You are on page 1of 9

3) ORGAN-ORGAN PENCERNAAN PADA MANUSIA

Organisasi Sistem Digestoria ( organ-organ pencernaan) Tersusun atas 2 komponen utama Traktus digestoria / saluran pencernaan Cavitas oris Oesophagus Ventriculus Intestinum tenue Intestinum crassum Anus Glandula digesti asesorius Gigi Lidah Glandula salivarius Hepar & Gallbladder Pancreas
Alurnya sebagi berikut : mulut, faring, esopagus, ventriculum, duodenum, jejenum, ileum, caecum, colon ascendens, colon transversum, colom descendens, colon sigmoid, rectum, anus. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno

4) MEKANISME LAPAR dan KENYANG


Kontrol dari keseimbangan energi dan asupan makanan adalah fungsi utama darihipotalamus. Secara klasik, hipotalamus dianggap memiliki sepasang pusat nafsu makan yang terletak di bagian lateral (luar) hipotalamus, satu di setiap sisi, dan satu pasang pusat kenyang yang terletak di daerah ventromedial (bawah-tengah). Arcuate nucleus adalah kumpulan neuron yang berbentuk seperti busur yang terletak berbatasan dengan dasar dari ventrikel ketiga.Arcuate nucleus dari hipotalamus memegang peranan utama baik dalam long term control dari keseimbangan energi dan berat tubuh dan juga dalam short term control dari asupan makanan. Begitu terintegrasinya dan banyaknya jalur yang melewati arcuate nucleus mengindikasikan bahwa begitu kompleksnya sistem yang terlibat dalam nafsu makan dan rasa kenyang. Sinyal dari nafsu makan akan membangkitkan sensasi dari rasa lapar yang menyebabkan kita makan. Sebaliknya rasa kenyang akan menyebabkan kita berhenti makan. REFLEKS SALIVA Refleks terkondisi: membayangkan, melihat, mencium makanan korteks serebri Pusat salivasi medula neuron parasimpatik kel. Saliva sekresi saliva Refleks tak terkondisi : makanan dalam mulut, rangsangan lain reseptor mulut dan lidah Pusat saliva medula dan seterusnya idem

Mekanisme menelan Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring pada hampir setiap saat melakukan fungsi lain di samping menelan dan hanya diubah dalam beberapa detik ke dalam traktus digestivus untuk mendorong makanan. Yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu akibat menelan. Menelanmerupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi, mulai dari pergerakan volunteerlidah dan dilanjutkan serangkaian refleks dalam faring dan esophagus. Bagian aferen lengkung refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX dan X. Pusat menelan (deglutisi) ada di medulla oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf cranial V,X dan XII menuju ke otot-otot lidah, faring, laring dan esophagus. Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi : 1. Tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan 2. Tahap faringeal, yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam esofagus 3. Tahap esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung. Seluruh tahap faringeal dari penelanan terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik, dengan demikian mengganggu respirasi hanya sekejap saja dalam siklus respirasi yang biasa. Pusat menelan secara khusus menghambat pusat respirasi medula selama waktu ini, menghentikan pernapasan pada titik tertentu dalam siklusnya untuk memungkinkan berlangsungnya penelanan. Proses berbicara tidak hanya melibatkansystem pernapasan saja tetapi juga (1) pusat pengatur saraf bicara spesifik dalam korteks cerebri (2) pusat pengatur pernapasan di otak (3) struktur artikulasi dan resonansi pada rongga mulut dan hidung. Berbicara diatur oleh 2 fungsi mekanis (1) fonasi, yang dilakukan oleh laring dan (2) artikulasi yang dilakukan oleh struktur pada mulut. Fonasi laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar adalah pita suara, yang umumnya disebut tali suara. Selama pernapasan normal, pita akan terbuka lebar sehingga aliran udara mudah lewat. Selama fonasi, pita menutup bersama-sama sehingga aliran udara di antara mereka akan menghasilkan getaran. Bila proses menelan dan bersuara terjadi bersamaan, dimana proses respirasi dan menelan pada tahap faringeal terjadi dalam waktu yang sama, dapat menyebabkan masuknya makanan/minuman ke saluran pernapasan. Bronkhus dan trachea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat percabangan trachea) adalah yang paling sensitive, dan bronkhiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitive terhadap rangsang kimia yang

korosif. Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan melalui n. vagus ke medulla dan terjadilah refleks batuk. Inhibisi pernapasan dan penutupan glottis merupakan bagian dari refleks menelan. Menelan sulit atau tidak dapat dilakukan apabila mulut terbuka. Seorang dewasa normal sering menelan selama makan juga di antara makan. Jumlah total menelan perhari sekitar 600 kali = 200 kali sewaktu makan dan minum, 350 kali sewaktu terjaga tanpa makan dan 50 kali sewaktu tidur. Apabila inhibisi pernapasan tidak ada dan atau glottis tidak menutup atau tidak menutup sempurna selama proses menelan, maka akan terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama pernapasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui saluran pencernaan. Tersedak dapat terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan terlalu cepat, dll. Fungsi Motorik Lambung Menyimpan Mengaduk : gelombang konstriktor peristaltik lemah menuju antrum per 20 detik Mencerna : enzimatis Absorbsi: sangat sedikit, yaitu substansi sangat larut lemak seperti alkohol, obat-obat tertentu (aspirin) tapi secara umum absorbsi belum terjadi Pengosongan lambung Sekresi Lambung Mukus: pelumas dan menjaga mukosa Gastrin : merangsang pembentukan HCl dan pepsin HCl membunuh kuman, melarutkan mineral, membantu perubahan pepsinogen menjadi pepsin pepsin : mencerna protein lipase : mencerna lemak intrinsik faktor membantu penyerapan Vit B12 untuk pembentukan eritrosit

x x x x x

x x x x x x

Pengaturan Sekresi Lambung 1. Fase sefalik : sekresi terjadi bahkan sebelum makanan sampai lambung. Makin kuat nafsu makan makin banyak sekresinya 2. Fase Gastrik Rangsang regangan dinding lambung dan kimiawi makanan merangsang nukleus motorik dorsalis vagus dan sekresi gastrin Kimiawi khusus merangsang gastrin : sekretagogue, alkohol, kafein Rangsang vagus: sekresi pepsin, gastrin dan asam Rangsang gastrin: meningkatkan sekresi asam lambung dan pepsin Fase intestinal: keberadaan makanan pada bagian usus kecil merangsang sejumlah kecil gastrin

Pengosongan Lambung Dirangsang oleh: n.vagus, penuruna simpatis, alkohol, kafein, protein yang tercerna sebagian, distensi dinding lambung peningkatan kontraksi pompa pilorus penurunan resistensi spingter pilorus peningkatan pengosongan lambung Dihambat oleh Penurunan vagus, peningkatan simpatis, distensi duodenum, adanya lemak, antikolinergik gastrointestinal, antasid, belladona perlehahan kontraksi pompa pilorus peningkatan resistensi sfingter pilorus penurunan pengosongan lambung Pergerakan Usus Kontraksi mencampur: regangan satu bagian akan menyebabkan kontraksi konsentris. Panjang kontraksi 1 cm (segmentasi). Kontraksi segmen memotong chyme Gerakan mendorong; gerakan segmentasi bendorong chyme ke tatub ileosekal dan mendorong melewati katub tsb Fungsi katub ileosekal: mencegah kembalinya fecal dari kolon ke usus halus Sekresi dan Pencernaan di Usus kecil Sekresi: peptidase, maltase, lactase, sukrase, amilase, lipase, garam, air, mukus , hormon kolesistokinin, GIP, sekretin Pencernaan enzimatis oleh enzim dari sekresi usus sendiri juga menerima sekresi dari pankreas (tripsin, kimotripsin, amilase, lipase, nuklease, carboxypeptidase, mukus) liver (empedu, bicarbonat) Bicarbonat dari pankreas dan liver menetralkan asam lambung Empedu mengubah lemak menjadi terlarut dalam air (water soluble) Kolesistokinin : merangsang sekresi amilase pankreas dan kontraksi kantong empedu Sekretin : merangsang sekresi bikarbonat pankreas Absorbsi Usus Asam amino: masuk p. darah dengan transport aktif Glukosa, gal;aktosa, fruktosa : masuk p. darah dengan transport aktif Lemak 60-70 % dalam emulsi dengan garam empedu, diabsorsi dalam bentuk asam lemak dan gliserol masuk ke dalam duktus limfatik

1.

2. 3. 4. 5.

1. 2. 3.

Absorbsi mineral di usus Bicarbonat: diabsorsi oleh sel mucosal ketika kadar dalam lumen yang tinggi, dan disekresi dalam lumen ketika kadarnya tinggi dalam darah 2. Calcium: diabsorbsi secara transport aktif dengan stimulus Vit D 3. Chlorid: dengan difusi pasif mengikuti ion natrium 4. Copper: Transport aktif 1. 5. Besi Transport aktif. Dipercepat oleh Vit.C. disimpan sementara di sel usus sebelum ke plasma.Disimpan di hepar dalam bentuk feritin.

6. Phosphat: seluruh bagian intestin. Secara aktif dan pasif. 7. Kalium: Difusi pasif dan aktif 8. Natrium : difusi pasif dan aktif

x x x

Pengaturan sekresi pankreas Asam lambung melepaskan sekretin dari duodenum peningkatan cairan pankreas dan bikarbonat Lemak dan makanan lain merangsang pelepasan kolesistokinin peningkatan sekresi Rangsang Vagus peningkatan sekresi enzim Garam Empedu Dibuat di hepar 0,5 g per hari. Kolesterol (prekursor) asam kolik, dikombinasi dengan glisin dan taurin gliko/ tauroasam empedu Fungsi emulsifikasi lemak dan membantu absorbsi lemak, mono gliserid, kolesterol, dan lipid lain Tidak ada garan empedu :40 % lemak tak diabsorbsi menurunkan vitamin larut lemak 94% empedu diabsorbsi dan digunakan kembali Komposisi empedu Air 97,5 (%) Garam empedu 1,1 Bilirubin 0,04 Kolesterol 0,1 Asam lemak 0,12 Lesitin 0,04 Mineral: Na, K, Ca, Cl, HCO3 Pengaturan sekresi empedu Sekretin sedikit merangsang hepar. Disimpan dan dikonsentrasikan sampai 12 kali di kantong empedu Rangsang vagus: kontraksi lemah kantong empedu Kolesistokinin menyebabkan kontraksi kandung empedu dan relaksasi kantong empedu Pengaturan sekresi usus halus Rangsang setempat: berupa taktil oleh kimus(utama) dan iritasi Pengaturan hormonal : sekretin dan Kolesistokinin Efek toksin kolera meningkatkan kecepatan sekresi ion Cl dan diikuti sekresi cairan, terutana di jejunum

x x x x x

Hari pertama kolera dapat mengeluarkan 15 L cairan diare. Toksin bacilus colon dan desentri meningkatkan sekresi cairan dengan cara sama Respon rangsang selain hipersekresi juga terjadi hiperperistaltik USUS BESAR Sekresi : mukus Aktifitas pencernaan tidak ada Absorbsi KH, protein, lemak, telah selesai. Absorbsi terjadi untuk air, elektrolit, dan vitamin. Glukosa dan obat dapat diabsorbsi jika diberikan melalui rektum

x x x

Iritasi akan mengakibatkan peningkatan sekresi air dan elektrolit Pergerakan kolon Gerakan mencampur dan mendorong Kontraksi sfingter ani internus menghalangi rangsangan feses ke anus secara terus menerus Sfingter ani eksternus dipersarafi n pudendus (saraf somatik) volumter Refleks defekasi terjasi oleh rangsang regang feses menimbulkan gelombang peristaltik kolon dan rektum memaksa feses menuju anus. Penyerapan air dan elektrolit Setiap hari usus halus terisi sekitar 2000 ml cairan dari makanan dan minuman, 7000 ml sekresi dari mukosa saluran cerna dan kelenjar-kelenjar yang berkaitan. 98% cairan diabsorbsi. Cairan yang diekskresi melalui feces adalah 200 ml. Hanya sejumlah kecil air bergerak melalui mukosa lambung, tetapi air bergerak dalam 2 arah melalui mukosa usus halus dan usus besar sebagai respon terhadap perbedaan osmotik. Sebagian natrium berdifusi ke dalam atau ke luar usus halus tergantung pada beda konsentrasi. Oleh karena membran luminal eritrosit dalam usus halus dan kolon permeabel terhadap natrium dan membran basolateralnya mengandung Na, K ATP ase, Na juga diserap secara aktif sepanjang usus halus dan usus besar. Di dalam usus halus, transport aktif sekunder Na penting untuk penyerapan glukosa , beberapa asam amino, dan zat-zat lain.Adanya glukosa di dalam usus akan mempermudah penyerapan kembali Na. Hal ini merupakan dasar fisiologis untuk pengobatan kehilangan Na dan air pada diare dengan pemberian larutan yang mengandungNaCl dan glukosa Refleks lapar : Istilah lapar berarti keinginan terhadap makanan, dan berkaitan dengan sejumlah perasaan obyektif. Misalnya, pada seseorang yang tidak makan selama berjam-jam, lambung mengalami kontraksi berirama yang kuat yang di sebut kontraksi lapar. Kontraksi ini menyebabkan rasa penuh atau perih di ulu hati dan kadang-kadang menyebabkan nyeri yang di sebut sebagai perih perut karena lapar (hunger pangs). Faktor yang mempengaruhi jumlah asupan makanan :

x x x x

1. Pengaturan energi (pengaturan jangka panjang, berkaitan dengan cadangan makanan dalam tubuh, kadar glukosa, asam amino dan lemak tubuh), yang berhubungan terutama dengan pemeliharaan jangka panjang jumlah normal energi yang disimpan dalam tubuh. Jika cadangan energi tubuh jauh di bawah normal, maka pusat makan dipothalamus dan daerah lain di otak menjadi sangat aktif, dan orang tersebut memperlihatkan rasa lapar yang menigkat demikian juga dengan mencari makanan; sebaliknya jika cadangan energi (teritama cadangan lemak) sudah berlimpah, maka orang tersebut akan kehilangan rasa lapar dan menjadi kenyang. 2. Pengaturan pencernaan (pengaturan jangka pendek) yang berhubungan terutama dengan mencegah kelebihan makan pada setiap waktu makan, sehingga mekanisme pencernaan dan absorpsinya dapat bekerja pada kecepatan optimal dan tidak menjadi terlalu berat

secara periodik. Dipengaruhi oleh peregangan dan pengkerutan saluran cerna/lambung, hormone saluran cerna gastrin dan kolesistokinin 3. Suhu 4. Palatabilitas (cita rasa) 5. Psikis Refleks haus : Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus, yang bersama dengan mekanisme osmoreseptor-ADH, mempertahankan kontrol osmolaritas cairan ekstra seluler dan konsentrasi natrium dengan tepat. Pusat rasa haus berada di sepanjang dinding anteroventral dari ventrikel ketiga (yang juga meningkatkan pelepasan ADH) dan di anterolateral dari nukleus preoptik. Pengaturan rasa haus Peningkatan rasa haus Peningkatan osmolalitas Penurunan volume darah penurunan tekanan darah Peningkatan angiotensin II Kekeringan mulut

Penurunan rasa haus Penurunan osmolalitas Peningkatan volume darah Peningkatan tekanan darah Penurunan angiotensin II Distensi lambung

Tersedak Apabila inhibisa pernapasan tidak ada dan atau glottis tidak menutup atau tidak menutup sempurna selama proses menelan, maka akan terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama pernapasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui saluran pencernaan. Tersedak dapat terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan terlalu cepat, dll. o Muntah Pengeluaran isi lambung secara ekspulsif melalui mulut dengan bantuan otot-otot perut o Terjadi karena respon lambung berlawanan dengan normal :penurunan tonus esofagus bawah, fundus,dan korpus lambung dan peningkatan peristaltik antrun, tonus pilorus dan duodenum MUNTAH Penyebab muntah Gangguan saluran cerna Gangguan metabolik Hipoksia Bau-bauan Gangguan keseimbangan Keracunan Obat Mekanisme muntah Rangsangan reseptor labirin

x x x x x x x

1.

2. 3. 4.

Impuls ditransmisi terutama melalui inti-inti vestibuler ke serebellum Menuju zona pencetus kemoreseptor Akhirnya ke pusat muntah medula oblongata Tanda-tanda penyakit gastrointestinal Nyeri Kesulitan makan (mual, muntah, gangguan makan) Odyniphagia (nyeri sewaktu menelan) Anorexia (kehilangan nafsu makan) Gangguan pergerakan bolus makanan (diare, konstipasi) Perdarahan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

5) MEKANISME DEFEKASI
Dengan kata lain adalah mekanisme "buang hajat". Semua diawali dengan adanya feces dicolon sigmoideum, saat jumlah feces sudah melebihi kapasitas penyimpanan di colon sigmoideum, maka feces akan turun menuju ke rectum. Rectum biasanya kosong dan hanya terisi saat akan memulai defekasi. Dinding rectum mempunyai reseptor regangan yang dipersarafi olehserabut viscero sensible parasymphatis segmen sacral 2-4. Rangsang yang diterima olehreseptor regangan akan menjalar di serabut saraf, kemudian masuk ke cornu posterior medulla spinalis dan akan naik ke otak. Rangsang akan diproses di otak, apakah akan ditahan atau meneruskan proses defekasi. Jika kita memutuskan untuk menahan defekasi, maka impuls akan turun menuju cornu anterior medulla spinalis segmen sacral 2-4 yaitu ke nervus pudendus yang mensarafi m. levator ani, lalu terus menuju ke cabangnya yaitu nervus rectalis inferior yang mensarafi musculus sphincter ani externus dan. Hal ini menyebabkan m. sphincter ani externus dan m. levator ani berkontraksi untuk menahan defekasi. Jika kita memutuskan untuk meneruskan proses defekasi, maka impuls akan turun menuju ke berbagai saraf:

N. facialis (VII) untuk mengkontraksikan otot2 wajah. N. vagus (X) untuk menutup epiglottis. n. Phrenicus untuk memfiksasi diapraghma. nn. Thoracales segmen yang berhubungan untuk mengkontraksikan otot-otot dinding abdomen. n. splanchnicus pelvicus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani internus. n. pudendus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani externus dan m. levator ani. n. ischiadicus, untuk mengkontraksikan otot-otot hamstring. Penutupan epiglottis dan kontraksi otot-otot dinding abdomen berfungsi untuk meningkatkan tekanan intra abdominal, sehingga mendukung pengeluaran feces. Selanjutnya feces dikeluarkan melalui canalis analis. Tunica mucosa bagian bawah canalis analis menonjol melalui anusmendahului massa feces. Pada akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibattonus serabut-serabut longitudinal dinding canalis

analis serta penarikan ke atas oleh m. puborectalis (bagian dari m. levator ani). Kemudian lumen canalis analis yang kosong ditutup oleh kontraksi tonik m. sphincter ani.

You might also like