperti banyak bicara, mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau berespons normal terhadap isyarat yang disarnpaikan pemeriksa. Pembicaraan dapat cepat atau lambat. tertekan, ragu-ragu, emosional, dramatik, monoton, keras, berbisik, cadel, terpatah-patah, atau bergumam. Adanya hendaya berbicara seperti stuttering dan juga irama bicara yang tidak lazim atau disprosodi juga dilaporkan saat mengobservasi pembicaraan pasien. PERSEPSI

Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi dapat dihayati pasien terhadap din dan kngkungannya. Gangguan persensi melibatkan sistem sensorik seperti audi-torik, visual olfaktonk, atau taktil. Isi halusinasi atau ilusi perlu digambarkan. Dapat dijumpai halusinasi yang tidak bermakna yaitu halusinasi hipnagogik yang muncul pada saat mulai tidur, atau halusinasi hipnopompik yang muncul pada saat bangun tidur. Malusinasi dapat timbul pada saat stres. Perasaan derealisasi dan depersonalisasi merupakan contoh lain gangguan persepsi. Pertanyaan yang dapat diajukan unmk menentukan adanya halusinasi adalah "Apakah Anda pernah mendengar suara atau bunyi yang tidak dapat didengar orang lain atau ketika tidak ada orang lain di sekitar Anda?, apakah Anda mengalami sensasi yang aneh di tubuh Anda, dan orang lain tidak mengalami hal tersebut?, apakah Anda pernah melihat sesuatu yang pada saat itu orang lain tidak bisa melihatnya?".

10 II

PIKIRAN Pikiran dapat dibagi menjadi proses dan isi pikir. Proses pikir merupakan cara seseorang menyatukan semua ide-ide dan asosiasi-asosiasi yang membenruk pikirannya. Proses atau bentuk pikir dapat bersifat logik dan koheren atau tidak logik dan tidak komprehensif. Isi pikir merujuk kepada apa vang dipikirkan oleh seseorang berupa ide, keyakinan, preokupasi, dan obsesi. Proses Pikir (bentuk pikir) Pasien dapat mempunyai ide pikiran yang berlebihan atau miskin. Dapat pula ditemukan arus pikir yang cepat, yang secara ekstrim disebut fight of idea. Pasien dapat memperlihatkan arus pikir yang lambat ataupun ragu. Pikiran dapat palsu atau kosong. Perhatikan apakah pasien sungguhsungguh menjawab pertanyaan yang disampaikan pemeriksa, apakah pasien mempunyai kemampuan untuk menjawab pertanyaan, berpikir yang bertujuan, apakah respons yang disarnpaikan pasien relevan atau tidak, apakah penjelasan pasien jelas dipahami dan mempunyai asosiasi yang baik, apakah pasien menunjukkan pelonggaran asosiasi pada saat berbicara. Gangguanlerhadap kontinuitas pikir dapat berupa ^ngens^^sklqjmstansial melantur, mengelak,danper^eve^ti\

Gangguan isi pikir termasuk delusi, preokupasi (waham), obsesi ("apakah kamu memiliki ide yang mendesak dan berulang?"), kompulsi ("apakah kamu melakukan sesuatu tindakan berulang-ulang?" "apakah ada tindakan yang harus dilakukan sesuai urutan?, bila kamu tidak melakukannya sesuai urutan apakah kamu harus mengulanginya?"), fobia, rencana, kehendak, ide rekuren tentang bunuh diri dan pembunuhan, gejala hipokondriakal, dorongan antisosial. Apakah pasien memiliki pemikiran untuk melakukan sesuatu yang buruk terhadap dirinya? Gangguan isi pikir yang utama adalah delusi. Delusi merupakan keyakinan yang salah dan menetap yang tidak terkait latar belakang budaya dapat bersifat kongruen terhadap mood (sesuai dengan mood yang terdepresi dan mood yang elasi), dapat pula tidak kongruen terhadap mood. Isi sistematika delusi harus diungkapkan dan pemeriksa harus berusaha mengevaluasi dan memvalidasi

^XZ'**,

Blocking merupakan interupsi dari suatu rangkaian proses pikir, sebelum ide pikir terbentuk secarauteh. Pasien tampak tidak mampu meningat kembali ide yang telah atau yang akan disampaikan. Sirkumstansial adalah kehilangan kapasitas untuk berpikir berorientasi tujuan, dalam proses penyampaian ide, pasien mengemukakan banyak ide-ide yang tidak relevan dan komentar tambahan, dan akhirnya tetap kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat terlihat dalam bentuk hubungan pikiran-pikiran yang inkoheren dan tidak komprehensif (wordsalad), clang association (asosiasi bunyi),punning (asosiasi dengan makna gAnda), dan neologisma (kata baru yang diciptakan pasien dengan mengombinasikan dan memadatkan kata-kata, misalnya "taci" berasal dari kereta dan kelinci). Isi Pikir

Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik

keyakinan pasien. Perilaku pasien dapat terpengaruh karena adanya delusi, hal ini dapat terlihat dari riwayat gangguan sekarang. Delusi dapat bersifat bizarre dan dapat melibatkan keyakinan tentang adanya kontrol eksternal. Delusi dapat mempunyai tema persekurorik atau paranoid, grandiose (kebesaran), in had, somatik, perasaan bersalah, nihilistik, dan erotik. Ide-ide rujukan dan ide-ide dipengaruhi juga harus didesknpsikan. Contoh dari ide rujukan adalah seseorang vakin bahwa radio atau televisi berbicara untuk atau tentang dirinva. Contoh ide rujukan adalah keyakinan tentang orang lain atau kekuatan mengontrol perilaku seseorang. SENSORIUM DAN KOGNISI Ditujukan untuk penilaian fungsi otak organik, taraf intelegensi, kapasitas berpikir abstrak, tingkatan tilikan dan daya nilai {judgement). Mini Mental State Examination (MMSE) adalah instrumen singkat untuk menilai fungsi kognitif, menilai orientasi, daya ingat, kalkulasi, kemampuan membaca dan menulis, kemampuan visuospasial dan berbahasa, nilai total 30. (lihat Bab 34: Psikiatri Geriatri. Kesadaran Gangguan kesadaran biasanya menunjukkan adanya gangguan otak organik. Kesadaran berkabut merupakan penurunan kewagpadaan menyeluruh terhadap lingkungan. Pasien tidak dapat mempertahankan perhatian terhadap sti-m ulus lingkungan, atau mempertahankan pikiran dan perilaku yang bertujuan. Kadang-kadang kesadaran berkabut bukan merupakan stams mental vang tetap. Pasien memperlihatkan tingkat kesiagaan yang berfluktuasi terhadap lingkungan sekitar. Pasien vang mengalami perubahan kesadaran biasanya ditandai dengan gangguan onentasi. Tingkat kesadaran adalah berkabut, somnolen, stupor, koma, letargi, alert dan fugue state. Orientasi dan Memori

Penilaian orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang (orientasi waktu terganggu sebelum terganggunva orientasi tempat). Pemeriksa harus menentukan apakah pasien dapat menvebutkan dengan tepat tanggal, waktu, ian hari. Jika pasien dirawat, tanyakrn apakah pasien tahu berapa lama ia dirawat? Pemeriksaan terhadap orientasi tempat tidak cukup hanya dengan pasien dapat menvebutkan nama tempat pasien diperiksa, tetapi perlu dinilai pula bagaimana mereka berperilaku dan mengetahui di mana mereka berada. Penilaian terhadap orang, pemeriksa bertanya kepada pasien namanama orang di sekitar pasien dan apakah mereka memahami peran dan relasinya dengan orangorang tersebut. Apakah mereka tahu siapa pemeriksa? Penilaian fungsi daya ingat dibagi menjadi daya ingat jangka segera, jangka pendek, jangka sedang, dan jangka panjang. Daya ingat jangka pendek dapat dinilai dengan menanyakan apa yang dimakan pasien saat sarapan dan makan malam kemarin. Kemudian tanyakan nama pemeriksa untuk menilai recall memori, minta pasien untuk menghitung

12 II

Baku Ajar Psikiatri

urutan 6 angka berturut-turut ke depan dan sebaliknya untuk menilai daya ingat segera. Daya ingat jangka panjang dapat dinilai dengan menanyakan informasi pada masa kanak pasien. Tanyakan beberapa kejadian penting dalam beberapa bulan terakhir unmk menilai daya ingat jangka pendek. Pada gangguan kognitif, daya ingat jangka pendek dan menengah terganggu lebih dahulu, sebelum daya ingat jangka panjang. Jika ditemui hendaya daya ingat, maka dinilai pula bagaimana pasien mengatasinya misalnya dengan menyangkal {denial), konfabulasi (secara tidak sadar membuat jawaban palsu karena adanya gangguan memori), reaksi katastrofik, atau sirkumstansial dalam upaya menumpi hendaya daya ingatnya. Konfabulasi biasanya berhubungan dengan adanya gangguan kognitif. Konsentrasi dan Perhatian Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan. Gangguan fungsi kognitif, ansietas, depresi, dan stimulus internal seperti halusinasi auditorik dapat menyebabkan gangguan konsentrasi. Pasien diminta menghitung 100 dikurangi 7 secara serial sebanyak 7 kali, cara seder-hana ini membutuhkan kapasitas kognitif dan konsentrasi yang utuh. Pemeriksa juga perlu memperhatikan apakah ter-dapat gangguan mood dan kesadaran, atau kesulitan belajar. Perhatian dinilai dengan kalkulasi atau meminta pasien mengeja dari belakang huruf vang terdapat pada kata DUNIA. Dapat pula ditanyakan ditanyakan nama benda yang dimulai dengan huruf tertentu. Kemampuan membaca dan menulis

Pasien diminta untuk menulis kalimat "PEJAMKAN MATA ANDA", dan melaksanakan perintah yang telah dibaca. Pasien juga diminta untuk menulis kalimat sederhana dan lengkap (terdapat subjek dan predikat).

<^j^^>

Kemampuan Visuospasial Pasien diminta untuk meniru gam-bar jam dan pentagonal yang berhimpitan pada satu sudut. Pikiran Abstrak * peobQhQiC'
perbPdaan dan wrsajnoci

Merupakan kemampuan unmk memahami konsep. Pasien mungkin mengalami gangguan dalam mengon-septuaikan ide. Nilailah apakah pasien dapat menyebutkan persamaan apel dan jeruk, meja dan kursi, lukisan dan puisi, dan mengartikan beberapa peribahasa. Pasien yang mengalami reaksi katastrofik dan kerusakan otak tidak dapat berpikir abstrak. Kemampuan Informasi dan Intelegensi Intelegensi pasien berhubungan dengan kosa kata dan pengetahuan umum yang dimilikinya seperti nama presiden saat ini dan informasi-informasiterldni. Pendidikan, status ekonomi pasien juga perlu dicatat untuk penilaian ini. Kemampuan untuk memahami konsep yang canggih juga merefleksikan kemampuan intelegensi. PENGENDALIAN IMPULS Dinilai kemampuan pasien untuk mengontrol impuls seksual, agresif, dan impuls lainnya. Penilaian terhadap pengen-

Wawancara dan Pemeriksaan Psikiatrik

dalian impuls dilakukan pula unmk menilai apakah pasien berpotensi membahavakan diri dan orang lain. Pasien mungkin tidak dapat mengontrol impuls karena gangguan kognitif dan psikotik, atau karena gangguan kepribadian. Kontrol impuls dapat dinilai dari informasi terakhir perilaku pasien tentang dirinya, atau perilaku yang diobservasi selama wawancara. DAYA NILAI DAN TILIKAN Daya Nilai Selama wawancara psikiatrik ber-langsung, pemeriksa perlu memperhatikan kemampuan daya nilai sosial pasien. Apakah pasien memahami akibat dari perbuatan yang dilakukannya dan apakah pemahamannya ini mempengaruhi dirinya. Nilailah pula dapatkah pasien memperldrakan apa yang akan dilakukannnya bila ia berada pada situasi imajiner, misalnya apakah yang akan dilakukan bila pasien sedang berada di bioskop yang ramai dan mencium bau asap. Tilikan Menilai pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Derajat tilikan terdiri atas: 1) Penyangkalan penuh terhadap penyakit 2) Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga sekaligus menyangkalnya pada waktu yang bersamaan 3) Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan, tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, atau faktor organik

4) Pemahaman bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui penyebabnya 5) Tilikan Intelektual: mengakui bahwa dirinva saldtdantahubahwapenyebabnya adalah perasaan kasional atau gangguangangguan yang cualami, tetapi tidak memakai pengetahuan tersebut unmk pengalaman di masa datang 6) Tilikan Emosioanal Sejati: Pemahaman emosional terhadap motif dan perasaanperasaan pada diri pasien dan orang-orang penting dalam kehidupan pasien, vang dapat membawa perubahan mendasar pada perilaku pasien. TARAF DAPAT DIPERCAYA Pemeriksaan psikiatrik juga memperhatikan kesan pemeriksa terhadap Kemampuan pasien unmk dapat dipercaya dan bagaimana ia menvampaikan peris-tiwa dan situasi yang terjadi secara akurat. Pemeriksa dapat menilai kejujuran dan keadaan yang sebenarnya dari yang dikatakan pasien. Setelah pemeriksa melakukan wawancara psikiatrik komprehensif, pemeriksaan status mental, informasi yang didapat dirangkum dalam bentuk laporan psikiatrik, dengan susunan sesuai stAndar riwayat psikiatrik dan status mental. Setelah itu pemeriksa menyarankan pemeriksaan lebih lanjut bila diperlukan dan membuat resume tentang penemuan yang bermakna dan tidak, membuat diagnosis multiaksial sementara, membuat prognosis, bila perlu membuat formulasi psikodinamik dan terakhir membuat ren-cana penatalaksanaan.

14 II

You might also like