You are on page 1of 43

TUGAS FARMASI KLINIK PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) DAN EVALUASI LITERATUR

DISUSUN OLEH : ANDI RIDHAYANTI ADILLAH DEWI YULIANINGSIH IRNAYANTI REZKY AMALIA SUCI FEBRIANI (PO.71.3.251.11.1.004) (PO.71.3.251.11.1.014) (PO.71.3.251.11.1.024) (PO.71.3.251.11.1.039) (PO.71.3.251.11.1.044)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR JURUSAN FARMASI 2013

KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirobbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN EVALUASI LITERATUR. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kelompok kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah memberi dukungannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, 29 November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. DAFTAR ISI .. BAB I PENDAHULUAN .. A. Latar Belakang .. B. Rumusan Masalah . C. Tujuan ... BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP .. A. Kesimpulan ... B. Saran .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan obat di masyarakat semakin meluas semakin meluas bersamaan dengan semakin besarnya jumlah obat yang diproduksi oleh industry farmasi (therapeutics exploisions). Dengan memproduksi obat baru, industry farmasi selalu mengklaim bahwa produk mereka lebih baik daripada yang lain/sebelumnya. Hal ini dapat membingungkan para tenaga kesehatan dalam memilihkan terapi yang tepat bagi pasiennya. Selain itu, perlu diingat juga bahwa sepeetiga dari anggota masyarakat melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi (selfmedication) Obat-obat baru tersebut sering diformulasikan secara lebih kompleks dan mengandung bahan-bahan yang diklaim lebih manjur, sehingga sering meningkatkan kejadian iatrogenic diseas, penyakit yang muncul karena pemakaian obat. Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi, dan penggunaan terapi obat. Pelayanan informasi obat didefenisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komperhensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat, professional kesehatan yang lai, dan pihak-pihak lain yang memerlukan. Pelayanan informasi obat meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusanprofesional.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi obat? 2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi literature?

C. Tujuan 1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain 2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain 3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT di rumah sakit 4. Mengetahui jurnal atau artikel yang digunakan dalam evaluasi literature

BAB II PEMBAHASAN I. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) A. Pengertian Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 thn 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi; pengamanan; pengadaan; penyimpanan; distribusi obat; pengelolaan obat atas resep dokter; pelayanan informasi obat; pengembangan obat; bahan obat; dan obat tradisional. Menurut Standar pelayanan di RS tentang KEBIJAKAN DAN

PROSEDUR PIO adalah merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak biasa dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. B. Tujuan dilakukannya PIO Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi. Meningkatkan profesionalisme apoteker Menunjang terapi obat yang rasional (Anonim, 2004)

PIO pertama kali didirikan di University of Kentucky Medical Center tahun 1962 yang diberi wewenang untuk menyediakan informasi, mengevaluasi, dan membandingkan obat dari berbagai sumber. Untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan suatu obat bagi penderita tertentu, diperlukan informasi pengobatan yang tepat dan menyeluruh. Bagi, professional kesehatan, kebanyakan informasi tentang obat disebarkan oleh industry farmasi melalui perwakilannya (medical presentative) dalam rangka mempromosikan produknya, atau melalui iklan yang dikirim oleh industry tersebut atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) kepada dokter di Rumah Sakit. Dalam banyk hal, sulit memperoleh informasi yang cukup objektif dari industry tersebut. Berkaitan dengan hal-hal tersebut, terdapat berbagai alasan mengapa PIO perlu didirikan yaitu: 1. Dokter sering menghadapi situasi klinik yang memerlukan informasi untuk mengambil kesimpulan tentang pengobatan tertentu. Suatu PIO dapat melayani informasi ini dengan segera atau agak lama, tergantung pada kerumitan pertanyaanya. Karena ketiadaan suatu PIO, dokter harus mencari dan meneliti, atau meminta pustakawan melakukan pencarian bagi dokter tersebut. Hal ini kurang menguntungkan, karena akan menghabiskan waktu dokter dan kurang optimal, kecuali dokter mengetahui secara tepat artikel yang akan ditelusuri kembali. 2. Pengadaan suatu PIO berkaitan dengan pelaksanaan system formularium rumah sakit yang efisien. Staf PIO menyiapkan monografi evaluasi obat untuk obat-obatan yang dipertimbangkan untuk ditambahkan atau dihapuskan dari formularium rumah sakit.

3. PIO selalu membantu memutakhirkan dan memelihara formularium rumah sakit. 4. Pelayanan PIO penting utnuk mendukung apoteker farmasi klinik di unit pasien (bangsal) rumah sakit. Apoteker farmasi klinik menerima pertanyaan dari professional kesehatan lain dan apoteker tersebut dapat berkonsultasi dengan PIO. Jika apoteker farmasi klinik belum ada, keberadaan suatu PIO dapat memperluas pelayanannya secara aktif, dengan mengunjungi daerah perawatan penderita setiap hari, membantu staf professional kesehatan dengan informasi obat. 5. Suatu PIO adalah sumber materi edukasi dan konseling bagi professional kesehatan dan penderita. PIO dapat menpublikasikan bulletin yang secara berkala meringkas informasi tentang obat yang diterima masuk kedalam formularium, mendiskusikan teknik baru pemberian obat, dan mengumumkan program farmasi yang baru di rumah sakit. Staf PIO dapat berfungsi sebagai sumber edukasi yang signifikan bagi staf medic, perawatm, dan staf lain dengan memberikan kuliah, penyaji dalam seminar dan berpartisipasi dalam dalam kunjungan ke dareah perawatan penderita (bangsal). Staf PIO dapat mengkoordinasikan pelaporan reaksi obat merugikan yang meliputi rumah sakit secara keseluruhan bekerja sama dengan perawat, apoteker klinik dan staf medic. 6. PIO juga berfungsi sebagai sumber informasi ilmiah yang dapat membantu kegiatan penelitian di rumah sakit. PIO dapat melayani informasi yang diperlukan untuk penelitian obat secara klinis, investigasi obat baru, dan penelitian farmasetik. 7. Jumlah dan jenis obat semakin banyak. 8. Pustaka yang semakin banyak sehingga memerlukan pengalaman dalam memilih pustaka yang baik

C. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO 1. Sumber informasi obat : dalam mencari informasi obat maka diharuskan seorang farmasis mencari sumber informasi obat yang akurat dan dapat dipercaya 2. Tempat : tempat untuk pelayanan informasi obat haruslah dibuat senyaman mungkin, agar semua orang yang terlibat di dalamnya merasa nyaman sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik dan menimbulkan good feedback (umpan balik yang baik) 3. Tenaga farmasis : tenaga farmasis yang berada di pelayanan informasi obat haruslah yang berkompeten di bidangnya, yang dapat menguasai ilmu komunikasi dan berkompeten dalam mencari literature. 4. Perlengkapan : di dalam PIO haruslah memiliki perlengkapan yang menunjang seperti computer yang berisi data base, text book, rak buku, alat pendingin ruangan dan ruang pelayanan yang nyaman

D. Kegiatan PIO Kegiatan PIO terbagi atas 2 yaitu: a. PIO aktif : farmasis pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya brosure, leflet, seminar, dan sebagainya. b. PIO pasif : farmasis memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.

Pertanyaan yang masuk di unit PIO tahun 2009 di RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar

E. Sasaran Informasi Obat 1. Pasien atau keluarga pasien 2. Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asistenapoteker, dan lain-lain 3. Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain (Anonim,2006) Informasi obat untuk penderita : Informasi obat untuk penderita diberikan apoteker sewaktu mendampingi tim medik melakukan kunjungan ke ruang penderita. Penderita banyak yang tidak mengerti perlunya suatu jangka waktu terapi apabila tidak diberikan informasi. Informasi obat untuk dokter : Tujuan informasi obat untuk dokter yaitu: 1. Menetapkan sasaran terapi dan titik akhir terapi obat 2. Pemilihan zat aktif terapi yg paling tepat untuk terapi obat yg bergantung pd variabel pederita dan zat aktif. 3. Penulisan resep obat yang paling tepat. 4. Pemilihan metode untuk pemberian obat. Informasi obat untuk perawat : Pada umumnya perawat adalah orang pertama yang mengamati reaksi obat merugikan atau mendengar keluhan penderita. Situasi seperti ini dapat memunculkan banyak pertanyaan informasi obat disinilah apoteker yang paling

kompeten pada bidang obat harus siap mensuplai informasi kepada perawat. Informasi yang dibutuhkan perawat adalah ringkas dan sifatnya segera. Meliputi: dosis obat, frekuensi pemakaian obat, kontra indikasi, lama pengobatan, cara pemakaian, cara pemakaian obat, dan efek samping. Informasi obat untuk farmasis Tujuan informasi obat untuk farmasis : 1. Supaya farmasis mampu menjawab pertanyaan sendiri dan bertindak sebagai sumber utama informasi obat bagi profesional kesehatan lain. 2. Farmasis harus memiliki akses ke pustaka acuan yang memadai dan mempunyai pengetahuan yang baik tentang sumber alternatif informasi obat. Farmasis juga harus secara aktif memberikan Informasi obat kepada kelompok atau tim atau kepanitiaan, seperti : Kelompok peneliti klinik Tim investigasi obat Panitia farmasi dan terapi (PFT) Panitia evaluasi penggunaan obat Panitia pengendalian infeksi Tim edukasi dan konseling Panitia sistem pemantauan kesalahan obat Panitia sistem pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM) Tim pengkajian penggunaan obat retrospektif Tim program pedidikan in-service Kelompok, tim, atau panitia tersebut memerlukan pelayanan informasi obat paling mutahir

F. Farmasis sebagai tokoh utama Pelayanan Informasi Obat Sebagai hasil kesepakatan WHO dengan Federasi Farmasi Internasional di Vancouver pada tahun 1997, disepakati bahwa format baru pelayanan kefarmasian adalah berbasis pasien dengan prosedur yang dikenal sebagai pharmaceutical care. Format baru ini berdampak pada rangkaian cara pelayanan yang baru yang akan mengubah format lama menjadi lebih disempurnakan, khususnya peranan apoteker kepada pelayanan pasien yang merupakan cerminan praktik kefarmasian yang baik, Good Pharmacy Practise (GPP).

Kesepakatan WHO dan Federasi Farmasi Internasional

Pharmaceutical Care

Patient Oriented

G. Peran farmasis dalam Pelayanan Informasi Obat 1. Persiapan sarana dan prasarana di PIO Memberikan referensi Menyediakan spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi obat Tempat dan alat untuk mendisplay informasi obat Tempat pelayanan PIO yang memadai 2. Membuat prosedur tetap (protap) pelayanan PIO Memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi info obat yg mudah dilihat oleh pasien Menjawab pertanyaan scara lisan, tertulis, langsung atau tidak langsung, dengan jelas dan mudah dimengerti Dokumentasi kegiatan PIO 3. Monitoring dan evaluasi secara berkala

H. Persyaratan Farmasis sebagai Tenaga Spesialis Informasi Obat 1. Mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dengan mengikuti pendidikan pelatihan yang berkelanjutan. 2. Menunjukkan kompetensi professional dalam penelusuran, penyeleksian, dan evaluasi sumber informasi 3. Mempunyai pengetahuan yang baik tentang fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit, dan memiliki keterampilan dalam metodologi penggunaan data elektronik 4. Memiliki pengetahuan yang baik tentang terapi obat 5. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang mampu, baik secara lisan maupun tulisan

I. Komunikasi dalam menjawab pertanyaan pasien 1. Komunikasi Secara Primer 2. Komunikasi Verbal 3. Komunikasi Secara Sirkular 4. Komunikasi Secara Sekunder

J. Komunikasi Farmasis Apabila komunikasi antara pasien dan professional kesehatan (apoteker) tidak baik, akan menyebabkan kekecewaan keduan belah pihak dan mengurangi kepatuhan pasien. Namun, jika terdapat hubungan yang efektif, kemungkinan pasien akan kembali untuk mencari nasihat selanjutnya tentang pengoobatan sendiri, swamedikasi dan untuk obat-obat resep. Suatu hubungan apoteker dan pasien yang efektif akan terbentuk, jika apoteker merupakan seorang sumber informasi yang baik dan memilki empati. Sikap dasar apoteker terhadap pasien akan mempengaruhi mutu komunikasi. Apoteker yang baik, wajib menghilangkan hambatan dengan meniadakan prasangka (bias) terhadap tingkat pendidikan, sosioekonomi, l;atar belakang

budaya, minat atau sikap seorang pasien. Selain itu, pasien harus dibuat yakin bahwa setiap informasi yang didiskusikan dengan pasien akan sangat dirahasiakan Apabila pasien sudah membuat keputusan secara benar, apoteker harus memperkuat keputusan itu. Apoteker harus berkomunikasi dengan hangat, berperasaan, dan penuh perhatian dalam urusan pasien. 1. Komunikasi verbal apoteker Dalam berkomunikasi dengan pasien, apoteker harus mencoba menciptakan atmosfer yang tenang dan santai, serta harus mendorong pasien supaya dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi. Apoteker harus memahami teknik bertanya, mendengarkan, menggunakan keheningan, interpretasi, menyimpulkan, dan harus memahami metode menangani pertanyaan yang berkaitan dengan obat yang ,mungkin ditanyakan oleh pasien. 2. Komunikasi nonverbal Banyak studi membuktikan bahwa komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal. Terdapat bebrapa kaidah yang mudah diingat jika berkomunikasi dengan pasien dan diharapkan akan mengahsilkan komunikasi yang lebih baik, yaitu: Pandangan wajah pasien Hindari membaca pertanyaan atau mencatat selama komunikasi Duduklah dengan santai agar mengurangi rasa cemas pasien Dengarkan pasien dengan penuh empati Perubahan nada suara harus selalu menenangkan Komunikasi dilakukan di tempat yang bersifat leluasa Berpakaian secara profesional Buruknya hubungan apoteker dengan pasien sering merupakan hasil dari komunikasi nonverbal yang buruk.

Komunikasi Apoteker

Verbal

Nonverbal

K. Farmasis pemberi Edukasi dan Konseling Apoteker merupakan professional kesehatan terakhir yang menemui pasien. Apoteker memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pasien mengerti maksud dari terapi obat dan cara penggunaannya yang tepat. Untuk mencapai tujuan ini, apoteker wajib mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk

mengkomunikasikan informasi ini dan untuk memotivasi pasien supaya taat pada regimen terapinya. Edukasi pasien bukan saja suatu tanggung jawab etika, melainkan juga suatu tanggung jawab hokum medis (medical-legal). Apoteker yang gagal mendiskusikan kontraindikasi dan rekasi merugikan obat tertentu dapat dituntut secara hukum jika suatu rekasi yang signifikan terjadi.

Edukasi Apoteker Konseling

L. Perbedaan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling PIO Lokasi tempat tidak masalah KONSELING Lokasi harus dapat dengan mudah dijumpai dan dekat dengan outlate apotek

Tidak perlu tatap muka Orientasi kepada tenaga kesehatan Literatur kompleks Banyak cara untuk yang dibutuhkan

Perlu tatap muka Orientasi kepada pasien/keluarga yang dibutuhkan relatif

lebih Literatur

sederhana/standar mengajukan Pelayanan secara lisan

pertanyaan (lisan, tertulis, telp, fax, email) Fakta: Terdapat data yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30% sampai 50% dari pasien yang menerima obat. Penyebab kegagalan pengobatan demikian adalah multifokus dan dapat berkisar dari kurnagnya edukasi, terkait dengan terapi sampai pada hambatan financial yang menghalangi pengadaan obat. Studi tambahan sudah menunjukkan bahwa intervensi oleh apoteker, menggunakan konseling lisan dan tertulis pada permulaan terapi obat, menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam kepatuhan pasien. Studi ini juga menunjukkan betapa pentingnya konseling dan edukasi terhadap pasien yang berkesinambungan di luar pertemuan awal.

M. Pengetahuan Ketermapilan Sikap ideal seorang apoteker informasi Obat


Ilmu sosial dan Perilaku

Kesehatan Masyarakat

Apoteker sebagai sumber informasi obat

Pengetahuan farmasetik

Pengetahuan medik

Pengetahuan-keterampilan-sikap ideal yang harus dimiliki oleh seorang apoteker informasi obat terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:

Ilmu social dan perilaku Apoteker sebagai sumber informasi Pengetahuan medic Pengetahuan farmasetik Kesehatan masyarakat Tabel 1. Ilmu social dan perilaku ideal seorang apoteker informasi Pengetahuan Psikologi Sosial Berbagai psikologi terapi Edukasi Keterampilan analitik Solusi masalah Keterampilan edukasi Ketegasan(assertiveness) Kerja sama Empati Tabel 2. Apoteker sebagai sumber informasi obat Pengetahuan Obat alternative Distribusi obat Keterampilan Penulusuran informasi dan Evaluasi informasi Sikap Penyebaran Ingin tahu Objektif Kritis memberi Investigative sosial Keterampilan Wawancara pasien faktor Keterampilan dan mkomunikasi Sikap Ingin tahu Peduli

system dispensing Analisis unjuk kerja Pemasaran Penyimpanan Peduli Objektif Kritis Investigative Kerja sama Simpati

Tabel 3. Pengetahuan medis seorang apoteker informasi obat Pengetahuan Terminology medis Keterampilan Membaca menginterpretasikan rekaman medic Clinical medicine Keterampilan komunikasi Patologi Etiologi Patofisiologi Hygiene Nutrisi Terapi Uji biomedik Tabel 4. Pengetahuan farmasetik seorang apoteker Pengetahuan Farmakolgi Farmakodinamik Farmakokinetik Toksikologi Teknologi farmasi Biofarmasetik Kimia farmasi Mikrobiologi farmasi Tabel 5. Apoteker sebagai bagian kesehatan masyarakat Pengetahuan System kesehatan Keterampilan Sikap Ingin tahu Keterampilan Analisis kimia Perhitungan(kalkulasi) Membuat keputusan Keterampilan analitik Solusi masalah Formulasi obat Teknik aseptik Sikap Ingin tahu Peduli Objektif Kritis Investigative Kerja sama Empati Solusi masalah Keterampilan analitik Objektif Kritis Investigative Kerja sama Empati Peduli Sikap dan Ingin tahu

pelayanan Keterampilan analitik

Asek

social

pelayan Keterampilan komunikasi

Peduli

kesehatan Epidemiologi Biostatic Farmakoekonomi System ROM pemantauan (Reaksi Obat

Objektif Kritis Investigasi Kerja sama

Merugikan) Empati

N. Permasalahan Legalitas dan Etika Seorang apoteker informasi obat harus mematuhi prinsip-prinsip etika dan legalitas profesi farmasi. Belum ada aturan khusus yang mengatur tentang layanan informasi obat, meskipun demikian panduan yang telah dibuat oleh komite dan profesi spesialis layanan informasi obat harus diikuti. Berikut ini hal-hal yang secara umum direkomendasikan sebagai panduan layanan informasi obat. 1. Sumber daya informasi - Sumber yang digunakan harus terkini - Informasi harus sesuai dengan jenis dan tingkat pelayanan yang disediakan - Sumber informasi yang digunakan harus didokumentasikan dalam system data in-house 2. Staf Informasi Obat - Apoteker harus dibekali pelatihan dan kemampuan - Staf yang kurang berpengalaman harus disupervisi - Apoteker mempunyai sebuah tanggung jawab untuk memelihara kesadaran terkini terkait profesi farmasi dengan spesialisasi informasi obat.

3. Cara Pengguna Layanan - Apoteker harus memenuhi harapan penanya bahwa mereka terpercaya. - Identitas penanya dan alasan untuk permintaan harus dipastikan sebelum menetapkan PIO - Kerahasiaan penanya harus dihormati dan identitas mereka tidak boleh diberitahukan kepada pihak ke 3 tanpa persetujuan

O. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat Secara umum, kegiatan pelayanana informasi obat terdiri dari kegiatan yang bersifat pelayanan, pendidikan, penenlitian, dan kegiatan-kegiatan lain yang terkait.

1. Pelayanan Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian informasi yang bersifat aktif dan pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila

apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan, tetapi secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar, dan sebagainya. Menjawab Pertanyaan : No 1. Kategori Pertanyaan Reaksi merugikan Contoh Pertanyaan Dapatkah ranitidin menyebabkan keracunan hati? Apa saja efek samping rifampisin? 2. Dosis Bagaimana dosis fenitoin untuk status epilepsy? Bagaimana dosis gentamisin untuk penderita gagal ginjal? Bagaimana dosis parasetamol untuk bayi umur 6 bulan? 3 Pemberian obat Dapatkah karbamazepin diberikan secara rectal? Seberapa cepat simetidin dapat diberikan secara i.v? Bolehkah penisilin diberikan per oral? 4 Identifikasi obat Apa nama obat baru untuk tukak peptic produksi industry farmasi X? Apa saja nama dagang obat generic ampisilin yang tersedia secara komersial? Apa nama obat baru yang disetujui untuk endometriosis? 5 Interaksi obat Akankah asetosal dan warfarin diberikan

bersamaan? Dapatkah tetrasiklin diberikan bersamaan susu? Akankah sefaleksin mempengaruhi penetapan glukosa serum?

Indikasi

Seberapa efektif mesalamin untuk pengobatan ulseratif colitis Untuk apa digunakan vibramisin?

2. Pendidikan Kegiatan pendidikan oleh suatu layanan informasi obat dapat bervariasi tergantung rumah sakit tersebut tergolong rumah sakit pendidikan atau tidak. Untuk rumah sakit pendidikan, kegiatan PIO dapat merupakan kegiatan formal dengan ikut berpartisipasi dalam program pendidikan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik kerja lapangan atau mahasiswa lain yang berkaitan dengan obat. Program pendidikan ini dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah sakit dengan memberikan kuliah atau mempublikasikan topik-topik yang relevan dengan pelayanan informasi obat. 3. Pelatihan Pelatihan dalam pengelolaan suatu PIO sangat diperlukan bagi personil kunci, seperti pelatihan penelusuran informasi obat, evaluasi pustaka, pengembangan publikasi, perencanaan dan pendanaan berkelanjutan. 4. Penelitian Kegiatan penelitian dapat berupa pemberian dukungan informasi terhadap evaluasi penggunaan obat dan studi penggunaan obat. 5. Kegiatan lain

P. Sumber Informasi PIO Sumber informasi obat meliputi: dokumen, fasilitas, lembaga, dan manusia. Dokumen mencakup pustaka farmasi dan kedokteran, yang terdiri dari majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian, dan farmakope. Fasilitas mencakup fasilitas informasi obat terkomputerisasi, internet, perpustakaan, dan lain-lain. Lembaga mencakup industry farmasi, Badan POM, Pusat Informasi Obat, Pendidikan

Tinggi Farmasi, Organisasi profesi dokter/apoteker. Manusia mencakup dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, dan professional kesehatan yang lain. Apoteker yang mengadakan pelayanan informasi obat juga harus mempelajari cara terbaik menggunakan berbagai sumber tersebut. Klasifikasi Sumber Informasi Obat A. Sumber Informasi Primer Studi Evakuatif - Eksperimental Uji coba klinik Penelitian Farmasetik Pengkajian pendidikan

- Pengamatan (observasional) Studi pengendalian kasus Studi kelompok (cohort study) Studi tindak lanjut Studi contoh yang representatif (Cross-sectional studies)

Laporan Deskriptif - Laporan kasus atau rangkaian kasus - Praktik farmasi - Rangkaian klinik - Program - Populasi B. Sumber informasi sekunder - Sistem penelusuran manual - Sistem penelusuran terkomputerisasi C. Sumber informasi tersier - Buku teks atau data base - Kajian artikel

- Kompendia - Pedoman praktis D. Sumber-sumber lain - Komunikasi tenaga ahli - Brosur investigator - Industri farmasi Sumber Pelayanan Informasi Obat 1. Farmakope Indonesia 2. Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) atau MIMS 3. Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI) 4. Farmakologi dan terapi dll 5. Info dari kemasan obat, maupun brosur obat Buku yang sering digunakan sebagai pustaka rujukan dalam pelayanan informasi obat : 1. AHFS Drug Information a. Publikasi di US setiap tahun oleh American b. Society of Health-System Pharmacist. c. Berisi monografi obat secara lengkap d. Penjelasan tentang efek yang tidak diinginkan dan farmakokinetiknya lengkap. e. Dapat dilihat di www.edscape.com di mana kita bisa mendaftar secara gratis
2. Merck manual 17e a. Diterbitkan US. b. Berguna sebagai panduan untuk penyakit c. Dapat dilihat di www.merck.com

3. Medicines for children 2e a. Diterbitkan di UK. b. Isinya sangat detail c. Merupakan sumber utama untuk kasus pengaduan pada anak. 4. Drug Interaction (Stockley) 6e a. Dipublikasi di UK b. Berisi gambar tentang ulasan ulasan khusus interaksi obat c. mekanisme interaksi d. manajemen pasien pada obat obatan yang berinteraksi e. Mudah digunakan 5. Therapeutics in pragnancy & Lactation (Lee) a. Dipublikasi di UK b. Berisi gambaran manajemen penyakit pada kehamilan dan menyusui. c. praktis dan mudah dipahami d. tapi tidak memuat semua obat 6. Renal handbook 2e (Bunn & Ashley) a. Tiap halaman memuat monograf dari masing masing obat. b. Termasuk di dalamnya hemodialisis c. Mudah digunakan. Referensi yang sebaiknya tersedia di PIO 1. BNF 2. Martindale : The Extra Pharmacpoeia 3. Trissels : Handbook on Injectable Drugs 4. Drug Facts and Comparisons 5. Drug Interactions

6. Medical Toxicology 7. Harrisons : Principles of Internal Medicine 8. Pharmacotherapy 9. Meylers : side effects of drugs 10. Herbal Medicine 11. Pediatric Drug Handbook 12. Geriatric Dosage Handbook 13. Drug in Pregnancy and Lactation 14. Drug Information Handbook 15. Drug Information Handbook for Oncology 16. Infectious Diseases Handbook 17. USP DI : Volume I. Drug Information for Health Care Profesional, Volume II. Advice for the Patient, Volume III. Approved Drug Products and Legal requirements. 18. Therapeutic Guidelines, Antibiotic Guidelines, Drug Formulary, ect 19. Medication Teaching Manuals (ASHP Patient Information) 20. ISO dan MIMS dll Beberapa situs di internet yang sangat penting untuk PIO 1. Conchrane library a. www.nelt.nhs.uk/conchrane.asp b. Berisi keterangan keterangan yang mendasar tentang obat obatan

c. Sangat berguna u/ kasus pengaduan tentang keefektifan terapi. Berisi penelaahan sistem, abstrak dari penelaahan tentang keefektifan, data base tentang penyembuhan secara klinik 2. Bukti bukti klinis a. www.nelth.nhs.uk/clinical_effidance.asp b. Berguna utntuk pengobatan pada kondisi-kondisi yg umum c. Adanya ringkasan tentang keterangan keterangan untuk pengobatan 3. UK Medicine information a. www.ukmi.nhs.uk b. Bermanfaat untuk penelitian produk produk baru c. Pertanyaan pertanyaan yang sering diajukan tentang obat obat pada ibu yang menyusui 4. Drug info zone a. www.druginfozone.nhs.uk b. Berguna untuk: penelitian produk produk baru c. Berita tentang obat obatan, contoh : publikasi tentang percobaan yang baru d. Diperbarui setiap harinya. 5. National Elektronic library for health a. www.nehl.nbs.uk b. Berisi link beberapa sumber informasi medis c. Dibuat untuk pelayanan kesehatan di UK

Q. Menjawab Pertanyaan Tahap-tahap dalam menjawab pertanyaan :

Pustaka primer yang sering digunakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertanyaan Reaksi obat merugikan Ketersediaan obat Kompatibilitas/stabilitas Pembuatan/formulasi Dosis/jadwal pemberian Interaksi obat-obat Interaksi obat-uji laboratorium Interaksi obat-penyakit Interaksi obat-makanan Obat pilihan No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Pertanyaan Identifikasi Metode penggunaan Farmakokinetik Farmakologi Teratogenitas Terapi/indikasi Toksikologi/keracunan Perhitungan farmasetik Farmakoekonomik

Pustaka tersier dikelompokkan berdasarkan kategori pertanyaan No 1 Kategori pertanyaan Reaksi obat merugikan Pilihan pustaka acuan - AHFS DI/Drug Dex/USPDI - Martindales Pharmacopoeia - Textbook Reactions Goodman and Gilmans Basic The of of Adverse Drug : The Extra

Pharmacologic Therapeutics -

Meylers Side Effects of Drug: An Encyclopedia of Adverse

Reactions and Interaction 2 Ketersediaan obat - American Drugs Index - Drugdex - Drug facts and Comparisons - European Drug Index Hand book of Nonprescription drug - Identidex - Martindales Pharmacopoeia - Merck Index - ISO 3 Kompatibilitas/stabilitas - AHFS DI - Drug Index - Drug Information Fulltext - Handbook of injectable Drug : The Extra

- Kings

Guide :

to

Parenteral The Extra

Admixtures - Martindales Pharmacopoeia - Merck Index - Physicians Desk Reference 4 Pembuatan/formulasi - American Drug Index - Drugdex Martindales Pharmacopoeia - Merck Index - Physicians Desk Reference 5 Dosis/jadwal pemberian - Drug Facts and Comparisons - AHFS DI/DrugDex/USPDI - Physicians Desk References - Martindales Pharmacopoeia - AMA Drug Evaluation - Applied Therapeutics: the Clinical Use of Drugs - Pediatric Drug Handbook - Current Pediatric Diagnosis and Treatment - Clinical Pharmacokinetics Pocket References - Drug Information Fulltext - Handbook of Clinical Drug Data - Handbook of Nonpresccription : The Extra : The Extra

Drug - Poisindex 6 Interaksi obat-obat - Drug Interaction & Updates - Evaluation of Drug Interactions - AHFS DI/DrugDex/USPDI 7 Interaksi obat uji laboratorium -Drug interaction Facts - Evaluation of Drug Interactions 8 9 Interaksi obat-penyakit Interaksi obat-makanan - AHFS DI/DrugDex/USPDI - Applied Therapeutics : the clinical use of drugs - Basic skills in interpreting

laboratory data - AMA Drug Evaluation - Hadbook of Clinical Drug Data 10 Obat pilihan - AHFS DI/DrugDex/USPDI - Applied Theraupeutics : The

Clinical Use od Drugs

Yang harus dilakukan farmasis di PIO : 1. Mencatat data peminta informasi (Nama, status, SMF/Ruangan, tlp) 2. Mencatat pertanyaan 3. Menanyakan & mencatat latar belakang permohonan dan kondisi klinik pasien (tergantung Pertanyaan) 4. Menanyakan apakah sudah diusahakan mencari informasi sebelumnya 5. Menanyakan apakah cito atau tidak 6. Melakukan kategorisasi permasalahan : - Aspek farmasetik ? - Farmakokinetik ?

- Dosis regimen ? 7. Melakukan penelusuran sumber informasi 8. Memformulasi jawaban sesuai permintaan 9. Monitoring dan tindak lanjut Form = Formulir pertanyaan PIO

Jawaban pertanyaan Formulasi jawaban dan saran/rekomendasi diisi di form pertanyaan Catat sumber referensi yang digunakan Diumpan balikkan/dikomunikasikan ke penanya secara lisan atau tulisan. Didokumentasikan

R. Keadaan PIO pada masa sekarang dan masa mendatang Kebanyakan professional kesehatan di RS dan dokter praktik memperoleh informasi obat yang disebarkan industry farmasi melalui perwakilan perusahaan farmasi (PPF) atau medical representative (medrep), karena instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) belum mengembangkan pelayanan informasi obat dengan baik sehingga informasi yang diperoleh sering kurang objektif Pusat Informasi Obat yang Sudah Ada di Indonesia Jakarta RS dr. Cipto Mangunkusumo RS Fatmawati Unit Pelayanan dan Pengaduan Konsumen, Badan POM dengan ULPK Balai Besar dan Balai POM di Indonesia Bandung Jogjakarta RS Hasan Sadikin PIOGAMA, Universitas Gadjah Mada, PIO UII, Universitas Islam Indonesia, PIO RS Bethesda Surabaya RS dr. Soetomo Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian, Universitas

Surabaya (PIOLK Ubaya) RS Angkatan Laut dr. Ramelan.

S. Pendirian Pusat Informasi Obat (PIO) Dalam mendirikan suatu PIO perlu diperhatikan hal hal berikut : Pelayanan yg akan diberikan oleh PIO Justifikasi kebutuhan terhadap suatu PIO Anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan yang memadai Sumber daya, fasilitas dan pemeliharaan (ketika berjalan) suatu PIO

Beberapa keuntungan apabila lokasi PIO dekat dengan pusat Departemen Farmasi dari suatu institusi : Menyediakan tenaga apoteker yang selalu siap diakses Mudah diakses oleh semua pengguna Dapat dihubungi secara langsung melalui telepon Lokasinya menyenangkan

Kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis informasi obat : No 1 Informasi Textbook dan Hand book Yang perlu diperhatikan Kelebihan : seberapa sering buku tersebut direvisi. Makin sering direvisi, makin baik sebagai bahan informasi mutakhir. Kekurangan : memerlukan waktu yang lama 2 Buletin Kelebihan : sangat dihargai keberadaannya karena objektivitas informasi tersebut. 3 Majalah kedokteran Kelebihan : mudah diperoleh Kekurangan : sering terdapat kontroversi

antara satu peneliti dan peneliti lain

Bentuk verbal dll

Kelebihan : melayani informasi secara cepat

contoh : Medline, Kekurangan : biaya masih relatif mahal Popline, Cosy 5 Iklan E-mail, sehingga tidak begitu populer di kalangan praktisi medis Keuntungan : mudah dijumpai di media masa Kekurangan : mengabaikan komponen-

komponen informasi yg telah digariskan oleh WHO (WHO, 1988), 6 Lembar produk informasi Keuntungan : relatif paling layak dipercaya, karena untuk saat ini merupakan satu-satunya jenis informasi dari industri farmasi yang penyiapannya Kesehatan RI. Kekurangan : tidak sampai ke tangan pasien karena kesalahan teknis penyerahan obat ke pasien dikontrol oleh Departemen

II. EVALUASI LITERATUR A. Istilah-Istilah dalam Evaluasi Literatur 1. Evaluasi Literatur : dirancang untuk membantu para profesional medis untuk berkomunikasi secara efektif dalam mengevaluasi literatur ilmiah. 2. Critical appraisal :cara atau metode untuk mengkritisi secara ilmiah terhadap penelitian ilmiah. Telaah kritis menjadi suatu keharusan bagi seorang klinisi, seperti dokter maupun farmasis untuk menerapkan pengetahuan baru dalam praktek sehari-hari. Telaah kritis digunakan untuk menilai validitas (kebenaran) dan kegunaan dari suatu artikel atau jurnal ilmiah. Telaah kritis merupakan bagian dari Evidence based medicine. 3. Desain penelitian klinik :perumusan percobaan dan eksperimen dalam penelitian medis dan epidemiologi. Studi cohort :bentuk longitudinal (sejenis penelitian pengamatan) yang digunakan dalam sosial, analisis bisnis, dan ekologi. 4. RCT :jenis tertentu dari eksperimen ilmiah dan standar emas untuk uji jenis klinis 5. Hierarchy of Evidence :mencerminkan otoritas relatif dari berbagai jenis penelitian biomedis. 6. The cochrane library :kumpulan dari database dalam bidang kedokteran dan kesehatan spesialisasi lainnya yang disediakan oleh cochrane collaboration dan organisasi lainnya. Pada intinya adalah koleksi ulasan cochrane, database tinjauan sistematis, dan meta-analisis yang meringkas dan kedokteran, farmasi, ilmu

menginterpretasikan hasil penelitian medis.

B. Filter Pengetahuan (The Knowledge Filter)

Sumber pustaka yang tersedia banyak yang tidak valid, masih bersifat subjektif, dan tak terpercaya (unreliable) maka kita perlu menggunakan the knowledge filter untuk menyaring beberapa sumber pustaka yang bersangkutan melalui beberapa tahapan yang tersedia di dalam the knowledge filter itu, agar didapatkan sumber pustaka atau jurnal penelitian yang betul-betul valid, objektif, dan terpercaya (reliable).

C. Telaah kritis untuk pemilihan suatu jurnal (Choosing a paper for a critical appraisal) Memilih Jurnal Untuk Telaah Kritis Setiap tahunnya, ratusan jurnal biomedik menerbitkan ribuan artikel penelitian yang berfokus pada terapi obat. Namun hanya sedikit dari hasil-hasil penelitian melakukan perubahan dalam praktek peresepan. Dari semua itu dari beberapa artikel memiliki banyak masalah metodologi sehingga memberikan hasil yang tidak valid. Jadi bagaimana seorang farmasis klinik itu dapat menyimpulkan tentang artikel penelitian mana penting untuk dibaca. Kebanyakan dari farmasis ini melakukan filter terhadap jurnal-jurnal penelitian untuk memlih mana yang memberikan relevansi klinik yang lebih banyak. Agar kita dapat mengambil suatu keputusan yang tepat dari suatu jurnal, maka perlu dilakukan beberapa pertimbangan (5 pertanyaan yang lebih dahulu diajukan) : 1. Apakah jurnal penelitian ini menangani masalah terapi yang bernilai kontroversial atau penting yang relevan dengan pasien saya? 2. Apakah hasil jurnal penelitian ini memilki bukti ilmiah pertama untuk efikasi dari suatu kelompok baru atau treatment? 3. Apakah penelitian ini melibatkan lebih banyak pasien atau penelitian lanjutan daripada penelitian sebelumnya? 4. Apakah populasi dari penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya? 5. Apakah masalah metodologi diidentifikasi pada penelitian sebelumnya dari obat ini?

Jika jawaban dari kelima pertanyaan itu adalah Ya, maka kita melangkah ke telaah kritis (critical appraisal). Disamping itu, bagian-bagian daripada tulisan jurnal tersebut juga penting untuk dibaca karena untuk mengetahui bagaimana penelitian ini dilaksanakan atau untuk mengetahui desain studinya yang mana memberikan bukti ilmiah yang lebih kuat dari tipe desain studi lainnya. D. Hierarchy of Evidence Bobot kualitas dari suatu penelitian ditunjukkan oleh piramida berikut:

Berdasarkan gambar piramida di atas, sistematik review dan meta-analisis memiliki bukti ilmiah yang lebih kuat daripada RCT, yang mana RCT itu lebih kuat daripada bukti-bukti tipe desain studi lainnya. E. Critical Appraisal Telaah kritis (critical appraisal) adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang memungkinkan bagaimana kita berdasarkan nilai ilmiah dan

mempertimbangkan

penelitian

diaplikasikan

dalam

praktek.

Keterampilan dalam menelaah kritis itu sangat esensial untuk melakukan praktik

farmasi klinik sehingga memungkinkan kita untuk dapat mengevaluasi apakah suatu hasil penelitian itu bisa digunakan atau diaplikasikan untuk pasien kita. Tanpa kemampuan ini, maka kita akan lebih mudah terpengaruh oleh iklan dan promosi yang dibuat oleh industri farmasi, yang mana mereka ini secara selektif hanya mengambil kesimpulan-kesimpulan atau bagian dari peneltitian yang menguntungkan saja bagi mereka. Tujuan sebenarnya dari telaah kritis dapat dipertimbangkan apakah hasil ini dapat digunakan dalam praktek klinik. Maka untuk melakukan itu, kita harus memiliki kemampuan atau pengetahuan untuk menelaah jurnal. Pengevaluasian Bagian Metode Bagian dari jurnal yang perlu dibaca adalah bagian metodologi yang dapat memberitahukan desain studi yang dipilih yang paling memungkin untuk menjawab penelitian. Jika Anda mencoba memutuskan apakah jurnal patut untuk dibaca, maka Anda seharusnya melakukan evaluasi pada desain penelitiannya. Hal ini lebih baik daripada langsung membaca apakah hasil ini signifikan secara statistik atau bukan, juga langsung berpikir apakah hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang saya inginkan. Critical Appraisal Untuk Menilai Suatu Jurnal Penelitian Primer Jurnal penelitian yang dimuat dalam literatur biomedik biasanya sesuai dengan format standar yang dikenal dengan Imrad: 1. Introduction(menguraikan tentang latar belakang secara detal dan pertanyaan penelitian). 2. Methods (bagaimana studi itu dilaksanakan dan secara detail analisis statistik yang juga digunakan).

3. Resultsdan

Discussion(bagaimana

si

peneliti

menginterpretasi

hasil

penelitiannya untuk menilai dan implikasi yang mungkin untuk bisa diaplikasikan di dalam praktek klinik saat ini.

F. Desain Penelitian (Study Design) Berikut ini adalah gambar bagan study design

G. Buku Rekomendasi
How to read a paper (fourth edition) adalah buku yang

memberikan gambaran bagaimana cara membaca jurnal yang memiliki dasar dari evidence-based medicine.

Beberapa Uji Statistik Yang Sering Digunakan :

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.Kegiatan pelayanan informasi obat meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusan profesional. Oleh karena itu, sebagai seorang farmasis kita dituntut untuk dapat berperan aktif dalam melakukan pelayanan informasi obat. Untuk itu, farmasis harus dibekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang baik sehingga dapat memberikan informasi obat yang tepat dan sesuai. Dalam pencarian berbagai informasi mengenai obat-obat dan ruang lingkupnya, perlu dilakukan adanya evaluasi literatur yang didalamnya terdapat the knowledge filter untuk menyaring sumber-sumber informasi tersebut yang masih diragukan. Jadi pada akhirnya kita bisa mendapatkan informasi yang benar-benar valid dan terpercaya.

B. Saran Untuk itu, sebagai farmasis diharapkan agar lebih giat untuk membaca literaturliteratur maupun jurnal agar dapat memberikan informasi obat yang valid dan bisa update informasi terbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Dadang, dkk. 2010. Pelayanan Informasi Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Greenhalgh, Trisha. 2010. How To Read A Paper: the basics of evidence-based medicine. _______: BMJI Books. Parthasarathi, G. dkk. 2005. A Textbook of Clinilcal Pharmacy Practise. Chennai: Sekar Offset Printers. Baurer, Henry H. 1995. Ethics in Science. http://www.files.chem.vt.edu/chemed/ethics/hbauer/hbauer-filter.html. Diakses pada tanggal 26 November 2013. _____. _____. _____. http://ebp.lib.uic.edu/nursing/node/12. Diakses pada tanggal 27 November 2013. Centre for Evidence Based Medicine. 2013. Study Designs.

http://www.cebm.net/?o=1039. Diakses pada tanggal 27 November 2013.

You might also like