You are on page 1of 18

FISIOLOGI DAN PROSES LAKTASI DAN KOLESTRUM DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

DISUSUN OLEH:

SALAMA SRIENDANG KUSUMAWATI WILLIAM

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2013

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infark Miokard. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur mata kuliah Sistem Kardiovaskuler II tahun akademik 2013/2014 di Fakultas

Kedokteran, Universitas Tanjungpura. Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada : 1. Ns. Ariyani Pradana Dewi S.Kep selaku dosen mata kuliah Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, 2. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, dan 3. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tak langsung. Segala sesuatu didunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya. Penulis harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu pengetahuan.

Pontianak, Oktober 2013

penulis

Daftar Isi Kata Pengantar .. i Daftar Isi ... ii A. Pengkajian ...... 1 B. Analisis Data .. C. Diagnosis Keperawatan .... Daftar pustaka . 5 7

D. Intervensi Keperawatan 8 16

ii

Kasus Seorang laki-laki berusia 51 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan nyeri dada hebat di sebelah kiri yang menjalar hingga ke lengan sebelah kiri. Klien mengatakan nyeri terjadi saat ia sedang beraktifitas di kantor. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 180/100 mmHg, RR 26 x/mnt, Nadi 120x/menit. Hasil EKG menunjukkan adanya ST elevasi di lead II, III, aVF, V5, dan V6 A. Pengkajian Umum No. Medical record Tanggal MRS Tanggal pengkajian Nama Jenis Kelamin Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Penanggung biaya Diagnosa Medis Keadaan umum klien : : 10 october 2013 pukul 13.00 WIB : 10 october 2013 pukul 14.00 WIB : Irwansyah : Laki laki : 51 tahun : Islam : S1 : Pegawai swasta : Komp. Mitra lestari pontianak : Diri sendiri : Infark miokard : Klien tampak pucat, berkeringat dingin, meringis, lemah.

1. Riwayat sakit dan kesehatan a. Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada bagian dada dan lengan kirinya pusing serta kesulitan untuk bernapas ketika sedang bekerja dikantor Dengan P = saat beraktivitas Q = rasa berat seperti ditekan atau rasa panas seperti terbakar

R = disebelah kiri yang menjalar hingga ke lengan kiri S=8 T = 10-30 menit b. Riwayat penyakit saat ini : pasien mengatakan dia mengalami pusing, nyeri hebat di dada dan sering menjalar lengan kirinya serta perasaan sulit bernapas. Nyeri yang dialaminya serasa ditekan dan muncul biasanya 10-30 menit kadang disertai dengan berkeringat dingin. c. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan mengidap penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu d. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan bahwa ibunya mengidap hipertensi e. Riwayat hospitalisasi : klien mengatakan dia belum pernah dirawat dirumah sakit f. Riwayat psikologis : klien mengatakan dia sangat cemas dan takut karena hospitalisasi serta akan perubahan kesehatannya dan sulit untuk mengambil keputusan g. Riwayat Pekerjaan : klien mengatakan dikantornya AC selalu hidup selama jam kerja, dan ruangan tertutup sehingga ruangan terasa sangat dingin h. Riwayat kebiasaan : klien mengatakan bahwa ia merokok sejak SMA dan biasanya 2-5 batang rokok perhari. Klien mengatakan tidak meminum alkohol. Tetapi klien mengatakan sering konsumsi makanan berlemak, junkfood, fastfood dan garam serta klien mengakui ia jarang berolahraga. 2. Riwayat Aktivitas sehari hari a. Pola tidur dan istirahat : Sebelum sakit : pasien tidak mengeluh selama istirahat ataupun tidur. Saat sakit : pasien mengatakan terkadang sulit tidur terutama pada malam hari, karena tiba tiba mengalami nyeri dan kesulitan bernapas. b. Pola eliminasi : Sebelum MRS : BAB : 2 Hari sekali BAK : 5 kali sehari

Saat MRS : BAB : 2 hari sekali BAK : 6 kali sehari dengan konsistensi lembek, berbau khas, warna kunign kecoklatan

c. Pola makan dan minum Sebelum MRS : pasien mengatakan dia hanya makan ketika jam makan siang dikantor pukul 12.30 dan makan setelah pulang kantor pada pukul 19.00. Hanya saja pasien sering mengeluh ketika makan siang pukul 12.30 dia harus kembali kerja pada pukul 13.00. Dan ketika itu pasien sering mengalami nyeri dada dan sulit bernapas saat kembali bekerja Saat MRS : pasien diberi makan tiga kali sehari dan sering menyisakan makanannya. d. Kebersihan / personal hygine Klien kesulitan untuk melakukan pembersihan badan, gigi, mulut dan kuku secara mandiri 3. Review Of System (ROS) Keadaan umum : klien tampak meringis menahan kesakitan karena nyeri hebat di dadanya, klien terlihat lunglai karena pusing, klien merasakan kesulitan bernapas dan berkeringat dingin sehingga klien tampak lemas. TTV : Suhu : 37,5C TD N RR GDS : 180/100 mmHg : 120 x/menit : 26kali/menit : 175 mg/dl

Sebelum sakit BB pasien 78kg, setelah sakit BB pasien 72kg Tinggi Badan = 165 cm Pasien terpasang infus 500 ml dengan 15 tetes/menit. a. Sistem Pernapasan Inspeksi : frekuensi pernapasan melebihi normal 26kali/menit, terlihat sesak, dispnea (+) Perkusi : terdengar suara napas yang resonan Palpasi : gerakan thorax tidak simetris Auskultasi : resonan b. Sistem Kardiovaskular Klien memiliki riwyat hipertensi Inspeksi : klien tampak gelisah karena nyeri di dada Perkusi : tidak ada pergeseran batas jantung

Palpasi : denyut arteri karotis klien dalam rentang normal Auskultasi : Selama serangan angina, penurunan komplians ventrikel menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri dengan S4 yang dapat terdengar. c. Sistem persyarafan Kesadaran klien CM, klien kehilangan kekuatan untuk menggenggam

terutama tangan kirinya, orientasinya masih baik. Dengan GCS : E:4 M:5 V:5 d. Sistem Perkemihan Klien BAK lebih dari 5 kali sehari. Klien tidak terpasang kateter, dan menggunakan urinal saat BAK. e. Sistem Pencernaan Klien mengatakan ia sering konsumsi makanan berlemak dan garam. Klien juga mengalami penurunan berat badan 78kg menjadi 72kg karna klien mengatakan selama ia mengalami nyeri di dadanya, ia juga merasakan mual dan ingin muntah. f. Sistem Muskuloskeletal Aktivitas : klien mengalami kelelahan, kelemahan, sulit untuk bergerak statis dan jadwal olahraga tidak teratur g. Sistem Integumen Pasien mandi 2x sehari, kulit klien tampak pucat.

4. Data Laboratorium Hasil EKG : Segmen ST (elevasi) di lead II, III, aVF, V5, dan V6 Enzim Creatinin fosfakinase (CPK) dan CKMB : meningkat dalam 6 10 jam setelah nyeri dada (normal : < 10 U/L) Kadar SGOT : meningkat dalam 12 48 jam sesudah serangan LED meningkat Leukositosis ringan Troponin T (cTnT) : meningkat (normal : < 0,03) Troponin I (cTnI) : meningkat

B. Analisis Data No 1 DS: Klien mengeluh nyeri dada saat beraktivitas dan tidak hilang saat beristirahat, sesak napas, sering merasa lemah DO: Klien tampak meringis, merintih dan gelisah TD : 180/100 mmHg RR : 26 x/menit N : 120 x/menit Hasil pemeriksaan EKG : ST elevasi di lead II, III, aVF, V5, dan V6 Data Etiologi ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke miokardium Masalah Nyeri dada

DS: Klien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri dan menjalar ke lengan kiri klien merasakan kesulitan bernapas dan berkeringat dingin sehingga klien tampak lemas Klien mengatakan nyeri terjadi saat ia sedang beraktifitas di kantor Klien mengeluh sesak DO: Klien tampak sesak. klien terlihat lunglai karena pusing, TD : 180/100 mmHg RR : 26 x/menit N : 120 x/menit

Tidak perfusi

efektifnya Penurunan curah jaringan jantung

kardiopulmoner.

Hasil pemeriksaan EKG : ST elevasi di lead II, III, aVF, V5, dan V6

DS: Klien mengeluh sesak dan susah untuk bernapas saat nyeri datang DO: Klien tampak sesak, lemas, berkeringat dingin, wajah klien tampak pucat RR : 26 x/menit

Pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder

Pola napas tidak efektif

DS: Klien mengeluh susah untuk bangun dari tempat tidur saat nyeri datang, butuh bantuan saat ingin ke kamar mandi DO: Klien tampak sesak, lemah dan lelah Klien dibantu oleh istrinya saat ke kamar mandi TD : 180/100 mmHg RR : 26 x/menit N : 120 x/menit

Penurunan perfusi perifer sekunder dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan

Intoleransi aktivitas

DS: Klien mengeluh susah tidur dimalam hari dan sering terbangun pada malam hari DO: Klien tampak mengantuk, mata merah dan sayu, gelisah, lelah dan sering menguap

Nyeri dada

Perubahan pola tidur

DS:

Rasa takut akan

Cemas

Klien merasa gelisah akan prognosis penyakitnya, takut akan kematian, susah tidur jika memikirkan penyakitnya DO: Klien tampak gelisah, kadang terlihat emosional 7 DS: Klien merasa gelisah akan prognosis penyakitnya, cemas akan keluarga dan pekerjaan yang ditinggalkannya, klien mengatakan bahwa dia tidak percaya bahwa dirinya sakit DO: Klien harus dibujuk saat akan dilakukan pemeriksaan diagnostik dan minum obat, klien menunjukan tanda-tanda denial

kematian, ancaman atau perubahan status kesehatan

Gambaran yang salah mengenai penyakitnya dan perubahan peran.

Koping tidak efektif

C. Diagnosis Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke miokardium 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan tidak efektifnya perfusi jaringan kardiopulmoner. 3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan 5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri dada dan sesak napas 6. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan status kesehatan 7. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan gambaran yang salah dan perubahan peran.

8. Risiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik b.d tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai

D. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke miokardium Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 1x24 jam Kriteria Hasil : klien mengatakan nyeri berkurang, TTV dalam batas normal, wajah klien tampak rileks Intervensi : Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri yang muncul dengan segera Rasional : nyeri berat yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak Lakukan manajemen nyeri keperawatan seperti pemberian posisi, oksigen, relaksasi dan distraksi serta manajemen lingkungan klien. Rasional : mengurangi intensitas nyeri klien dan ketidaknyamanan klien Kolaborasi pemberian terapi farmakologi antiangina : a. antiangina (nitrogliserin) R/ nitrat berguna untuk kontrol nyeri dgn efek vasodilatasi koroner b. analgesik (morfin 2-5 mg intravena) R/ menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja miokardium c. penyekat beta (atenolol, tonormin, visken) R/ sebagai pengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis, menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen sehingga meredakan rasa nyeri angina d. penyekat saluran kalsium (verafamil, diltiazem) R/ obat ini efektif dalam mengendalikan angina variant dengan merelaksasikan arteri koroner dan dalam meredakan angina klasik dengan mengurangi kebutuhan oksigen Kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologik antikoagulan Rasional : antikoagulan diberikan untuk menghambat pembentukan bekuan darah

Kolaborasi dalam pemberian terapi nonfarmakologis PTCA (Angioplasti koroner transluminal perkutan) dan CABG Rasional : dilakukan apabila tindakan farmakologis tidak menunjukan perbaikan atau penurunan nyeri

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan tidak efektifnya perfusi jaringan kardiopulmoner. Tujuan : tidak terjadinya penurunan curah jantung dalam 2x24 jam Kriteria Hasil : stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah dalam batas normal, curah jantung kembali meningkat, intake dan output yang sesuai, tidak menunjukan tandatanda disritmia) Intervensi : Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau beridir bila memungkinkan Rasional : hipotensi dapat terjadi pada disfungsi ventrikel. Hipertensi juga berhubungan dgn nyeri cemas pengeluaran katekolamin Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi Rasional : penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi Catat terjadinya S3 dan S4 Rasional : S3 b.d adanya gagal jantung kongestif atau gagal mitral yang disertai infark miokard. S4 b.d iskemia, kekakuan ventrikel atau hipertensi pulmonal Catat Murmur Rasional : menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung (kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar) Pantau frekuensi dan irama jantung Rasional : perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi distrimia Berikan makanan kecil / mudah dikunyah, batasi asupan kafein Rasional : Makanan besar dpt meningkatkan kerja miokardium, kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung Kolaborasi : a. Pertahankan cara masuk heparin (VI) sesuai indikasi Rasional : jalur yg paten untuk pemberian obat darurat b. Pantau data laboratorium enzim jantung, GDA, dan elektrolit

Rasional : enzim memantau perluasan infark, elektrolit berpengaruh terhadap irama jantung 3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut Tujuan : pola napas kembali normal dalam 3x24 jam Kriteria Hasil : klien tidak sesak, RR dalam batas normal Intervensi : Auskultasi adanya napas tambahan Rasional : indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung Kaji adanya edema Rasional : curigai gagal jantung kongestif/kelebihan volume cairan Ukur intake dan output Rasional : penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan keluaran urin Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung. Kolaborasi dalam pemberian diet tanpa garam, diuretik, pemeriksaan elektrolit kalium

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan Tujuan : peningkatan aktivitas klien dalam waktu 3x24 jam Kriteria Hasil : klien bisa beraktivitas secara mandiri atau menggunakan alat bantu minimal Intervensi : Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas Rasional : respon klien trhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardium Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggan yang tidak berat Rasional : menurunkan kerja miokardium/konsumsi oksigen

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh: bangun dari kursi, ambulasi. Rasional : aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan

Rujuk ke program rehabilitasi jantung Rasional : meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan karena iskemia.

Dukung penggunaan alat-alat yang dapat mengadaptasikan klien, tongkat, alat bantu jalan, dan tas panjang untuk kateter. Rasional : meningkatkan kemandirian untuk membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.

5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri dada dan sesak napas Tujuan : memenuhi jumlah kebutuhan tidur klien Kriteria Hasil : klien mengatakan bisa tidur malam hari tanpa terjaga, Intervensi : Kaji pola tidur klien Rasional : untuk mengetahui bagaimana pola tidur klien Modifikasi suasana lingkungan Rasional : lingkungan yang tenang dapat membantu klien untuk beristirahat Ajarkan klien relaksasi dan distraksi sebelum tidur Rasional : Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri yang menghambat tidur klien. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan sedatif jika dibutuhkan Rasional : membantu mengurangi nyeri 6. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan status kesehatan Tujuan : kecemasan klien berkurang dalam waktu 1x24 jam Kriteria Hasil : klien menyatakan kecemasan berkurang, kooperatif terhadap tindakan keperawatan Intervensi : Berikan penjelasan yang adekuat tentang proses keperawatan yang akan dilakukan kepada klien Rasional : mengurangi resiko salah paham dan rasa takut

Berikan penjelasan yang adekuat terhadap pertanyaan-pertanyaan klien mengenai penyakitnya Rasional : meningkatkan pemahaman klien terhadap penyakit

Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut Rasional : membantu melegakan perasaan klien

Hindari konfrontasi Rasional : konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan

Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat Rasional : memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, perilaku adaptasi dan mengurangi cemas.

Kolaborasi dalam pemberian anticemas jika diperlukan Rasional : meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan

7. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan gambaran yang salah dan perubahan peran. Tujuan : klien dapat mengembangkan koping yang positif dalam 1x24 jam Kriteria Hasil : klien kooperatif dalam setiap intervensi keperawatan Intervensi : Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi dari kehilangan Rasional : mengetahui seberapa besar arti kekurangan bagi klien dan menerimanya Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan, termasuk permusuhan dan kemarahan. Rasional : membantu klien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut Anjurkan orang terdekat klien untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal yang disukainya dengan batas tertentu Rasional : menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi. 8. Risiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik b.d tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai Tujuan : dlm wktu 1 x 24jam klien mengenal faktor-faktor yang menyebabkan peningkatkan kekambuhan

Kriteria hasil : klien menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melalukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup yang efektif, klien mampu mengulang faktor-faktor risiko kekambuhan Intervensi : 1) Indentifikasi faktor yang mendukung pelaksanaan terapeutik Rasional : apakah keluarga (istri,anak) ataupun sahabat yg mampu mendapat penjelasan dan menjadi pengawas klien dalam menjalankan pola hidup yang efektif selama klien dirumah dan memiliki waktu yang optimal dalam menjaga klien 2) Berikan penjelasan penatalaksanaan terapeutik lanjutan Rasional : setelah mengalami serangan akut, perawat perlu menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dgn tujuan dapat : membatasi ukuran infark, menurunkan nyeri dan kecemasana, mencegah aritmia dan komplikasi 3) Beri penjelasan mengenai : a. Pemakaian obat nitrogliserin Rasional : minum obat nitrogliserin 0,4 0,6mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan aktivitas dengan tujuan untuk megantisipasi serangan angina. Klien dianjurkan u/membawa obat tersebut setiap keluar rumah walaupun klien tidak merasakan gejala dari angina b. Perubahan pola aktivitas Rasional : aktivitas yang berlebihan dapat menjadi presipitasi serangan angina kembali. Klien dianjurkan u/mengurangi kualitas dan kuantitas kegiatan fisik dari yang biasa klien lakukan sebelum keluhan angina c. Pendidikan kesehatan diet Rasional : konsumsi banyak makanan yang terbuat dari tepung merupakan salah satu faktor presipitasi serangan angina. Aktivitas yang dilakukan setelah makan yang cukup banyak dapat meningkatkan resiko angina. Klien dianjurkan agar beraktivitas setelah paling kurang satu jam setelah makan. Pemberian makanan sedikit tapi sering akan mempermudah saluran pencernaan dalam mencerna makanan. Sangat dianjurkan pada klien setelah mengalami serangan angina d. Hindari merokok Rasional : merokok akan meningkatkan adhesi trombosit, merangsang pembentukan trombus pada arteri koromer. Hemoglobin lebih mudah

berikatan dengan karbonmonoksida dibandingkan dgn oksigen sehingga akan menurunkan asupan oksigen secara umum. Nikotin dan tar mempunyai respson trhadap sekresi hormon vasokontriktor sehingga akan meningkatkan beban kerja jantung e. Hindari dingin Rasional : klien dianjurkan untuk menghindari terpaan angin dan suhu yang sangat dingin dengan tujuan agar serangan angina dapat dihindari. Penutupan hidung dan mulut saat membuka pintu agar mengurangi terpaan angin yang masuk ke saluran pernafasan. Hal ini dapat mengontrol suhu yang baik bagi klien f. Manuver dinamik Rasional : klien dianjurkan untuk manuver dinamik. seperti berjongkok, mengejang, dan terlalu lama menahan nafas yang merupakan faktor presipitasi timbulnya angina. Dalam emlakukan defekasi, klien dianjurkan pemberian laksatif agar dapat mempermudah pola defekasi klien g. Pembatasan asupan garam Rasional : konsumsi garam yang tinggi akan meningkatkan dan memperberat serangan angina karena akan meningkatkan tekanan darah. Pemberian obat diuretik dilakukan untuk mempercepat penurunan garam dalam sirkulasi h. Stress emosional i. Rasional : Serangan angina lebih sering terjadi pada klien yang mengalami kecemasan, ketengangan serta eforia atau kegembiraan yang berlebihan. Pemberiab obat sedatif ringan seperti diazepin dapat mengurangi respon lingkungan yang memberi dampak stres esmosional. Klien dianjurkan untuk melakukan curah pendapat dengan perawat yang bertujuan untuk mengurangi ketengangan dan kecemasan j. Beri dukungan secara psikologis dapat membantu meningkatan motivasi klien dalam mematuhi apa yang telah diberikan penjelasan.

DAFTAR PUSTAKA Mutaqqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba.

You might also like