You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kusta adalah penyakit kronik granulomatosa yang secara primer menyerang saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotel, mata, otot, tulang, dan testis.Penyebab kusta adalah Mycobacterium Leprae yang bersifat intraseluler obligat, dan pada tahun 2 ! telah ditemukan penyebab baru yaitu Mycobacterium lepramatosis. Kusta dahulu dikenal dengan penyakit yang tidak dapat sembuh dan diobati, namun sejak tahun 1!" dimana program Multi #rug $reatment %M#$& mulai diperkenalkan, kusta dapat didiagnosis dan diterapi. Pengobatan Kusta pada 'anita hamil dan anak(anak harus sangat di perhatikan. Baik dari dosis sampai pemilihan jenis obat. )gar dapat menghindari efek samping yang tidak di kehendaki.

1.2 $ujuan dan Manfaat #alam menyusun referat ini, penulis memiliki tujuan(tujuan yang diharapkan dapat tercapai, sebagai berikut Bagi penulis Melalui penyusunan referat ini, penulis berharap mampu menerapkan ilmu(ilmu yang dimiliki dan menambah bekal pengetahuan yang dapat berguna kelak dalam memasuki dunia kerja di masa depan. Manfaat yang diharapkan adalah agar bagi penulis maupun pembaca lebih memahami mengenai proses terjadinya penyakit morbus hansen, penyebab, klasifikasi, dan pengobatan yang tepat dan rasional terlebih pengobatan lepra pada ibu hamil dan anak(anak.

BAB II PEMBAHASAN
*. #+,*-*.* / Kusta atau morbus 0ansen merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. .araf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. 1 **. +P*#+M*1L12*/ Masalah epidemiologi masih belim terpecahkan, cara penularan belum diketahui pasti hanya berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. )nggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M.leprae masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet. 1 Masa tunas nya sangat ber3ariasi antara 4 hari sampai 4 tahun, umumnya beberapa tahun, rata(rata 5(6 tahun. 1 Kelompok umur terbanyak yang menderita penyakit ini adalah usia 26(56 tahun. ,rekuensi pada jenis kelamin pria atau pun 'anita adalah sama. 2 ***. +$*1L12*/ Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh 2.).0)-.+- pada tahun 1"74 di -or'egia 1 .Kuman ini bersifat obligat intrasel, aerob, tidak dapat dibiakkan secara in 3itro , berbentuk basil 2ram positif dengan ukuran 5 ("8m 9 ,68m, bersifat tahan asam dan alkohol.Kuman ini memunyai afinitas terhadap makrofag dan sel .ch'ann, replikasi yang lambat di sel .ch'ann menstimulasi cell(mediated immune response , yang menyebabkan reaksi inflamasi kronik. 5 2

.umber / http/::'''.ciriscience.org:ph;15 ( Mycobacterium;leprae;<opyright;#ennis;Kunkel;Microscopy *=. P)$1,*.*1L12*/ 5 .ebenarnya M.leprae mempunyai patogenitas dan daya in3asi yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh respon imun yang berbeda yang memicu timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. 1leh karena itu penyakit kusta dapat disebut penyakit imunologik. Kusta bukanlah penyakit yang sangat menular. .arana utama penularan adalah dengan penyebaran aerosol dari sekret hidung yang terinfeksi pada mukosa hidung dan mulut terbuka. Kusta tidak umumnya menyebar melalui kontak langsung melalui kulit utuh, meskipun kontak dekat adalah yang paling rentan. Masa inkubasi kusta adalah > bulan sampai 4 tahun atau lebih. Masa inkubasi rata(rata adalah 4 tahun untuk kusta tuberkuloid dan 1 tahun untuk kusta lepromatosa. #aerah yang paling sering terkena kusta adalah saraf perifer dangkal, kulit, selaput lendir saluran pernapasan bagian atas, ruang anterior dari mata, dan testis. #aerah(daerah tersebut cenderung bagian dingin dari tubuh. Kerusakan jaringan tergantung pada sejauh mana imunitas diperantarai sel diungkapkan, jenis dan 5

luasnya penyebaran bacillary dan perkalian, penampilan yang merusak jaringan komplikasi imunologi %yaitu, reaksi lepra&, dan pengembangan kerusakan saraf dan gejala sisa. M. leprae adalah bakteri intraseluler obligat, asam(cepat, gram positif basil dengan afinitas untuk makrofag dan sel .ch'ann. ?ntuk sel .ch'ann pada khususnya, mengikat mikobakteri ke domain 2 dari rantai alpha laminin(2 %hanya ditemukan di saraf perifer& dalam lamina basal. @eplikasi lambat mereka dalam sel .ch'ann akhirnya merangsang respon kekebalan yang dimediasi sel, yang menciptakan reaksi peradangan kronis. )kibatnya, pembengkakan terjadi di perineurium, menyebabkan iskemia, fibrosis, dan kematian aksonal. ?rutan genom M leprae hanya selesai dalam beberapa tahun terakhir. .atu penemuan penting adalah bah'a meskipun itu tergantung pada host untuk metabolisme, mikroorganisme mempertahankan gen untuk pembentukan dinding sel mikobakteri. Komponen dinding sel merangsang antibodi immunoglobulin M dan tuan diperantarai sel respon imun, sementara juga moderator kemampuan bakterisidal makrofag. Kekuatan dari sistem kekebalan inang mempengaruhi bentuk klinis dari penyakit ini. Kuat diperantarai sel imunitas %interferon(gamma, interleukin A*LB (2& dan hasil respon yang lemah humoral dalam bentuk ringan dari penyakit, dengan terdefinisi dengan baik saraf yang terlibat dan beban bakteri yang lebih rendah. .ebuah respon humoral yang kuat %*L(4, *L(1 &, tetapi hasil kekebalan yang relatif tidak ada sel(dimediasi pada kusta lepromatosa, dengan lesi luas, kulit yang luas dan keterlibatan saraf, dan beban bakteri tinggi. 1leh karena itu, spektrum penyakit yang ada seperti yang diperantarai sel imunitas mendominasi dalam bentuk ringan kusta dan menurun dengan meningkatnya keparahan klinis. .ementara itu, kekebalan humoral relatif tidak ada pada penyakit ringan dan meningkat dengan tingkat keparahan penyakit.

$oll(like receptors %$L@s& juga mungkin memainkan peran dalam patogenesis kusta . M leprae mengaktifkan $L@2 dan $L@1, yang ditemukan pada permukaan sel .ch'ann, terutama dengan kusta tuberkuloid. Meskipun ini pertahanan kekebalan yang dimediasi sel yang paling aktif dalam bentuk ringan dari kusta, juga mungkin bertanggung ja'ab untuk akti3asi gen apoptosis dan, akibatnya, timbulnya bergegas kerusakan saraf ditemukan pada orang dengan penyakit ringan. )lpha(2 reseptor laminin ditemukan dalam lamina basal sel .ch'ann juga merupakan target masuk untuk M leprae ke dalam sel, sedangkan akti3asi dari jalur erbB2 reseptor tirosin kinase signaling telah diidentifikasi sebagai mediator dari demielinasi pada kusta . )kti3asi makrofag dan sel dendritik, baik antigen(penyajian sel, terlibat dalam respon kekebalan host terhadap M leprae. *L(1beta diproduksi oleh antigen( penyajian sel yang terinfeksi oleh mycobacteria telah ditunjukkan untuk merusak pematangan dan fungsi sel dendritik. A6B Karena basil telah ditemukan dalam endotelium kulit, jaringan saraf, dan mukosa hidung, sel(sel endotel juga berpikir untuk berkontribusi pada patogenesis kusta. Calur lain dimanfaatkan oleh M leprae adalah jalur ubiDuitin(proteasome, dengan menyebabkan apoptosis sel kekebalan tubuh dan tumor necrosis factor %$-,& (alpha:*L(1 sekresi. .ebuah peningkatan mendadak dalam $(sel kekebalan bertanggung ja'ab untuk tipe * reaksi re3ersal. Ketik ** hasil reaksi dari akti3asi $-,(alpha dan pengendapan kompleks imun pada jaringan dengan infiltrasi neutrophilic dan dari akti3asi komplemen pada organ. .atu studi menemukan bah'a siklooksigenase 2 diungkapkan di micro3essels, berkas saraf, dan serat saraf terisolasi dalam dermis dan subcutis selama reaksi re3ersal. Bila basil M.leprae masuk kedalam tubuh seseorang, dapat timbul gejala klinis sesuai dengan kerentanan orang tersebut. Bentuk tipe klinis bergantung pada system imunitas seluler %.*.& penderita. .*. baik akan tampak gambaran klinis kearah tuberkuloid, sebaliknya .*. rendah memberikan gambaran lepromatosa. 1 6

Patofisiologi Lepra , sumber / http/::mmbr.asm.org:content:74:4:6"!.full Patogenesis Kerusakan .araf pada Pasien Kusta/

.umber / http/::mmbr.asm.org:content:74:4:6"!:,2.e9pansion.html =. KL).*,*K).*/ @idley dan Copling memperkenalkan istilah spektrum determinate pada penyakit lepra yang terdiri berbagai tipe, yaitu / $$ $i B$ BB Bl Li LL / tuberkuloid polar, bentuk yang stabil / tuberkuloid indefinite / borderline tuberculoid / Mid borderline / borderline lepromatous / lepromatosa indefinite / Lepromatosa polar, bentuk yang stabil E, tipe yang

$$ adalah tipe tuberkuloid polar, yakni tuberkuloid 1 polar, yakni lepromatosa 1 >

stabil. Cadi tidak mungkin berubah tipe. Begitu juga LL adalah tipe lepromatosa E. .edangkan tipe antara $i dan Li disebut tipe

borderline atau campuran, berarti campuran antara tuberkuloid dan lepromatosa. BB adalah tipe campuran 6 E tuberkuloid dan 6 E lepromatosa. B$ dan $i lebih banyak tuberkuloidnya, sedangkan BL dan Li lebih banyak lepromatosanya. $ipe( tipe campuran ini adalah tipe yang labil, berarti dapat beralih tipe, baik ke arah $$ maupun ke arah LL. Menurut F01 %1!"1&, lepra dibahi 2 menjadi multibasilar %MB& dan pausibasilar %PB&. Multibasilar berarti mengandung banyak basil dengan indeks bakteri %*B& lebih dari 2G, yaitu tipe LL,BL, dan BB pada klasifikasi @idley( Coping. Pausibasilar mengandung sedikit basil dengan *B kurang dari 2G, yaitu tipe $$,B$, dan *. 1 ?ntuk kepentingan pengobatan, pada tahun 1!"7 telah terjadi perubahan. Hang dimaksud dengan kusta PB adalah kusta dengan B$) negatif pada pemeriksaan kulit, yaitu tipe $$,B$, dan *, sedangkan kusta MB adalah semua penderita kusta tipe BB,BL,LL atau apapun klasifikasi klinisnya dengan B$) positif ,harus diobati dengan rejimen M#$(MB. 1 Bagan Diagnosis Klinis Menurut WHO ( 1995
PB 1. Lesi kulit %makula datar, papul yang meninggi, nodus& ( ( ( ( 2. Kerusakan saraf %menyebabkan hilangnya sensasi:kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang terkena& ( 1(6 lesi 0ipopigmentasi:eritema #istribusi tidak simetris 0ilangnya sensasi jelas 0anya satu cabang saraf ( ( ( (
1

MB I 6 lesi #istribusi lebih simetris 0ilangnya sensasi kurang jelas Banyak cabang saraf

!a"#aran Klinis$ Ba%teriologi%$ &an I"unologi% Kusta MultiBasilar (MB

Si'at Lesi Bentuk

Le(ro"atosa (LL Makula *nfiltrat difus Papul -odus $idak terhitung, praktis tidak ada kulit sehat .imetris 0alus berkilat $idak jelas Biasanya tidak jelas Banyak %ada globus& Banyak %ada globus& -egatif

Bor&erline Le(ro"atosa (BL Makula Plakat Papul .ukar dihitung, masih ada kulit sehat 0ampir simetris 0alus berkilat )gak jelas $ak jelas Banyak Biasanya negatif -egatif

Mi& Bor&erline (BB Plakat Dome-shape %kubah& Punched-out #apat dihitung, kulit sehat jelas ada )simetris )gak kasar, agak berkilat )gak jelas Lebih jelas )gak banyak -egatif -egatif
1

Cumlah #istribusi Permukaan

Batas )nestesia B)A Lesi kulit .ekret hidung $es Lepromin

!a"#aran Klinis$ Ba%teriologi%$ &an I"unologi% Kusta PausiBasilar (PB

Kara%teristi% Lesi $ipe Cumlah #istribusi Permukaan Batas )nestesia B)A lesi kulit $es lepromin

)u#er%uloi& ()) Makula J makula dibatasi infiltrat .atu atau dapat beberapa $erlokalisasi K asimetris Kering, skuama Celas Celas

Bor&erline )u#er*uloi& (B) Makula dibatasi infiltrat sajaJ infiltrat saja Beberapa atau satu dengan lesi satelit )simetris Kering, skuama Celas Celas

In&eter"inate (I 0anya *nfiltrat .atu atau beberapa Ber3ariasi #apat halus agak berkilat #apat jelas atau dapat tidak jelas $ak ada sampai tidak jelas Biasanya negatif #apat positif lemah atau negatif

0ampir selalu negatif Positif kuat %5G&

-egatif atau hanya 1G Positif lemah

"

=*. #).)@ #*)2-1.*. =*.1 2ejala klinis

Masa inkubasinya 2 L 4 tahun %rata(rata 6 L 7 tahun&. 1nset terjadinya perlahan( lahan dan tidak ada rasa nyeri. Pertama kali mengenai system saraf perifer dengan parestesi dan baal yang persisten atau rekuren tanpa terlihat adanya gejala klinis. Pada stadium ini mungkin terdapat erupsi kulit berupa macula dan bula yang bersifat sementara. Keterlibatan sistem saraf menyebabkan kelemahan otot, atrofi otot, nyeri neuritik yang berat, dan kontraktur tangan dan kaki. 2ejala prodromal yang dapat timbul kadang tidak dikenali sampai lesi erupsi ke kutan terjadi. ! E psien biasanya mengalami keluhan pada pertama kalinya adalah rasa baal, hilangnya sensori suhu sehingga tidak dapat membedakan panas dengan dingin. .elanjutnya, sensasi raba dan nyeri, terutama dialami pada tangan dan kaki, sehingga dapat terjadi kompliksi ulkus atau terbakar pada ekstremitasyang baal tersebut. Bagian tubuh lain yang dapat terkena kusta adalah daerah yang dingin, yaitu daerah mata, testis, dagu, cuoing hidung, daun telinga, dan lutut. Perubahan saraf tepi yang terjadi dapat berupa o o o o o pembesaran saraf tepi yang asimetris pada daun telinga, ulnar, tibia posterior, radial kutaneus, Kerusakan sensorik pada lesi kulit Kelumpuhan ner3us trunkus tanpa tanda inflamasi berupa neuropati, kerusakan sensorik dan motorik, serta kontraktur Kerusakan sensorik dengan pola .tocking(glo3e )cral distal symmethric anesthesia %hilangnya sensasi panas dan dingin, serta nyeri dan raba& =*.2 Pemeriksaan fisik 4 1.$uberculoid Leprosy %$$, B$& Pada $$, imunitas masih baik,dapat sembuh spontan dan masih mampu melokalisir sehingga didapatkan gambran batas yang tegas. Mengenai kulit !

maupun saraf. Lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat berupa makula atau plak,dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi yang regresi atau central clearing.Permukaan lesi dapat bersisik, dengan tepi yang meninggi. #apat disertai penebalan saraf tepi yang biasanya teraba. Kuman B$) negatif merupakan tanda terdapatnya respon imun yang adekuat terhadap kuman kusta. Pada B$, tidak dapat sembuh spontan, Lesi menyerupai tipe $$ namun dapat disertai lesi satelit di tepinya. Cumlah lesi dapat satu atau beberapa, tetapi gambaran hipopigmentasi,kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas $$. 2angguan saraf tidak berat dan asimetris.

Lesi $uberculoid leprosy, soliter, anesthetic, annular

Lesi Kulit pada $uberculoid Leprosy

Borderline $uberculoid Leprosy, gambaran anular inkomplit dengan papul satelit

2. Borderline Leprosy Pada tipe BB borderline,meruapakan tipe yang paling tidak stabil, disebut juga bentuk dimorfik. Lesi kulit berbentuk antara tuberculoid dan lepromatous.$erdiridari macula infiltratif, mengkilap, batas lesi kurang tegas, jumlah banyak melebihi tipe B$ dan cenderung simetris. Lesi ber3ariasi, dapat perbentuk punch out yang khas. Pada tipe ini terjadi anestesia dan berkurangnya keringat.

Lesi Kulit pada Borderline BB Leprosy 5. Lepromatous Leprosy 11

$ipe BL, secara klasik lesi dimulai dengan makula, a'alnya sedikit dengancepat menyebar ke seluruh badan. Makula lebih ber3ariasi bentuknya.#istr (ibusi lesi hampir simetris. Lesi innfiltrat, dan plak seperti punched out. $anda( tanda kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi,hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan hilangnya rambut lebih cepat muncul. Penebalan saraf tepi teraba pada tempat predileksi. $ipe LL,jumlah lesi sangat banyak, nodul mencapai ukuran 2 cm, simetris,permukaan halus, lebih eritematous, berkilap, berbatas tidak tegas dan pada stadium dini tidak ditemukan anestesi dan anhidrosis. #itemukan juga lesi #ematofibroma(like multipel, batas tegas, nodul, eritem.#istribusi lesi khas pada 'ajah, mengenai dahi, pelipis, dagu, cuping telinga. Pada stadium lanjut tampak penebalan kulit yang progresif membentuk facies leonine. Kerusakan saraf menyebabkan gejala stocking and glo3e anesthesia

Lesi Kulit pada Lepromatous Leprosy De'or"itas (a&a %usta #eformitas dapat dibagi dalam deformitas primer dan sekunder. #eformitas primer sebagai akibat langsung oleh granuloma yang terbentuk sebagai reaksi terhadap M.Leprae, yang mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya, yaitu kulit, mukosa traktus respiratorius atas, tulang(tulang jari, dan 'ajah. 12

#eformitas sekunder terjadi sebagai akibat perubahan saraf, umumnya deformitas terjadi diakibatkan keduanya, tetapi terutama karena kerusakan saraf. 1

2ejala(gejala kerusakan pada saraf / 1. -.ulnaris M M M )nestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis <la'ing kelingking dan jari manis )trofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial 2. -. medianus M )nestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan jari tengah M M M M 5. -. radialis M M M )nestesia dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk $angan gantung %'rist drop& $ak mampu ekstensi jari(jari atau pergelangan tangan $idak mampu aduksi ibu jari <la'ing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah *bu jari kontraktur )trofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral

4. -. poplitea lateralis M M M )nestesia tungkai ba'ah, bagian lateral dan dorsum pedis Kaki gantung %foot drop& Kelemahan otot peroneus

6. -. tibialis posterior 15

M M M >. -. fasialis M M

)nestesia telapak kaki <la' toes Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis

<abang temporal dan Nigomatik menyebabkan lagoftalmus <abang bukal, mandibular, dan ser3ikal menyebabkan kehilangan ekspresi 'ajah dan kegagalan mengatupkan bibir

7. -. trigeminus M )nestesia kulit 'ajah, kornea, dan konjungti3a mata Kerusakan mata pada kusta juga dapat terjadi secara primer dan sekunder. Primer mengakibatkan alopesia pada alis mata dan bulu mata, juga dapat mendesak jaringan mata lainnya. .ekunder disebabkan oleh rusaknya -. ,asialis yang dapat membuat paralisis -.1rbicularis palpebrarum sebagian atau seluruhnya, mengakibatkan lagoftalmus yang selanjutnya menyebabkan kerusakan bagian(bagian mata lainnya. .ecara sendiri(sendiri atau bergabung akhirnya dapat menyebabkan kebutaan. 1 *nfiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri atas kelenjar keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut dapat mengakibatkan kulit kering dan alopesia. Pada tipe lepromatosa dapat timbul ginekomastia akibat gangguan keseimbangan hormonal dan oleh karena infiltrasi granuloma pada tubulus semineferus testis. 1 Kusta +istoi& Kusta histoid merupakan 3ariasi lesi pada tipe lepromatous yang ditandai dengan adanya nodus yang berbatas tegas, dapat juga berbentuk plak. Bakterioskopik positif tinggi. ?mumnya timbul sebagai kasus relapse sensiti3e atau relapse resistent. 1

14

@elapse sensiti3e terjadi bila penyakit kambuh setelah menyelesaikan pengobatan sesuai dengan 'aktu yang ditentukan. #apat terjadi karena kuman yang dorman aktif kembali atau pengobatan yang diselesaikan tidak adekuat, baik dosis maupun pemberiannya,disebut juga resisten sekunder. 1 @elaps resistents terjadi, bila penyakit kambuh setelah menyelesaikan pengobatan sesuai dengan 'aktu yang ditentukan, tetapi tidak dapat diobati dengan obat yang sama karena kuman telah resisten terhadap obat M#$, disebut juga resisten primer. 1

Pe"eri%saan sara' te(i 4 a. -. auricularis magnus Pasien menoleh ke kanan:kiri semaksimal mungkin, maka saraf yang terlibat akan terdorong oleh otot(otot di ba'ahnya sehingga dapat terlihat pembesaran saraf. #ua jari pemeriksa diletakkan di atas persilangan jalannya saraf dengan arah otot. Bila ada penebalan, maka akan teraba jaringan seperti kabel atau ka'at. Bandingkan kanan dan kiri dalam hal besar, bentuk, serat, lunak, dan nyeri atau tidaknya. b. -. ulnaris $angan yang diperiksa rileks, sedikit fleksi dan diletakkan di atas satu tangan pemeriksa. $angan pemeriksa meraba sulcus ner3i ulnaris dan merasakan adanya penebalan atau tidak Bandingkan kanan dan kiri dalam hal besar, bentuk, serat, lunak, dan nyeri atau tidaknya. c. -. peroneus lateralis Pasien duduk dengan kedua kaki menggantung, diraba di sebelah lateral dari capitulum fibulae, dan merasakan ada penebalana atau tidak. Bandingkan kanan dan kiri dalam hal besar, bentuk, serat, lunak, dan nyeri atau tidaknya. d. -. tibialis posterior Meraba maleolus medialis kaki kanan dan kiri dengan kedua tangan, meraba bagian posterior dan mengurutkan ke ba'ah ke arah tumit.

16

Bandingkan kanan dan kiri dalam hal besar, bentuk, serat, lunak, dan nyeri atau tidaknya. Pe"eri%saan ,ungsi Sara' 4 a. $es sensorik 2unakan kapas, jarum, serta tabung reaksi berisi air hangat dan dingin. ( @asa raba .epotong kapas yang dilancipkan ujungnya, disinggungkan ke kulit pasien. Kapas disinggungkan ke kulit yang lesi dan yang sehat, kemudian pasien disuruh menunjuk kulit yang disinggung dengan mata terbuka. Cika hal ini telah dimengerti, tes kembali dilakukan dengan mata pasien tertutup. ( @asa tajam Menggunakan jarum yang disentuhkan ke kulit pasien. .etelah disentuhkan bagian tajamnya, lalu disentuhkan bagian tumpulnya, kemudia pasien diminta menentukan tajam atau tumpul. $es dilakukan seperti pemeriksaan rasa raba. ( .uhu Menggunakan dua buah tabung reaksi yang berisi air panas dan air dingin. $abung reaksi disentuhkan ke kulit yang lesi dan sehat secara acak, dan pasien diminta menentukan panas atau dingin. b. $es 1tonom Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi pada penyakit kusta, pemeriksaan lesi kulit dapat dilengkapi dengan tes anhidrosis, yaitu / 1. $es keringat dengan tinta % tes 2una'an& 2. $es Pilokarpin
3. $es Motoris %3oluntary muscle test& pada n. ulnaris, n.medianus, n.radialis,

dan n. peroneus4

-I./ Pe"eri%saan Penun0ang

1>

1. Pemeriksaaan bakterioskopik, #igunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan pengamatan obat. .ediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan mukosa hidung yang di'arnai dengan pe'arnaan O*+0L -++L.1-. Bakterioskopik negati3e pada seorang penderita, bukan berarti orang tersebut tidak mengandung basil M.Leprae. Pertama L tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh basil setelah terlebih dahulu menentukan jumlah tepat yang diambil. ?ntuk riset dapat diperiksa 1 tempat dan untuk rutin sebaiknya minimal 4 L > tempat yaitu kedua cuping telinga bagian ba'ah dan 2 (4 lesi lain yang paling aktif berarti yang paling eritematosa dan paling infiltratif. Pemilihan cuping telinga tanpa menghiraukan ada atau tidaknya lesi di tempat tersebut karena pada cuping telinga biasanya didapati banyak M. leprae1. Kepadatan B$) tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan indeks bakteri % *.B& dengan nilai @idley. bila tidak ada B$) dalam 1 1 G Bila 1 L 1 B$) dalam 1 LP sampai >G menurut lapangan pandang %LP&.

2G Bila 1 L 1 B$) dalam 1 LP 5G Bila 1 L 1 B$) rata L rata dalam 1 LP 4G Bila 11 L 1 6G Bila 1 1 L 1 >G BilaI 1 solid dan non solid. *MP Cumlah solid9 1 E: Cumlah solid G -on solid B$), *.B 1G B$) harus mencari dalam .yarat perhitungan *M adalah jumlah minimal kuman tiap lesi 1 tidak perlu dibuat *M karedna untuk mendapatkan 1 1. sampai 1 . lapangan. 2. Pemeriksaan histopatologi, 17 B$) rata L rata dalam 1 LP B$) rata L rata dalam 1 LP B$) rata L rata dalam 1 LP

*ndeks morfologi adalah persentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah

lapangan, mulai *.B 5G maksimum harus dicari 1

Makrofag dalam jaringan yang berasal dari monosit di dalam darah ada yang mempunyai nama khusus, dan yang dari kulit disebut histiosit. )pabila .*. nya tinggu, makrofag akan mampu memfagosit M.Leprae. #atangnya histiosit ke tempat kuman disebabkan karena proses imunologik dengan adanya faktor kemotaktik. Kalau datangnya berlebihan dan tidak ada lagi yang harus difagosit, makrofag akan berubah bentuk menjadi sel epiteloid yang tidak dapat bergerak dan kemudian akan dapat berubah menjadi sel datia Langhans. )danya massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi oleh limfosit yang disebut tuberkel akan menjadi penyebab utama kerusakan jaringan dan cacat. Pada penderita dengan .*. rendah atau lumpuh, histiosit tidak dapat menghancurkan M.Leprae yang sudah ada didalamnya, bahkan dijadikan tempat berkembang biak dan disebut sebagai sel =ircho' atau sel lepra atau sel busa dan sebagai alat pengangkut penyebarluasan. 1 2ambaran histopatologi tipe tuberkoloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit dan non solid. $ipe lepromatosa terdpat kelim sunyi subepidermal % subepidermal clear zone & yaitu suatu daerah langsung di ba'ah epidermis yang jaringannya tidak patologik. Bisa dijumpai sel 3ircho' dengan banyak basil. Pada tipe borderline terdapat campuran unsur L unsur tersebut. 5. Pemeriksaan serologik/ #idasarkan terbentuk antibodi pada tubuh seseorang yang terinfeksi oleh M.leprae. )ntibodi yang terbentuk dapat bersifat spesifik terhadap M.Leprae, yaitu antibodi anti phenolic glycolipid(1 %P2L(1& dan antibodi antiprotein 1>k# serta 56k#. .edangkan antibodi yang tidak spesifik antara lain antibodi anti( lipoarabinomanan %L)M&, yang juga dihasilkan oleh kuman M.tuberculosis. Kegunaan pemeriksaan serologik ialah dapat membantu diagnosis kusta yang meragukan, karena tanda klinis dan bakteriologik tidak jelas.Pemeriksaan 1"

serologik adalah MLP) %Mycobacterium Leprae Particle Aglutination&, uji +L*.) (Enzyme Lin ed !mmuno-"orbent Assay& dan ML dipstick %Mycobacterium Leprae dipstic &. 1 4.$es lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi tidak untuk diagnosis. $es ini berguna untuk menunjukkan sistem imun penderita terhadap M. leprae. ,1 ml lepromin dipersiapkan dari ekstrak basil organisme, disuntikkan intradermal. Kemudian dibaca setelah 4" jam: 2hari %reaksi ,ernandeN& atau 5 L 4 minggu %reaksi Mitsuda&. @eaksi ,ernandeN positif bila terdapat indurasi dan eritema yang menunjukkan kalau penderita bereaksi terhadap M. Leprae, yaitu respon imun tipe lambat ini seperti mantou9 test %PP#& pada tuberkolosis5. 1ea%si %usta @eaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik. 1. Penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan %cellular response& atau reaksi antigen antibody %humoral response&. @eaksi ini dapat terjadi sebelum pengobatan, tetapi terutama terjadi selama atau setelah pengobatan. #ari segi imunologis terdapat perbedaan prinsip antara reaksi tipe 1 dan tipe 2, yaitu pada reaksi tipe 1 yang memegang peranan adalah imunitas seluler %.*.&, sedangkan pada reaksi tipe 2 yang memegang peranan adalah imunitas humoral. 4 a. @eaksi tipe 1 Menurut Copling, reaksi kusta tipe * merupakan delayed hypersensiti#ity reaction yang disebabkan oleh hipersensiti3itas selular %reaksi re#ersal upgrading& seperti halnya reaksi hipersensiti3itas tipe *=. )ntigen yang berasal dari kuman yang telah mati %brea ing do$n leprosy bacilli& akan bereaksi dengan limfosit $ disertai perubahan sistem imun selular yang cepat. Cadi pada dasarnya reaksi tipe * terjadi akibat perubahan keseimbangan antara imunitas dan basil. #engan demikian, sebagai hasil reaksi tersebut dapat terjadi upgrading:re3ersal. Pada kenyataannya reaksi tipe * ini diartikan dengan reaksi re3ersal oleh karena paling sering dijumpai terutama pada kasus(kasus yang mendapatkan pengobatan, 1!

sedangkan do'n grading reaction lebih jarang dijumpai oleh karena berjalan lebih lambat dan umumnya dijumpai pada kasus(kasus yang tidak mendapat pengobatan. Meskipun secara teoritis reaksi tipe * ini dapat terjadi pada semua bentuk kusta yang subpolar, tetapi pada bentuk BB jauh lebih sering terjadi daripada bentuk yang lain sehingga disebut reaksi borderline. 2ejala klinis reaksi re3ersal ialah umumnya sebagian atau seluruh lesi yang telah ada bertambah aktif dan atau timbul lesi baru dalam 'aktu yang relatif singkat. )rtinya lesi hipopigmentasi menjadi eritema, lesi eritema menjadi lebih eritematosa, lesi makula menjadi infiltrat, lesi infiltrat makin infiltrat dan lesi lama menjadi bertambah lesi luas. $idak perlu seluruh gejala harus ada, satu saja sudah cukup 4. b. @eaksi tipe ** @eaksi tipe ** disebabkan oleh hipersensiti3itas humoral , yaitu reaksi hipersnsiti3itas tipe *** karena adanya reaksi kompleks antigen(antibodi yang melibatkan komplemen. $erjadi lebih banyak pada tipe lepromatous juga tampak pada BL. @eaksi tipe ** sering disebut sebagai +rithema -odosum Leprosum %+-L& dengan gambaran lesi lebih eritematus, mengkilap, tampak nodul atau plakat, ukuran bernacam(macam, pada umunnya kecil, terdistribusi bilateral dan simetris, terutama di daerah tungkai ba'ah, 'ajah, lengan, dan paha, serta dapat pula muncul di hampir seluruh bagian tubuh kecuali daerah kepala yang berambut, aksila, lipatan paha, dan daerah perineum. .elain itu didapatkan nyeri, pustulasi dan ulserasi, juga disertai gejala sistematik seperti demam dan malaise. Perlu juga memperhatikan keterlibatan organ lain seperti saraf, mata, ginjal, sendi, testis, dan limfe. 4 $abel perbedaan reaksi kusta tipe 1 dan tipe 2 4 No. !e0ala2tan&a 1 Kondisi umum 2 Peradangan di kulit 2 )i(e I (re3ersal Baik atau demam ringan Bercak kulit lama menjadi lebih meradang %merah&, )i(e II (ENL Buruk, disertai malaise dan febris $imbul nodul kemerahan, lunak, dan nyeri tekan.

dapat timbul bercak baru

Biasanya pada lengan dan tungkai. -odul dapat pecah %ulserasi& .etelah pengobatan yang lama, umumnya lebih dari > bulan MB #apat terjadi

Faktu terjadi

)'al pengobatan M#$

4 6

$ipe kusta .araf

PB atau MB .ering terjadi ?mumnya berupa nyeri tekan saraf dan atau gangguan fungsi saraf 0ampr tidak ada Melahirkan 1bat(obat yang meningkatkan kekebalan tubuh

> 7

Keterkaitan organ lain ,aktor pencetus

$erjadi pada mata, K2B, sendi, ginjal, testis, dll +mosi Kelelahan dan stress fisik lainnya kehamilan

$abel Perbedaan @eaksi Kusta @ingan dan Berat tipe 1 dan tipe 2 4 No !e0ala2tan&a 1. Kulit )i(e I 1ingan Bercak / merah, tebal, panas, nyeri Berat Bercak / merah, tebal, panas, nyeri yang bertambah parah sampai 2 .araf tepi -yeri pada perbaan %(& 21 pecah -yeri pada perabaan %G& -yeri pada perabaan %(& -yeri pada perabaan %G& )i(e II 1ingan -odul / Berat -odul / merah, bertambah parah sampai pecah

merah,panas,nyeri panas, nyeri yang

5 4

Keadaan umum Keterlibatan organ lain

#emam %(& (

#emam %G& (

#emam %G& (

#emam %G& G $erjadi peradangan pada / mata / iridocyclitis testis / epididimoorchiti s ginjal / nefritis kelenjar limpa / limfadenitis gangguan pada tulang, hidung,

dan tenggorokan Qbila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan saraf, dikategorikan sebagai reaksi berat ,eno"ena Lu*io ,enomena lucio merupakan reaksi kusta yang sangat berat yang terjadi pada kusta tipe lepromatosa non nodular difus. 2ambaran klinis berupa plak atau infiltrat difus, be'arna merah muda, bentuk tidak teratur dan terasa nyeri. Lesi terutama di ekstremitas, kemudian meluas ke seluruh tubuh. Lesi yang berat tampak lebih eritematous disertai purpura dan bula kemudian dengan cepat terjadi nekrosis serta ulserasi yang nyeri. Lesi lambat menyembuh dan akhirnya terbentuk jaringan parut. 2ambaran histopatologi menunjukkan nekrosis epidermal iskemik dengan nekrosis pembuluh darah superfisial, edema, dan proliferasi endhotelial pembuluh darah lebih dalam. #idapatkan banyak basil M.Leprae di endotel kapiler. Falaupun tidak ditemukan infiltrat PM- seperti pada +-L namun dengan 22

imunofluoresensi tampak deposit imunoglobulin dan komplemen di dalam dinding pembuluh darah. 1
=**. #*)2-1.*. B)-#*-2/ 2 Beberapa hal penting dalam menentukan diagnosis banding lepra/ )da Makula hipopigmentasi )da daerah anestesi Pemeriksaan bakteriologi memperlihatkan basil tahan asam )da pembengkakan:pengerasan saraf tepi atau cabang(cabangnya.

1.

$ipe * %makula hipopigmentasi& / tinea 3ersikolor, 3itiligo, pitiriasis rosea, atau dermatitis seboroika atau dengan liken simpleks kronik.

2.

$ipe $$ %makula eritematosa dengan pinggir meninggi& / tinea korporis, psoriasis,lupus eritematosus tipe diskoid atau pitiriasis rosea

5.

$ipe B$,BB,BL %infiltrat merah tak berbatas tegas& / selulitis, erysipelas atau psoriasis.

4.

$ipe LL %bentuk nodula&/ lupus eritematous sistemik, dermatomiositis, atau erupsi obat

=***.

P+-)$)L)K.)-))$ujuan utama dari pengobatan yaitu untuk memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden terjadinya penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegah timbulnya penyakit, dan untuk mencapai tujuan tersebut, strategi pokok yang dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan pengobatan penderita4

25

Program Multi #rug $herapy %M#$& dengan kombinasi rifampisin, klofaNimin, dan ##. dimulai tahun 1!"1. Program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan untuk mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan. 4 1bat antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah ##. %#iaminodifenil sulfon& kemudoan klofaNimin dan rifampicin. Pada tahun 1!!" F01 menambahkan 5 obat antibiotic lain untuk pengobatan alternati3e yaitu ofloksasin, minosiklin, dan klaritomisin. .ejak tahun 1!61 pengobatan tuberculosis dengan obat kombinasi ditujukan untuk mencegah kemungkinan resistensi obaat sedangkan M#$ untuk kusta baru dimulai tahun 1!71.1 Pengo#atan %usta sela"a %e+a"ilan &an "en4usui Kusta diperburuk selama kehamilan, sehingga sangat penting bah'a terapi multidrug standar dilanjutkan selama kehamilan. Program )ksi untuk Penghapusan Kusta, F01, Cene'a telah menyatakan bah'a rejimen M#$ standar dianggap aman, baik untuk ibu dan anak, dan karena itu, harus dilanjutkan berubah selama kehamilan. .ebuah jumlah kecil obat anti(lepra diekskresikan melalui ).*, tetapi tidak ada laporan efek samping sebagai akibat dari ini kecuali untuk perubahan 'arna kulit ringan dari bayi karena klofaNimin. Perlakuan dosis tunggal untuk pasien kusta lesi tunggal paucibacillary harus ditunda sampai setelah melahirkan. > 0ormonal dan imunologi perubahan dalam penumpasan kehamilan menyebabkan sel(dimediasi kekebalan dan memburuknya gejala. Bayi yang lahir dari ibu dengan berat lahir rendah memiliki kusta dan peningkatan risiko terserang penyakit itu. F01 merekomendasikan M#$ karena itu dilanjutkan selama kehamilan .-amun, obat yang digunakan dalam pengobatan kusta tidak tanpa risiko dan pengobatan harus di ba'ah penga'asan spesialis6

24

.@ifampisin mengurangi efekti3itas kontrasepsi hormonal, saran kontrasepsi sehingga alternatif harus dita'arkan. #osis tinggi dari rifampisin mungkin teratogenik dan tidak dianjurkan untuk digunakan selama trimester pertama. #apson dapat menyebabkan hemolisis neonatal dan methaemoglobinamea. Cika perlu harus diresepkan untuk 'anita hamil dalam kombinasi dengan asam folat. KlofaNimin dapat menyebabkan perubahan 'arna pada kulit bayi yang disusui. Penggunaan thalidomide tetap ketat kontra(ditunjukkan pada 'anita usia subur. 6 ##./ )da dua jenis relaps pada kusta yaitu relaps sensiti3e %persisten& dan relaps resisten. Pada relaps persisten secara klinis, bakterioskopik, histopatologik dapat dinyatakan penyakit tiba(tiba aktif kembali dengan timbulnya lesi baru dan bakterioskopik positif kembali. $etapi setelah dibuktikan dengan pengobatan dan inokulasi pada mencit, ternyata M.Leprae yang semula dorman, sleeping, atau persisten bangun dan aktif kembali. Pada pengobatan sebelumnya, basil dorman sukar dihancurkan dengan obat atau M#$ apapun. Pada relaps resisten secara klinis, bakterioskopik, histopatologik yang khas dapat dibuktikan dengan percobaan dan inokulasi pada mencit, bah'a M.Leprae resisten terhadap ##.. @esisten hanya terjadi pada kusta multibasilar tetapi tidak pada pausibasilar, oleh karena .*. penderita PB tinggi dan pengobatannya relati3e singkat. Pengertian M#$ pada saat ini adalah ##. sebagai obat dasar ditambah dengan obat(obat lain. #osis ##. ialah 1(2 mg:kg BB setiap hari. +fek sampingnya antara lain nyeri kepala, erupsi obat, anemia hemolitik, leucopenia, insomnia, neuropati perifer, sindrom ##., nekrosis epidermal toksik, hepatitis, hipoalbuminemia, dan methemoglobinemia. 1 @ifampicin/

26

Kombinasi ##. dengan dosis 1 mg:kg BB, diberikan setiap hari atau setiap bulan. @ifampicin tidak bileg diberikan sebagai monoterapi karena dapat memperbesar kemungkinan terjadinya resistensi. +fek .amping yang harus di perhatikan adalah hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, flu(like syndrome dan erupsi kulit. 1 KlofaNimin %lamprene& / #osis sebagai antikusta ialah 6 mg setiap hari, atau 1 591 penanggulangan +.-.L dengan dosis lebih tinggi yaitu 2 kerja baru timbul setelah 2(5 minggu. +fek sampingnya adalah 'arna kecokelatan pada kulit dan 'arna kekuningan pada sclera sehingga mirip ikterus. 0al tersebut disebabkan oleh klofaNimin yang merupakan Nat 'arna dan dideposit terutama pada sel system retikuloendotelial, mukosa, dan kulit. 1bat ini menyebabkan pigmentasi kulit yang sering merupakan masalah dalam ketaatan berobat penderita. +fek samping hanya terjadi dalam dosis tinggi, berupa gangguan gastrointestinal yakni nyeri abdomen, nausea, diare, anoreksia, dan 3omitus. .elain itu dapat terjadi penurunan berat badan.Perubahan 'arna tersebut akan mulai menghilang setelah 5 bulan obat diberikan. 1 1floksasin/ Merupakan turunan flurokuinolon yang paling aktif terhadap Mycobacterium leprae in 3itro. #osis optimal harian adalah 4 mg. #osis tunggal yang diberikan dalam 22 dosis akan membunuh kuman Mycobacterium Leprae hidup sebesar !!,!!E. +fek sampingnya adalah mual, diare, dan gangguan saluran cerna lainnya., berbagai gangguan susunan saraf pusat termasuk insomnia, nyeri kepala, diNNiness, ner3ousness dan halusinasi. Falaupun demikian hal ini jarang ditemukkan dan biasanya tidak membutuhkan penghentian pemakaian obat. (5 mg selang sehari atau mg:hari namun a'itan mg setiap minggu. Cuga bersifat sebagai antiinflamasi sehingga dapat dipakai pada

2>

Penggunaan pada anak, remaja, 'anita hamil dan menyusui harus hati(hati, karena pada he'an muda kuinolon menyebabkan artropati. .elain ofloksasin dapat pula digunakan le3ofloksasin dengan dosis 6 efektif. 1 Minosiklin/ $ermasuk dalam kelompok tetrasiklin. +fek bakterisidalnya lebih tinggi daripada klaritromisin, tetapi lebih rendah daripada rifampicin. #osis standar harian 1 mg. +fek sampingna adalah pe'arnaan gigi bayi dan anak(anak, kadang(kadang menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa, berbagai simptom saluran cerna dan susunan saraf pusat, termasuk diNNines dan unsteadiness. 1leh sebab itu tidak di anjurkan untuk anak(anak atau selama kehamilan1 Klaritromisin/ Merupakan kelompok antibiotik makrolid dan mempunyai akti3itas bakterisidal terhadap Mycobacterium leprae pada tikus dan manusia. Pada penderita kusta lepromatosa, dosis harian 6 mg dapat membunuh !! E kuman hidup dalam 2" hari dan mg. 1 lebih dari !!,!E dalam 6> hari. +fek sampingnya adalah nausea, 3omitus dan diare yang terbukti sering di temukan bila obat ini diberikan dengan dosis 2 Penghentian pemberian obat laNim disebut @elease ,rom $reatment %@,$&. .etelah @,$ dilanjutkan dengan tindak lanjut tanpa pengobatan secara klinis dengan tindak lanjut tanpa pengobatan secara klinis dan bakterioskopis minimal setiap tahun selama minimal 6 tahun. Kalau bakterioskopis tetap negati3e dan klinis tidak ada keakti3an baru, maka dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut @elease ,rom <ontrol %@,<&. 1 M#$ untuk pausibasilar % *, $$, B$ & adalah rifampicin > ##. 1 mg setiap bulan dan mg sehari. 1bat tersebut lebih baru, jadi lebih

mg setiap hari. Keduanya diberikan selama > bulan sampai ! bulan. .elama

pengobatam, pemeriksaan secara klinis setiap bulan dan bakterioskopis setelah > bulan pada akhir pengobatan. Pemeriksaan dilakukan minimal setiap tahun selama 2 tahun secara klinis dan bakterioskopis. Kalau tidak ada keakti3an baru secara klinis dan bakterioskopis tetap negati3e, maka dinyatakn @,<. 1 27

F01 pada tahun 1!!" telah memperpendek masa pengobatan untuk kasus Multibasilar menjadi 12 dosis dalam 12(1" bulan, sedangkan pengobatan untuk kasus Pausibasilar dengan lesi kulit 2(6 buah tetap > dosis dalam >(! bulan. 1 Penderita multibasilar yang resisten dengan rifampisin biasanya akan resisten pula dengan ##. sehingga hanya bisa mendapat klofaNimin. #alam hal ini rejimen pengobatan menjadi klofaNimin 6 mg, ofloksasin 4 minosiklin 1 mg setiap hari selama " bulan. 1 mg dan minosiklin 1 mg setiap mg atau hari selama > bulan, dilanjutkan klofaNimin 6 mg ditambah ofloksasin 4

Bagi penderita MB yang menolak klofaNimin dapat di berikan ofloksasin 4 mg:hari atau minosiklin 1 rifampicin > mg:hari selama 12 bulan. )lternatif lain ialah diberikan mg dan minosiklin 1 mg dosis mg ditambah dengan ofloksasin 4

tunggal setiap bulan selama 24 bulan. 1

WHO 1e*o""en&e& treat"ent regi"ens > > month regimen for Paucibacillary %PB& Leprosy

2"

Menyesuaikan dosis tepat untuk anak kurang dari 1 tahun. Misalnya, dapson 26 mg Da(son 1 mg .etiap hari 6 mg .etiap hari 1i'a"(isin > mg .ebulan sekali di ba'ah penga'asan 46 mg .ebulan sekali di ba'ah

#e'asa 6 (7 kg )nak 1 (14 tahun Q setiap hari dan rifampisin 5

penga'asan mg diberikan sebulan sekali di ba'ah penga'asan

15 "ont+ regi"en 'or Multi#a*illar4 (MB Le(ros4 #apsone 1 mg .etiap 0ari @ifampisin > mg .ebulan sekali di ba'ah )nak 1 (14 tahun Q 6 mg .etiap hari penga'asan 46 mg .ebulan sekali di ba'ah penga'asan
*

#e'asa 6 (7 kg

6 mg .etiap hari

<lofaNimin #)- 5 mg .ebulan sekali di ba'ah penga'asan #)- 16 mg .ebulan sekali di ba'ah penga'asan

6 mg .etiap hari

Menyesuaikan dosis tepat untuk anak kurang dari 1 tahun. Misalnya, dapson 26 mg mg diberikan sebulan sekali di ba'ah penga'asan, klofaNimin, 6 mg diberikan sebulan sekali di

sehari, rifampisin 5 ba'ah penga'asan

mg diberikan dua kali seminggu, dan klofaNimin 1

Single Lesion Pau*i#a*illar4 (SLPB Le(ros4 (one ti"e &ose o' / "e&i*ations ta%en toget+er @ifampisin > mg 5 mg 1flo9asin 4 mg 2 mg Minosiklin 1 mg 6 mg

#e'asa 6 (7 kg )nak 6( 14 tahun Q 2!

$idak dianjurkan untuk 'anita hamil atau anak(anak kurang dari 6 tahun

$ipe PB4 Pengobatan M#$ untuk kusta tipe PB dilakukan dalam > dosis minimal yang diselesaikan dalam >(! bulan dan setelah minum > dosis maka dinyatakan @,$ %released from treatment&

)nak 0ari 1 / dia'asi petugas @ifampisin 2caps %5 0ari 2(2" / di rumah mgG16 mg& G ##. 1 tab %6 mg& ##. 1 tab %6 mg& Q)nak di ba'ah 1 tahun diberi dosis 1(2mg:kgBB

#e'asa @ifampisin 2caps %295 %1 mg& G ##. 1 tab mg& mg&

##. 1 tab %1

$ipe MB4 Mengobatan M#$ untuk kusta tipe MB dilakukan dalam 24 dosis yang diselesaikan dalam 'aktu maksimal 5> bulan. .etelah selesai minum 24 dosis maka dinyatakan @,$ meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif.

)nak 0ari 1 / dia'asi petugas @ifampisin 2caps %5 mgG16 mg& G KlofaNimin 5caps %596 mg& G ##. 1 tab %6 mg& 0ari 2(2" / di rumah G ##. 1 tab %6 mg&

#e'asa @ifampisin 2caps %295 %591 %1 %1 mg& G & G ##. 1 tab mg& mg& G ##. 1 tab klofaNimin 5caps

KlofaNimin 1 tab %6 mg& Klofasimin 1cap

%1 Q anak di ba'ah 1 tahun diberi dosis 1(2mg:kgBB

mg&

Su"#er 6 http/::en.'ikipedia.org:'iki:,ile/M#$@egimens.jpg Pengo#atan 1ea%si Kusta6 Pengobatan +.-.L / 1bat yang paling sering dipakai adalah tablet kortikosteroid antara lain prednison. #osisnya tergantung pada berat ringannya reaksi, biasanya prednison 16(5 mg sehari, kadang(kadang lebih. Makin berat reaksinya makin tinggi dosisnya, tetapi sebaliknya bila reaksinya terlalu ringan tidak perlu diberikan. .esuai dengan perbaikan reaksi, dosisnya diturunkan secara bertahap sampai berhenti sama sekali. 1 )da lagi obat yang dianggap sebagai obat pilihan pertama yaitu thalidomide, tetapi harus berhati(hati karena mempunyai efek teratogenik. Cadi tidak boleh diberikan kepada orang hamil atau masa subur. Cika hal ini tidak mungkin, adalah penting bah'a kehamilan dikeluarkan sebelum pera'atan ini dimulai. Kontrasepsi yang efektif harus digunakan selama 4 minggu sebelum dan setelah pengobatan serta selama masa

51

pengobatan. 0aruskah kehamilan terjadi meskipun tindakan pencegahan ini, ada risiko tinggi kelainan berat janin. 1 KlofaNimin kecuali sebagai obat antikusta dapat juga dipakai sebagai anti(reaksi +.-.L, tetapi dengan dosis yang lebih tinggi. Khasiatnya lebih lambat dari kortikosteroid. Keuntungan lain klofaNimin dapat dipakai sebagai usaha untuk lepas dari ketergantungan kortikosteroid. 1 Pengobatan reaksi re3ersal/ Perlu diperhatikan, apakah reaksi ini disertai neuritis atau tidak. .ebab kalau tanpa neuritis akut tidak perlu diberi pengobatan tambahan. Kalau ada neuritis akut, obat pilihan pertama adalah kortikosteroid yang dosisnya juga disesuaikan dengan berat ringannya neuritis, makin berat makin tinggi dosisnya. Biasanya diberikan prednison 4 ( > mg sehari, kemudian diturunkan perlahan(lahan. Pengobatan harus secepat(cepatnya dan dengan dosis yang adekuat untuk mengurangi terjadinya kerusakan saraf secara mendadak. 1 )nggoata gerak yang terkena neuritis akut harus diistirahatkan. )nalgetik dan sedati3a kalau diperlukan dapat diberikan. KlofaNimin dan thalidomid untuk reaksi re3ersal kurang efektif, oleh karena itu jarang dipakai. 1 Pencegahan <acat/ Kerusakan saraf terutama berbentuk nyeri saraf, hilangnya sensibilitas dan berkurangnya kekuatan otot. <ara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat adalah dengan melaksanakan diagnosis dini kusta, pemberian pengobatan M#$ yang cepat dan tepat. .elanjutnya dengan mengenali gejala dan tanda reaksi kusta yang disertai gangguan saraf serta memulai pengobatan dengan kortikosteroid sesegera mungkin. 1

*R.

K1MPL*K).* 4

!angguan sara' te(i 52

. sensorik motorik otonom

anestesi

kelemahan

2angguan kel. Keringat, minak, aliran darah

$angan:kaki kurang rasa

Kornea mata anestesi, reflek kedip S

$angan:kaki lemah atau lumpuh

Mata lagoftalmus

Kulit kering:pecah

infeksi

luka

luka

infeksi

Cari bengkok:kaku

kebutaan

infeksi

mutilasi

kebutaan luka

mutilasi

R.

P@12-1.*. #engan adanya obat(obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana dan lebih singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Cika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik, prognosis kurang baik. 4

BAB III KESIMPULAN

55

Kusta merupakan penyakit yang di sebablan oleh kuman Mycobacterium leprae. .araf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Klasifikasi bentuk penyakit kusta yang banyak dipakai dalam bidang penelitian adalah klasifikasi menurut @idley dan Copling yang mengelompokkan penyakit kusta menjadi 6 kelompok berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis, dan imunologis, yaitu tipe tuberculoid %$$&, tipe borderline tuberculoid%B$&, tipe mid borderline %BB&, tipe borderline lepromatosa %BL& , dan tipe lepromatosa %LL&. Program M#$ dimulai pada tahun 1!"1,yaitu ketika kelompok studi kemoterapi F01 secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan rejimen kombinasi yang selanjutnya dikenal sebagai rejimen M#$(F01. @ejimen ini terdiri atas kombinasi obat(obat ##., @ifampisin, dan KlofaNimin. Kusta diperburuk selama kehamilan, sehingga sangat penting bah'a terapi multidrug standar dilanjutkan selama kehamilan. Program )ksi untuk Penghapusan Kusta, F01, Cene'a telah menyatakan bah'a rejimen M#$ standar dianggap aman, baik untuk ibu dan anak, dan karena itu, harus dilanjutkan berubah selama kehamilan. .ebuah jumlah kecil obat anti(lepra diekskresikan melalui ).*, tetapi tidak ada laporan efek samping sebagai akibat dari ini kecuali untuk perubahan 'arna kulit ringan dari bayi karena klofaNimin. Pemakaian $halidomide pada pengobatan +.-.L harus dihindari karena mempunyai efek teratogenik. Perlakuan dosis tunggal untuk pasien kusta lesi tunggal paucibacillary harus ditunda sampai setelah melahirkan.

54

DA,)A1 PUS)AKA
1. ).Kosasih, * Made Fisnu, +mmy .jamsoe L #ili, .ri Linu'ih Menaldi. Kusta. #alam / #juanda,)dhi dkk.%ed&. *lmu Penyakit Kulit dan Kelamin +disi Kelima <etakan Kelima. Cakarta / Balai Penerbit ,K?*.2 1 J75("" 2. .iregar, .aripati Penyakit Kulit, Cakarta / Penerbit Buku Kedokteran +2<, 2 124(12> 5. Le'is. ..Leprosy. ?pdate ,eb 4, 2 1 . )3ailable at / http/::emedicine.medscape.com:article:11 4!77(o3er3ie'Tsho'all 4. BonarN. 2 11. Kusta dalam http/::id.scribd.com:doc:62152 "!:referat(M0(indah diunduh tanggal 4 ,ebruari 2 11 6. Fillacy 0ayley. ?pdate )pr 2 , 2 1 . )3ailable at / http/::'''.patient.co.uk:doctor:Leprosy.htm >. F01.1!!" Model Prescribing *nformation/ #rugs ?sed in Leprosy. )3ailable at/ http/::apps.'ho.int:medicinedocs:en:d:Ch2!""e:1.html 5/

56

You might also like