You are on page 1of 9

1.

Pendahuluan

Kedaulatan = Kekuasaan, Otoritas, Wilayah dimana kekuasaan diterapkan. Kedaulatan Allah berarti kekuasaan Allah, otoritas Allah, wilayah di mana kekuasaan Allah diterapkan. Kita akan belajar dalam bab ini tentang seberapa besar kekuasaan Allah yang telah Dia nyatakan. Kita juga akan melihat sampai di mana saja kekuasaan Allah diterapkan. Kemudian setelah kita menyadari kedaulatan Allah, bagaimana hal itu bisa mempengaruhi hidup kita, iman kita dan perilaku kita sehari-hari. Di dalam Alkitab kita bisa melihat dan menyelidiki banyak contoh tentang kedaulatan Allah. Jadi Allah sedang bekerja dan merampungkan pekerjaan Dia di dunia ini. Namun kalau memikirkan dan mengamati dunia sekarang ini, apa yang terlintas? Mungkin uang, keinginan mata, daging, keangkuhan hidup, bangsa-bangsa, kesuksesan, kebudayaan dan lain-lain. Menurut 1 Yoh 2:15-16,17 dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya. Sumber daya makin hilang, ketertiban makin sulit, bencana alam semakin banyak, sistem dunia semakin kacau, tidak terkendali. Hal yang kita pikir bisa dikendalikan ternyata tidak terkendali. Seolah-olah Allah berdiam diri. Banyak orang menjadi atheis. Banyak di antara mahasiswa menyebut diri pemikir hebat, tetapi tidak mempercayai Allah. TUHAN semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? Tangan-Nya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?[1] Rancangan Allah akan terjadi, tidak ada yang bisa menggagalkannya. Hal ini sebagai nubuatan pada masa itu dan berlaku secara universal. Berdaulat berarti apa yang sudah dirancang tidak akan gagal. Allah aktif dan atas inisiatifNya Dia berinteraksi dengan manusia yang dikenanNya, Dia menyatakan rancangan dan janji-janjiNya kepada mereka. Segala sesuatu sedang dalam proses penggenapan rencana Allah. Allah memelihara dan aktif berperan sebagai raja di sepanjang sejarah umat manusia. Jadi, kita bisa melihat dengan cara yang berbeda tentang apa yang sedang terjadi di dunia ini. Melihat secara rohani, bukan yang kasat mata. Karena Allah yang berdaulat itu sedang menyelesaikan rencanaNya.

1.2

Kedaulatan Allah di dalam sejarah

Juga kata mereka: Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.[2] Kita akan mengamati kisah menara Babel. Orang-orang sedang merencanakan sesuatu yang melawan Allah. Maka Allah mengintervensi dan menyerakkan mereka. Bagaimana membangun menara Babel adalah suatu tindakan yang melawan Allah? Gambar 1-1 Menara Babel Tujuan manusia membangun menara Babel adalah untuk mencari nama dan agar mereka tidak terserak ke seluruh bumi. Sedangkan rencana Allah sejak semula adalah agar mereka

memenuhi bumi[3] dan agar nama Allah saja yang harus dimuliakan[4]. Maka tujuan manusia membangun menara Babel tersebut bertentangan dengan rencana Allah untuk manusia. Kemudian Allah berdaulat dan mengacaukan bahasa mereka. Allah berdaulat dalam sejarah terbentuknya bangsa-bangsa. Semula sekelompok orang berbicara dengan satu bahasa saja, tetapi kemudian Allah menciptakan bahasa yang berbeda-beda dan munculah bangsabangsa. Apa tujuan Allah membentuk bangsa-bangsa? Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing-[5] Menurut ayat ini Allah ingin supaya manusia mencari Dia dan menemukan Dia. Di dalam keterbatasan, manusia cenderung tidak mengandalkan diri sendiri, tetapi mencari Allah.

1.3 Kedaulatan Allah atas raja-raja yang berkuasa


1.3.1 Pembangunan Bait Allah

Para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta, raja-raja negeri Persia.[6] Di dalam Ezra 6:1-18 diceritakan mengenai para pemimpin agama Yahudi yang meneruskan pekerjaan mereka membangun Bait Allah. Mereka menyelesaikannya seperti yang diperintahkan Allah Israel dan oleh Koresh, Darius dan Artahsasta, raja-raja Persia. Bahkan para pemimpin umat manusia yang paling berkuasa pun dalam kendali Allah. Ezra dengan tegas menyatakan bahwa pembangunan Bait Allah pertama-tama diperintahkan oleh Allah Israel dan kemudian oleh raja-raja yang menjadi alatNya. Kehendak Allah mengatasi seluruh penguasa, semua kejadian dalam sejarah dan segala kekuatan penentang. Dia dapat mengeluarkan kita dengan cara yang tidak kita bayangkan. Jika kita mempercayai kuasaNya dan kasihNya, tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan kita.

Pertanyaan untuk direnungkan 1. Menurut Ezra 6:1-18, dalam hal apa saja Allah berdaulat? 2. Apa yang diperintahkan Allah berkaitan dengan kedaulatanNya (ayat 14)?

1.3.2

Mengangkat raja yang dikehedaki

Ya tuanku raja! Allah, Yang Mahatinggi, telah memberikan kekuasaan sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan keluhuran kepada Nebukadnezar, ayah tuanku. Dan oleh karena kebesaran yang telah diberikan-Nya kepadanya itu, maka takut dan gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa; dibunuhnya siapa yang dikehendakinya

dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendakinya, ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan direndahkannya siapa yang dikehendakinya. Tetapi ketika ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya diambil dari padanya. Ia dihalau dari antara manusia dan hatinya menjadi sama seperti hati binatang, dan tempat tinggalnya ada di antara keledai hutan; kepadanya diberikan makanan rumput seperti kepada lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai ia mengakui, bahwa Allah, Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia dan mengangkat siapa yang dikehendaki-Nya untuk kedudukan itu[7].

Dalam Kitab Daniel 5:18-21, Allah menyatakan bahwa Dia berdaulat untuk mengangkat raja dan menurunkan raja. Dia merendahkan raja Nebukadnesar yang sombong sampai dia mengakui Allah yang berkuasa. Allah juga berkuasa mengembalikan kedudukan Nebukadnesar lagi, setelah dia merendahkan dirinya.

1.3.3 Allah

Menghukum raja yang tidak menghormati

Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: Ini suara allah dan bukan suara manusia! Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing. Maka firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang.[8]

Raja Herodes, dalam Kisah para rasul 12:21-24 tidak memberi hormat kepada Allah. Dia dililit kesombongan. Dan Tuhan menghukum dia sehingga mati seketika karena ditampar oleh malaikat.

1.3.4

Penerapan

Sikap menjadi pemimpin

Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.

Lalu aku melihat seorang malaikat berdiri di dalam matahari dan ia berseru dengan suara nyaring kepada semua burung yang terbang di tengah langit, katanya: Marilah ke sini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar, supaya kamu makan daging semua raja dan daging semua panglima dan daging semua pahlawan dan daging semua kuda dan daging semua penunggangnya dan daging semua orang, baik yang merdeka maupun hamba, baik yang kecil maupun yang besar.[9]

Dalam kitab Wahyu 19:14-18 kita bisa mengamati bahwa sampai akhir jaman pun, Allah tetap berdaulat atas raja atau penguasa di dunia ini. Dan Allah akan membersihkan orang-orang yang melawan Dia. Karena Dia lah Raja segala raja dan Tuan segala tuan.

Pertanyaan perenungan:

Jika anda dipercaya menjadi pemimpin atau raja, bagaimana seharusnya sikap anda terhadap Allah?

Sikap menjadi orang yang dipimpin

Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayanpelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.[10]

Dari pengamatan dalam kitab Roma 13:1-7, kita melihat bahwa tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah. Dengan demikian, sebagai seorang warga yang dipimpin, bagaimana seharusnya sikap kita? Kita harus menghormati otoritas yang ada di atas kita. Karena mereka juga dipakai Tuhan untuk menegur kita kalau kita bersalah. Jadi kita harus juga taat kepada pemerintah yang ada di negara kita. Pertanyaan perenungan:

Sebagai mahasiswa, jenis otoritas apa saja yang ada dalam konteks anda? Kemudian apa peran anda sebagai orang yang ada di bawah otoritas tersebut?

1.4 Kedaulatan Allah atas pengetahuan atau pengertian manusia


Tokoh Ayub di dalam Alkitab adalah tokoh yang sangat kental dengan penderitaan. Dia adalah orang yang sangat saleh, tetapi dia mengalami penderitaan yang luar biasa berat. Ayub mempertanyakan hal ini dihadapan Allah. Dalam proses pergumulan menantikan jawaban Allah, Elihu, teman Ayub mengingatkan sebagai berikut:

Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia? Siapakah akan menentukan jalan bagi-Nya, dan siapa berani berkata: Engkau telah berbuat curang?[11]

Dalam hal ini, Allah tidak dapat dipertanyakan hikmat-Nya. Dia adalah Sang Guru yang hikmatnya tidak terselami. Bagian manusia adalah menjunjung tinggi dan menyanyikan perbuatan-perbuatan-Nya. Ingatlah, bahwa engkau harus menjunjung tinggi perbuatan-Nya, yang selalu dinyanyikan oleh manusia. Semua orang melihatnya, manusia memandangnya dari jauh.[12]

Kalau Allah sepertinya diam dan tidak peduli terhadap penderitaan kita, maka kita bisa belajar dari Ayub. Akhirnya Allah berbicara kepada Ayub melalui keajaiban ciptaan-ciptaanNya. Dengan memperhatikannya, maka Ayub menyesal telah mempertanyakan hikmat Allah.

Maka jawab Ayub kepada TUHAN: Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.[13]

Pertanyaan perenungan:

Jika anda mengalami penderitaan dan mempertanyakan di mana Allah dalam situasi anda, bagaimana pelajaran dari Ayub ini bisa menolong anda?

1.5 Belajar melihat dan mengakui kedaulatan Allah


1.5.1 Belajar dari Ayub

Allah bisa berbicara kepada manusia melalui berbagai macam cara.[14] Allah bisa berbicara melalui guruh, kilat petir, guntur, hujan lebat, taufan, hawa dingin maupun lautan yang membeku dan juga ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain. Menurut Ayub 38:1-41, Allah menjawab Ayub dari dalam badai. Yang mengherankan Allah tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Ayub. Pertanyaan Ayub bukanlah isu yang utama. Namun Allah menunjukkan kepada Ayub bagaimana Ayub telah mengabaikan kedaulatan Allah atas alam semesta, dan akhirnya membuat Ayub lupa pada sifat-sifat moral Allah. Tidak ada standard atau kriteria yang lebih tinggi dari pada Allah sendiri. Bagian kita hanyalah tunduk kepada otoritasnya dan tinggal dalam pemeliharaan-Nya. Dengan meluangkan waktu untuk mengamati dan mengagumi keagungan ciptaan Tuhan, kita bisa mengingat juga tentang kekuatan kuasa-Nya dalam setiap aspek hidup kita. Sebagai hasil dalam pergumulannya dengan Allah, maka Ayub semakin menikmati Allah dalam hidupnya. Dia telah menemukan Allah sendiri. Tidak dari kata orang, tetapi mengalami sendiri kuasa dan kedaulatan Allah. Ketekunan Ayub telah memberikan kebahagian. Ini adalah kesaksian dari Yakobus yang menuliskan : Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.[15] Mengakui kedaulatan Tuhan, akan menghasilkan ketekunan. Dan ketekunan akan membawa kepada kebahagiaan.

1.5.2 50 )

Belajar dari kehidupan Yusuf ( Kejadian 37

Dalam Kitab Kejadian 37-50 kita bisa belajar mengenai kisah Yusuf dan mengamati kedaulatan Allah dalam hidupnya. Kita bisa melihat bahwa kedaulatan Allah dibarengi juga dengan kasih karunia-Nya. Kasih karunia adalah pemberian dari Allah yang membuat kita menerima sesuatu yang tidak layak kita terima. Dalam hal apa saja Allah berdaulat dalam kehidupan Yusuf? 1. Dalam Hal Kelahiran & Hubungan dalam keluarganya Israel lebih mengasihi Yusuf

dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia[16] Dalam proses penderitaan, tempat tinggal, pekerjaannya Dalam setiap peristiwa / kejadian dalam hidupnya Memberi Mimpi kepada seorang penguasa dan bagaimana Yusuf dimuliakan Dalam Memilih Cara Memenuhi RencanaNya Kedaulatan Allah dan Kasih KaruniaNya sedang bekerja dalam Kehidupan Yusuf . Yusuf mengakui kedaulatan Allah atas pekerjaannya, atas alam semesta dan juga mengakui kasih karunia-Nya atas Yusuf. Jika kita mengakui ALLAH berdaulat atas kehidupan kita, dan Kasih KaruniaNya sedang bekerja maka :

1. 2. 3. 4.

1. Kita mempercayai campur tangan dan rencananNya, dihindarkan dari kepahitan, amarah, dendam, iri hati, dsb: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah[17] 1. Kita bisa bersyukur atas segala hal & segala seuatu Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu[18] 1. Apakah Allah Berdaulat atas Hidupku ? Apakah aku mempercayai Kasih Karunia Allah sedang bekerja dalam hidupku? Kelahiran (orang tua, suku, asal daerah, warna kulit, penampilan fisik, dsb) Pekerjaan Pelayanan Pasangan Hidup Masa lalu Masa depan

1.5.3

Belajar dari Musa

Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami[19] May the beauty (KJV), favor=grace (NIV) of the Lord our God rest upon us.[20] Petikan di atas adalah doa Musa ketika dia memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Mereka telah mengalami amarah Allah selama perjalanan di padang gurun tersebut, sehingga Musa berdoa: Teach us to number our days aright, that we may gain a heart of wisdom. Gambar 1-2 Musa mempercayai kedaulatan Allah

Musa tidak hanya seorang pemimpin, tetapi juga seorang yang punya iman besar. Ibrani 11:2431 mencatat bagaimana kemurahan Allah tinggal dalam dirinya. Dia melihat yang tidak terlihat, mempercayai sesuatu yang luar biasa, dan mengharapkan sesuatu yang mustahil. Stefanus berbicara banyak dalam Kitab Kisah Para Rasul 7 untuk

mengatakan kepada kita keindahan hidup Musa dan menyatakan dalam dan dialah yang menerima firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu.[21] Tugas Musa sangat berat dan konsekuensinya dia harus senantiasa dalam hadirat Allah. Sehingga dikatakan, Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya;[22] Di tengah pemberontakan, ketidakpercayaan, kerusuhan dan tulah, Musa berhasrat untuk mencari kemuliaan Allah. Ketika turun dari gunung Sinai, mukanya bercayaha dan mencerminkan kemuliaan Allah. Hari ini kita juga sedang memenuhi tujuan Allah untuk bangsa-bangsa. Kita juga mencerminkan kemuliaan dan keagungan Allah untuk mereka yang akan diselamatkan.[23] . Tetapi apakah kita mencari Allah ketika sedang memenuhi tujuan-Nya? Apakah kemuliaan-Nya memenuhi kita? Apakah jawaban-jawaban kita menyatakan pernyataan dan hikmat Allah? (Rigdway, 2003)

1.5.4 Belajar dari kebutuhan sekarang

Alkitab

untuk

menjawab

Alkitab menyediakan semua jawaban yang diperlukan di dalam kehidupan ini. Berikut ini adalah contohnya: Bagaimana menjawab pertanyaan tentang penderitaan? Ayub Bagaimana tentang krisis sekarang ini (peperangan, teror)? Yoel Isu-isu terorisme Nahum Tinggal dalam situasi politik yang korup, sistem agama yang rusak Mikha Orang yang puas dengan agamanya sendiri Zefanya Bangsa yang hartanya dirampas oleh bangsa lain Zakharia Dll., seperti terlihat pada gambar di bawah. (Rigdway, 2003)

Gambar 1-3 Alkitab menjawab kebutuhan sekarang

1.6

Ringkasan dan Penutup

Kita telah mengamati bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu. Banyak contoh di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa sangat penting mengakui kedaulatan Allah dalam kehidupan kita. Kita akan menikmati kuasa-Nya yang bersar disertai dengan kesetiaan dan kasih karuniaNya yang besar. Agar bisa menikmati kuasa-Nya dan kasih setia-Nya kita harus belajar mengakui kedaulatan Allah dalam hidup kita. Mengamati dan mengagumi alam ciptaan-Nya, meneliti Firman-Nya

serta menyukuri hal-hal yang sudah diberikan kepada kita adalah langkah awal yang baik untuk menikmati kedaulatan Allah dan kuasa-Nya. Jika kita bertumbuh terus dalam pengenalan akan Allah, maka kita akan berbahagia, dan bisa menikmati berkat-berkat Allah yang besar. Terlebih lagi kita akan menjadi berkat bagi orangorang lain.

[1] Yesaya 14:24, 27 [2] Kejadian 11:4 [3] Lihat Kejadian 1:28 [4] Wahyu 4:11 [5] Kisah para rasul 17:26-27 [6] Ezra 6:14 [7] Daniel 5:18-21 [8] Kisah para rasul 12:21-24 [9] Wahyu 19:14-18 [10] Roma 13:1-7 [11] Ayub 36:22-23 [12] Ayub 36:24-25 [13] Ayub 42:3-6 [14] Lihat Ayub 37:1-24 [15] Yakobus 5:11 [16] Kejadian 37:3 [17] Roma 8:28 [18] 1 Tesalonika 5:18 [19] Mazmur 90:17 [20] Lihat Mazmur 90:17 versi King James dan New International version [21] Lihat Kisah para rasul 7:38 [22] Keluaran 33:11 [23] Lihat 2 Korintus 2:14-17

You might also like