You are on page 1of 58

SALAM REDAKSI

SELAMAT UNTUK IPM

SAJIAN UTAMA
Mengapa ukhuwah yang sering digembar-gemborkan pemimpin Islam Indonesia tidak juga menghasilkan buah manis dan lezat bagi umat Islam?

DIALOG
Prof DR Sunjoto Usman menyebutkan kalau ukhuwah Islamiyah, termasuk di Indonesia sering retak karena kepentingan kelompok. Benarkah dan mengapa?

TAFSIR AT-TANWIR
Siapa sebenarnya yang disebut sebagai kaum Yahudi, Nasrani dan Sabean? Assalamualaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, Suara Muhammadiyah mengucapkan selamat dan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Ortom Ikatan Pelajar Muhammadiyah atas prestasinya sebagai organisasi kepemudaan kategori organisasi pelajar terbaik Nasional, berdasar hasil seleksi yang dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga Oktober lalu. IPM berhasil mengungguli organisasi pelajar lainnya yang telah mengikuti proses penilaian selama empat bulan terakhir. Menteri Pemuda dan Olahraga RI Roy Suryo berharap ini memicu OKP lain berbuat terbaik bagi bangsa. Deputi I Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, Alfitra Salam, menjelaskan, pemilihan OKP terbaik nasional bertujuan meningkatkan peran serta OKP di masyarakat serta memperbaiki kondisi internal organisasi. Terkait pemilihan OKP terbaik, ia mengatakan, mereka dinilai selama empat bulan melalui proses seleksi. Seleksi dilakukan dengan menilai aspek kelembagaan OKP serta aplikasi program kerja yang dipandang turut melahirkan perubahan sosial. Aspek yang menentukan kejuaraan ini, antara lain, kinerja organisasi, hasil-hasil karya organisasi, dan pelaksanaan program yang memberi dampak perubahan sosial, Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM Fida Afif berharap, terpilihnya IPM sebagai OKP terbaik nasional bisa memicu para kader IPM untuk terus berkiprah di organisasi. Demikianlah, sampai jumpa pada edisi mendatang. Wassalamualaikum wr. wb. Redaksi

TANYA JAWAB AGAMA


Di mana letak kenajisan alkohol?

MENU
04 TAJUK RENCANA 06 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 14 TANYA JAWAB AGAMA 16 SHOHIFAH 18 TAFSIR AT-TANWIR 20 HADITS 26 KALAM 39 KRONIK DUNIA ISLAM 46 HUMANIORA 48 WAWASAN 62 IBRAH

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

TAJUK

MENYIKAPI DINAMIKA INTERNAL UMA UMAT T

mat Islam Indonesia pasca reformasi 1998 makin dihadapkan pada dinamika internal yang luar biasa. Pada era ini beragam organisasi Islam baru lahir, bentuknya malah banyak yang bercorak kelompok-kelompok selain organisasi formal. Dalam kelahiran kelompok-kelompok itu berkembang pula paham-paham keislaman yang pusparagam, termasuk kelompok sufi di kota-kota besar. Dengan demikian penggolongan dan pengelompokan umat Islam di negeri ini semakin luas dan terfragmentasi secara kian majemuk. Maka kemajemukan golongan Islam semakin tidak dapat dihindari. Umat Islam Indonesia tidak homogen, sebaliknya sangat heterogen. Dalam keragaman golongan dan kelompok umat itu, berkembang paham dan pandangan keislaman yang pusparagam dari yang konservatif hingga progresif, dari yang moderat hingga yang ekstrem. Jika merujuk ke sejarah Islam, sesungguhnya kemajemukan golongan dan paham keislaman itu wajar belaka. Di era pasca kekhalifahan utama (Khulafa arRasyidun) bermunculan golongan-golongan atau kelompokkelompok umat Islam yang saling berbeda dan bahkan berlawanan paham satu sama lain. Konflik pun tak terhindari, dari konflik teologis dan ideologis hingga fisik. Umat Islam Indonesia terutama pasca lahirnya organisasiorganisasi di awal abad keduapuluh pada masa perjuangan kemerdekaan sampai saat ini juga tidak lepas dari konflik paham itu. Bahkan sesama internal di tubuh organisasi Islam tertentu juga terjadi perpecahan yang keras sampai saling kudeta. Konflik dan perpecahan di tubuh umat Islam seolah menjadi bagian dari dinamika kehidupannya, yang tentu saja melemahkan keberadaan dan peran umat sendiri. Dinamika dan konflik kian keras dalam dunia politik Islam. Sejak partai politik Islam lahir seperti Sarikat Islam tahun 1911, hingga ke era berikutnya konflik internal itu sering terjadi. Kelahiran

Partai Islam Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia, 1946), Parmusi (Partai Muslimin Indonesia, 1968) sampai PPP (Partai Persatuan Pembangunan, 1973) disertai konflik yang tajam. Demikian pula pada partai-partai Islam setelah reformasi, ada yang terbelah dua, padahal belum lama berdiri. Sejarah tentu memberi banyak pelajaran berharga. Bagaimana pekembangan umat Islam yang diwarnai oleh penggolongan dan pegelompokkan yang sangat beragam plus paham dan kepentingan yang serba majemuk itu melahirkan konflik-konflik keras yang menjatuhkan umat Islam sendiri. Alih-alih dapat membangun kejayaan Islam yang sebagaimana sering didengungkan pada setiap pengajian, ceramah, pidato, dan tulisan di berbagai forum serta media, justu sebaliknya yang terjadi pelemahan umat dan perjuangannya. Mengurus diri sendiri saja sudah tidak mampu, bagaimana dapat mengurus bangsa dan dunia yang lebih untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil-alamin. Karenanya, dinamika baru yang berkembang di tubuh umat Islam setelah reformasi ini jangan sampai menggiring pada perpecahan kelompok dan paham yang kian tajam dan meluas. Sebaliknya, harus semakin saling mendekat dan membangun ukhuwah yang positif. Di sinilah masing-masing golongan dan kelompok untuk mengembangkan sikap cerdas dan dewasa. Tunjukkan sikap moderat, toleran, dan bijaksana. Jauhi sikap merasa paling benar sendiri, dengan tindakan-tindakan yang memaksakan paham, kehendak, dan kepentingan. Jika ada masalah sesama umat Islam maka selesaikan dengan semangat ukhuwah yang tulus dan sejati disertai winwin solution yang nyata. Jauhi sikap saling menjegal dan menegasikan. Jadikanlah dinamika baru umat Islam untuk melahirkan dan mengembangkan pandangan Islam yang lapang, maslahat, dan berkemajuan, sehingga Islam dan umat Islam dapat membawa pencerahan peradaban. hns

PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Deni Asyari. WAKIL PEMIMPIN PERUSAHAAN: H Mulyadi. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Asep Purnama Bahtiar, Ahmad Mu'arif. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. LITBANG & KESEKRETARIATAN: Isngadi Marwah. ARSIP & DOK: H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror . IKLAN/PEMASARAN: Deni . ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail: redaksism@gmail.com Web: www.suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 15.000,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka.

Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381

SM 23-2013
COVER: Joko Supriyanto FOTO: dailyfresher.com

"SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.

BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264.30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537.30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009.2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0034115 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Syariah Mandiri Rek. 7033456737 Dicetak: Grama Surya

SUARA SUARA MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH 05 07 / /98 |1 || 1 -15 15 APRIL SUARA MUHAMMADIYAH 12 / 98 98 16 - MARET 30 JUNI 2013 2013

WA RT AW AN " S U AR A M U H A M M A D I Y A H "

T ID A K D IP E R KE NAN K AN M E N ER I M A/ M EM I N TA AP A P U N DAR I NA RA S U M B ER

4 4

SUARA PEMBACA
KHUTBAH JUMAT TENTANG GERHANA Salah seorang pelanggan Majalah Suara Muhammadiyah bernama Haji Sugiman di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, mengaku selama ini berlangganan dengan Majalah Suara Muhammadiyah belum pernah mendapatkan materi khutbah Jumat bertema tentang Gerhana. Oleh karena itu, demikian penting pengetahuan tentang gerhana bagi masyarakat luas maka lewat majalah Suara Muhammadiyah ini, saya selaku penerima curahan hati dari Bapak haji Sugiman meneruskan kepada Redaktur Majalah Suara Muhammadiyah agar memerhatikan masalah itu. Sekiranya hal itu dapat diterima oleh redaksi Majalah Suara Muhammadiyah, Bapak Haji Sugiman berterima kasih. Demikian surat pembaca ini saya sampaikan.
Sujoko NBM 613.966 Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ampel, Boyolali, Jateng. Hijriyah 1435 H yang akan datang dapat menambahkan angka konversi waktu untuk kota Makassar, sehingga memudahkan kami menghitung dari jadwal yang ada pada kalender. Selama ini, saya melihat kotakota se Jawa saja yang dimuat angka waktu konversi/ pengurangan waktu dalam menghitung jadwal waktu shalat. Sekiranya tidak terlalu menyulitkan, dimohon hal ini dapat dipertimbangkan karena kalender kita ini sungguh banyak beredar di bagian timur Indonesia. Ada baiknya jika usul kami belum bisa dipertimbangkan, mohon disampaikan alasan kesulitannya Abdul Djalil Muhammadiyah Makassar. Kompleks Perum Griya Fajar Mes Blok B No.4 Makassar. Jl. St Alauddin Makassar 90221 Catatan: Terimakasih atas masukannya. Menjadi pertimbangan penerbitan kalender yang akan datang.(Red)

MILAD SUARA MUHAMMADIYAH


Assalamualaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, kami beritahukan bahwa pada tahun 2014 nanti usia Suara Muhammadiyah genap 99 tahun. Ini merupakan momen yang penting. Suara Muhammadiyah pun membentuk panitia Jelang 1 Abad Milad Suara Muhammadiyah. Yang menjadi panitia adalah semua karyawan Suara Muhammadiyah, diketuai Aulia Muhammad. Kegiatan milad ini dimulai 10 Desember 2013 10 Januari 2014 dengan beberapa agenda, diantaranya; Turnamen Futsal antar media di Yogyakarta, Dilanjutkan dengan turnamen mancing, Grand Opening Toko Suara Muhammadiyah yang baru dan Bakti Sosial pada 1 Januari 2014. Kegiatan berikut adalah Seminar nasonal Pers Islam di Ambang Kebangkitan pada tanggal 4 Januari 2014. Acara milad ditutup dengan pemberian SM Award pada tanggal 10 Januari 2014. Dengan paket acara milad seperti ini diharapkan Suara Muhammadiyah makin bangkit dan maju. Lebih-lebih setelah beberapa waktu lalu pimpinan Suara Muhammadiyah menyelenggarakan rapat kerja di Grand Hotel LPP Yogyakarta dilanjut dengan rapat kerja bersama karyawan. Demikianlah, maklumat ini kami sampaikan, semoga mendapat perhatian. Bagi warga maupun amal usaha Muhammadiyah yang berminat untuk berpartisipasi dalam sponsorship, dapat langsung menghubungi ketua panitia, ke nomor 0274-376955. Wassalamualakum wr. wb. Pimpinan Suara Muhammadiyah

MAKLUMAT

KALENDER HIJRIYAH DITAMBAH ANGKA KONVERSI WAKTU Saya sebagai salah satu pembaca majalah Suara Muhammadiyah di daerah Kota Makassar, Sulawesi Selatan mengusulkan kepada Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah agar dalam penerbitan Kalender

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

SAJIAN UTAMA

MERINDUKAN BUAH UKHUWAH


alah satu kata yang sering ditanamkan oleh bibir para pemimpin Islam ke benak dan ke ingatan umat Islam adalah ukhuwah. Kata ukhuwah sudah terlalu sering dilontarkan, dibahas, dikaji dan diterjemahkan dalam satu dua tindakan. Kata ukhuwah menjadi kata penting dalam kehidupan umat Islam. Usia kata ukhuwah, di Indonesia sudah tua. Setua kehadiran umat Islam di bumi Nusantara ini. Yang jelas dalam sejarah umat Islam modern di Indonesia, kata ukhuwah makin sering diperbincangkan, diperkatakan. Bahkan dimanipulasi untuk menang sendiri seperti dalam kasus sidang itsbat beberapa waktu lalu. Yang jelas, ibarat pohon, kata ukhuwah itu sampai hari ini masih belum jelas buahnya. Ukhuwah seharusnya berbuah persatuan, tetapi persatuan umat Islam Indonesia masih menjadi impian. Ukhuwah seharusnya berbuah kekuatan, baik kekuatan politik, ekonomi, budaya, kekuatan sosial. Tetapi umat Islam Indonesia hingga detik ini masih belum berhasil memetik buah ukhuwah bernama kekuatan itu. Umat Islam masih lemah dan mau saja dilemahkan oleh pihak lain. Pohon ukhuwah seharusnya berbuah kesejahteraan dan kemakmuran yang diridlai Allah. Buah ukhuwah bernama kesejahteraan umat, bukan kesejahteraan pentolan partai dan menteri, nyaris tidak pernah dinikmati oleh umat Islam. Kemakmuran demikian juga. Umat Islam seolaholah makmur karena di pasar-pasar tersedia aneka macam barang kebutuhan, barang kebutuhan dasar maupun kebutuhan untuk bermewah-mewah. Siapakah pengendali barang dagangan itu, siapakah pengendali harga barang dagangan itu? Bukan umat
6

Islam. Umat Islam selalu jatuh posisinya hanya sekadar menjadi konsumen, itu saja daya belinya sering tidak mencukupi. Umat Islam pun disuguhi dengan berdirinya bank-bank megah, berdirinya hotel-hotel mewah, perumahan super mewah, mobil mewah, restoran dan kehidupan duniawi yang penuh gelimang harta. Siapakah yang lebih banyak menikmati? Bukan umat Islam. Sementara ormas Islam, dan banyak lembaga atau tokoh yang mengatasnamakan Islam makin hari makin seru dan makin bersemangat mengibarkibarkan kata ukhuwah. Dan buah ukhuwah pun makin jauh dari pandangan. Jangankan buah ukhuwah, bunga ukhuwah, daun ukhuwah, batang ukhuwah dan akar ukhuwah pun jangan-jangan memang tidak ada. Artinya, pohon ukhuwah itu memang tidak pernah ada. Yang ada hanya kata ukhuwah yang kosong tindakan dan hampa makna. Benih ukhuwah yang sejati, jangan-jangan memang tidak pernah ditanam di masyarakat Islam dan di lahan umat Islam. Yang selama ini terjadi jangan-jangan hanya politisasi dan komersialisasi kata ukhuwah untuk kepentingan individu sang pemimpin atau hanya untuk kepentingan kelompok sempit. Oleh karena itu sepertinya wajar kalau saat ini umat Islam Indonesia yang mayoritas di negeri ini nasibnya selain hanya menjadi tukang dorong mobil mogok, predikat mayoritas ini nyaris tidak membawa nilai positif apa pun bagi bangsa Indonesia juga bagi umat Islam sendiri. Benarkah, selama ini ukhuwah antarumat Islam yang terjadi adalah ukhuwah semu belaka? Apakah ada jalan lain untuk saling menenggang kepentingan pribadi untuk kepentingan yang lebih besar? (Bahan dan tulisan: isma)

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

SAJIAN UTAMA

DI RANAH KONSEP
barat menanam pohon, pohonnya belum ditanam. Sebab pohonnya memang belum ada wujudnya, tanahnya juga belum dicangkul karena masih merupakan tanah tandus. Apalagi musim kemarau menghasilkan paceklik di mana-mana. Demikian kira-kira gambaran pahit yang cukup mendekati kenyataan yang menyangkut kondisi umat Islam Indonesia. Pohon ukhuwah memang belum dapat diharapkan buahnya, karena pohon ukhuwah masih berada pada ranah konsep. Sedang umat ibarat tanah, hatinya belum digarap agar mau melepas kepentingan sempit dan sempitnya hati dan jiwa ini menyebabkan pohon ukhuwah amat sulit ditanam. Apalagi selama ini umat Islam mengalami paceklik kemenangan di manamana. Yang terjadi justru kekalahan di manamana. Umat Islam Indonesia kalah secara politik, kalah secara hukum, kalah secara ekonomi dan kalah secara budaya. Kalau sudah demikian, apa yang dapat diharapkan? KH Abdullah Mubarak Jaidi Ketua Umum PP Al-Irsyad AlIslamiyah mengakui kalau kondisi ukhuwah Islamiyah di Indonesia khususnya hubungan antarormas Islam memang baru sampai pada ranah konsep saja. Ukhuwah Islamiyah yang kita ketahui bersama sebagai alat pemersatu umat belum tertanam mendalam di hati kita. Tak heran jika umat Muslim yang menjadi mayoritas penduduk negeri ini tidak mampu berbuat banyak untuk bangsanya. Karena masing-masing ormas berjalan sendiri-sendiri sesuai tujuan kelompoknya, tuturnya. Seharusnya kita berkaca pada Rosul Muhammad yang dalam hal ukhuwah ini mampu mempersatukan antara kaum Muhajirin dan Anshar di Madinah. Beliau mampu mengangkat isu-isu sosial yang sifatnya universal sehingga antara Muhajirin dan Anshor bisa bahu membahu untuk tujuan yang satu. Yaitu kedaulatan Islam di atas dunia. Tidak ada kepentingan lain selain itu. Potret ukhuwah dalam dunia nyata sekarang ini, lebih banyak ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kelompok. Tidak sedikit ormas Islam yang memanfaatkan kata ukhuwah untuk kepentingan politiknya. Utamanya adalah politik kekuasaan. Ormas Islam tidak menjunjung tinggi kepentingan Islam dan kaum

UKHUWAH HANYA

Muslimin, apalagi demi kedaulatan NKRI. Yang ada di lapangan justru sebaliknya, kepentingan kelompok adalah prioritas utama. KH Abdullah Mubarak berpendapat, Menjalin ukhuwah Islamiyah khususnya di bidang politik saya kira itu baik dan tidak ada salahnya. Namun hal lain selain politik juga perlu dibahas bersama oleh ormas-ormas Islam tersebut. Tidak melulu politik. Hal ini akan sangat terasa jika mendekati pemilu sebagai mana sekarang. Pertemuan antar ormas untuk membahas agenda 2014 nanti itu baik. Tapi akan lebih bermakna lagi jika usai 2014 kerjasama antarormas terus terjalin di berbagai bidang.. Kerjasama antarormas, menurut saya adalah jalan yang mampu mempersatukan kepentingan kelompok menjadi kepentingan bersama. Selain itu kerjasama juga akan memupuk tali ukhuwah antarormas. Khususnya kerjasama di bidang sosial. Seperti meningkatkat perokonomian umat, membangun peradaban bangsa yang Islami, serta meningkatkan kesejahteraan umat Islam agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak, tuturnya. DR H Yusnar Yusuf MS Ketua Umum Pemgurus Besar Alwashliyah juga mengakui hal yang sama. Memang benar jika dikatakan ukhuwah Islamiyah di Indonesia hanya sebatas kata dan ucapan saja. Konkretnya hari ini belum ada. Padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim yang sebagian
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

SAJIAN UTAMA
besar birdiri di bawah payung ormas Islam. Namun saya kira kepentingan kelompok masih menjadi prioritas masing-masing ormas yang ada, katanya.. Menurut pandangan Yusnar, semua itu tergantung pada pimpinn dan tokoh ormas masing-masing. Dulunya banyak dari kalangan tokoh ormas yang memerankan jabatan penting dalam pemerintahan Indonesia. Seperti menteri, anggota dewan, dll. Tapi setelah duduk di jabatan yang tinggi tidak sedikit dari mereka yang sibuk dan lupa terhadap gerakan akar rumpun, yang sebenarnya menjadi basic kekuatan umat. Tokoh ormas yang mendapat jabatan tinggi dalam pemerintahan ini, cenderung memprioritaskan kepentingan kelompoknya dari pada umat Muslim penduduk mayoritas Indonesia. Sehingga hal ini memicu rasa tidak percaya antar ormas dan lembaga-lembaga Islam lainnya. Ini yang sering terjadi. Maka wajar saja jika simpatisan dan kader ormas yang ada di bawah juga ikut bertindak demi kelompoknya, dan selalu curiga dengan gerakan ormas lainnya. Hubungan yang tidak harmonis antarormas Islam ini, sering dimanfaatkan oleh lembaga non Islam untuk mencuri start. Sehingga kita kaum Muslimin sering kecolongan oleh gerakan non Muslim khususnya di ranah sosial. Tentu rasa suudhan atau buruk sangka terhadap kelompok lain ini harus diubah demi persatuan dan kesatuan ukhuwah Islamiyah Muslim Indonesia. Apalagi jika dihadapkan dengan agenda 2014 nanti. Untuk itu, pertemuan antar ormas harus intens diadakan, sehingga kita sebagai mayoritas penduduk Indonesia bisa bersikap dan memperlihatkan keutuhan islam. Lebih dari itu perkumpulan ormas ini bisa menghasilkan capres dan cawapres 2014. Sebenarnya melalui Muhammadiyah pertemuan antar ormas ini sudah mulai digalakkan lagi sejak akan diberlakukannya UU Ormas beberapa bulan lalu. Disusul dengan berbagai diskusi kebangsaan yang melibatkan banyak ormas. Mudah-mudahan hal ini bisa terus berlanjut. Bahkan Prof DR H Maman Abdurrahman, MA, Ketua Umum PP Persis menyebutkan Ukhuwah Islamiyah antarormas Islam di Indonesia memang mengalami degradasi yang mendalam. Jalinan ukhuwah yang ada hanya bersifat taabbudi,yaitu sebatas hubungan ibadah yang normatif dan sempit, bukan berdasarkan sosiologi yang lebih melihat manusia secara humanis. Sehingga antarormas Islam terkesan saling menjaga diri dari kelompok lain. Menurut Prof Maman, Sikap curiga dan tidak percaya ini justru dipelihara para pemimpin dan tokoh ormas. Secara otomatis hal ini menjalar sampai kader dan simpatisan ormas tersebut. Padahal seorang pemimpin maupun tokoh itu harus terlihat bijaksana dan memberi teladan yang baik. Bukan malah berperan sebagai tukang adu domba. Jika merasa diuntungkan, maka mereka membawa kader dan simpatisannya untuk bergabung dan mendukung ormas lain, sebaliknya jika merasa dirugikan maka kader dan simpatisannya digerakkan untuk membenci ormas lain yang merugikan kepentingan dirinya.
8

Hal seperti di atas itu sering kali terjadi pada ikatan ukhuwah islamiyah antarormas. Sehingga yang ada adalah taawwanu alal itsmi wal udwan bukan taawanu alal birri wa taqwa. Hal ini lebih terlihat lagi jira sudah terkait urusan politik praktis. Nada prihatin pun disampaikan oleh Muflich Chalif Ibrahim Presiden Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam Indonesia. Dia mengatakan, Kondisi ukhuwah Islamiyah di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dan mengkhawatirlan. Ukhuwah Islamiyah pada praktiknya identik dengan needs dan wants serta kepentingan-kepentingan duniawi yang hanya sesaat. Menurut Muflich, Ukhuwah Islamiyah hanya menjadi kulit kemasan semboyan maupun slogan-slogan saja. Dalam praktik acap kali orang membeda-bedakan umat menurut status sosial, strata, pangkat, jabatan, harta, dan lain-lain. Ini semua jauh dari prinsip keadilan dan persamaan bahwa kedua hal tersebut merupakan hal yang sangat prinsip dalam mewujudkan Ukhuwah Islamiyah. Masalah umat Islam terlalu banyak dan ruwet, sudah bersangkut paut sehingga apabila kita urai jabarkan akan menimbulkan frustasi dan apatisme di kalangan awam. Antara lain, pemimpin umat belum memiliki niat yang sama dalam mewujudkan umat, belum memiliki kemauan yang kuat untuk membentuk umat, belum mengetahui dan mengerti serta menghayati kaedah umat, belum memiliki akidah yang benar dan kuat sebagai landasan tujuan umat, serta belum mendapatkan teladan dari pemimpin yang sesuai dengan tuntutan dienul Islam, Konkretnya, kita masih melihat kenyataan umat bercerai berai dalam golongan organisasi dan partai. Masih saja ada yang mempersengketakan soal-soal furruiyyah dan khilafiyah, masih banyak umat Islam yang menggunakan ideologi dan isme-isme lain. Tanpa disadari menjadi Islam phobia dan membenci sesuatu yang berbau Islam. Bahkan masih pula terjadi upaya saling mengkafirkan, menganggap diri dan kelompoknya paling benar bahwa kebenaran hanya ada pada kelompoknya serta menganggap yang berada di luar kelompoknya adalah menyimpang dan berada dalam kesesatan. Dengan demikian, Ukhuwah Islamiyah yang ditanamkan pada umat Islam di Indonesia selama ini tidak berbuah dan berbunga, karena tidak benar dan bengkok niatnya sehingga terjadi disorientasi dalam cara ber-ukhuwahnya. Ini berbeda dengan zaman dulu. Dahulu, ungkap Muflich, Islam berhasil dengan gemilang mengukuhkan arti sebuah ukhuwah dan solidaritas sampai menghasilkan bunga-bunga cinta, kasih sayang, persamaan, keseragaman warna, penuh nuansa kekeluargaan antarsesama umat sehingga membuahkan soliditas dan solidaritas umat yang kokoh yang saling berbagi dan peduli. Bahkan non-Muslim sekali pun terjamin dan terlindungi hakhaknya. Pohon ukhuwah berbuah hanya dengan mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh junjungan kita Rasulullah saw selaku pakar tiada banding sepanjang sejarah umat manusia sampai dengan kiamat. (Bahan gju, tof, tulisan tof)

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

SAJIAN UTAMA

MENCERDASKAN UMAT
dan tokoh inilah yang selalu menyulut api konflik antar ormas. Padahal seharusnya mereka yang pengetahuannya lebih luas dari pada simpatisannya itu menunjukan sikap yang bijaksana dan bisa berdamai dengan perbedaan yang ada, tuturnya degan nada prihatin. Problem lama ini sebenarnya bisa dihindarkan jika masingmasing kelompok sadar betul akan makna ukhuwah Islamiyah. Yaitu sikap individu maupun kelompok yang menganggap perbedaan sebagi fitrah. Sehingga masing-masing ormas akan tumbuh rasa saling mengormati dan menghargai perbedaan yang ada. Kiai Muzammil mengharap, Para pemimpin dan tokoh ormas seharusnya lebih memikirkan kemajuan umatnya dari pada berebut kekuasaan dengan ormas lain. Bukan malah membodohkan umat sebagaimana sering terjadi. Harapan saya, ormas harus mencerdaskan umat. Yaitu dengan mengajak umat untuk mengembangkan pikirannya, sehingga pola pikirnya tidak sempit dan semakin luas. Seharusnya umat ini diajari kalau AlQuran dan Hadits itu banyak tafsir dan maknanya. Jadi tidak mudah menyalahkan orang lain yang berbeda tafsir dan berbeda dalam memberi makna. DR H Saleh Partaonan Daulay, MAg, MHum, MA Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah yang dihubungi SM menyebutkan, ukhuwah Islamiyah saat ini kelihatannya memang sedang diuji kekuatannya. Katanya, Fenomena munculnya aliran-aliran keagamaan (baik fiqih maupun teologi) dan juga ormas-ormas Islam baru menyebabkan pudarnya semangat persaudaraan di kalangan umat Islam. Menurut Saleh, masing-masing aliran dan ormas-ormas itu lahir bukan untuk melengkapi kekurangan umat Islam yang ada. Malah sebaliknya, kehadiran mereka justru membawa suatu klaim kebenaran baru. Aliran dan ormas yang sudah lama ada dinilai salah karena itu perlu diluruskan. Akibatnya, terjadi friksifriksi dan saling curiga. Tidak heran jika antara satu ormas dengan ormas lain susah bertemu. Begitu juga antara satu aliran dengan aliran lain sulit didudukkan secara bersama-sama untuk membicarakan kepentingan umat Islam pada skala makro dan global. Sangat disayangkan, ada ormas Islam yang kelihatannya lebih toleran dengan agama lain. Kalau sudah bicara soal interfaith, mereka cenderung sangat memahami. Bahkan, mereka selalu berdiri di barisan terdepan untuk membela. Mereka perlu dibela, kata mereka, karena mereka minoritas. Dan itu demi menegakkan amanat Pancasila dan konstitusi serta membangun kebersamaan
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

ORMAS HARUS

embangun kembali ukhuwah Islamiyah di Indonesia sekarang ini jelas memerlukan kerja keras. Kerja keras, kerja nyata dan kerja berjangka waktu panjang. Masalah yang dihadapi umat cenderung sangat rumit, kompleks dan komplikatif. Tidak lagi sederhana. Mengapa? Sederet pengalaman buruk kerja sama antarormas di masa silam cenderung dihayati, dipahami dan diformat sebagai trauma kelompok dan trauma ini tidak disembuhkan bahkan sering disuburkan. Pengalaman buruk dijadikan rujukan, bukan harapan di masa depan yang jadi rujukan. Ketidakpercayaan dan saling suudhon kadang lebih diutamakan ketimbang rasa percaya, saling menghargai dan saling mengharapkan. Akibatnya rezim penguasa bisa membolak-balikkan nasib kelompok ormas Islam berdasar politik belah bambu. Baik di zaman Orde Lama, maupun di zaman Orde Baru atau di zaman Orde Reformasi sama saja. Meski demikian, tentu masih ada harapan. Telah lahir generasi baru ormas Islam yang steril dari pengalaman buruk itu. Mereka tidak mengidap trauma politik atau trauma sosial seperti generasi sebelumnya. Mereka punya kepercayaan diri yang tebal dan memiliki keahlian tertentu dalam menyelesaikan persoalan pribadi dan persoalan umat dan masyarakatnya. Sayang, jumlah mereka masih sangat sedikit dan kalah jumlah dibanding arus besar yang melanda kita semua sekarang ini. Untuk melihat potret ukhuwah Islamiyah sekarang, KH Ahmad Muzammil Pimpinan Pondok Rohmatul Umam Bantul Yogyakarta menyebutkan, Sampai hari ini, ukhuwah Islamiyah yang sering didengungkan oleh kelompok dan ormas Islam Indonesia itu sekedar wacana saja. Di bibir mereka mengatakan perlunya hidup dengan berpegang pada tali ukhuwah, namun kenyataan dalam praktik sosialnya justru sebaliknya. Mereka saling merasa benar dan menganggap kelompok atau ormas lain salah. Mereka saling menjatuhkan bahkan saling membunuh. Dalam arti membunuh secara karakter. Kebanyakan ormas maupun kelompok sibuk memperbincangkan perbedaan yang ada, dan saling membanggakan atribut ormasnya. Sebagian mengatakan yang lain salah dalam beribadah, sebagian mengatakan kelompok lain itu bidah, dan sebagian mengatakan di luar kelompoknya itu sesat. Seolah hal ini menjadi suatu keharusan yang terus menerus diwariskan hingga sekarang. Persoalan konflik antarormas ini tidak hanya terjadi pada level kader dan simpatisan yang ada di bawah. Hal serupa juga terjadi pada pimpinan dan para tokoh. Parahnya justru pimpinan

SAJIAN UTAMA
dalam bingkai NKRI yang dilandasi oleh Bhinneka Tunggal Ika. Sebetulnya, tidak ada yang salah dengan pembelaan terhadap kelompok minoritas dan marginal. Yang dipersoalkan adalah mengapa pada saat bicara toleransi di internal Islam justru sangat sulit dilakukan. Padahal, perbedaan yang ada mungkin hanya berada pada level furuiyyah, bukan perbedaan teologis (asasiyyah). Kadang-kadang, perbedaan itu hanya berada pada wilayah perbedaan penafsiran terhadap teks-teks Al-Quran dan Hadits, keluhnya.. Disinilah letak ironisnya. Berbeda iman mereka sangat biasa, tetapi kalau berbeda pemahaman fiqh dan penafsiran Kitab Suci itu dianggap sesuatu yang sangat tabu. Tidak jarang, ada satu ormas yang memformulasikan program dan gerakannya hanya untuk menyerang dan melenyapkan ormas lainnya. Nauzubillahi min zalik, katanya. Menurut Saleh masih ada harapan jika langkah taktis dijalankan umat Islam. Pertama, perbedaan yang sifatnya furuiyyah tidak perlu diperbesar dan melibatkan grassroot (masyarakat akar rumput). Perbedaan itu hendaklah dipahami sebagai salah satu khazanah kekayaan intelektual umat Islam. Kedua, umat Islam dari berbagai lintas aliran dan lintas ormas hendaklah sama-sama meneguhkan adanya common enemy (musuh bersama) yang harus dihadapi. Musuh bersama umat Islam itu antara lain adalah kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, serangan budaya Barat, akhlak dan moralitas bangsa, dan juga bencana alam yang selalu ada. Dengan adanya common enemy ini, persatuan umat Islam akan lebih mudah dikukuhkan. Kita bisa beda pemahaman agama, tetapi diyakini pasti akan sama-sama terganggu dengan musuh bersama itu. Karena itu, energi umat bisa dialokasikan maksimal untuk mengatasi musuh bersama itu, katanya. Ketiga, umat Islam harus berbagi peran di tengah-tengah kehidupan berbangsa. Mereka yang berpolitik hendaklah bersungguh-sungguh dalam menunjukkan perannya. Begitu juga mereka yang berjuang lewat jalur ormas hendaklah bekerja keras untuk mengadvokasi kepentingan umat. A Munim DZ, intelektual muda NU dalam sebuah tulisannya menyebutkan, untuk kalangan NU yang diperlukan sekarang adalah mengembalikan ukhuwah Nahdliyah terlebih dahulu. Kalau ini sudah terbentuk, maka ukhuwah Nahdliyah dapat menjadi modal untuk membangun Ukhuwah Islamiyah. Dia mengharap, melalui halal bihalal misalnya, ukhuwah Nahdliyah dapat dirajut kembali. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam sambutan pengarahan Pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah di halaman Pondok Pesantren Al-Itqon Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah, mengusulkan ukhuwah wathaniyah didahulukan, baru kemudian ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Jika persaudaraan nasional ini sudah kokoh, sangat mudah untuk membangun persaudaraan sesama umat Islam. Logikanya sederhana. Kata dia, orang ingin membangun
10

masjid, mendirikan pesantren atau madrasah butuh tempat berpijak. Jadi memiliki dan menunjung Tanah Air merupakan kewajiban, karena tanpa Tanah Air, kewajiban berupa dakwah Islam tidak bisa dijalankan. Apa kita mau membangun pesantren dan madrasah di awang-awang? ujarnya dengan kalimat tanya sebagaimana dikutip pada media NU Online. Tapi dia menegaskan, hal itu hanya sebatas usulan. Itupun menurutnya meniru ajaran pendiri NU, KH Hasyim Asyari yang dia modifikasi. KH Hasyim Asyari, kisah Said, mengajarkan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyyah. Ajaran itu dia balik susunannya menjadi ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah islamiyah. Hadlratussyaikh KH Hasyim Asyari mengajarkan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah. Saya punya usul yang membalik susunannya saja. Ini sebatas ide saya, pungkas Kang Said. Sedang menurut Saleh Daulay, dalam mewujudkan ukhuwah Islamiyyah tersebut, Muhammadiyah semestinya bisa melakukan peran aktif. Muhammadiyah bisa melakukan dialog dengan seluruh aliran dan ormas Islam yang ada. Melalui dialog itu diharapkan ada kesamaan visi dan persepsi dalam melihat kondisi umat Islam kini dan masa depan. Melalui dialog itu, perbedaan-perbedaan yang sifatnya furuiyyah diharapkan tidak sampai memecah persaudaraan dan kebersamaan. Selain itu, harapnya, Muhammadiyah juga bisa berperan membangun kerjasama dalam memerangi musuh bersama umat Islam. Rektor UNS, Prof DR Ravik Karsidi, MS. dalam khotbahnya di masjid Nurul Huda UNS Solo mengharap masjid dapat menjadi sarana untuk membangun ukhuwah Islamiyah. Prof Ravik berharap nantinya masjid Nurul Huda bisa menjadi tempat bersatunya berbagai perbedaan pendapat dan pandangan. Selanjutnya dijelaskan bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat menciptakan suatu kondisi toleransi dalam kehidupan di kampus dan di manapun berada. Sedang Rektor UIN Alauddin Makassar Prof DR HA Qadir Gassing HT MS, ketika menjadi khatib Shalat Hari Raya Idul Adha di Masjid Istiqlal Jakarta menyatakan bahwa seluruh masyarakat Indonesia adalah bersaudara kendati berbeda suku, berbeda agama dan berbeda bahasa. Selama ini yang ditonjolkan dalam forum-forum dakwah adalah ukhuwah Islamiyah, padahal selain ukhuwah Islamiyah ada ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah Basyariah. Ukhuwah Wahtoniyah adalah persaudaraan sebangsa dan setanah air Adapun ukhuwah Basyariah adalah persaudaraan antarmanusia, Jadi, masalahnya adalah bagaimana merajut ukhuwahikhuwah itu menjadi bangun persauradaan yang luas dan produktif sehingga mampu mamacu kemajuan umat dan bangsa? (Bahan gjh dan tof, tulisan tof)

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

SAJIAN UTAMA Implementasi Ukhuwah yang Riil dan Bermakna


Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum PP Aisyiyah DALAM Islam, kita diajarkan untuk bersaudara atas dasar kepercayaan, atas dasar tauhid, sehingga kita bersaudara atas dasar perintah Allah, yang memerintahkan umat Islam bersaudara. Penanaman ukhuwah bisa dilakukan; pertama, melalui keluarga, bahwa kita diajarkan untuk saling bersaudara, saling menyayangi, saling toleransi, taawun, saling mendukung, dan dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga. Kedua, melalui pendidikan, baik pendidikan formal, non-formal, dan informal. Ketiga, penanaman ukhuwah dalam masyarakat dengan jiwa ketulusan, karena dalam ketulusan mengandung keyakinan yang membuat masyarakat saling percaya, saling menjaga, saling menyayangi, yang implementasinya dalam masyarakat tercipta budaya saling menghormati, saling menghargai, dan toleransi satu sama lain. Muhammadiyah dan Aisyiyah memiliki peran strategis dalam membangun ukhuwah sejati. Hal ini dikarenakan kita memiliki banyak kegiatan yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat, dan itu kegiatan yang riil. Kita memiliki gerakan Al-Maun yang dilakukan secara praktik dan advokasi. Dalam praktik, kita memberikan bantuan kepada masyarakat dan membuat regulasi-regulasi agar kebijakan pemerintah berpihak pada masyarakat. Secara advokasi, kita mengawasi kebijakan-kebijakan tersebut. Di sinilah ukhuwah itu terjalin untuk saling tolong menolong antarsesama. (vin) Muhammadiyah yang berserak di berbagai tempat. Ketiga, memisahkan peran politik dan dakwah Muhammadiyah sehingga jelas orientasinya. Keempat, harus dilakukan pertemuan rutin para politisi Muhammadiyah dari berbagai partai, supaya tidak terjadi permusuhan hanya karena perbedaan pandangan politik. (gjh)

Ukhuwah untuk Kepedulian terhadap Perempuan dan Anak


Norma Sari, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah PENANAMAN ukhuwah di kalangan kader Nasyiah saat ini lebih difokuskan untuk membangun ukhuwah, terutama sesama Muslimah, agar saling menguatkan, saling peduli pada perempuan dan anak. Ukhuwah kami dibangun untuk memperkuat persaudaraan sesama Muslimah yang dalam kenyataannya masih banyak mengalami problema kekerasan di ranah domestik dan publik untuk bisa berempati, peduli, mengadvokasi karena dilandasi ikatan persaudaraan. Penguatan ini ditujukan kepada para kader untuk merajut ukhuwah sebagai pribadi dan sebagai organisasi membangun jaringan untuk kepentingan perbaikan kualitas hidup anak dan perempuan. (vin)

Perlu Diberi Peran Optimal


Prof DR Bambang Setiaji, Rektor UM Surakarta UKHUWAH tidak berarti tidak adanya kelompok-kelompok. Adanya kelompok adalah alamiah. Sejak zaman Nabi ada kelompok bahkan ada komunitas non Muslim. Kelompok kelompok diberi peran optimal sesuai dengan keahlian atau kecenderungannya. Dalam sejarah saat perang pun orang non Muslim diberi peran oleh Nabi. Tetapi yang mengkhianati kepentingan bersama berupa keselamatan negara atau kota Madinah dihukum. Kelompok-kelompok Muslim dan komunitas non Muslim terikat untuk mempertahankan negara Madinah yang adil dan melindungi, memberi kebebasan. Jadi kunci persatuan adalah sistem yang indah yang adil, melindungi, memberi kebebasan, tidak takut berbeda. (gjh) RALAT: Dalam SM nomor 22/2013 halaman 9 terdapat kesalahan pemasangan Foto SN Suwisma, Ketua Umum Parisada Hindu Darma Pusat. Foto yang terpasang seharusnya foto ini. Untuk itu, kami mohon maaf.
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

Dibutuhkan Ukhuwah Ideologis, Bukan Ukhuwah Pragmatis


Fajlurrahman Jurdi, Ketua DPP IMM UKHUWAH, menurut saya, ada dua bentuk: ukhuwah ideologis dan ukhuwah pragmatis. Ukhuwah ideologis dibangun di atas nilai-nilai keagamaan. Ada kesamaan pandangan bahwa kemanusiaan di atas segalanya, ia melampaui kepentingan individu dan kelompok. Ukhuwah pragmatis adalah persaudaraan yang dibangun di atas kepentingan jangka pendek tanpa memikirkan kepentingan dan kelanjutan hubungan sosial. Saya melihat belakangan ini, ukhuwah yang kita bangun adalah ukhuwah pragmatis. Ukhuwah ideologis hanya bisa kita lihat di kampung-kampung yang jauh dari kebisingan politik. Muhammadiyah harus kembali menata umat, bukan pada hirukpikuk kekuasaan dan saling merampas tahta di antara sesama mereka. Akibat politik yang menyandera organisasi ini dari dalam, persaudaraan atas nama keihklasan mulai ditinggalkan. Bagi saya, Muhammadiyah harus melakukan beberapa hal. Pertama, revitalisasi peran dan konsep dakwah. Kedua, menata kembali amal usaha

11

BINGKAI

UKHUWAH MEMACU KEMAJUAN UMAT


DR H Haedar Nashir, MSi
erakan-gerakan Islam memiliki akar kuat dalam sejarah Indonesia. Ketika Islam masuk, tumbuh, dan berkembang di Nusantara sejak akhir abad ke-7 maupun ketika lahir kerajaan-kerajaan Islam abad ke-13 Masehi, kehadiran umat Islam telah menyatu di negeri dan bangsa ini. Di era kebangkitan nasional awal abad ke-20 lahir perhimpunan pergerakan Islam berbasis organisasi modern seperti Sarekat Islam (1911), Muhammadiyah (1912), Jamiatul Khair (1919), Persatuan Islam (1923), Nahdlatul Ulama (1926), dan lain-lain yang memberi kontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan. Para tokoh Islam di kemudian hari bahkan menjadi pelaku sejarah sebagai pendiri Negara Republik Indonesia tahun 1945. Umat Islam juga bergerak dalam ranah perjuangan politik. Kelahiran Partai Islam Indonesia (1937), Majelis Islam Ala Indonesia (1938), Majelis Syuro Muslimin Indonesia (1945), Partai Muslimin Indonesia (1968), Partai Persatuan Pembangunan (1973), dan partai-partai Islam di Era Reformasi. Pergerakan politik Islam tersebut memiliki peran penting dalam mengonsolidasikan kekuatan umat sekaligus membangun negara di Republik ini. Peran Muhammadiyah dalam gerakan reformasi 1998 melalui tokoh uamanya Prof DR H Amien Rais sangatlah besar. Karenanya potensi dan peran gerakan-gerakan Islam baik dalam membangun umat maupun bangsa secara keseluruhan sangatlah besar. Jika semuanya dimobilisasi dalam satu kekuatan bersama akan menjadi aliansi strategis yang dahsyat. Maka kini menjadi agenda penting dan utama bagi para tokoh Islam bagaimana melakukan konsolidasi strategis untuk memacu kemajuan umat dan bangsa di berbagai bidang kehidupan. Potensi dan peran strategis tersebut sangatlah penting karena umat Islam merupakan penduduk terbesar di Indonesia. Merekat Ukhuwah Bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak masalah krusial seperti korupsi, sumberdaya alam yang terkuras asing, masalah ketenagakerjaan, serta soal martabat dan kedaulatan negara. Dalam peta perkembangan global Indonesia menghadapi banyak tantangan yang harus dihadapi selain untuk mempertahankan kekuatan domestik dan memainkan peran internasional. Di sinilah potensi dan peran gerakan-gerakan Islam baik yang berkiprah di ranah dakwah kemasyarakatan maupun
12

dakwah-politik penting dirancangbangun dan dioptimalkan sehingga melahirkan kekuatan strategis. Dalam menghadapi berbagai dinamika keindonesiaan dan perkembangan global maupun dalam mengoptimalkan potensi dirinya maka menjadi penting seluruh kekuatan gerakan Islam di negeri ini merajut atau merekat kembali ukhuwah secara lebih solid dan strategis. Ukhuwah atau persatuan umat Islam ialah penyatuan atau pengintegrasian diri seluruh kekuatan umat ke dalam wadah atau aktivitas bersama yang dibangun di atas tekad dan ikhtiar kolektif menuju cita-cita meraih kejayaan umat dan bangsa. Tentang bagaimana bentuk ukhuwah yang lebih solid dan strategis itu tentu dapat dimusyawarahkan bersama guna ditemukan konsensus baru oleh seluruh tokoh Islam. Ukhuwah wathaniyah (kebangsaan) dan insaniyah (kemanusiaan) memang sama penting, tetapi mana mungkin kedua ranah tersebut dapat diperankan manakala ukhuwah sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah) sendiri longgar atau rapuh. Umat Islam harus realistik bahwa jika benar-benar berjuang demi Islam maka harus semakin saling mendekat dan tidak saling menjauh, apalagi saling berseteru. Sebab semua gerakan Islam itu satu misi dan cita-cita yakni terwujudnya ajaran Islam dalam seluruh kehidupan di muka bumi. Ukhuwah sesama umat Islam harus lebih tulus dan nyata. Pertama mencari bentuk integrasi perjuangan secara kolektif baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kedua, bekerjasama dan bersinergi dalam merumuskan agenda-agenda praksis dan strategis yang disepakati bersama. Ketiga, melakukan kerja-kerja keumatan, kebangsaan, dan peran global secara kolektif. Keempat, saling memajukan dan tidak saling mengintervensi atau berebut lahan gerakan yang menimbulkan pertentangan sesama kelompok Islam sendiri. Kelima, tidak saling mengeluarkan pernyataan, pandangan, dan fatwa yang berpeluang saling menyesatkan sesama umat yang berujung konflik keras. Keenam, jika satu golongan atau kelompok memegang jabatan kekuasaan di pemerintahan alangkah elok manakala mau berbagi dan yang tidak kalah pentingnya tidak menghabisi yang lain. Memacu Kemajuan Umat Islam dan para tokohnya penting untuk berpikir serta bekerja keras bagaimana menyatukan seluruh potensi dan

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

BINGKAI
kekuatan yang dimilikinya menjadi benar-benar aktual atau mewujud guna meraih kemajuan atau keunggulan. Bukankah umat Islam itu dipilih Allah untuk menjadi khayr ummat atau umat terbaik (Qs. Ali Imran : 110) dan memiliki misi terbesar menyebarkan dan mewujudkan risalah rahmatan lil-alamin (Qs. Al-Anbiya: 107) di mana pun berada? Misi dan atribut yang luhur itu meniscayakan pikiran-pikiran yang berkemajuan dalam menggerakkan misi dakwah serta tajdid sebagai jalan jihad multiaspek dan multiperspektif. Gerakan-gerakan Islam dan para tokohnya dituntut bekerjasama dalam merajut pikiran-pikiran besar dan langkahlangkah strategis bagaimana melakukan terobosan-terobosan guna memajukan umat Islam pada khususnya dan bangsa serta dunia kemanusiaan universal pada umumnya. Dengan kaidah taqdim al-aham min al-muhim (mengutamakan yang terpenting dari yang penting alias prioritas) maka wajib dipikirkan dan diagendakan bagimana memobilisasi seluruh potensi umat sehingga menjadi kekuatan yang berdaya dan berkemajuan secara signifikan. Jadikan umat Islam di negeri ini benar-benar mayoritas secara kuantitas dan kualitas sehingga menjadi subjek pelaku perubahan dan pelopor kemajuan di negerinya sendiri. Bukan menjadi objek, apalagi objek penderita. Di antara agenda-agenda strategis dalam memacu kemajuan umat Islam ialah: (1) mengakselerasikan pendidikan dan penguasaan iptek yang memiliki implikasi langsung pada penguatan keunggulan sumberdaya manusia sebagai investasi termahal bagi masa depan; (2) menyusun strategi dan programprogram pemberdayaan ekonomi umat secara masif agar keluar dari jeratan kemiskinan dan kedhuafaan; (3) memperkuat basis modal sosial umat yang menjadikan dirinya sebagai masyarakat yang tangguh; (4) membangun aliansi strategis politik umat yang dapat mengoptimalisasikan kekuatan mayoritas dalam kehidupan bernegara; (5) mengagendakan peran-peran kebangsaan yang lebih strategis; dan (6) optimalisasi peran umat Islam di dunia Islam dan kancah global yang lebih realistik. Karenanya sudah tidak saatnya gerakan-gerakan dan para tokoh Islam terjebak pada persoalan-persoalan kecil, parsial, dan hanya kembang-kembang saja yang membuat abai atau berbelok dari agenda-agenda konkret dan strategis yang menyangkut hajat hidup umat dan bangsa. Hilangkan ananiyah atau egoisme diri dan kelompok yang menghambat umat untuk bersatu guna meraih kemajuan. Kembangkan pikiran-pikiran dan langkah-langkah pembaruan sehingga terjadi lompatan kemajuan di tubuh umat. Dengan demikian gerakan-gerakan Islam dan para tokohnya semakin fokus dan membumi dalam memacu kemajuan umat menuju keunggulan dan kejayaan sebagai pelaku peradaban yang bercorak uswah hasanah di bumi tercinta.

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

13

TANYA JAWAB AGAMA

KENAJISAN ALKOHOL
Pertanyaan: Assalamu alaikum wr. wb. Tentang larangan khamr semua Muslim sepakat haram, termasuk di dalamnya alkohol. Sebagian ulama menyatakan bahwa alkohol itu najis secara maknawi dan juga ada yang menyatakan najis lidzatihi. Bagaimana pandangan Muhammadiyah dalam hal ini, apakah alkohol itu hanya najis maknawi atau memang najis lidzatihi? Nadi Wijaya, alamat e-mail: nadiwijaya58@yahoo.com (disidangkan pada hari Jumat, 14 Zulkadiah 1434 H / 20 September 2013 M) Jawaban: Terima kasih atas pertanyaan yang telah saudara sampaikan. Sebelum kami menjawab, untuk lebih jelasnya, kami akan menguraikan sedikit tentang pengertian alkohol. Alkohol dalam bahasa arab adalah al-kuhl atau al-kuhul, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah alcohol. Secara istilah alkohol adalah sesuatu yang menguap, saripati atau intisari. Alkohol diartikan sebagai cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan mudah terbakar. Umumnya dipakai pada industri dan pengobatan serta merupakan unsur ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan minuman keras. Alkohol dapat dibuat melalui proses fermentasi, destilasi, dan industri, yang mengandung berbagai zat hidrat arang (seperti melase, gula tebu dan sari buah). Adapun tentang khamr, kaum muslimin sepakat meminum khamr itu hukumnya haram, berdasarkan firman Allah SwT: diri, tetapi perbuatan meminum khamr itulah yang dikatakan sebagai najis (rijsun). Sedangkan alkohol itu berbeda dengan khamr karena tidak semua alkohol disalahgunakan dalam pemakaiannya. Alkohol menjadi haram hukumnya ketika dijadikan minuman yang dapat memabukkan. Illat diharamkannya alkohol dalam hal ini bukan karena ia benda najis, tetapi karena efek dari meminum alkohol itulah yang menjadikannya haram. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya (Al-Baqarah [2]: 219)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al-Maidah [5]: 90-91) Dalam ayat tersebut, yang digolongkan menjadi najis (rijsun) adalah khamr, yaitu sejenis minuman yang dapat memabukkan peminumnya. Kenajisan dalam ayat tersebut bukan karena zat khamr itu sen-

Artinya: Setiap minuman yang memabukkan itu haram. (H.R. al-Bukhari, Hadits diriwayatkan dari Aisyah) Dari penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa alkohol bukanlah benda najis. Oleh sebab itu, ketika alkohol tersebut digunakan untuk hal yang bermanfaat seperti untuk pengobatan, campuran parfum dan lain-lain, maka hal tersebut tidaklah diharamkan karena tidak terjadinya illat diharamkannya alkohol itu sendiri, yaitu memabukkan. Jadi alkohol di sini adalah najis maknawi (abstrak) bukan najis lidzatihi (zat/benda konkret). Pada dasarnya zat dari alkohol itu tidaklah najis, meskipun alkohol dapat menjadi haram ketika disalahgunakan menjadi minuman yang dapat memabukkan. Namun keharaman ini disebabkan efek memabukkannya, bukan karena najisnya zat alkohol tersebut. Hal ini karena tidak semua benda haram itu termasuk benda najis, sebagaimana dalam kaidah fiqhiyyah:

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah 14
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

TANYA JAWAB AGAMA


Artinya: Setiap yang najis itu haram, tapi tidak semua yang haram itu najis. Pertanyaan serupa pernah ditanyakan dan pernah pula dibahas dan dimuat di rubrik Fatwa Agama Majalah Suara Muhammadiyah No. 13 tahun 2005. Dalam fatwa tersebut dijelaskan, bahwa ayat 90 surat Al-Maidah di atas menyatakan bahwa zat khamr itu bukan najis, yang najis ialah perbuatan minum khamr dan perbuatan minum khamr itu sama dengan perbuatan setan. Dengan kata lain yang diharamkan adalah perbuatan minum khamr, bukan zat khamr itu sendiri. Hal ini senada dengan firman Allah SwT: bukan saja perbuatan najis bahkan termasuk perbuatan syirik dan termasuk perbuatan dosa besar. Dari keterangan di atas kami berpendapat bahwa zat khamr dan zat alkohol itu adalah suci bukan najis. Yang najis ialah perbuatan minum khamr dan minum minuman keras (yang mengandung alkohol), karena berakibat mabuknya si peminum. Orang mabuk adalah orang yang tidak waras akalnya dan dapat menimbulkan keonaran, kebencian dan permusuhan dalam masyarakat. Wallahu alam bish-shawab.

Artinya: maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Al-Hajj [22]: 30). Dari ayat ini dapat difahami bahwa berhala yang berupa batu dan sebagainya adalah suci sebagaimana halnya dengan batu-batu yang lain. Yang dihukum najis itu ialah perbuatan menyembah berhala, karena perbuatan menyembah berhala itu

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

15

SHOHIFAH

Renungan Milad 2013


A. Malik Fadjar

Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912.

enyimak isi, jiwa, dan semangat Pernyataan Pikiran Abad Kedua seputar Pandangan Keislaman (Bagian II:7) yang disampaikan Pimpinan Pusat pada Muktamar ke-46 (Satu Abad), di Yogyakarta di atas mengingatkan kembali atas kesaksian seorang tokoh nasionalis Roeslan Abdulgani. Menurutnya tahun 1912, merupakan tahun detik dari suatu babak sejarah bangsa Indonesia. Suatu babak yang dikenal dengan sebutan Zaman Kebangunan Nasional. Pada era kebangunan nasional itulah Muhammadiyah lahir sebagai organisasi yang membawakan reformasi atau renaisans di dalam gerakan Islam. Jiwa dari gerakan Muhammadiyah sejalan dengan kelahirannya di Zaman Kebangunan menuju kemajuan yang ruhnya adalah pembebasan dari belenggu-belenggu keterbelakangan amaliah, kerapuhan etika, dan kemiskinan penalaran dan gagasan (Muhammadiyah Setengah Abad, 1962). Gerak Melintasi Zaman Sesungguhnyalah daya tahan, kekuatan, dan daya pikat Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan dakwah adalah pada komitmennya untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan itu. Berangkat dari komitmennya itu kemudian berkiprah menampilkan watak baru dalam tiga dimensi : idenya, caranya, dan sekaligus produknya. Dari dimensi ide, nampak pada upayanya untuk terus mengembangkan Islam yang lebih genuine, tetapi juga lebih merangkum seluruh aspek kehidupan nyata. Dari dimensi cara, nampak pada upayanya mengembangkan tabligh sebagai wahana transmisi pengetahuan dan wawasan agama secara terencana dan teratur. Dari dimensi produk, nampak pada kiprahnya dalam menjembatani kesenjangan sosial. Maka, boleh dikatakan bahwa paradigma dakwah Muhammadiyah adalah paradigma Islam yang berkemajuan. Dan sungguh bukan sesuatu yang sederhana untuk mengkonservasi-kan paradigma itu sebagai skema mental yang
16

secara efektif melandasi dan memandu gerak melintasi zaman: dalam ide, dalam cara, dan dalam produk. Bermodal pengertian dan komitmen saja memang tidak cukup. Harus diwujudkan dalam praksis terencana dengan disertai kompetensi managerial, terutama untuk bisa memberi makna dan nilai-nilai Islam yang berkemajuan dalam gerak melintasi zaman. Milad 2013 Keputusan Muktamar Satu Abad dengan cerdas membaca dan melihat Isu-isu Strategis Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal sebagai bentuk komitmen Muhammadiyah memasuki abad kedua. Ini berarti bahwa seluruh jajaran Pimpinan Persyarikatan beserta Organisasi Otonom dan Amal Usahanya untuk saling bersinergi memecahkan berbagai persoalan strategis itu. Pengalaman berkiprah selama satu abad (1912-2012) sebelum dan sesudah Indonesia merdeka, dengan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan yang melembaga dalam organisasi dan amal usaha nyata, merupakan modal untuk memainkan peran strategisnya. Menyadari bahwa Milad 2013 ini berada dalam suasana percaturan politik Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Meskipun Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara penting untuk menyampaikan sikap dan pandangan politiknya. Dan Pernyataan Pikiran Abad Kedua. Serta Isu-isu Strategis itu pada hakekatnya mengisaratkan sikap dan pandangan politik yang cukup mendasar. Terutama dalam rangka menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara. Wallahu alam.

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

17

TAFSIR AT-TANWIR

Mukjizat Musa dan Pelajaran bagi Bani Israil (2)


SURAT AL-BAQARAH AYAT 60-62
Kaum Yahudi, Nasrani dan Sabean Ayat 62 menyatakan: disebut Bani Israil, mereka adalah golongan umat berdasarkan etnik. Mirip dengan ayat ini adalah surah Al-Maidah ayat 69. ka pada Hari Kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (Al-Hajj [22]; 17) Orang Yahudi adalah umat Nabi Musa dengan berpedoman Kitab Taurat, orang Nasrani penganut Nabi Isa dengan Kitab Injil. Orang Sabean dijelaskan oleh al-Thabari yang kemudian dikutip kitab Tafsir sesudahnya, adalah komunitas yang tinggal di Arab Selatan berpegang kepada kitab Zabur. Dengan demikian mereka penerus Bilqis, Ratu dari Saba yang kemudian tunduk kepada Nabi Sulaiman. Masuk di akal bila kemudian ajaran Zabur disebarkan di tempat asal Bilqis ini. Agaknya Saba ) dengan Shabin dengan huruf sin ( dengan huruf shad ( ) adalah sebuah entitas dengan dua sebutan, sekali tempo dengan sin dan sekali tempo dengan shad. Oleh para ahli Tafsir diterangkan bahwa mereka kemudian membelokkan ajaran Zabur dengan menyembah malaikat, dalam istilah populer disebut menyembah dewa. Hal ini mirip dengan umat Hindu yang sebenarnya tuhan mereka Esa (Sang Hyang Widi Wase). Tetapi mereka juga menyembah para dewa seperti Brahma, Wisnu dan lain-lain yang sebenarnya ciptaan Tuhan yang Esa. Imajinasi terhadap para dewa ada kemiripan dengan imajinasi umat Islam terhadap para malaikat. Hanya, orang Islam harus menempatkan malaikat sebagai makhluk, tidak lebih dari itu. Orang Majusi adalah mereka yang tinggal di sekitar Persia, yang menurut para Ulama Tafsir, ketika ajaran Islam tersebar ke sana mereka memuja api dan menyembah matahari dan bulan. Bila kita be-

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Kalau pada beberapa ayat yang disebutkan terakhir ditunjukkan ancaman terhadap Bani Israil karena kenikmatan Allah dibalas dengan keangkuhan, maka ayat ini memberi peluang kepada mereka untuk dapat bahagia kalau mereka mau memenuhi petunjuk-Nya. Ada empat golongan orang beruntung di sisi Allah apabila mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhir, serta beramal salih. Keempat golongan tersebut adalah 1. Orang Mukmin, 2. Orang Yahudi, 3. Orang Nasrani, dan ). 4. Orang Sabean (Shbin/ Penyebutan kelompok ini tidak didasarkan silsilah keturunan (bani) tetapi didasarkan pada agama. Kalau disebut Yahudi atau Nasrani, adalah mereka, baik dari Bani Israil maupun dari luar, yang menjalani agama Yahudi atau Nasrani. Tetapi kalau

Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orangorang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shalih, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ( Al-Maidah [5]: 69) Kalau di kedua tempat terdahulu Allah memberi kabar gembira kepada mereka, maka dalam surah Al-Hajj Allah mengancam dengan menyatakan akan memberi balasan kepada mereka secara berbeda karena mereka tidak melakukan benarbenar beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta beramal shalih. Ayat dimaksud berbunyi;

Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shbin, orang-orang Nasran, orang-orang Majs dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mere-

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan naskah awal disusun oleh Prof. DR. H. Muhammad Zuhri, MA.

18

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

TAFSIR AT-TANWIR
rangkat dari teori bahwa setiap umat pernah kedatangan dakwah Rasul, maka boleh jadi mereka tadinya juga beragama samawi dengan mengikuti ajaran seorang Rasul, kemudian akhirnya membelokkan ajaran yang benar menjadi menyimpang seperti menyembah api. Persoalannya, bagaimana orang Yahudi, Nasrani, Sabean dan Majusi itu beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta beramal shalih. Hal ini penting karena ayat tersebut tidak membeda-bedakan agama. Apakah bersama itu mereka tetap berpegang sepenuhnya dengan ajaran Kitab Suci mereka? Hal ini rasanya mustahil. Ataukah mereka mengamalkan ajaran agama lama mereka sejauh tidak bertentangan dengan iman dan amal shalih? Terkadang orang Yahudi dan Nasrani diseru dengan sebutan Ahlul Kitab. Ada peluang sebenarnya bagi Ahlul Kitab untuk menerima ajakan menerima titik temu dengan ajaran Islam sebagaimana disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 64: Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Ali Imran [3]: 64) Mengapa peluang untuk menuju titik temu itu ada? Karena sebenarnya ajaran wahyu baik Islam, Yahudi maupun Nasrani itu berasal dari Dzat yang sama, dan mereka dari pembawa agama yang sama, Nabi Ibrahim, yang dalam sejarah agama disebut Abrahamic Religion. Ajaran agama diselewengkan justru oleh tokoh penyiar agama beberapa generasi sesudah sang Rasul wafat. Misalnya, keyakinan bahwa Yesus itu tuhan, diputuskan oleh sebuah sidang Konsili pada abad ke 4 Masehi. Tidak heran kalau Al-Quran yang turun pada abad ke 7 melakukan kritik atas penyimpangan tersebut, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Maidah ayat 73 yang akan ditafsirkan lebih tuntas. Para ahli tafsir pada umumnya cenderung mengatakan bahwa ajakan menuju satu kalimat yang dipahami sebagai titik temu ini tiada lain melaksanakan sistem akidah Islam. Karena di dalam surah ini ada prinsip menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun serta tidak kultus terhadap sesama makhluk. Sulit dibayangkan kiranya memenuhi ajakan Al-Quran ini bersamaan dengan tetap memeluk agama lama mereka. Karena, sistem akidah dalam agama lama memiliki identitas tertentu yang mengarah kemusyrikan, yang membedakannya dari sistem akidah tauhid yang diajarkan Muhammad Rasulullah. Namun demikian, bila mereka tidak mau memenuhi ajakan menuju satu kali) maka mat (kalimatin saw`/ umat Islam tidak boleh memaksa keyakinan mereka. Di sini berlaku toleransi antarumat beragama. RALAT: Ada kesalahan dalam penulisan Terjemahan surat Al-Baqarah Ayat 60-62 dalam rubrik Tafsir edisi nomor 22 halaman 19 kolom dua dan tiga, seharusnya terjemahan berhenti pada (62)Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orangorang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Kalimat berfirman kepada mereka: Jadilah kamu kera yang hina. (66) Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.Seharusnya tidak ada. Mohon maaf atas kesalahan yang sangat mengganggu ini.*

Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

19

HADITS

Mengisi Keutamaan Bulan-bulan Haram (Al Asyhur Al Hurum) dengan Amalan yang Disyariatkan (Masyru) (3)
Ruslan Fariadi AM, SAg, MSI

adits ini sesuai dengan perintah berkurban sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut di atas (Qs. Al-Hajj: 36-37) dan sekaligus sebagai motivasi berkurban bagi mereka yang telah diberi keluasan rizki dan kemampuan secara materi. Di samping sebagai bentuk taqarrub lewat ibadah yang disyariatkan, kurban juga sekaligus sebagai manifestasi bersyukur dan berbagi kepada orang lain. 3. Keutamaan Bulan Muharram Keutamaan bulan Muharram tidak dibangun berdasarkan asumsi, namun keutamaan yang dimilikinya ditetapkan berdasarkan justifikasi syari baik yang terdapat dalam Al-Quran maupun Hadits Nabi saw. Ada beberapa keutamaan yang dimiliki oleh syahrullah (bulan Muharram), antara lain: a. Bulan Haram (bulan Pantangan) Muharram adalah bulan pertama menurut perhitungan kalender Hijriah. Secara etimologi (bahasa), Muharram berarti diharamkan atau pantangan, yaitu larangan keras untuk melakukan peperangan atau pertumpahan darah di bulan tersebut. Larangan peperangan ini berdasarkan kepada peristiwa yang terjadi pada masyarakat jahiliah pada zaman Nabi saw, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat Al-Taubah, ayat: 36 dan Hadits Nabi saw sebelumnya. Pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan pada bulan ini adalah segala bentuk kemaksyiatan dan dosa. Bukan sebaliknya, sebagaimana yang berkembang dalam mitos sebagian masyarakat
20

seperti; pantangan untuk melakukan pernikahan, bepergian atau perbuatan-perbuatan baik tertentu lainnya. Mitos semacam ini tentu merupakan sesuatu bentuk kesyirikan dan khurafat (penyimpangan akidah) yang harus dihilangkan dari hati dan keyakinan seorang Muslim. b. Bulan Allah (Syahrullah) Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang sangat spesial yang diberi julukan sebagai syahrullah (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah saw, dalam Haditsnya. Para Ulama menjelaskan bahwa penyandingan sesuatu (kata) dengan lafdzul Jalalah (lafaz Allah) memiliki makna lit-tasyrif (untuk pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah, dan sebagainya. Rasulullah bersabda:

hari yang dikenal dengan istilah Yaum alAsyura (tanggal sepuluh Muharram). Pada hari ini, seorang Muslim disunnahkan untuk melaksanakan ibadah puasa (Puasa Asyura). Adapun Hadits-Hadits yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut antara lain:

Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya. (H.R. Muslim)

Dari Abi Hurairah ra berkata; Rasulullah saw bersabda: Puasa yang paling utama setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardlu adalah shalat malam. (H.R. Muslim). c. Kesunnahan Berpuasa Di Bulan Muharram (khususnya tanggal 10 Muharram) Di bulan Muharram ini terdapat suatu

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasul saw bersabda: seutama-utama puasa setelah Ramadlan adalah (puasa) pada bulan Muharram dan seutama-utama shalat setelah shalat fardlu adalah qiamullail. (HR. Muslim)

Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

HADITS
satu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari Asyura dan bulan ini, yaitu bulan Ramadlan. (H.R. Bukhari dan Muslim) Terkait dengan puasa pada tanggal sepuluh Muharram ini, Ibnu Abbas ra, menjelaskan bahwa ketika Rasulullah saw tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, lalu Beliau bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya. Karena itu, Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda: Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian. Lalu beliau berpuasa dan memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari dan Muslim). Namun ketika puasa pada tanggal sepuluh Muharram ini dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, masih terdapat keraguan dan kegelisahan di kalangan sebagian sahabat. Karena khawatir apa yang dilakukannya ini sebagai bentuk mengikuti tradisi orang Yahudi. Padahal Rasulullah saw sangat menekankan para sahabat dan umatnya untuk tidak berperilaku (mencontoh) orang Yahudi dan Nashrani (khalif al yahud wa al-Nashara). Hal ini menggugah mereka untuk bertanya kepada Rasulullah sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim; habat) berkata : Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah pun bersabda, Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan). Ibnu Abbas berkata: lalu sebelum tahun depan itu tiba, hingga Rasulullah saw wafat. (H.R. Muslim) Hadits tersebut menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw bukan mengikuti tradisi Yahudi, namun merupakan syariat Nabi sebelumnya (Musa) yang dilestarikan dalam sunnahnya (Syarun man qablana). Hal ini ditegaskan dalam Hadits riwayat imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: Puasalah pada hari Asyura, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. Terkait dengan persoalan ini, Ibnu Qoyyim al-Jauziiyah dalam kitab Zad al Maad, ketika menjelaskan Hadits-Hadits tersebut di atas menjelaskan, ada tiga alternatif cara berpuasa di bulan Muharram, yaitu: 1. Puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11). Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11: berdasarkan Hadits riwayat imam Ahmad dan Ibnu Huzaimah). Pendapat ini dikuatkan oleh para ulama sebagai bentuk kehatihatian (Ihtiyathan). 2. Puasa tanggal 9 dan 10 dengan mengompromikan dan mengamalkan kedua sunnah filiyah (puasa tanggal 10 Muharram) dan sunnah hammiyah/cita-cita beliau (puasa pada tanggal 9 Muharram) . Dalam Syarh al-Nawawi li Shahih Muslim dijelaskan; sebagian ulama berpendapat sunah berpuasa pada hari kesembilan bersamaan dengan hari kesepuluh karena Nabi saw berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat akan berpuasa pada hari kesembilan, agar tidak tasyabbuh (menyamai) dengan Yahudi yang berpuasa hanya di hari kesepuluh. 3. Cukup berpuasa tanggal 10 saja dengan niat yang tulus untuk mengikuti Sunnah Nabi saw dan bukan mengikuti atau tasyabbuh dengan orang Yahudi. Inilah perkara sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw berdasarkan Hadits yang sharih dan shahih. Namun sebagian masyarakat Muslim masih ada orangorang mengadakan berbagai bentuk ritual di bulan Muharram (Syura) yang tidak memiliki dasarnya sama sekali, atau hanya bersandar pada Hadits-Hadits yang sangat parah ke- dhaif-annya (seperti Hadits Munkar dan Matruk) bahkan dengan Hadits-Hadits maudhu (palsu). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan beberapa perkara munkar, yang diada-adakan oleh ahlul ahwaa (pengikut hawa nafsu), seperti perayaan asyura dengan ritual tertentu, mandi pada hari asyura, (Iqtidha al-Shirath al Mustaqim li Mukhalafat al Ash hab al- Jahim) atau bahkan mengarung kepala sapi/sesajen ke tengah laut dan berbagai bentuk ritual lainnya. Bersambung

AGEN BARU SUARA MUHAMMADIYAH DI JAWA TIMUR


WALUYO MUSA Jl. Mastrip Blok Z No. 8 Rt. 03 Rw. 21 Kec. Sumbersari, Jember, Jawa Timur Hp. 085258924042 DRS. DAIER Perguruan Muhammadiyah Kauman, Gemahrejo, Watulimo, Trenggalek, Jawa Timur

Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan kaum Muslimin berpuasa, mereka (para sha-

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

21

DIRASAH ISLAMIYAH

JEJAK PEMIKIRAN KEBANGSAAN KI BAGUS HADIKUSUMO, MR KASMAN SINGODIMEDJO, DAN KH ABDUL KAHAR MUZAKKIR (2)
Lukman Hakiem
esudah melalui perdebatan panjang, dalam rapat BPUPK pada tanggal 16 Juli 1945, rancangan Preambule dan batang tubuh Undang-Undang Dasar diterima dalam katakata Ketua BPUPK Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningratdengan sebulat-bulatnya. Preambule rumusan 22 Juni 1945 itulah yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Ki Bagus, Kasman, dan Hilangnya Tujuh Kata Sesudah bersidang pada 16 Juli 1945, BPUPK hilang digantikan posisinya oleh PPKI. Berbeda dengan BPUPK yang beranggotakan 60 orang ditambah 6 anggota tambahan dan 7 wakil Jepang sebagai anggota istimewa, PPKI hanya beranggotakan 27 orang (21 anggota tetap plus 6 anggota tambahan). PPKI yang dibentuk pada 7 Agustus 1945, baru bersidang pada 18 Agustus 1945. Di PPKI, jumlah anggota yang berasal dari kalangan Islam makin merosot, yaitu hanya 4 orang. Keempatnya ialah Ki Bagus Hadikusumo, K.H. A. Wahid Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo (aktivis Jong Islamieten Bond dan Muhammadiyah yang saat itu lebih dikenal sebagai Daidantjo Jakarta), dan Mr. T.M. Hasan (Ikhwanus Shafa Indonesia yang keanggotaannya dalam PPKI lebih karena faktor ke-Sumateraannya). Kasman (sebagai anggota tambahan) dan Hasan (sebagai anggota tetap) adalah dua pendatang baru yang tidak ikut dan karena itu tidak menghayati proses perumusan Undang-Undang Dasar di BPUPK. Di tangan PPKI dengan format seperti itulah, menurut Ketua Umum Partai Ma22

syumi, Prawoto Mangkusasmito (19101970), terjadi historische vraag (pertanyaan sejarah). Karya besar 60 + 6 anggota BPUPK berupa Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang dengan susah payah dan dengan penuh kesabaran dirancang, diperdebatkan, dan pada 16 Juli 1945 dengan suara bulat disahkan dalam rapat besar BPUPK, hanya dalam hitungan jam, serta merta dianulir oleh 20+6 anggota PPKI. Situasi pada pagi 18 Agustus 1945 itu, sungguh-sungguh sangat krusial. Sejarah meletakkan beban berat itu di pundak anggota PPKI, Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman Singodimedjo. Pastilah sama sekali bukan suatu kebetulan jika keduanya adalah kader Muhammadiyah. Menurut Prawoto Mangkusasmito, ketika pada rapat 18 Agustus 1945 itu seluruh eksponen non-Islam menghendaki tidak ada klausul tujuh kata yang menjadi inti dari Piagam Jakarta, KH A Wahid Hasjim belum tiba di Jakarta, karena masih dalam perjalanan di Jawa Timur. Mr. Kasman Singodimedjo sebagai anggota tambahan, yang baru mendapat undangan rapat pada pagi hari itu, belum mengetahui sama sekali duduk persoalan yang didiskusikan. Mudah difahami dan lumrah sekali jika seluruh tekanan psikologis tentang berhasil atau tidaknya penetapan Undang-Undang Dasar diletakkan di atas pundak Ki Bagus Hadikusumo sebagai satu-satunya eksponen perjuangan Islam di PPKI pada saat itu yang dari awal aktif dalam proses penyusunan Undang-Undang Dasar. Tidak mudah meyakinkan Ki Bagus untuk menghapus tujuh kata dari rancangan Preambule Undang-Undang Dasar. Sesudah Bung Hatta yang konon pada

sore 17 Agustus 1945 menerima opsir Angkatan Laut Jepang untuk menyampaikan keberatan rakyat di Indonesia Timur atas masuknya tujuh kata dalam Preambule Undang-Undang Dasar gagal meyakinkan Ki Bagus, dia meminta T.M. Hasan untuk melobi Ki Bagus. Hasan ternyata juga tidak mampu melunakkan hati Ki Bagus. Dalam situasi kritis itulah, Hatta yang pagi itu aktif memimpin lobby meminta Kasman untuk membujuk Ki Bagus. Dengan menggunakan bahasa Jawa halus, Kasman meyakinkan Ki Bagus untuk mau menerima usul perubahan. Kasman antara lain mengingatkan Ki Bagus bahwa karena kemarin kemerdekaan sudah diproklamasikan, maka Undang-Undang Dasar harus cepat ditetapkan supaya memperlancar roda pemerintahan. Kasman juga mengingatkan Ki Bagus bahwa bangsa Indonesia sekarang posisinya terjepit di antara bala tentara Dai Nippon yang masih tongol-tongol di bumi Indonesia dengan persenjataan modernnya; dan tentara Sekutu termasuk Belanda yang tingil-tingil mau masuk Indonesia, juga dengan persenjataan modernnya. Di akhir pembicaraannya, Kasman bertanya kepada Ki Bagus apakah tidak bijaksana jika kita sebagai umat Islam yang mayoritas ini sementara mengalah, yakni menghapus tujuh kata termaksud demi kemenangan cita-cita bersama, yakni tercapainya Indonesia merdeka sebagai negara yang berdaulat, adil makmur, tenang tenteram, diridlai Allah. Entah karena dilobi oleh sesama kader Muhammadiyah, atau karena kepiawaian Kasman melobi dengan bahasa Jawa halus, Ki Bagus luluh hatinya. Ki Bagus setuju

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

DIRASAH ISLAMIYAH
tujuh kata dalam rancangan Preambule Undang-Undang Dasar, Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapus dan diganti dengan kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa. Bersamaan dengan itu, Ki Bagus meminta supaya anak kalimat menurut dasar di dalam Preambule Undang-Undang Dasar dihapus, sehingga penulisannya dalam Preambule UndangUndang Dasar menjadi: . Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan seterusnya. Usul Ki Bagus disetujui. Impian Abdul Kahar Mudzakkir Dalam proses penyusunan konstitusi, terutama pada saat-saat kritis dalam proses penetapan Undang-Undang Dasar, terbukti tiga tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo, K.H. A. Kahar Muzakkir, dan Mr. Kasman Singodimedjo, telah menorehkan peranan yang cukup signifikan. Meskipun nama Prof. K. H. Abdul Kahar Mudzakkir (1907-1973) terabadikan di dalam sejarah pembentukan Negara Republik Indonesia sebagai salah seorang anggota Panitia Sembilan yang menghasilkan rumusan resmi pertama rancangan Preambule Undang-Undang Dasar 1945 seperti dirumuskan dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan meskipun Pak Abdul Kahar telah turut dalam proses pembentukan Sekolah Tinggi Islam (STI) sejak masa paling awal serta menjadi pemimpin pertama dari perguruan tinggi yang kemudian menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, ternyata tidak mudah menyajikan apa dan siapa AbdulKahar kepada publik. Berbagai buku sejarah politik dan konstitusi Indonesia, bagai melupakan tokoh kelahiran Yogyakarta ini, padahal Abdul Kahar adalah anggota BPUPK yang pada 1 Juni 1945 menyampaikan pikirannya mengenai dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada persidangan pertama BPUPK, 29 Mei 1 Juni 1945, terdapat 31 anggota yang menyampaikan pidato, akan tetapi Risalah Sidang hanya memuat notulasi pidato-pidato Yamin (29 dan 31 Mei 1945), Soepomo (31 Mei 1945), dan Soekarno (1 Juni 1945). Ke manakah para tokoh, calon pembicara yang sudah terjadualkan itu? Mungkinkah 28 anggota BPUPK yang lain, termasuk di dalamnya Mohammad Hatta, H. Agus Salim, KH Ahmad Sanusi, Soekiman Wirjosandjojo, A.R. Baswedan, dan Latuharhary membuang begitu saja peluang bersejarah untuk mengemukakan gagasan mengenai Indonesia merdeka yang sudah mereka suarakan dan perjuangkan sejak dua dasawarsa terakhir? Atau, jika pidato mereka tidak tercatat, mengapa tidak tercatat? Jika hilang, tidak adakah ikhtiar yang sungguhsungguh untuk menemukannya? Ini misteri yang mesti diusut oleh para ahli sejarah! Seperti Ki Bagus, mimpi Abdul Kahar sejak awal ialah bagaimana negara Indonesia merdeka memberi tempat terhormat dan strategis kepada agama. Antara agama dengan negara memang dapat dibedakan, tetapi dalam keyakinan Abdul Kahar dan banyak pemimpin bangsa yang lain, antara agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Dalam pidato di Konstituante, Abdul Kahar mengecam orang Islam yang merasa tidak perlu menyerahkan kehidupan kepada syariat Islam karena mereka percaya bahwa agama hanya berurusan dengan iman dan ibadah. Dia .menegaskan kembali pendiriannya bahwa ajaran Islam itu mencakup iman, ibadah, moralitas, ajaran, ideologi, negara, dan hukum. Pada usia 17 tahun, selepas menyelesaikan pendidikan di berbagai pondok pesantren dan madrasah Mambaul Ulum, Surakarta, Abdul Kahar pergi jauh. Mulamula ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Setahun kemudian ia sudah berada di Mesir untuk melanjutkan pendidikan. Selama 12 tahun di Mesir, Abdul Kahar yang kuliah di Universitas Al-Azhar, kemudian di Universitas Darul Ulum, aktif memperkenalkan Indonesia yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda kepada publik melalui berbagai tulisannya di koran-koran Mesir seperti Al-Ahram, Al-Balagh, Al-Fatayat, dan Al-Hayat. Pada 1936, Abdul Kahar diminta oleh seorang tokoh pejuang Palestina, Sayyid Mohammad Ali Attahir untuk membantunya menjadi staf redaksi surat kabar Atsturah (Pemberontakan). Berkat aktivitasnya itu, Abdul Kahar populer di kalangan aktivis Islam di Mesir. Pada 1931, dia diminta oleh Mufti Besar Palestina, Sayid Amin Husaini untuk menghadiri Muktamar Islam Internasional di Palestina mewakili Asia Tenggara. Setelah berkomunikasi dengan Partai Syarikat Islam Indonesia di Tanah Air, Abdul Kahar pun berangkat menghadiri muktamar. Abdul Kahar yang baru berusia 24 tahun, bukan hanya menjadi peserta termuda, tetapi terpilih sebagai sekretaris mendampingi Mufti Besar Palestina. Kesempatan ini, dimanfaatkan Abdul Kahar untuk lebih mengenalkan kondisi Indonesia yang mayoritas Muslim dan meminta dukungan muktamar untuk perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan. Mengenai hal ini, Tashadi menulis: Kongres Islam di Palestina pada tahun 1931 bagi bangsa Indonesia yang terjajah merupakan suatu tonggak sejarah. Jika almarhum Tjokroaminoto dan K.H. Mas Mansur telah mewakili umat Islam Indonesia dalam konferensi yang diadakan oleh almarhum Raja Abdul Aziz ibnu Saud pada tahun 1926, maka pemuda Abdul Kahar Mudzakkir dengan inisiatifnya sendiri menghubungi Partai Syarikat Islam Indonesia dan berhasil mewakili Indonesia dalam muktamar di Palestina. Pemuda Abdul kahar Mudzakkir berani menghadapi seluruh struktur kolonial HindiaBelanda pada tahun 1930, yakni pada waktu Perdana Menteri Colyn mengatakan bahwa kekuasaan Belanda di Indonesia adalah kokoh seperti gunung. ___________________ Lukman Hakiem, Editor Buku dari Muhammadiyah untuk Indonesia Pemikiran dan Kiprah Ki Bagus Hadikusumo, Mr Kasman Singodimedjo, dan KH Abdul Kahar Muzakkir.
23

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

24

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

25

KALAM

HADITS

Ukhuwah Keluarga Muhammadiyah


M Muchlas Abror

UHAMMADIYAH adalah sebuah organisasi Islam yang sejak semula didirikan, sesuai dengan namanya, bermaksud hendak meneladan Nabi Muhammad saw dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Apalagi kelahiran dan kehadiran beliau di muka bumi ini untuk menjadi uswah hasanah (teladan utama) dan keterutusan beliau menjadi rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta). Dengan demikian, orang-orang yang berada dalam Muhammadiyah, baik sebagai anggota maupun pimpinan, bertekad hendak menjadi pengikut baik beliau di tengah kehidupan dalam segala keadaan, di mana pun dan kapan pun. Agar kehadirannya bermakna, tiada hampa tapi berguna, keberadaannya berarti karena berpekerti memberi dan mengisi. Sebagai organisasi, Muhammadiyah mempunyai anggota dan pimpinan. Selain itu, juga mempunyai sejumlah majelis dan lembaga, sebagai unsur pembantu pimpinan. Bahkan mempunyai beberapa organisasi otonom. Di samping ada pula yang disebut amal usaha dalam jumlah banyak. Karena itu, Muhammadiyah dapat diibaratkan sebuah keluarga yang di dalamnya ada bapak dan ibu, sebagai orang tua, serta anak, dll. Tiap anggota keluarga mempunyai hak dan kewajiban. Keluarga Muhammadiyah ini bertebaran di banyak tempat. Seperti halnya tiap anggota keluarga, maka tiap keluarga dalam kumpulan keluarga Muhammadiyah itu masing-masing mempunyai hak dan kewajiban pula secara timbal balik. Kumpulan keluarga Muhammadiyah tersebut diikat dalam ukhuwah atau persaudaraan. Dalam ukhuwah keluarga Muhammadiyah, karena ada hak dan kewajiban, maka mereka saling mengenal, bersatu, memahami, dan perhatian. Selain itu antar mereka saling mengasihi, mengingatkan, dan menjaga. Mereka saling membantu dan menolong dalam kebajikan dan ketakwaan. Mereka senantiasa bersama dalam suka dan duka. Semua yang mereka lakukan itu selain menenteramkan jiwa, juga akan mendapatkan keridhaan Allah. Mereka gembira dalam membangun dan mewujudkan ukhuwah, seperti kelihatan ketika mereka menghadiri hari ber-Muhammadiyah dan peringatan Milad Muhammadiyah, dll. Sebagai mukminin, ketika mereka bertemu saling mengucapkan salam. Mereka senang mendatangi atau mengikuti pengajian untuk menimba ilmu dan meningkatkan pemahaman dalam ber-Islam, saling memenuhi undangan, misal, menyaksikan aqad nikah dan menghadiri tasyakuran pernikahan. Adakalanya suatu waktu di antara warga ada yang meminta nasihat, maka dengan ringan hati mau memberi nasihat. Kalau ada yang sakit, apalagi sampai dirawat di rumah sakit, mereka meluangkan waktu mengunjunginya untuk menggembirakan, menghibur, dan mendoakan semoga sakitnya cepat sembuh. Apabila ada berita lelayu, kematian, maka siapa yang mendengar segera menyebarluaskan berita duka itu kepada yang lain secara beranting. Mereka menyempatkan bertakziyah kepada keluarga yang ditinggalkan, melaksanakan shalat jenazah.

Bahkan bila longgar waktu ikut mengantarkan jenazah sampai makam. Ketika silaturrahim kepada siapa yang sakit dan bertakziyah adalah suatu kebaikan jika mereka memberi bantuan menurut kemampuan masing-masing. Agar ukhuwah keluarga Muhammadiyah tetap lestari, maka mereka harus tetap dapat menjaga diri dengan baik. Mereka tidak boleh saling membenci, mendengki, menyakitkan hati, dan menyendiri. Mereka yang kaya dan berilmu tidak boleh menyombongkan diri dengan kekayaan dan ilmu yang dimiliki. Sebaliknya mereka yang hidup dalam kekurangan, tidak berkecukupan jangan pula rendah diri. Mereka yang kaya dan berilmu atas kesadaran harus membuka pintu berkomunikasi untuk turut memikirkan, membantu, menolong, dan mencarikan jalan keluar mereka yang kekurangan dan tidak berkecukupan. Sehingga yang disebut terakhir, atas kerja sama yang baik, menjadi terangkat, diberdayakan, dan anak-anak mereka, khususnya yang yatim tidak terlantar dan bisa bersekolah. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Rasul. Islam, yang diyakini kebenarannya oleh Muhammadiyah, salah satu ajarannya ialah ukhuwah atau persaudaraan sesama orang Islam yang di dalamnya diatur hak dan kewajiban setiap muslim terhadap sesamanya. Karena itu, Muhammadiyah, sebagai organisasi dan gerakan Islam, harus mengamalkan ukhuwah Islamiyah terhadap orang dan golongan Islam lainnya. Seiring dengan itu, Muhammadiyah harus membekali dan mendidik warganya yang seluruhnya beragama Islam tentang ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah menjadikan semua muslimin bagaikan satu rajutan yang rapat dan rapi. Merajut ukhuwah itu penting. Ingatlah! Merajut ukhuwah merupakan salah satu program utama yang dicanangkan oleh Nabi Muhammad saw setelah beliau berhijrah ke Madinah. Saat itu, beliau mempersaudarakan Ansor dan Muhajirin, berdasarkan ikatan Islam. Ukhuwah berdasarkan agama lebih kokoh dibandingkan ukhuwah berdasarkan ikatan keturunan. Ukhuwah berdasarkan keturunan akan terputus dengan perbedaan agama. Sedangkan ukhuwah berdasarkan agama tidak terputus dengan perbedaan nasab. Adalah kenyataan bahwa di Indonesia jumlah organisasi Islam banyak dan beragam. Beragamnya organisasi Islam bukan penghalang untuk membangun dan mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah tetap dapat dibangun dan diwujudkan asal dapat dicari dan disepakati titik-titik temu oleh organisasi-organisasi Islam. Agama Islam harus didakwahkan, disiarkan, atau disebarkan seluasluasnya. Ajaran Islam wajib diamalkan. Kepentingan agama Islam harus dibela. Itulah beberapa titik temu dan persamaan antargolongan kaum muslimin mana pun. Muhammadiyah memandang kerja sama antar golongan Islam dalam hal itu adalah wajib. Muhammadiyah wajib merintis, membangun, dan memelihara kerjasama, serta harus menanggapi secara positif setiap ajakan ke arah itu.

26

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

PEDOMAN

KEBERSAMAAN
A ROSYAD SHOLEH ebagai Gerakan dakwah, amar makruf nahi munkar dan gerakan tajdid, permasalahan dan tantangan yang dihadapi Muhammadiyah ke depan bukan semakin bertambah ringan dan sederhana, melainkan cenderung semakin bertambah berat dan kompleks. Untuk menghadapi permasalahan dan tantangan yang semakin berat itu, mutlak diperlukan pendukung, yang di samping memiliki komitmen yang tinggi, juga mampu membangun kekompakan dan kebersamaan. Adalah sangat tidak mungkin, Muhammadiyah mampu menjawab segala permasalahan dan tantangan yang dihadapinya, apabila para pendukungnya dalam kondisi tidak kompak dan jalan sendiri-sendiri. Kalau kita cermati perjalanan Muhammadiyah selama ini, sukses demi sukses yang berhasil dicapainya dalam berbagai bidang usaha, seperti di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, tabligh, tarjih dan sebagainya, di antara faktor penyebabnya, di samping keikhlasan, kerja keras, kesediaan berkurban, dan sebagainya, yang tidak kalah pentingnya, adalah adanya kekompakan dan kebersamaan. Pada masa-masa yang lalu, para tokoh Muhammadiyah, meskipun masing-masing memiliki pendapat, pendirian dan juga kepentingan yang berbeda-beda, namun mereka lebih mengedepankan kepentingan Muhammadiyah dan mengemudiankan kepentingan pribadi. Mereka lebih mengutamakan kepentingan Muhammadiyah daripada kepentingan pribadi. Sebagai ilustrasi tentang sikap para tokoh Muhammadiyah pada masa lampau, yang lebih mengutamakan kepentingan Muhammadiyah dan lebih mementingkan kekompakan dan kebersamaan, Pak Djarnawi Hadikusuma dalam tulisannya, menyambut 70 tahun Buya Hamka - yang kemudian diangkat oleh Arofah Firdaus dengan judul Renungan Tokoh Muhammadiyah melukiskan demikian: Pada tahun 1960, terjadi kehebohan di Muhammadiyah. Penyebabnya, pak Moeljadi Djojomartono diangkat Bung Karno sebagai Menteri Sosial. Padahal hubungan Muhammadiyah dengan Bung Karno sedang memburuk menyusul pembubaran Masyumi. Terjadi pro kontra. Yang mendukung Pak Moelyadi sebagai Mensos adalah Pak Farid Maruf. Beliau punya alasan, semua untuk Muhammadiyah, bukan untuk diri sendiri. Yang tidak setuju menganggap, menerima jabatan itu berarti Muhammadiyah bertekuk lutut di kaki Soekarno. Terjadi ketegangan yang merata dari Pusat sampai Daerah. Dalam suasana ini, lahirlah rumusan Kepribadian Muhammadiyah, ini puncak dari kegelisahan Faqih Usman terjadi ketidakharmonisan saat itu. Puncaknya, Hamka menulis di harian Abadi berjudul, Maka pecahlah Muhammadiyah. Hamka menyatakan , ada dua golongan

dalam Pimpinan Pusat, yaitu golongan Istana dan Luar Istana. Hamka menyebut Farid Maruf sebagai golongan Istana karena selalu membawa Muhammadiyah ke Istana. Pengaruh tulisan Hamka sangat besar. Sebab, beliau tokoh Muhammadiyah, muballigh kenamaan, dan pengarang terkenal. Apalagi harian Abadi saat itu tercatat sebagai koran besar yang beredar sampai kepelosok Tanah Air. Buntutnya, sebagian besar orang Muhammadiyah menyudutkan Farid Maruf dan Moelyadi. Dalam Sidang Tanwir di Gedoeng Muhammadiyah Yogyakarta, Hamka dipersilahkan tampil ke mimbar lebih dulu untuk menjelaskan tulisannya di harian Abadi, sekaligus sebagai pertanggungjawaban. Semua menunggu. Hamka berdiri tenang. Wajah dan matanya berbicara lebih dulu dari pada bibirnya. Tiba-tiba, pelupuk mata Hamka penuh air mata. Dengan suara tersendat, Hamka mengakui bahwa jika perasaannya tersentuh segera tangannya mencari pulpen lalu menulis. Semua yang ditulis di harian Abadi bermaksud baik, didorong cintanya pada Muhammadiyah. Namun, jika tulisan itu menyinggung perasaan Farid Maruf yang sangat dicintainya, Hamka menyatakan sangat menyesal, mohon ampun dan maaf kepada Farid Maruf. Giliran Farid Maruf tampil. Ia ke mimbar dengan membawa map berisi berkas-berkas sebagai pertahanan karena mengira Hamka akan menyerangnya bertubi-tubi. Dia juga siap memberi serangan balasan. Di mimbar, Farid lama terdiam. Sikap Hamka sama sekali tidak diduganya. Tidak menyerang, malah minta ampun kepadanya di depan umum. Map yang dibawa akhirnya tidak dibuka. Dengan suara datar dan wajah tenang Farid menyatakan, kesediaan pak Moel menerima jabatan Mensos adalah dengan niat baik demi Muhammadiyah, yaitu membantu amal sosial Muhammadiyah. Menurut Farid, kondisi sekarang masih tetap diperlukan kerjasama Muhammadiyah dengan Pemerintah. Perbedaan dia dengan Hamka sama-sama didorong niat baik. Jika pendiriannya dinyatakan salah dan dikhawatirkan membawa Muhammadiyah ke Istana, Farid berujar, Maka dengan ikhlas saya mengundurkan diri dari Pimpinan Pusat.. Belum lagi kalimat Farid selesai, Hamka berdiri dan mengacungkan tangan. Pimpinan, serunya. Jangan saudara Farid mundur. Kita sangat membutuhkan dia. Saya, Hamka yang harus mundur Mendengar itu, Farid menghentikan pidatonya. Ia lalu turun menuju Hamka. Hamka pun menyongsong Farid. Keduanya lalu berpelukan dengan air mata bercucuran. Semua tertegun. Lalu menyusul ucapan Hamdalah, tepuk tangan, dan ada yang bertakbir. Persoalan selesai. Sidang Tanwir berjalan membicarakan agenda lain.
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

27

DIALOG

PROF DR SUNYOTO USMAN:

Ukhuwah Tanpa Kepentingan Parsial


Salah satu kata yang sering ditanamkan oleh bibir para pemimpin Islam ke benak dan ingatan umat adalah Ukhuwah Islamiyah. Tetapi ternyata kata yang mudah diucapkan ini, dalam kenyataan di lapangan sulit terwujud. Ada apa sebetulnya ini?
dalam kelompok mereka masing-masing. Islam sebagai pembenar. Sebetulnya, orang yang beragama Islam ini membawa idiologi lain. Tetapi untuk tetap diakui sebagai bagian Islam, mereka mencari pembenaran idiologi yang dibawanya, yang dianutnya, dengan ayat-ayat Quran dan Sunnah Nabi. Orang-orang ini cenderung kepada kepentingan kelompoknya sendiri, ketimbang ukhuwah Islam yang lebih luas. Ketiga sisi Islam itu berdiri sendiri atau bisa bergabung menjadi satu dalam diri seseorang? Memang tiga sudut pandang tersebut, dalam kenyataan tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait bagai sebuah irisan dalam sebuah bidang, termasuk dalam diri seseorang. Misal seorang Islam yang pagi harinya shalat Subuh dengan janji Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil alamin (Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam). Tetapi siang ketika rapat partai, rapat kelompok, bukan lagi lillah (untuk Allah) tetapi untuk partainya, untuk kelompoknya (ukhuwah partai, ukhuwah kelompok). Demi kepentingan partai atau kelompok tadi, sering menghalalkan cara yang kadang dengan pembenaran secara agama. Karenanya meski orang menyebutnya seorang ustadz, demi kepentingan partai (ukhuwah partai) rela melakukan tindak korupsi. Atau dalam kelompok yang lain, dengan alasan perjuangan, dengan alasan jihad melakukan perampokan dengan pembenaran agama. Jika demikian, apakah ukhuwah Islam yang sering dirindukan dan banyak didambakan umat Islam tidak dapat terwujud? Saya termasuk yang optimis ukhuwah Islam dapat terwujud. Karena meski ada 3 sisi pandangan tentang Islam tadi, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sisi-sisi itu masih ada yang terkait, masih ada irisan yang sama satu dengan yang lainnya. Jika kita tidak dapat berukhuwah dalam semua aspek, ya kita membangun ukhuwah dalam aspek tertentu yang dapat menyatukan umat. Saya melihat celah itu dalam hal pemberdayaan umat. Di dalam Muhammadiyah ada teologi Al-Maun. Ide KHA Dahlan

ntuk melihat masalah ini dengan jernih, Lutfi Effendi dari Suara Muhammadiyah mewawancarai Prof DR Sunyoto Usman (Guru Besar Sosiologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta). Demikian lontaran-lontaran pemikirannya tentang ukhuwah: Umat Islam mendambakan ukhuwah, bahkan ketika mendidik anak sejak kecil telah ditanamkan bahwa saudaranya adalah orang Islam seluruh dunia. Tetapi mengapa ukhuwah ini sulit digapai? Ukhuwah di zaman Nabi mudah terbentuk, karena Nabilah pengikatnya. Tetapi pasca Nabi, memang ukhuwah umat Islam cenderung retak. Ini karena pasca Nabi, Islam tidak terlihat sebagai satu kesatuan. Islam bisa dilihat dalam tiga sisi. Pertama Islam sebagai ajaran. Kedua, Islam sebagai komunitas. Dan ketiga, Islam sebagai pembenar. Islam sebagai ajaran, jelas bahwa semua ajaran harus bersumber pada Quran dan Sunnah Nabi. Semua umat yakin terhadap hal ini. Tetapi ini tidak serta merta menjadikan umat bersatu, umat menjadi berukhuwah. Karena memang tidak semua umat melaksanakan ajaran Islam. Islam sebagai komunitas. Antara kelompok yang satu berbeda dengan kelompok yang lain, ini karena perbedaan dalam memahami ajaran. Lahirnya empat madzhab besar dalam Islam misal, itu merupakan contoh nyata dalam kehidupan nyata. Sehingga ada kelompok Syafiiah, kelompok Hambali dan sebagainya. Termasuk di dalamnya adanya Islam Sunni dan Islam Syiah. Tentu akan sangat sulit mempersatukan mereka, mengukhuwahkan mereka, selain

28

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

DIALOG
dalam menafsirkan Al-Maun itu sangat brilian. Apa yang ada di dalam surat Al-Maun itu dapat dipakai dasar untuk membangun ukhuwah. Ketika kita ingin menolong seseorang kan tidak kita tanya; apakah kamu Muhammadiyah atau bukan? Pemberdayaan umat saat ini bukan hanya monopoli Muhammadiyah. Pemberdayaan anak yatim dan anak miskin lewat panti-panti asuhan tidak hanya dilakukan oleh Muhammadiyah, tetapi organisasi Islam lain juga telah melakukannya. Demikian pula rumah sakit dan tanggap bencana, juga sudah dilakukan yang lain. Karenanya, ketika di lapangan dalam hal membantu umat inilah bisa digalang ukhuwah, bisa digalang kerja sama. Selain itu? Ukhuwah Islam juga dapat dibentuk melalui penciptaan musuh bersama. Kalau di dalam masa perjuangan kemerdekaan dapat bersatu dalam mengusir penjajah, kini dapat dipakai dalam hal melawan globalisasi yang melahirkan neo-kolonialisme. Penjajahan model baru yang tidak menguasai Negara secara langsung tetapi perekonomiannya dikuasai, sumber daya alamnya dieksploitasi. Keuntungan yang didapat dibawa ke negaranya. Ukhuwah berdasar agama (Islam) dapat dibentuk, selain ukhuwah berdasar etnis untuk melawan hal yang demikian. Karena kebetulan mayoritas dari dua komunitas ini yang dirugikan oleh globalisasi ini. Ukhuwah Islam dapat dibentuk karena Islam yang melampui batas Negara dan batas etnis. Sedangkan kekuatan etnis dapat digalang untuk melawan globalisasi karena tanah-tanah yang dikuasai adat, tanah-tanah ulayat dirampas oleh perusahaan-perusahaan yang lahir dari garba globalisasi ini. Perlawanan tentu tidak dengan senjata seperti pada masa perjuangan kemerdekaan, tetapi dengan mengubah perilal umat yang dapat menyuburkan neo kolonialisme ini. Misalnya perilal konsumerisme, diubah menjadi perilal yang produktif. Islam kan bukan konsumerisme, Nabi mengajarkan agar makan secukupnya. Demikian pula tidak memakai hiasan yang berlebihan. Bahkan Islam mengajarkan kerja keras. Dua hal ini merupakan modal dasar Islam untuk melawan globalisasi, untuk melawan neokolonialisme. Tetapi perjuangan ini tidak mudah, karena kadang kebijakan pemerintah sering mendukung dan mendorong globalisasi ini. Kebijakan-kebijakan antek-antek Neokolonialisme yang ada di Pemerintahan, sangat merugikan pengembangan produktivitas bangsa. Di antaranya pembangunan infrastruktur bukan berdasarkan kepentingan rakyat tetapi berdasar proyek, sehingga sering mubadzir. Berbeda dengan Cina misalnya, pembangunan infrastruktur didorong betul-betul untuk memacu perekonomian rakyat. Rakyat Cina diminta untuk memproduksi apa pun yang bisa diproduksi. Daerah-daerah produksi tersebut dihubungkan jalan tol ke pelabuhan. Demikian pula untuk daerah-daerah wisata juga dihubungkan jalan tol ke bandara, sehingga wisatawan mudah berkunjung ke tempat wisata yang berdampak pada kemajuan perekonomian rakyat.

Lalu adakah hambatan untuk menggapai ukhuwah ini? Hambatan utama terwujudnya ukhuwah ini karena adanya kepentingan kelompok, terutama kepentingan yang menyangkut ekonomi dan kepentingan yang berkait dengan kekuasaan. Ketika kedua hal ini mengemuka, maka ukhuwah akan kembali retak. Yang sangat terasa adalah masalah, kekuasaan yang diwakili oleh partai. Pada awalnya, partai Islam hanyalah satu Masyumi. Tetapi kemudian karena kepentingan kekuasaan, maka pecahlah, ada Masyumi, ada NU. Dan pada saat ini ada PPP, PKB, PAN dan PKS dan sebagainya. Ada juga Departemen ini dikuasai oleh organisasi ini, departemen lain dikuasai yang lain. Sehingga orang-orang lain yang berkualitas dan bukan anggota organisasi tersebut kariernya terganggu. Memang kalau dua hal ini yang muncul, maka kepentingan kelompoklah yang mencuat dan ukhuwah Islamiyah terabaikan. Bukan tidak mungkin muncul korupsi di departemen tersebut, karena kepentingan kelompok. Kan aneh Menteri Agama jadi tersangka korupsi, tetapi ini terjadi. (lut)
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

29

DI ANTARA KITA

WISUDA SARJANA DAN DIPLOMA UMC XI

niversitas Muhammadiyah Cirebon didirikan sebagai perwujudan dari idealisme dan komitmen warga Muham madiyah Cirebon untuk terus-menerus beramal shalih, khususnya dalam bidang peningkatan mutu kehidupan masyarakat. Sebagai amal usaha Muhammadiyah yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, UMC memiliki cita-cita menjadi universitas unggulan yang Islami, Profesional dan Mandiri. Islami berarti menjadikan ajaran dan nilai-nilai agama Islam sebagai sumber inspirasi, Profesional karena mutu yang disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan, dan Mandiri diperoleh dengan mendukung kegiatan wirausaha yang dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha dan industri. Wisuda Sarjana dan Diploma UMC Angkatan XI tahun 2013 adalah salah satu wujud dari tujuan pendidikan UMC. Yaitu menghasilkan lulusan yang berkepribadian islami, menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan teknologi sesuai bidangnya dan memanfaatkannya bagi kemajuan Islam, dan melahirkan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan. Sehingga mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. Dalam pidatonya, Prof DR H Khaerul Wahidin, Rektor UMC menyampaikan bahwa, wisuda adalah momen penting dalam rangka mengembalikan status mahasiswa ke dalam kehidupan sosial yang lebih riil. Untuk itu wisuda perlu dimaknai oleh mahasiswa sebagai proses perjalanan kehidupan yang menuntut perbaikan, agar apa yang sudah mahasiswa dapatkan di kampus bisa bermanfaat di dunia masyarakat sosial kelak. Prof DR H Khaerul Wahidin juga menegaskan, bahwa wisuda bukanlah ijazah yang berharga, tapi makna dibalik ijazah itu yang harus diartikan sebagai orang yang berkompeten. Artinya mahasiswa yang sudah diwisuda harus mampu memperlihatkan dan mengembangkan kompetensinya. Baik itu kompetensi keterampilan, kecerdasan, sosial dan kompetensi spiritual sebagaimana yang sudah mahasiswa pelajari di kampus UMC. Acara wisuda yang diselenggarakan di hotel Aston jl. Brigjen Dharsono By Pass Cirebon ini juga dimeriahkan dengan pemberian penghargaan dari pihak UMC kepada lulusan terbaik. Yaitu Yoga Suprayogi, Spd dari jurusan PGSD fakultas Keguruan dan Ilmu 30

Pendidikan yang memperoleh nilai tertinggi 3,83. UMC juga menyelenggarakan rangkaian kegiatan lain sebagai Semarak Wisuda. Di antaranya pertemuan dengan para tokoh dan petinggi Cirebon yang membahas masalah pelestarian budaya lokal. Pertemuan ini diadakan sebagai wujud komitmen UMC dalam memajukan budaya lokal. Tentunya budaya yang sejalan dengan nilai-nilai Persyarikatan Muhammadiyah yang islami. Selain itu, diadakan juga Seminar Nasional Pendidikan Bagi Kesejahteraan Bangsa di kampus III UMC. Dalam seminar ini, HR Agung Laksono, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sebagai keynote speak. H R Agung Laksono mengatakan, tingkat pendidikan seseorang itu sejajar dengan tingkat kesejahteraannya. Maka pendidikan merupakan jembatan emas untuk meraih masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan, manusia akan memperoleh pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya. Sebab pengetahuan menjadi faktor krusial untuk memberdayakan manusia, sebagai pendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi di samping teknologi dan modal kapital. H R Agung Laksono juga menekankan, perlunya lembaga pendidikan yang berorientasi pada mutu. Setidaknya lembaga pendidikan itu memberi tiga hal kepada peserta didiknya. Pertama, setiap lembaga pendidikan di Indonesia harus menuntun peserta didiknya dalam menemukan visi hidup mereka. Sehingga setelah selesai nanti peserta didik mempunyai visi hidup yang jelas. Kedua, adalah kompetensi yang meliputi pengetahuan, values, attitudes, dan skill yang harus dimiliki peserta didik sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang studinya. Dengan kompetensi yang dimilikinya, peserta didik akan siap bersaing di berbagai kesempatan yang ada. Ketiga, adalah pendidikan karakter. Karakter peserta didik menunjukan kebiasaan atau pola berpikir, perasaan, kemauan, dan tindakan yang berkaitan dengan nilai benar atau salah, keadilan, nilai moral dan etikanya. Melalui proeses pendidikan ini diharapkan peserta didik dapat menunjukkan bahwa dirinya memiliki karakter yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kerja keras, cerdas dan tangguh. (gj)

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

DI ANTARA KITA

TvMU (Televisi Muhammadiyah) Resmi Diluncurkan

ita-cita yang telah dipendam lama itu akhirnya terwujud. Muhammadiyah mempunyai stasiun televisi sendiri. Televisi Muhammadiyah (tvMu) akhirnya resmi diluncurkan dan dinikmati oleh umat pada tanggal 18 Nopember 2013. Ketika usia Persyarikatan ini genap 101 tahun dalam hitungan kalender Miladiyah. Peluncuran resmi tvMu jelas mengobati kerinduan umat yang sejak lama mendamba kehadirannya. Setidaknya, sejak Muktamar Malang tahun 2005, seluruh warga Muhammadiyah telah mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mendirikan stasiun televisi sendiri. Stasiun televisi yang bisa dijadikan sarana dakwah. Stasiun televisi yang mencerdaskan dan mencerahkan. Stasiun televisi yang bisa menjadi alternatif di tengah berbagai kepentingan bisnis jangka pendek. Dengan memiliki televisi sendiri, dakwah Muhammadiyah diharapkan dapat menyasar lebih luas. Dengan membuat televisi ini, Muhammadiyah akan semakin meningkatkan peran dakwahnya yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Untuk saat ini tvMu baru dapat dinikmati dan diakses dengan antena parabola Satelit Telkom1 frekuensi 3480, atau UseeTV Cable, (bisa dipesan pada Telkom), atau internet dengan alamat www.useetv.com Namun, pada waktunya nanti tvMu akan menjadi TV digital, sehingga dapat dinikmati dengan mudah oleh seluruh masya-

rakat Indonesia bahkan seluruh dunia. Meski masih kurang akrab dengan mayoritas rakyat Indonesia, tvMu yang saat ini disiarkan lewat satelit dan streaming ini mempunyai beberapa kelebihan. Di antaranya, siaran tvMu bisa ditangkap dimana saja asal ada internet dan parabola. Muhammadiyah juga terus berupaya agar televisi dakwah Muhammadiyah ini dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, tidak hanya yang ada di perkotaan tetapi di pedesaan. Siaran dakwah yang telah disiapkan saat ini adalah seputar pendidikan, kesehatan, serta mengulas secara solutif problemproblem kebangsaan, juga akan me-reley secara live setiap kegiatan kegiatan Persyarikatan agar dapat dilihat juga oleh masyarakat. Walau diluncurkan di tahun politik, semua program tvMu tidak ada kaitannya dengan dunia politik praktis. Muhammadiyah sekali lagi menegaskan tak akan terlibat pada politik praktis. TvMu murni untuk membangun peradaban masyarakat Indonesia. Ketua Umum PP Muhammadyah Din Syamsuddin juga menjamin televisi ini tidak akan dijadikan alat untuk kampanye politik, khususnya menjelang Pemilu 2014, baik untuk pemilihan capres dan cawapres maupun pemilihan legislatif. Kita jamin bahwa TVMu tidak akan dipakai untuk kegiatan kampanye politik seseorang atau golongan, tegasnya. [mjr8]

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

35

36

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

37

DI ANTARA KITA

Agama Harus Berperan Menghadirkan Kedamaian


eluruh umat manusia di dunia pasti selalu mengharapkan dan menginginkan hadirnya kedamaian dan ketentraman di bumi ini. Namun situasi dunia saat ini terasa belum mengarah ke sana. Situasi dunia saat ini dapat dikatakan masih diselubungi kabut ketiadaan damai (the absence of peace) Itulah pesan yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof DR H Din Syamsuddin saat berpidato di Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia ke-10 ( The 10th Assembly of World Council of Churches) di Busan, Korea Selatan, tangal 5 Nopember 2013 yang lalu. Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia yang diselenggarakan tujuh tahun sekali ini, dihadiri sekitar 3.000 tokoh gereja Kristen Protestan berasal dari berbagai Negara seluruh dunia. Dalam kesempatan ini Ketua Umum PP Muhammadiyah diundang secara khusus oleh dewan gereja untuk menyampaikan pesan umat Islam. Situasi dunia yang masih diliputi ketiadaan damai (the absence of peace ) seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kesenjangan, ketidakadilan, kekerasan, konflik, dan perang. Untuk itu semua agama harus berperan sebagai pemecah dari semua masalah tersebut, jelas Din saat menyampaikan pidatonya. Menurut Din Syamsuddin agama-agama yang ada perlu menampilkan misi profetiknya. Agama-agama juga harus menyelesaikan masalah-masalah dirinya, baik internal maupun eksternal, dengan agama-agama lain. Untuk itu dialog inter dan intra agama perlu terus diintensifkan. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah ini juga menyampaikan relasi antara Islam dan Kristen sebagai dua agama Ibrahim yang memiliki perbedaan tetapi juga persamaan. Menurut dia, saat ini adalah waktu untuk mengarus utamakan persamaan-persamaan dan tidak membesar-besarkan perbedaan. Seruan untuk mengharus-utamakan persamaan-persamaan dan tidak membesarkan perbedaan-perbedaan adalah seruan yang telah biasa dilakukan Din di berbagai kesempatan. Oleh karena itu, tanggal 11 Nopember 2013 yang lalu Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga memperoleh penghargaan Ordine della stella d Italia dari pemerintah Italia atas jasa-jasanya meningkatkan hubungan antarumat beragama
38

DIN SYAMSUDDIN MEMPEROLEH PENGHARGAAN ORDINE DELLA STELLA D ITALIA

Italia-Indonesia. Menurut Dubes Italia untuk Indonesia Federico Failla, Pemerintah Italia sangat menghargai upaya yang dilakukan Din Syamsuddin selama ini dalam membina, memajukan dan meningkatkan dialog antarumat beragama sehingga dapat berjalan dengan baik hingga saat ini. Dubes Italia untuk Indonesia juga berharap penghargaan ini bisa makin meningkatkan hubungan antarumat beragama kedua negara yang selama ini telah terjalin baik. Din Syamsuddin sendiri menyatakan kalau dirinya sangat mengapresiasi pemberian penghargaan dari Pemerintah Italia dan menyebutnya sebagai sesuatu yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Dia mengakui dalam beberapa tahun terakhir ia memang sering berkunjung ke Roma dan Vatikan, sebagai pusat agama Katholik, untuk bertemu dengan tokoh agama setempat. Selain berkunjung ke kedua kota itu, saya juga melakukan kesepakatan meningkatkan dialog antarumat beragama. Kami juga membuat nota kesepahaman untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi pada umat Islam dan Katolik. Misalnya, konflik antara Pemerintah Filipina dan komunitas Muslim di Moro, ujarnya. Din bahkan sempat bercakap dengan Paus Benediktus tentang misinya ini. Menurut Din, dia melakukan semua kegiatan tersebut dengan niat ikhlas demi membantu saudaranya sesama Muslim. Din juga tidak tidak menyangka upayanya tersebut malah berbuah penghargaan. Din juga menyatakan kalau Indonesia yang penduduk mayoritas Islam dan Italia yang mayoritas Katholik sebenarnya memiliki hubungan antarumat beragama yang unik, dan masih banyak yang bisa ditingkatkan kerja sama antarumat. [mjr8]

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

KRONIK DUNIA ISLAM

ISLAMOPHOBIA MASIH MENINGKAT


slamophobia, perasaan benci terhadap umat Muslim, pertama kali menyita perhatian dunia internasional manakala pada tahun 1994, Pangeran Hassan dari Jordania mendesak Sekjen PBB untuk turun tangan meredam sentimen anti-Islam dan segala bentuk manifestasi Islamophobia. Permintaan yang cukup beralasan. Sebab ketika itu, memang dirasakan sikap kebencian dan curiga terhadap kaum pendatang umumnya yang beragama Islam sudah demikian parah menghinggapi sebagian besar masyarakat di negara-negara Eropa dan yang berpenduduk mayoritas non-Muslim. Kebencian tersebut bahkan tak jarang diejawantahkan dengan kekerasan fisik. Umat Muslim dalam banyak kesempatan, selalu menjadi korban kebijakan yang sangat diskriminatif. Contoh mutkahir adalah yang menimpa Muslimah di beberapa negara Eropa yang dilarang mengenakan jilbabnya di sekolah dan tempat kerja dengan alasan negara harus melindungi nilai-nilai sekuler pada warga negaranya tanpa pilih kasih. Para intelektual Muslim sudah sejak lama berupaya mengatasi permasalahan ini melalui segala cara. Menurut mereka, sangat tidak beralasan rasa kebencian masyarakat Eropa terhadap Islam, karena agama ini tidak menoleransi tindak kekerasan dalam bentuk apa pun. Dan untuk meredam Islamophobia, maka beberapa tahun lalu para ulama dan cendekiawan Muslim mengajukan usulan bagi pembentukan sebuah komite yang akan mengawasi fenomena ini, seperti halnya komite di Eropa dan AS yang memonitor gejala anti-semit. Pada awal tahun 2004 yang lalu, sebuah konferensi internasional bertajuk Stockholm International Forum Combating Intolerance diadakan di Stockholm, ibukota Swedia, khusus membahas mengenai Islamophobia dan anti-Semit. Para peserta konferensi lintas agama yang datang dari 40 negara sepakat untuk mencari jalan keluar meredam bahaya ini. Salah satu butir capaian konferensi dua hari tersebut, menyepakati untuk pertama kalinya bahwa sentimen antiMuslim yang berkembang khususnya di negara-negara Eropa, sama dengan tindakan rasis, xenophobia dan juga homophobia. Adapun kesimpulan yang dihasilkan menyebutkan perlunya tindakan legislasi dan memperkuat basis pendidikan guna memerangi rasisme dan diskriminasi berdasarkan agama dan etnis. Salah satu dari sepuluh butir kesepakatan itu adalah, Semua bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan, seperti pemusnahan etnis, perbudakan, apartheid serta

diskriminasi akan mengarah pada hilangnya nilai-nilai toleransi sehingga sudah seharusnya dihilangkan dari muka bumi. Dalam sambutan pnutupan konferensi, Deputi Perdana Menteri Swedia, Lena Hjem-Wallen, mengingatkan agar semua pihak memegang teguh komitmen kerja sama dan saling menghargai antarumat beragama sehingga terbangun tata dunia yang lebih baik. Sekjen PBB Kofi Annan yang juga hadir pada konferensi itu, mengkritik kebijakan di sejumlah negara Eropa yang dinilai tidak sesuai dengan semangat kebersamaan dan keberagaman. Di masa mendatang, Eropa akan membutuhkan banyak tenaga imigran guna menunjang pertumbuhan ekonominya dan saya berpendapat sudah waktunya untuk menetapkan suatu kebijakan yang berlandaskan kepentingan bersama serta menghargai peran kaum imigran di tengah masyarakat, kata Annan. Beberapa jam setelah resmi terpilih sebagai Presiden Jerman yang baru, Horst Kohler, menegaskan pendpatnya bahwa amatlah penting untuk membangun dialog bersama umat Muslim hingga tercipta kualitas hubungan yang baik antar semua elemen masyarakat. Muslim dalam kalimatnya, diberi sedikit tekanan. Lebih jauh ditekankan pula perlunya komunikasi berkelanjutan adalah juga untuk menghindari prasangka pada kaum Muslim yang kerap merasakan akan adanya perang salib baru terhadap mereka. Akan tetapi, pada bagian lain penjelasannya, Kohler juga mewanti-wanti agar pengawasan terhadap kelompok ekstremis jangan mengendur. Untuk kalimat terakhir, Kohler mengatakan, Saya menduduki kursi kepresidenan adalah bagi kepentingan seluruh Jerman dan warga Negara Jerman. Diakuinya, interaksi intensif dengan pemeluk Islam di negara tersebut dan juga dunia Islam, mencerminkan kedudukan penting umat Muslim sebagai bagian dari lingkungan masyarakat dunia. Menurutnya lagi, semua pihak harus menghormati kebudayaan dan agama Islam, dan tidak semestinya menjadikan mereka sebagai subjek. Namun di pihak lain, lanjut dia, kekhawatiran terhadap apa yang disebut sebagai kaum ekstremis dan fundamentalis Muslim terus menjadi masalah dan mesti segera ditangani secara bijak. Apa yang disampaikan Kohler tersebut menjadi penting untuk diperhatikan mengingat dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, terlebih setelah peristiwa 11 September yang meluluhlantakkan gedung kembar di AS, terjadi gelombang Islamophobia alias fobia terhadap agama Islam yang cukup akut di seantero Jerman, bahkan dunia. (ron)
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

39

PONDOK PESANTREN MODERN IMAM SYUHODO MUHAMMADIYAH BLIMBING SUKOHARJO JAWA TENGAH
Alamat : Jl. KHA. Dahlan 154 Wonorejo, Polokarto,Sukoharjo, (0271) 611556

ondok Pesantren Modern Imam Syuhodo Muham madiyah Cabang Blimbing Daerah Sukoharjo yang berdiri pada tahun 1995 terletak di Jln KH. Ahmad Dahlan 154 Wonorejo Polokarto Sukoharjo Jateng. Di daerah ini dulu pernah ada Madrasah Muallimin Muhammadiyah Bekonang dan madrasah ini mampu menjadi wadah pengkaderan Muhammadiyah yang luar biasa, sayang madrasah tersebut sekarang ini tinggal menjadi sejarah manis saja. Ketiadaan wadah pengkaderan ini akan sangat membahayakan bagi keberlangsungan perjuangan Muhammadiyah.di daerah kami, oleh karena itu maka Pimpinan Cabang Muhammadiyah Blimbing kemudian berinisiatif untuk mendirikan pesantren. Sejak awal perintisan pesantren ini PCM Blimbing sudah berpesan kepada segenap pengampu pesantren ini agar pesantren ini mampu menjadi wadah pengkaderan ulama Muhammadiyah bahkan lebih spesifik lagi pesannya adalah bagaimana pesantren ini bisa memunculkan calon-calon ahli tafsir atau mufassir-mufasir muda. Untuk melaksanakan pesan di atas, maka akhirnya pesantren ini mengambil langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pemberian jatah jam yang memadai untuk materi-materi yang mengarah kepada peningkatan kemampuan membaca kitab sejak kelas VII MTs. Terutama materi ilmu alat / nahwu shorof. 2. Materi ilmu alat yang kita berikan kepada santri lebih kita tekankan pada aspek terapan, tidak hanya sekedar berkutat pada teori nahwiyyah. Tapi lebih banyak ke praktek membaca dan pada akhir kelas VII MTs anak sudah kita perbanyak latihan membaca kitab. 3. Sejak kelas 3 ( 9 MTs ) pelajaran tafsir al-Quran dengan kitab tafsir Ibnu Katsir secara resmi masuk kedalam jam. formal ( program kurikuler ) Alhamdulillah, hasil dari langkah-langkah yang tersebut di atas cukup menggembirakan. Ini bisa kita lihat ternyata walaupun anak baru duduk di kelas 9 MTs , sepanjang anak tersebut di kelasnya menduduki peringkat menengah ke atas, maka anak tersebut sudah sedikit memiliki kemampuan membaca kitab tafsir Ibnu Katsir dengan segala irobannya. Untuk menindak lanjuti kemampuan membaca kitab mereka maka pada saat mereka melanjutkan ke jenjang SMA sudah kita persiapkan beberapa kitab yang harus mereka kaji secara

resmi pada jam-jam formal. . Setelah terketahui bahwa kemampuan baca kitab akan sangat ditentukan oleh sampai sejauh mana jam terbang latihan anak. Artinya semakin banyak jam latihan anak maka semakin mantap pula kemampuan mereka dalam membaca kitab. Untuk itu mulai tahun ini pesantren ini telah mengambil kebijakan yaitu penambahan jam untuk latihan atau praktek membaca kitab sebanyak 6 jam dan terpaksa mengurangi jatah jam untuk pelajaran umum. Jatah pelajaran umum di pesantren ini memang ada pengurangan dan sebagai kompensasi atas pengurangan jatah jam tersebut maka pesantren ini telah membuat langkah langkah sebagai berikut : 1. Bekerjasama secara resmi dengan Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation ( GO ) 2. Membentuk Team Khusus yang bertugas meningkatkan prestasi santri. Sehingga di pesantren ini dibentuk panitia P3S ( Proyek Peningkatan Santri 3. Pemberian LCD pada setiap lokal kelas, dan Alhamdulillah 28 lokal kelas yang dimiliki pesantren ini semuanya sudah berLCD. Dan kami bisa menyaksikan sendiri bahwa setelah kelas ber-LCD maka pembelajaran lebih efektif. Alhamdulillah dengan langkah-langkah tersebut di atas maka hasilnya cukup menggembirakan. Ust H.Yunus Muhammadi; Direktur Pontren Imam Syuhodo Informasi: Kantor : (0271) 611556 Ust Arif D : 085640646759 ( Jam Kerja 08.00-14.00 WIB) Web : www.imamsyuhodo.or.id

Kami Melayani Pendaftaran Dan Ujian Di Luar Jawa, Biaya Transportasi Panitia Ditanggung Pendaftar

40

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

41

BINA AKIDAH

Mukmin yang Produktif adalah Pahlawan


DR Mohammad Damami, MAg
agi bangsa Indonesia, setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Kata pahlawan dari kata pahala dan kata sandang wan. Kata pahala dari bahasa Kawi atau Jawa Kuno, yang artinya kegunaan atau ganjaran. Kata wan berarti memiliki banyak. Jadi kata pahlawan berarti orang yang banyak memiliki ganjaran. Dalam agama Islam ada ungkapan ajaran, Sebaik-baik manusia adalah manusia yang panjang umurnya dan banyak amal kebajikannya. Ungkapan seperti ini mengandung makna, bahwa hidup beragama itu pada hakikatnya adalah amal kebajikan. Oleh karena itu, hidup beragama harus dipenuhi oleh amal kebajikan secara nyata, bukan sekadar angan-angan, citacita, bahkan bukan sekadar terbatas pada niat. Amal shalih harus menjadi sebuah kenyataan yang senyata-nyatanya. Dalam Al-Quran terdapat konsep gabungan antara iman dan amal shalih. Salah satu bentuk ungkapannya adalah dengan kata-kata aamanuu waamilu-sh-shaalihaati (mereka beriman dan mengerjakan amal shalih). Bentuk ungkapan seperti ini, kalau dihitung secara keseluruhan dalam Al-Quran, tidak kurang dari 46 kali (lihat: kitab Al-Mujam al-Mufahras li Alfaadh Al-Quraan al-Kariim (t.th.), hlm.105-109. Jadi antara iman dan amal shalih hubungannya bagaikan wajah sebuah koin, di satu sisi wajah adalah iman dan di sisi wajah yang lain adalah amal shalih. Mengapa dua hal tersebut digabungkan dalam sekian banyak ayat Al-Quran? Paling tidak kalau diamati boleh jadi disebabkan hal-hal berikut. Pertama, iman ditempatkan pada kedudukan titik tujuan. Bahwa sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, tidaklah Allah SwT menciptakan makhluk jin dan manusia kecuali agar jin dan manusia mengakui sifat kehambaannya di hadapan Allah SwT yang Maha Tinggi dan Maha Luhur. Itulah yang disebut Ibaadah (ibadah). Jadi, apa pun yang dilakukan oleh manusia tidak lain bertujuan untuk ibadah, bukan untuk pemuasan kepentingan dan keinginan aku {ego) manusia. Mengapa demukian? Karena sang aku ini kalau mempunyai keinginan tidak pernah puas dan tidak pernah berhenti. Sebaliknya, kalau sang aku ini merasa berhasil dalam usahanya, maka sang aku tersebut akan merasa besar, bangga, kuat dan sebagainya. Muncullah tampilan sombong, angkuh, arogan, besar kepala, suka meremehkan, menganggap enteng orang lain dan sebagainya. Kalau iman dijadikan tujuan, yakni dalam rangka beribadah, maka sifat-sifat buruk dan destruktif seperti itu tidak akan terjadi. Kedua, iman diperankan sebagai sumber cahaya kehidupan. Inilah yang disenut dzikir (senantiasa ingat kepada Allah SwT). Karena
42

betapa pentingnya apa yang disebut dzikir ini. Sampai-sampai Allah SwT menceritakan bahwa manusia yang mampu mencapai derajat uulu al-albaab adalah yang dalam dirinya senantiasa mengingat Allah SwT ketika berdiri, duduk, dan berbaring (Ali Imran [3]: 191, tentu saja ketika berjalan, bekerja dan sebagainya, sementara dzikir itu dijanjikan oleh Allah SwT dapat membuat hati manusia menjadi tenang-tenteram, tathmain alquluub (Ar-Rad [13]: 28). Dengan begitu apa yang dikerjakan akan tidak mudah digoyang oleh ajakan-ajakan yang buruk dari luar. Mental menjadi kokoh dan stabil. Pada hakikatnya, daya tarik (gravitasi) keduniawian, jebakan kehidupan lahiriah-indrawi (hissy), indah dipandang mata kepala dan tarikan ilmu berdasar eksperimen (hushuly), sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Kalau ini dibiarkan, maka hasil apa yang dikerjakan manusia akan mudah jatuh kepada hal-hal yang tidak bermanfaat, bahkan kontra produktif. Maka agar hal-hal yang dikerjakan manusia bersifat bermanfaat dan senantiasa produktif, daya tarik ke arah atas diperkuat, yaitu keakhiratan untuk mengimbangi tarikan keduniawian, kehidupan batiniah-rasa jati (dzauqy) untuk mengimbangi kehidupan lahiriah-indrawi (hissy), melihat dengan mata hati (bashirah) untuk mengimbangi indahnya sekadar pandangan mata kepala (ruyah), dan tarikan ilmu karena penghayatan pengalaman (hudlury) sebagai penyeimbang tarikan ilmu yang sekadar hasil eksperimen atau percobaan dan logika (hushuly). Tegasnya, tarikan habl mina-llah (tali penghubung ke arah atas yaitu Allah SwT) harus mampu mengontrol terhadap tarikan habl mina-nnas (tali penghubung ke arah sesama manusia dalam praktik kehidupan sehari-hari). Bahwa dengan iman sebagai tujuan dan dalam proses menjalani hidup ini, dalam segala hal, senantiasa ingat kepada Allah SwT, maka insya Allah hasil dari kehidupan sehari-hari ini akan kaya amal shalih, amal yang tidak melenceng dari ketentuan beupa perintah dan larangan-Nya. Dengan demikian, seorang Mukmin yang benar-benar beriman, benar-benar habl minallah dijadikan motivasi dan pengontrol hidup, adalah manusia Mukmin yang produktif. Bahwa sesunguhnyalah orang-orang semacam ini yang memiliki bakat menjadi pahlawan dalam arti yang sebenar-benarnya, bukan sekadar diukur oleh berapa besarnya jasa kepada bangsa (patriotisme). Lebih tidak tepat lagi kalau sampai terjadi ada pemahaman, bahwa yang layak disebut pahlawan adalah mereka yang secara formal berkesempatan dikubur jasadnya di taman makam pahlawan. Wallaahu alam bishshawaab.

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

BINA AKHLAK

Merajut Ukhuwah dalam Keragaman


DR Mutohharun Jinan

khuwah (persaudaraan) sesama Muslim merupakan salah satu pilar penting untuk membangun masyarakat berkeadaban. Di antara faktor penunjang lahirnya persaudaraan, khususnya sesama Muslim adalah adanya persamaan-persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan rasa dan cita merupakan faktor dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan apa yang dirasakan saudaranya. Kehidupan manusia sejak mulanya juga dilengkapi dengan serangkaian perbedaan, kekhasan, dan keunikan dalam berbudaya. Dalam ranah interpretasi keagamaan di masyarakat Muslim juga telah muncul fakta kuat adanya perbedaan. Karena itu betapapun bedanya sangat jauh upaya mencari titik-titik kesamaan harus dilakukan untuk merajut persaudaraan, untuk mewujudkan ukhuwah yang Islami. Oleh karena itu, merajut ukhuwah yang Islami harus berbasis pada dua kesadaran, yaitu kesadaran adanya perbedaan dan kesadaran untuk saling menemukan persamaan-persamaan. Pertama, perlu disadari bahwa hakekat diperlukannya ukhuwah adalah adanya perbedaan, meskipun pada akhirnya ukhuwah menghendaki hidup dalam perlakuan yang sama. Al-Quran menggarisbawahi bahwa perbedaan adalah hukum yang berlaku secara kodrati dalam kehidupan ini (Qs. Al-Maidah [5]: 48). Seandainya Allah menghendaki kesatuan pendapat, niscaya diciptakan-Nya manusia tanpa akal budi seperti binatang atau benda-benda tak bernyawa yang tidak memiliki kemampuan memilah dan memilih, karena hanya dengan demikian seluruhnya akan menjadi satu pendapat. Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu akan memaksa semua manusia agar menjadi orang-orang yang beriman? (Qs. Yunus [10]: 99). Kedua, setelah menyadari dengan benar bahwa keragaman itu bagian dari skenario Allah maka kita perlu menyadari pentingnya menemukan titik-titik persamaan. Misalnya kesadaran tentang persamaan kemanusiaan, bahwa pada hakekatnya manusia adalah makhluk mulia diciptakan untuk saling mengenal. Kesadaran tentang kesamaan tujuan, bahwa kelompok atau golongan dalam Islam pada dasarnya memiliki kesamaan untuk membumikan pesan-pesan Ilahi dalam

kehidupan di dunia saat ini dan nanti. Kesadaran terhadap perbedaan dan keragaman berbanding lurus dengan absennya sikap mental yang dapat merusak persaudaraan. Dalam hal ini Al-Quran menyebutkan dengan sangat tandas sejumlah sikap batin dan perilaku yang harus dijauhi. Antara lain Al-Quran melarang sikap memperolok-olok atau merendahkan orang lain, mencela atau merasa rendah diri, dan memberikan justifikasi dengan gelar-gelar yang buruk. Persaudaraan bisa saja pudar oleh sikap prasangka buruk yang dijadikan sebagai kesimpulan akhir, mencari-cari kesalahan orang lain, dan menggunjingkan kejelekan orang lain, yang diibaratkan seperti memakan bangkai daging saudara sendiri (Qs. Al-Hujurat [49]: 11-12). Sementara kesadaran terhadap persamaan-persamaan akan mendorong kita memiliki sikap saling memerhatikan dan peduli pihak lain yang berbeda-beda. Karena sejatinya kata ukhuwah yang terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti memperhatikan. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian terhadap semua pihak secara bersama. Karena itu, Rasulullah saw mengisyaratkan bahwa ukhuwah memiliki makna empati, lebih dari sekadar simpati. Perumpamaan seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya. (HR. Muslim). Dalam riwayat lain Rasulullah juga menggambarkan ukhuwah: Seorang Muslim bersaudara dengan Muslim lainnya. Dia tidak menganiaya, tidak pula menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi pula kebutuhannya. Barang siapa yang melapangkan seorang Muslim suatu kesulitan, Allah akan melapangkan baginya satu kesulitan pula dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian. Barang siapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kemudian (HR. Bukhari dan Muslim). ________________________ Mutohharun Jinan, pengajar di Pondok Shabran Universitas Muhammadiyah Surakarta
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

43

BINA JAMAAH

Jamaah Sepuh, Perajut Ukhuwah


amaah masjid, musholla dan langgar biasanya terdiri dari beragam usia. Ada kalangan anak-anak, remaja, orang dewasa, dan para orang tua. Para orang tua atau jamaah sepuh ini biasanya memerlukan pelayanan khusus. Sebab ada jamaah sepuh yang masih memerlukan bimbingan ruhani untuk menerima ketuaannya dan untuk menyiapkan diri menghadapi panggilan Ilahi. Mereka biasanya gelisah, lebih-lebih jika telah pensiun dan tidak banyak kegiatan. Ada pula jamaah usia tua ini yang sudah mantap hidupnya. Mereka telah pensiun, biasanya pulang kampung atau pulang desa dan bergabung dengan jamaah tua lainnya. Mereka sudah memiliki rencana hidup rapi. Punya kesibukan. Apalagi kalau mereka punya keahlian. Biasanya diperlukan umat atau masyarakat untuk mengurusi sesuatu. Suatu hari seorang berusia mulai sepuh bertanya, Apa yang sebaiknya perlu saya lakukan di usia tua ini? Apa di sekitar rumah Anda ada masjid atau musholla? Ada. Kalau begitu rawatlah jamaah masjid atau musholla, terutama jamaah yang sudah sepuh. Lho kalau itu sudah kulakukan sejak lama. Kalau begitu, teruskan. Percakapan semacam itu mengingatkan kita bahwa suatu hari kita akan menjadi tua, atau akan menjadi sepuh. Sangat bagus kalau di usia sepuh menjadi jamaah masjid atau msuholla atau jamaah langgar. Ini bisa merupakan kelanjutan aktivitas di masa kanak-kanak dan saat muda, bisa merupakan kegiatan baru setelah pensiun atau setelah anak-anak sukses dan orangtua diminta untuk hidup tenang menjalani ibadah. Percakapan in juga mengingatkan suasana waktu reuni pengajian anak-anak. Mantan murid ngaji bertemu dengan mantan guru ngaji, gayeng, meriah. Semua saling mengingatkan masa-masa bahagia ketika berada di pengajian anak-anak tempo dulu. Pengajian anak-anak yang penuh suasana akrab dan indah karena dihiasi dengan dongeng, nyanyi-nyanyi dan permainan atau nasihat yang lembut. Semua saling menanyakan kabar, dan menanyakan kenapa ada beberapa mantan murid ngaji tidak datang. Tapi jangan khawatir Kang, semua baik-baik saja.

Kenapa? Sebab pengajian anak-anak kita dulu unik lho. Sepertinya kita itu terus bersenang-senang, gembira, agama itu memang seharusnya menggembirakan. Orang yang mendapat pengajaran dan pendidikan dengan cara menggembirakan, biasanya selalu teringat momentum itu. Ini sangat menolong mereka ketika memasuki usia menjelang tua. Betul nih? Betul, Kang, banyak teman-teman ngaji saya yang ketika anak-anak sangat nakal, ketika muda menjadi preman atau gali, sekarang apa yang mereka lakukan? Mereka semua aktif di masjid, membantu takmir meramaikan masjid, dan merawat simbah-simbah yang datang di masjid. Ternyata teman-teman yang dulu dikenal sebagai manusia galak dan sangar, hatinya lembut sekali. Saya hampir menangis setiap ketemu teman-teman itu. Semua sudah insaf, menjadi manusia masjid. Ada teman lain yang berkisah. Masjidnya beruntung karena banyak didatangi oleh jamaah sepuh yang betul matang jiwanya, mengendap perasaannya, luas wawasannya, dan jauh pandangannya. Jamaah seperti ini tidak egois, tidak suka marah-marah, tidak pelit dan tidak punya musuh dari kalangan usia dan kalangan apa pun di desa dan di kampungnya. Ia ringan tangan membantu siapa pun. Rumahnya selalu ramai dengan tamu yang mengadukan masalahnya, tamu yang sekadar mengajak ngobrol dan kangen-kangenan, atau tamu yang datang untuk minta bantuan. Jamaah berusia sepuh seperti mereka sungguh dapat menjadi perajut ukhuwah di desaku, kata teman itu. Perajut ukhuwah? Ya. Dengan hadirnya mereka maka ukhuwah Islamiyah di desaku terjalin kuat. Mereka bisa merajut ukhuwah antar jamaah masjid, musholla dan surau. Mereka punya waktu untuk mengunjungi masjid, musholla dan surausurau itu. Mereka ahli silaturahim dan selalu ramah. Wajah mereka yang cerah selalu dapat menarik orang untuk mendekat dan akrab dengan mereka. Asyik juga kalau jamaah berusia tua di tempat lain mampu menjalankan fungsinya sebagai perajut ukhuwah. Kehidupan umat Islam di suatu tempat bisa makin produktif dan maju. Semoga. (Mustofa W Hasyim)

44

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

45

HUMANIORA
Cerpen Latief S. Nugraha

Menggambar Matahari
I
ni hari pertama aku masuk SD. Di tembok sekolah baru ini aku belajar mengenal ruang yang baru, temanteman baru, guru-guru baru, bangkubangku baru, papan tulis baru, kapur tulis baru, buku-buku baru, seragam baru, tas baru, sepatu baru, kaus kaki baru, dan taman-taman di depan kelas yang juga baru. Di sini tak ada ayunan, tak ada genjotan, tak ada bongkar pasang, tak ada boneka Unyil, tak ada mainan dari kertas warna, tak ada gambar-gambar binatang. Ah, sungguh tak ada yang indah. Hari ini aku merasa seperti orang asing, bahkan pada tubuhku sendiri. Topi merah, dasi merah yang mungil, juga celana berwarna merah yang kebesaran ini. Apalagi dengan kancing baju yang terbalik seperti ini. Ini adalah baju anak perempuan. Selalu saja seperti ini, ibu selalu menginginkanku jadi anak perempuan. Untung aku tidak disuruh mengenakan kerudung dan rok panjang. Aku benci seragam. Kenapa sekolah harus berseragam. Bukankah nanti akan membuat guru dan temanteman sulit mengenali, karena semua orang berwarna sama. Aku jadi teringat Taman Kanakkanakku. TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sidosari. Sebuah TK sederhana yang baru saja kutinggalkan. Pada sebuah masa ketika keceriaan penuh mewarnai hari tanpa ada beban sedikit pun. Sebagai seorang anak yang masih berusia lima tahun, sebagai seorang anak yang dilahirkan di desa, sebagai anak pertama yang selalu dimanja oleh ayah dan ibunya, aku termasuk anak yang pendiam, juga cengeng. Wajarlah namanya juga anak-anak. Aku kangen dengan dongeng dari Pak Tambak yang sudah sepuh, namun setia dan rela berjalan jauh dari balik bukit menyusuri jalan setapak dan menyeberang kali demi mengajar anakanak nakal sepertiku ini. Bahkan dia selalu memintaku bernyanyi untuknya. Kae krosak-krosak Sajake Pak Tambak Tindak nyeret blarak Klambine dibukak Dengan nada lagu Bocah Cilikcilik aku menyanyikannya. Pak Tambak tersenyum dan memuji laguku itu. Aku juga kangen kasih sayang Bu Atik yang setiap pagi akan membopongku ketika aku menangis ditinggal ibu. Ya, aku tidak seperti temanteman lain yang di sekolah ditunggui ibunya. Ketika pelajaran sudah mulai ibuku akan sembunyi-sembunyi untuk pergi meninggalkanku dan bekerja. Dari celah gedeg bambu dinding sekolah aku pasti akan melihatnya naik bus meninggalkanku. Ketika itu pasti aku menangis karena takut sendirian ditinggal ibu. Hanya Bu Atik lah yang sabar menenangkanku. Setelah aku berhenti menangis dan terisak, diajarinya kami mengaji. Menghafalkan doa sehari-hari. Mulai dari doa bangun tidur sampai doa berangkat tidur. Pelajaran yang paling kusuka adalah menggambar. Aku pasti akan menggambar matahari. Tidak seperti teman-teman lain yang menggambar matahari pasti bersama dua buah gunung dan jalan menikung. Gambar matahariku berbeda. Aku menggambar matahari di atas lautan lengkap dengan pantainya, pohon kelapa, juga bayangbayang matahari yang memantul di muka laut. Matahari agaknya selalu memberi kesan yang indah untukku. Karena setiap pagi aku selalu ditemaninya. Hangatkan suasana dingin desa ketika aku berangkat sekolah dengan digandeng ibu. Dan pantai adalah tempat yang sangat ingin aku datangi. Sebenarnya aku belum pernah ke pantai melihat laut lepas dan ombak yang berdeburan. Aku hanya bisa melihatnya di buku-buku bergambar. Karena itulah aku selalu suka menggambar pantai. Selalu suka menggambar matahari. Hal itu sangat berbeda dengan perasaan takutku ketika melihat bulan punama. Entah kenapa aku selalu takut dengan bulan purnama, apalagi kalau gerhana. Gelap dan menyeramkan. Kalau ada suara burung hantu atau kelebat kelelawar di sekitar rumah saat bulan purnama, aku selalu cepat-cepat masuk kamar minta dikeloni dan aku pun meringkuk di peluk ibu. Rasarasanya bulan purnama mau menyedotku masuk ke dalam mulutnya.

46

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

HUMANIORA
Langit di sekelilingnya yang gelap membuat bulan seperti sebuah lorong waktu raksasa yang akan menelanku tanpa kasihan siapa saja yang nakal. *** Pernah pada suatu hari, kami rekreasi ke goa. Waktu itu kami di ajak ke Goa Sriti. Katanya Pangeran Diponegoro dulu pernah tinggal di situ waktu perang melawan Belanda. Aku satu-satunya anak yang tidak mau masuk ke goa. Lagi-lagi ibu tidak ikut waktu itu. Aku yang takut dengan gelap memilih tidak masuk ke dalam, karena tidak ada ibu yang akan melindungiku dari gelap. Aku merasa tidak mempunyai keberanian itu. Satria, Ayo masuk! ajak Bu Atik. Aku tidak mau. Aku takut gelap. Aku takut tidak ada ibu. Nanti kalau aku tersesat dalam gelap lalu tidak kembali, ibuku bisa menangis mencariku. Kan ada Bu Guru di sini menemanimu. Ayo masuk tidak apa-apa! Tidak. Aku tidak mau...! Padahal ibu mau cerita waktu dulu Nabi Muhammad mendapat wahyu Al Quran pertama kali. Nabi Muhammad dulu menerima wahyu di dalam goa. Dulu Nabi Muhammad menerima wahyu di goa ini ya bu? Bukan di goa ini, tapi di Goa Hira. Di Arab sana. Arab itu di mana? Apakah aku boleh ke sana? Ke Goa Hira? Arab itu jauh. Kamu harus terbang dengan pesawat ke sana. Nanti kalau kamu sudah besar, kamu bisa ibadah Haji ke sana, ke Makkah. Nanti di sana kamu juga bisa ke Goa Hira. Sekarang kita masuk ke goa ini dulu ya! Akhirnya aku mau untuk masuk ke dalam goa. Di bopongan Bu Atik aku terus bertanya mengenai goa. Dari situ aku tahu kenapa aku takut dengan gelap. Mungkin karena sebelum aku terlahir di dunia, aku lama sekali berada di dalam goa garba ibu. Di dalam kandungan ibu. Mungkin itu yang membuat aku sangat takut ketika jauh dari ibu. Dan mungkin itu pula yang seorang teman mengajak masuk. Di bangku paling pojok aku duduk. Aku selalu memilih duduk di bangku paling belakang sejak aku TK. Tak ada alasan yang berarti selain aku tak ingin dibicarakan oleh teman-teman yang duduk di belakangku jika aku duduk di kursi deretan depan. Dan aku masih terngiang dengan peristiwa-peristiwa di masa kanak. Mengapa waktu begitu cepat berlalu. Ingin rasanya aku menemani Si Budhi yang masih tertinggal di TK karena usianya yang terlampau muda untuk masuk SD. Setiap hari yang hanya diisi dengan permainan dan nyanyian mungkin tak akan kutemukan lagi kini. Aku tak lagi bisa menggambar matahari. Hari-hariku akan dipenuhi dengan kata-kata dan angka-angka. Sungguh membosankan. *** Dari jendela kelas kulihat wanita berkerudung yang tak asing. Pintu kelas dibuka. Bu Atik. Benarkah itu Bu Atik? Apakah dia akan mengajar di kelas ini? Apakah itu berarti aku masih bisa dibopongnya saat aku menangis nanti? Apakah itu berarti aku masih bisa menggambar matahari? Anak-anak, sekarang kita upacara bendera dulu ya...!

membuat aku menjadi sangat senang dengan matahari. Sangat senang menggambar matahari. Karena matahari mencerahkan dari kegelapan. *** Bel sudah berbunyi. Aku terhenyak dari lamunan. Setelah lama aku diam terpekur di samping pintu kelas,

Latief S. Nugraha, lahir di Kulon Progo 6 September 1989. Alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UAD. Saat ini sedang melanjutkan studinya di Program Pascasarjana Ilmu Sastra UGM. Selain itu dia juga aktif di Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta. Alamat tinggalnya di Gebang RT 82 RW 38, Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo, DIY, 55673. Email: harjomartono89@gmail.com HP: 085292588555.

Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

47

WAWASAN

Merumuskan Kompetensi Inti Kemuhammadiyahan Pada Kurikulum 2013


Bagus Mustakim, M PdI

elalui PP No. 32 tahun 2013, pemerintah telah memastikan perubahan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ada empat perubahan mendasar dari SNP sebelumnya, yakni perubahan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Perubahan empat standar itu praktis mengubah wajah kurikulum pendidikan nasional. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, sekolahsekolah Muhammadiyah harus segera berbenah menyesuaikan diri dengan perubahan kurikulum 2013. Banyak hal yang jadi pekerjaan rumah dalam penyesuaian perubahan ini. Mulai dari perubahan mindset, struktur kurikulum, sampai sumber daya manusia (SDM) dalam mengimplementasikan kurikulum baru ini. Salah satu pekerjaan rumah itu adalah mengintegrasikan Kemuhammadiyahan dalam kurikulum 2013. Pada kurikulum lama, SKL berbasis mata pelajaran. Semua mata pelajaran berada pada strata yang sama dalam menyumbangkan kompetensi lulusan. Meskipun berstatus muatan lokal (mulok), mata pelajaran terkait tetap memberi kontribusi dalam merumuskan dan mencapai kompetensi lulusan. Berbeda dengan kurikulum baru yang menempatkan SKL sebagai inti dari seluruh kompetensi. Eksistensi mata pelajaran apa pun harus mengacu pada SKL yang dirumuskan dalam Permendikbud no. 54 tahun 2013. Tanpa mengacu pada SKL, mata pelajaran mulok hanya berkedudukan sebagai mata pelajaran tambahan atau setingkat dengan kegiatan ekstrakurikuler. Mungkin tidak ada kegelisahan apa pun bagi para pengelola mulok, karena masih tetap bisa diajarkan ke peserta didik. Secara pragmatis, biasanya pengelola lembaga pendidikan, khususnya guru, berpendapat yang penting tunjangan sertifikasi cair. Tetapi bagi pimpinan Muhammadiyah, wajib ada kegelisahan di saat Kemuhammadiyahan tidak menjadi ruh di sekolah Muhammadiyah. Pada kurikulum lama, yang menempatkan mulok sejajar dengan mata pelajaran lain saja, Kemuhammadiyahan sering kali terpinggirkan, apalagi pada kurikulum baru yang menempatkan mulok sebagai mata pelajaran tambahan selevel ekstrakurikuler. Karena itu majelis terkait harus segera mencari solusi atas persoalan ini. Apalagi tahun ini ada beberapa sekolah Muhammadiyah yang menjadi sekolah sasaran. Di samping itu ada beberapa Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang mewajibkan semua sekolah di wilayahnya agar mengimplementasikan

kurikulum 2013 pada tahun ini. Jangan sampai Kemuhammadiyahan sekedar menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah Muhammadiyah, bukan sebagai ruh yang menjiwai seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah Muhammadiyah. Mengenal Kurikulum 2013 Ada tiga domain yang menjadi pondasi SKL pada kurikulum 2013, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara konseptual, tiga domain ini wajib diraih secara keseluruhan dalam proses pembelajaran pada semua mata pelajaran. Setiap guru bertugas menyusun tagihan penilaian pada tiga domain itu. Pencapaian tiga domain itu dapat diukur dan dievaluasi pada kegiatan proses pembelajaran. Semua mata pelajaran harus dikembangkan berdasarkan tiga domain ini. Selanjutnya tiga domain ini dikembangkan menjadi empat Kompetensi Inti (KI), yakni KI-1 (sikap religius), KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan). Setelah itu baru dirumuskan Kompetensi Dasar (KD) dari masing-masing KI dalam setiap mata pelajaran. KD kemudian diajarkan secara tematik, melalui peta KI dan KD yang dikembangkan dalam silabus pembelajaran. Kegiatan implementasi kurikulum 2013 yang dilakukan oleh seorang guru diawali dengan melakukan analisis keterkaitan SKL, KI, dan KD. Karena itu setiap mata pelajaran harus memiliki keterkaitan antara SKL, KI, dan KD. Tanpa ada keterkaitan, suatu mata pelajaran tidak dapat diajarkan dengan desain kurikulum 2013. Karena itu kalau ada mata pelajaran di luar mata pelajaran wajib yang ada di standar isi (misalnya mulok), harus ada analisis keterkaitan SKL, KI, dan KD pada mulok itu. Dengan demikian jika mata pelajaran Kemuhammadiyahan ingin menjadi bagian integral dalam kurikulum 2013, maka harus dirumuskan KD-nya sesuai dengan empat KI dan SKL yang tetuang dalam dalam permendikbud. Kompetensi Kemuhammadiyahan Melalui perumusan KD berdasarkan peta KI pada permendikbud, Kemuhammadiyahan bisa menjadi mata pelajaran yang dapat diimplementasikan dalam kurikulum 2013. Namun status Kemuhammadiyahan hanyalah sebagai mata pelajaran. Kurikulum 2013 ini memberi peluang bagi Kemuhammadiyahan untuk masuk lebih dalam lagi ke wilayah KI, yaitu dengan merumuskan KI Kemuhammadiyahan. Jika berhasil masuk pada wilayah KI, Kemuhammadiyahan tidak hanya menjadi mata

48

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

WAWASAN
pelajaran semata, melainkan menjadi ruh dalam perguruan Muhammadiyah. Dari tiga domain dalam SKL, KI Kemuhammadiyahan berpeluang disisipkan dalam domain sikap. Sebagaimana dijelaskan di atas, domain sikap terdiri dari atas sikap religius dan sikap sosial. Dalam konteks ini KI Kemuhammadiyahan dapat difungsikan sebagai KI yang memperkaya KI yang terdapat dalam permendikbud. Meskipun demikian KI Kemuhammadiyahan tidak bisa mengubah substansi maupun redaksi KI dalam Permendikbud. Karena itu KI Kemuhammadiyahan dirumuskan secara terpisah sebagai KI bayangan. Misalnya dirumuskan KI-1a untuk menyebut KI sikap religius Muhammadiyah dan KI-2a untuk menyebut KI sikap sosial Muhammadiyah. Setelah perumusan KI-1a dan KI-2a selesai, tahapan selanjutnya adalah perumusan KD setiap mata pelajaran yang mengacu pada KI Kemuhammadiyahan. Keberadaan KI Kemuhammadiyahan menyebabkan analisis keterkaitan SKL, KI, dan KD kurikulum 2013 di sekolah Muhammadiyah tidak hanya memuat empat kolom seperti pada umumnya, melainkan enam kolom yang terdiri atas kolom sikap religius, sikap religius Muhammadiyah, sikap sosial, sikap sosial Muhammadiyah, pengetahuan, dan keterampilan. Melalui analisis ini, guru mata pelajaran apapun berkewajiban menanamkan religiusitas Muhammadiyah dan sikap sosial Muhammadiyah dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sebagai domain sikap, religiusitas dan sikap sosial Muhammadiyah ini tidak diajarkan secara teoritik. Dua sikap ini ditanamkan secara integratif oleh semua guru mata pelajaran maupun guru tematik (untuk jenjang sekolah dasar) di semua kelas sesuai dengan analisis keterkaitan SKL, KI, dan KD yang dibuat. Tindak lanjut dari penanaman dua sikap ini terdapat pada desain penilaian sikap yang disiapkan oleh guru. Jika guru biasa hanya menilai aspek religius dan sosial saja, guru di sekolah Muhammadiyah berkewajiban menilai sikap religius dan sikap sosial Muhammadiyah. Adapun Kemuhammadiyahan sebagai mata pelajaran teoritik diajarkan sendiri dalam mata pelajaran kemuhammadiyahan melalui perumusan KD Kemuhammadiyahan. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, perumusan KI Kemuhammadiyahan akan mampu menjadikan Muhammadiyah sebagai ruh dalam sekolah Muhammadiyah. Namun usaha ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu keseriusan, kerja keras, dan kosentrasi tinggi dalam meyusun dan merumuskan KI Kemuhammadiyahan. Jangan sampai Muhammadiyah mengulangi ketertinggalan dalam perubahan kurikulum sebagaimana yang terjadi di era kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Saat itu kurikulum al-Islam dan Kemuhammadiyahan terkesan dibuat asal jadi dan yang penting ada. Kurikulum 2013 ini lebih rumit, karenanya perlu keseriusan dan kesungguhan yang lebih baik lagi. ______________________ Bagus Mustakim, Sekretaris Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammdiyah Kab Ngawi dan Narasumber Regional Prov. Jatim Implementasi Kurikulum 2013.

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

49

GERAI NIAGA

OPTIK DAN MUHAMMADIYAH ADALAH DARAH HM ARIFIN

ptik dan Muhammadiyah nampaknya tidak dapat dipisahkan dari diri HM Arifin. Ibarat sebuah tubuh, dua hal ini sudah menjadi darah kehidupan HM Arifin. Karenanya, ia berusaha semaksimal mungkin agar dunia optik yang ia geluti dapat bermanfaat sebesar-besarnya untuk Persyarikatan Muhammadiyah dan warganya. Darah optik HM Arifin mengalir dari orangtuanya yang memiliki Optik Puas. Setelah beberapa tahun menggeluti bisnis keluarga ini, ia pada tahun 1998 memberanikan diri mengibarkan bendera bisnis optiknya dengan nama Optik Arif. Gerai pertamanya di jalan KHA Dahlan No 143 Yogyakarta, telpon (0274) 374591, kemudian disusul gerai kedua tahun 2001 di Jl MT Haryono 83, telpon (0274) 418366 yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya. Gerai ketiga tahun 2010 di Apotik Kimia Farma Jl Malioboro 123, telpon (0274) 3156010, dan pada tahun yang sama membuat gerai keempat di Jl Godean Km 1 telpon (0274) 3156011. Gerai kelima tahun 2011 di Jl. Kaliurang Km 5,8 No 28 A, telpon (0274) 3151937, kemudian gerai keenam tahun 2012 di Jl Sultan Agung 14 telpon (0274) 6632173 kompleks Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Yogyakarta dan gerai ketujuh tahun 2013 di Jl Parangtritis 54 Yogyakarta. Demikian pula darah Muhammadiyah juga mengalir dari keluarganya yang juga aktivis Muhammadiyah, dari kakek hingga ayahnya. Selain itu, ia juga dididik di sekolah Muhammadiyah dari SD hingga SLTA. SD dijalani di SD Muhammadiyah Purwodiningratan, SMP di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan SLTA di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Ia aktif di Muhammadiyah dan kini menjadi Ketua Majelis Ekonomi PDM Kota Yogyakarta. Sebesar-besar Manfaat untuk Persyarikatan dan Warganya Dua darah yang mengalir di dalam di HM Arifin ini ingin menjadikan bisnis optik yang digelutinya bermanfaat bagi Muhammadiyah dan warganya. Karenanya, ia melakukan program-program khusus agar bisnisnya bisa manfaat bagi Persyarikatan dan warga Muhammadiyah. Pertama memaksimalkan fasilitas warga Muhammadiyah yang memiliki Jamsostek dan Askes, sehingga warga yang memilikinya betul-betul mendapatkan barang sesuai dengan kualitas dan kuantitas seharusnya. Untuk Jamsostek mendapat fasilitas hingga seharga Rp.300.000,- dan As50

kes seharga Rp.200.000,-. Bagi warga dan siswa Muhammadiyah yang mempunyai Kartu Dana Sehat Muhammadiyah (DSM) juga bisa memanfaatkan fasilitas di optiknya seharga Rp.100.000,Untuk memaksimalkan program ini, ia juga merangkul pengusaha optik Muhammadiyah (terutama) di DI Yogyakarta. Paling tidak saat ini telah bergabung 7 pengusaha optik di DIY yang bisa menjalankan program ini. Empat pengusaha dari Kota Yogyakarta. 2 pengusaha dari Kabupaten Sleman dan 1 pengusaha dari Kabupaten Gunung Kidul. Untuk optik Arif sendiri ada program khusus. Pertama program khusus dengan PDM Kota Yogyakarta dan kedua untuk siswa Muhammadiyah dari kalangan miskin. Program khusus dengan PDM Kota Yogyakarta melahirkan gerai optik yang ada di kompleks PDM, meski modal dari HM Arifin seluruh keuntungan setelah dikurangi biaya operasional menjadi milik Persyarikatan. Ia tidak mengambil keuntungan, bahkan bisa tombok karena keuntungan untuk Persyarikatan sudah diambil terlebih dahulu. Dengan manajemen yang berbeda, HM Arifin juga membuka peluang kerjasama bagi PDM di DIY dan sekitarnya. Sedang untuk siswa Muhammadiyah miskin dan sangat membutuhkan kacamata bisa datang ke gerai di Optik Arif di jl. MT Haryono sebelah Masjid Pangeran Puger dengan membawa surat dari sekolahan dan surat miskin mereka akan mendapat kacamata secara gratis. Selain itu, ia juga menyajikan merk-merk yang original. Hampir 90 persen optik yang ada menyajikan merk palsu. Ia mengemukakan tips agar konsumen tidak tertipu ketika membeli produk optik, pertama minta daftar harga. Kemudian perhatikan tanda stock atau gosok (rx), tanda stock biasanya harganya lebih murah ketimbang gosok meski dengan jenis dan kualitas yang sama. Jangan sampai harga stock dihargai gosok. (eff)
DATA PENGUSAHA: Nama Istri Anak Alamat HP eMail : HM Arifin Amd RO, SE. : Sri Insiyah Rahmawati Amd RO, SPd. : 1. Hanif Nadhifah Savitri. 2. Hana Alviana Putri. 3. Muhammad Rifqi Alvian. : Jl. MT Haryono No 84 Yogyakarta. : 086681851. Telp: (0274) 418366 dan 3745491. : arifoptik@yahoo.co.id

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

SAKINAH

DENDAM PADA AYAH


Assalamualaikum wr. wb. Bu Emmy yang baik, saya N (27 tahun), saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Sekarang saya sudah menikah dan tinggal di kota S bersama suami. Sejak sebelum lulus SD ayah tidak bekerja. Ibulah yang menafkahi keluarga. Ia bekerja berjualan dan terakhir buruh jahit. Ibu tetap menerima ayah, karena itu dalam diri saya timbul rasa tidak hormat, benci dan kesal. Mengapa seorang laki-laki yang seharusnya menafkahi keluarga malah enak-enak di rumah? Setelah lulus SMA, saya ingin kuliah, tapi ibu tidak mampu membiayai. Apalagi waktu itu ibu mau di PHK, maka saya harus bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah hotel yang baru berdiri. Sebulan kemudian, saya diangkat jadi resepsionis. Dari hasil kerja, saya ikut bantu sekolah adik. Meski gaji sangat paspasan dengan sekuat tenaga saya menyisihkan uang dan bisa mengikuti kursus. Kini saya bekerja sebagai resepsionis di sebuah hotel yang bonafit. Tapi, sampai sekarang saya masih menyimpan dendam pada ayah. Bayangkan, ia pernah berkata pada saya, bahwa ia akan tetap hidup enak karena dibiayai istri dan anak-anaknya. Selain itu ayah sering berkata tidak enak didengar. Orang seperti itu, kini tinggal bersama kami (Ayah dan Ibu kini serumah dengan kami, supaya tidak usah kontrak lagi). Suami pun, saya lihat tidak senang dengan perkataan ayah yang kasar. Tapi dia diam saja untuk menghormati ayah. Mengapa ayah tidak pernah sadar atas kesalahan masa lalu? Dulu Ayah suka judi dan baru saja belajar shalat. Saya harus bagaimana ya, Bu? Di satu sisi saya dendam pada ayah, di sisi lain saya tidak ingin durhaka pada ayah. Meski saya kadang kasar karena menimpali kata-kata ayah yang kasar. Atas jawabannya saya ucapkan jazakumullah. Wassalamualaikum wr. wb. N, di S Waalaikumsalam wr. wb. N yang baik, saya tidak bermaksud memberi cap pada ayah, tapi saya kok mengira, ayah N punya kelainan yang membuatnya tidak punya kontrol untuk menahan dorongan-dorongan dari dalam dirinya untuk berkata buruk maupun berlaku agresif. Sedangkan tidak adanya semangat untuk bekerja keras, perilaku yang terlihat seakan-akan tidak bertanggung jawab,dan tidak ada malu-malunya sebenarnya adalah bagian dari gejala kurang berkembangnya kedewasaan pada ayah. Biasanya,orang dengan kepribadian lemah seperti ini waktu kecil adalah anak yang dimanja ,tak kekurangan materi. Sehingga tak pernah merasa terpaksa harus berjuang untuk bisa hidup. Tak heran kalau ia suka berjudi, sesuatu yang bisa menghasilkan uang tanpa berkeringat kalau sedang menang. Kalahnya? Tak pernah ia perhitungkan! Apalagi, mendapat istri yang tergolong superwoman, karena tampil seakan bisa menyelesaikan segala masalah. Sehingga, ayah tidak belajar untuk mengatasi kekurangannya dan tampil dewasa dan bertanggung jawab. Harus saya katakan, sulit sekali untuk sembuh, apalagi sudah umur. Dan dengan pindahnya ke rumah N, tentu hidup lebih enak dan mudah baginya. Dengan kepindahannya di rumah N, kini perilaku ayah jadi makin terekspos karena ada di depan mata N. Apa yang harus N lakukan? Menghilangkan perilaku buruk ayah? Tidak bisa hilang. Kalau meminimalkan insyaAllah bisa. Tak bosan-bosan mengajaknya melakukan hal-hal yang bermanfaat. Tetapi yang lebih penting menurut saya lingkungannyalah yang harus bertoleransi dan memahami dirinya. Karena ayah tinggal di rumah N, bila N berharap tidak direpotkan olehnya, rasanya tidak mungkin. Lebih baik, kuatkan ibunda untuk lebih bersikap waspada, agar penyebab kelakuan ayah yang aneh bisa diketahui dan bisa dihindari. Biasanya, orang seperti ayah akan kambuh bila tidak diperhatikan dan merasa tidak dipenuhi keinginannya. Maka, memberikan lingkungan yang berisi orang-orang yang agamis dan ahli ibadah, harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, tidak berkelebihan secara materi, pelan-pelan semoga bisa menjadikan orang-orang ini sebagai teladan. Jangan sampai justru N dan ibunda yang ikut-ikutan berperilaku negatif lho? Kalau N sedang lelah mental, lekaslah mohon kekuatan pada Allah dan mohon kesabaran mendampingi ayah. Semoga semua yang telah N lakukan untuk keluarga N, menjadi amal shalih dan dimudahkan segala urusannya pada mudahnya urusan. Amiin.

Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, SPsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

51

52

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

53

S I L A T U R A H I M
LAHIR
Irsyadal Ibad Fauzi, anak kedua pasangan Burhanussalam
dan Nining Dwi Wulandari, 21 September 2013, di Sedati Gede, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur.

Jalan Pinggir
Kemampuan siswa dalam memahami sebuah bacaan rendah. Lha, gurunya juga jarang membaca. *** Angka kematian bayi di daerah masih tinggi. Daerah kekurangan dokter. *** Wakil Presiden: Pers Indonesia sangat bebas. Sehingga banyak pejabat yang tersinggung. *** Gabungan suara partai Islam cukup untuk mencalonkan presiden dalam Pemilihan Presiden 2014. Yang susah dalam menentukan calonnya. *** Target pendapatan negara sulit dicapai, penyebabnya adalah belum optimalnya penerimaan pajak. Bagaimana mau optimal, kalau diselewengkan. *** Animo menulis karya ilmiah Islam rendah. Terbiasa dengan lisan (ceramah) *** Pertama kali dalam sejarah, ruang sidang Mahkamah Konstitusi diobrak-abrik. Ini jelas aksi premanisme. Pelakunya pantas dihukum. *** SBY: Mobil murah itu angkutan pedesaan. Tapi, bukan murahan lho, Pak! *** Bung Santri

Muhammad Atharasya Aliffiandra, anak pertama pasangan


Tri Sulistyo Putro dan Ellyda Irfadhilla, 6 Oktober 2013, di RSI Muhammadiyah Kendal.

MENIKAH
Muthahharah Yasin, SE dengan Teguh Ausi, SE., 9 Oktober
2013, di Unaaha, Sulawesi Tenggara.

Esti Nurmalawati, SSi binti Slamet dengan Arditya Yulinggar


Aribowo, ST bin Anggono Aribowo, 27 Oktober 2013, di Bandung, Jawa Barat.

Kicis Pawedhar Hestiningtiyas, MAd., MKeb binti Drs


Margono dengan M Anang Nafiuzzaki, Ad. MKep bin Drs K Farchan, 31 Oktober 2013, di Tlogoagung, Kembangbahu, Lamongan, Jawa Timur.

Siti Nuraini binti Maryono dengan Rizki Wahyu Setiawan, 3


November 2013, di Yogyakarta.

Lita Ristiyanti, SPd binti Minggirobe dengan Wanto Ony


Widiyono, SIP bin Pardiyono, 3 November 2013, di Sleman, Yogyakarta.

Elida Imroatin Nurlaily binti H Subagio Rahmat dengan Fahmi


Amrullah bin H Subechan, 5 November 2013, di German, Sugio, Lamongan, Jawa Timur.

MENINGGAL
Drs H Ahmad Suhar (72 tahun), anggota PCM Umbulharjo,10
Oktober 2013, di RS Bethesda Yogyakarta.

Hj Zainab (66 tahun), ibunda Drs Fuad, agen Suara


Muhammadiyah di Sumatera Utara, 30 Oktober 2013, di Binjai, Sumatera Utara.

Dr Titik Riyani, SpPD (49 tahun), 7 November 2013, di RS


Jogja, Yogyakarta.
54
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 15 SAFAR 1435 H

DINAMIKA PERSYARIKATAN

MPI PP MUHAMMADIYAH ADAKAN PELATIHAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

erpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa serta berbagai jasa lainnya. Peran dan tujuan dari perpustakaan adalah sebagai wahana untuk mencerdaskan bangsa supaya tercapai masyarakat yang terdidik. Keberadaan perpustakaan dapat diartikan juga sebagai pemenuhan kebutuhan yang diakui masyarakat. Dan kebutuhan ini menentukan bentuk, tujuan, fungsi, program dan jasa perpustakaan. Dalam mengoptimalkan peran tersebut, pengorganisasian informasi perlu dilakukan untuk memudahkan pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, layanan yang dilakukan perlu dikondisikan agar selalu berorientasi pada masyarakat, sebagai pengguna informasi yang disediakan perpustakaan. Kepuasan pengguna merupakan petunjuk utama bagi pelaksana pengorganisasian informasi tersebut. Bagi lembaga pendidikan, perpustakaan merupakan sarana untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisasi secara baik dan sistematis, secara langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di sekolah atau perguruan tinggi tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajarmengajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan. Inilah yang menjadikan keberadaan perpustakaan bagi lembaga pendidikan menjadi sangat penting, bukan hanya untuk menunjang proses belajar-mengajar namun juga menjadi salah satu indikator performa sebuah lembaga pendidikan. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin beragamnya teknologi canggih, membawa perubahan pula pada masyarakat dan individu. Perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi pula pada tuntunan terhadap kondisi keberadaan perpustakaan. Indikator perpustakaan ideal yang dulu diukur dari jumlah koleksi yang banyak dan gedung yang besar, sekarang sudah berubah menjadi sejauh apa perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan komunitas

pemakainya, antara lain: belajar, pemenuhan kebutuhan informasi, rekreasi, pendidikan, penelitian, interaksi dengan orang lain, fasilitas untuk berbagi pengetahuan, dan kebutuhan untuk melakukan inovasi dan kreativitas. Amal usaha Muhammadiyah berupa sekolah, saat ini sudah tak terhitung jumlahnya. Dari sisi kualitas dan kuantitas dapatlah dikatakan bahwa sekolah Muhammadiyah memiliki andil yang sangat besar terhadap pengembangan pendidikan di negeri ini. Salah satu program Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2010-2015 adalah Peningkatan Pengelolaan dan Pelayanan Perpustakaan yang Berfungsi untuk Pengembangan Pengetahuan dan Informasi Warga Persyarikatan dan Masyarakat Luas, yang salah satu kegiatannya adalah membangun jaringan kepustakaan Muhammadiyah. Sebagai implementasi kegiatan ini telah diadakan pelatihan pengelolaan perpustakaan sekolah Muhammadiyah se-Jawa Tengah. Pelatihan yang dilaksanakan di Perpustakaan Pusat Universitas Muhammadiyah Surakarta ini, diikuti oleh kepala perpustakaan SMA, SMK dan MA Muhammadiyah se-Jawa Tengah. Adapun tujuan pelaksanaan pelatihan ini adalah untuk; Meningkatkan kemampuan pengelolaan perpustakaan di sekolah Muhammadiyah; dan Penguatan networking informasi dan akses antarperpustakaan sekolah Muhammadiyah. Sedangkan materi yang disampaikan di antaranya; Pengantar Ilmu Perpustakaan; Manajemen Perpustakaan; Teknologi dan Informasi Perpustakaan; Pelayanan dan Minat Baca; serta Networking dan Kerjasama. (ron)
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

55

DINAMIKA PERSYARIKATAN
TAHUN BARU HIJRIYAH DI PEDALAMAN MENCERDASKAN MASYARAKAT DI KAPUAS HULU KAPUAS HULU. Dakwah cerdas yang dilakukan oleh Muhammadiyah, tidak terkecuali sudah merambah di pinggir pelosok Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Upaya pendekatan dakwah dilakukan dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah di Desa Naga Semangut Kapuas Hulu, sebagai upaya untuk mencerdaskan masyarakat pedalaman. Langkah-langkah ini semakin penting karena dakwah yang digerakkan lewat berbagai kegiatan penggalangan jamaah dan pengajian di pelosok sudah semakin dikenal oleh masyarakat. Sehingga Muhammadiyah semakin dikenal sebagai organisasi yang mencerahkan masa depan masyarakat. Jika dalam pengembangan madrasah ini tidak terkendala oleh beberapa faktor, akan menjadi sinyal semakin kuatnya jaringan yang akan berkembang di kawasan Kapuas Hulu Kalimantan Barat. (am) PRM WANGKELANG KURBAN

PURUK CAHU. Peringatan Perayaan Hari Raya Tahun Baru Islam 1 Muharram 1435 (Hijriyah) berlangsung di Kota Puruk Cahu, Murung Raya Kalimantan. Peringatan tersebut dimeriahkan dengan pawai akbar yang diikuti oleh 3000 orang terdiri dari sekolah tingkat Taman Kanakkanak hingga SMA, start dimulai dari Jalan Pahlawan menuju pusat Kota Puruk Cahu. Tujuan dari peringatan tersebut diharapkan para pelajar Muhammadiyah mampu mengambil hikmah dari peristiwa kenabian Rasulullah dalam melakukan hijrah. Sebagai strategi meninggalkan kehidupan hura-hura menuju ke perilaku yang bagus. Ini merupakan strategi Islam dalam memperingati hari raya Tahun Baru Islam. Membangun baldatun toyyibatun warabbun ghafuur. (agus arif rahman)

PROSPEK SD MUHAMMADIYAH SUMBA SUMBA. Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki kantong gerakan Muhammadiyah di Sumba Timur, dan Barat sudah berhasil merintis berdirinya Sekolah Dasar Muhammadiyah sebagai bentuk hasil amal usaha. Di Waingapu Sumba Timur telah berdiri SD Muhammadiyah yang berlokasi di Jalan Diponegoro. Sementara itu SD Muhammadiyah di Sumba Timur lainnya, berdiri SD Muhammadiyah di Hambala Jokoa Waingapu. Di Sumba Timur jaringan organisasi tersebar lewat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Waingapu, PCM Melolo, PCM Pandawai, dan PCM Lewa. Sedang di Sumba Barat dirintis berdirinya SD Muhammadiyah Kalimbu Kuni berlokasi di Kecamatan Kota Waikabubak. Jaringan organisasi yang dimiliki baru memiliki PCM Waikabubak, PCM Lolo, PCM Laura dan PCM Mawea Barat. Prospek masa depan amal usaha pendidikan di Sumba Timur dan Barat memiliki peluang berkembang lebih baik. Berkat dukungan jaringan organisasi, pengelolaan amal usaha dapat berjalan terkoordinir. Sedang yang perlu diupayakan adalah kerja keras untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan agar lebih baik lagi di masa depan. (am)
56

PEKALONGAN. Pimpinan Ranting Muhammadiyah Wangkelang menjalin kerja sama dengan LPCR Kabupaten Pekalongan dengan menggelar penyembelihan hewan kurban Idul Adha yang berlangsung belum lama lalu di Wangkelang, Kandangserang, Kajen, Pekalongan. PRM Wangkelang belum lama berdiri, baru dirintis sejak tahun ini, yang merupakan salah satu jaringan Persyarikatan dari PCM Kandangserang, Kajen Kabupaten Pekalongan. Jamaah dari PRM Wangkelang sangat luar biasa, total mereka menyembelih 18 ekor kambing dan seekor lembu. Rinciannya adalah 3 ekor kambing dari PRM Wesangkelang, 14 ekor kambing dari Pemuda Muhammadiyah Pencongan, 1 ekor dari PDA Kabupaten Pekalongan dan seekor lembu dari PCM Kajen. Atas kelancaran ibadah kurban tersebut, para jamaah menggelar pengajian yang dihadiri oleh para tokoh dan Kepala Desa. Sekaligus pencerahan tentang tata cara penyembelihan yang benar. Kepala Desa Wangkelang, menyambut gembira atas kegiatan masyarakatnya dalam menggelar ibadah kurban.

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

DINAMIKA PERSYARIKATAN
Karena itu, pihaknya mendukung agar Muhammadiyah terus berkembang di desanya sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Sementara itu, kegiatan serupa juga diselenggarakan oleh PRM Podosari, Cabang Kasesi dengan menyembelih 2 ekor lembu. Hal ini menurut panitia kurban, Suwarto Wibowo, dari tahun ke tahun jumlah kurban terus meningkat. (gan) di Lewuleba. Sementara PCM Omesusri dan PCM Atadei berada di Lewoleba Lembata yang jaraknya saling berdekatan dan tidak terlalu jauh. Bertumpuknya kesekretariatan PCM ini, terkondisi karena lingkungan alam dan tingkat kebutuhan lokasi. Yang terpenting, perintisan berjalannya gerakan dakwah Muhammadiyah sudah terintis dengan baik dan tinggal meningkatkan tempo frekuensi kegiatan keagamaan jamaah agar lebih padat lagi. Sehingga memungkinan gerakan organisasi bertambah lebih baik dan berkualitas. (am)

MENGEMBANGKAN MADRASAH ALIYAH KAMPUNG PISANG SORONG. Perkembangan Muhammadiyah yang cukup signifikan di Kabupaten Sorong, Papua Barat menjadi sinyal semakin populernya amal usaha pendidikan yang sedang dikembangkan di kabupaten ini. Model pendidikan yang dikembangkan adalah dalam bentuk Madrasah Aliyah Muhammadiyah, sesuai dengan tujuannya yang ingin melahirkan pelajar terdidik dan memiliki penguasaan keagamaan yang kuat sehingga nantinya dapat diharapkan menjadi kader pimpinan Muhammadiyah. Sebetulnya amal usaha yang sudah berkembang baik di Kabupaten Sorong meliputi semua aspek dakwah di masyarakat, yaitu mendirikan Panti Asuhan Yatim Piatu, Rumah Sakit Muhammadiyah, dan pengembangan ekonomi keluarga lewat BMT dan Koperasi. Itulah sebabnya, keberadaan Madrasah Aliyah Muhammadiyah di Kampung Pisang Remu Kabupaten Sorong, Papua Barat menjadi harapan besar akan lahirnya kader-kader Muhammadiyah muda. Madrasah ini sudah diusahakan meningkatkan kualitas proses belajarnya untuk semakin mengangkat hasil pendirian yang lebih baik setara dengan sekolah lainnya. (am) PCM LEMBATA CARI IDENTITAS DIRI LEMBATA. Kabupaten Lembata yang sudah tersentuh gerakan dakwah Muhammadiyah terus mengupayakan identitas diri sebagai gerakan Islam yang khas berjalan di kabupaten ini. Terkondisi oleh keadaan alam dan lingkungan sekitar, gerakan Muhammadiyah tidak berjalan seperti di daerah lain. Kegiatan-kegiatan yang ada masih sangat terbatas kepada bentuk pencarian identitas diri. Kabaputen Lembata sebetulnya merupakan daerah subur berkembangnya jaringan organisasi Persyarikatan, pendirian jaringan organisasi sudah menyebar ke beberapa kecamatan di Lewoleba, dan Lembata. Misalnya, berdirinya PCM Ngawutuang dirintis di lokasi sekitar SMP Negeri Nubatukan, dan PCM Buyasuri

KHITANAN BERSAMA DI RS AISYIYAH MUNTILAN MUNTILAN. Dalam Rangka memeriahkan Milad Aisyiyah ke-99, dan menyabut Milad Rumah Sakit Aisyiyah Muntilan ke47, telah dilaksanakan bakti masyarakat dengan mengadakan khitanan bersama bertempat di RS Aisyiyah Muntilan, Jawa Tengah. Kegiatan ini diikuti 51 anak, yang dilaksanakan dalam dua gelombang. Gelombang I diikuti 29 anak dan gelombang II diikuti 22 anak.

Peserta khitanan ini adalah anak-anak dari sekitar lingkungan rumah sakit, dan anak-anak kurang mampu serta anak dari kalangan umum. Semua anak yang mengikuti kegiatan khitanan bersama ini tidak ditarik biaya sepeser pun. Bahkan mereka mendapatkan bingkisan berupa uang saku, peci, sarung dan baju koko. Biaya penyelenggaraan dikumpulkan dari sumbangan karyawan, sumbangan para dokter, dan dukungan dari relasi Rumah Sakit Aisyiyah Muntilan. Menurut Direktur Rumah Sakit Aisyiyah Muntilan, Dr Moh Wasan, SpS(K), QIA, kegiatan bakti masyarakat seperti ini akan terus dilaksanakan dan dikembangkan untuk mewujudkan keinginan Rumah Sakit Aisyiyah Muntilan, menjadi rahmat bagi sekitarnya. (RSIA)
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

57

DINAMIKA PERSYARIKATAN
ALIYAH BERDIRI DI JAYAPURA JAYAPURA. Di Kota Jayapura Muhammadiyah sudah berhasil mendirikan sarana pendidikan Madrasah Aliyah Muhammadiyah yang tepatnya berada di Jalan Zainal Bakti 1 Talang Rimbo Baru. Seirama dengan perkembangan sarana pendidikan di beberapa kota di Papua, keberadaan Madrasah Aliyah Muhammadiyah ini merupakan upaya untuk semakin merambah dakwah di pelosok kampung-kampung pedalaman yang dihuni oleh masyarakat asli. Yang menarik dari keberadaan Madrasah Aliyah Muhammadiyah, karena di Kota Jaya Pura masyarakat menyukai lembaga pendidikan ini yang mengajarkan beberapa pendalaman ilmu agama lebih tuntas selain pendalaman ilmu pengetahuan umum yang harus dikuasai. Jika terus mendapatkan dukungan dan bimbingan dari Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kota Jaya Pura, diharapkan akan menjadi percontohan sekolah unggul dalam pengelolaan Muhammadiyah. (am) PDPM TEGAL ADAKAN PELATIHAN MENGENALKAN MUHAMMADIYAH DI SUNGAI MEKONG YOGYAKARTA. Sungai Mekong di Kamboja adalah sungai besar yang populer selama negara ini bergejolak, karena menjadi tumpuan aliran banjir sungai yang datang dari negara tetangga Cina, dan Vietnam. Tidak menyangka dari pinggiran sungai besar ini, ternyata ada komunitas Muslim yang masih kuat memegang tali sejarah mereka sebagai komunitas Muslim yang taat. Tepatnya ada di Desa Phum V Kecamatan Svay Khleang, Provinsi Kampong Cham Kamboja. Tidak banyak memang masyarakat Muslim di sini, hanya sekitar 1000 orang dengan sarana masjid yang masih memprihatinkan karena terkesan memakai bangunan masjid yang belum jadi. Mata pencahariannya hanya petani dan nelayan. Sehingga ketika mendapatkan kunjungan dari sesama Muslim mereka sangat bergembira sekali. Masyarakat Muslim pinggiran Sungai Mekong ini berbahasa Cham, semacam bahasa melayu yang teradaptasi dengan lidah setempat. Kesan pertama kali ketika berjumpa dengan sesama Muslim, adalah keingintahuanya mereka tentang tatacara ibadah shalat yang benar, bacaan qiroah yang benar, amalan ibadah yang utama serta aspek-aspek agama lainnya. Haryo Zaryanto yang bersama dengan delapan orang mahasiswa UAD lainnya, selama 40 hari berada di desa ini kepada SM, mengungkapkan, saudara Muslim di desa ini sangat memerlukan uluran tangan pencerahan agama. Kedatangan para ulama dari Timur Tengah yang berada di desa ini dirasakan masih kurang, mereka memerlukan masjid bersih dan representatif, buku-buku agama, dan pelatihan-pelatihan ibadah yang benar. Ketulusan mereka menerima tambahan pengetahuan agama sangat mengharukan sekali, ungkap Haryo. Betapa tidak, di tengah-tengah kesulitan hidup mereka yang memprihatinkan, masih saja mengharapkan tambahan ilmu agama untuk meningkatkan keimanan mereka. Para orang tua di desa Phum V sangat merelakan anak-anak mereka mendapatkan pelatihan keterampilan dan tambahan pengetahuan agama. Anak-anak Muslim di sini sangat cepat melafalkan ayat-ayat baru, mereka mampu menghafal dengan cepat surat-surat pendek. Sangat suka qiroah. Dengan pendampingan dari Prof Moch Zain Musa dari MusaAsiah Foundation dan dari aktivis Hisbul Wathan yang juga WK Rektor IV UAD, Prof Sarbiran, MEd, PhD para mahasiswa UAD melakukan sosialisasi kegiatan pengenalan alat-alat komputer, pelatihan microsoft dll. Mereka juga senang gotong royong membersihkan masjid dan berlatih olah raga, kata Haryo. Kedelapan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika ini, mengenalkan roket air, teropong, dan melatih bahasa Indonesia. Anak-anak sangat ingin seperti anak-anak yang ada di film Sang Pencerah, yaitu mendapatkan pelajaran agama yang benar dan ilmu modern, tambah Haryo. (am)

TEGAL. Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Tegal, baru-baru ini mengadakan pengaderan pelatihan Melati Muda dan Dai Muda. Pelatihan yang dilaksanakan di obyek wisata Guci, Kabupaten Tegal ini, mengambil tema Revitalisasi Jati Diri Pemuda Muhammadiyah Menuju Dinamisasi dan Progresivitas Gerakan. Ketua PDPM Kabupaten Tegal, Nurohman, SAg dalam sambutannya menekankan betapa pentingnya pengaderan dalam pemuda. Karena pemuda merupakan pelopor, pelangsung dan penerus gerakan dakwah dalam Muhammadiyah. Pengaderan ini dibagi dua kelompok, yaitu Pelatihan Melati Muda untuk mempersiapkan kader-kader muda Muhammadiyah yang militan. Dan pelatihan Dai Muda untuk membekali para dai dalam berdakwah yang penuh tantangan ini. Materi dalam pelatihan Dai Muda di antaranya; Retorika Dakwah, Dakwah dan Tantangan Masa Depan, Marhalah Dakwah, Simulasi Dakwah dan Fiqhud Dakwah. Pemateri; Ust H Agus Tri Jazuli, H Fatin Hammam, In Amullah, Ibnu Sholeh, Irfan Farid, dan Ust Miftakhurohman, SPdI. (Ali Rosyid)
58

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

DINAMIKA PERSYARIKATAN
PCM GARUT KOTA TERIMA WAKAF
Setiawan, SSos, MSi dan Ketua PDM Kabupaten Indramayu, Drs H Abdul Rozak Muslim, SH, MSi beserta jajarannya. Dalam sambutannya, Camat Sliyeg yang juga salah satu tokoh pendiri SMA Muhammadiyah Sliyeg, mengatakan bahwa Muhammadiyah sudah banyak berkiprah di Kecamatan Sliyeg, terutama di bidang pendidikan. Beliau berharap agar Muhammadiyah selalu bisa bekerjasama dan mendukung program-program pemerintah. Sedangkan Ketua PDM Kabupaten Indramayu, yang juga Ketua DPRD Kabupaten Indramayu, dalam tausiyahnya menyampaikan pesan bahwa Muhammadiyah harus selalu berikhtiar dalam berdakwah. Selalu mendukung pemerintah, yaitu pemerintah yang amanah.

GARUT. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Garut Kota, belum lama ini menerima penyerahan wakaf aset sekolah. Serah terima ini dilakukan oleh muwakif Hj Siti Aminah dengan nadhir Persyarikatan Muhammadiyah yang diwakili oleh Ketua Cabang Muhammadiyah Garut Kota, Drs H Makinadin. Hadir dan menyaksikan serah terima ini, keluarga muwakif di antaranya HM Tosin, Drs H Rustan Sulaeman Amir, Kombes (Purn) Drs H Rukman Sulaemanan, Amir SH, Ketua Majelis Pendidikan PDM Kabupaten Garut, Drs H Hasan, dan pengurus Cabang Muhammadiyah Garut Kota, serta Kepala Kantor Kementerian Agama Kecamatan Garut Kota dan Kepala Kelurahan Sukadana Kecamatan Garut Kota. Ketua PCM Garut Kota, Drs H Makinadin dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada pihak muwakif dan keluarganya. Dan berjanji akan terus menjaga dan memanfaatkan untuk aktivitas pendidikan dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Selain itu, beliau meminta kepada Majelis Wakaf dan Kehartabendaan untuk segera mensertifikatkan wakaf tersebut. Karena semua persyaratannya sudah lengkap. Aset sekolah yang diwakafkan adalah tanah seluas 1.541 m2, ruang kelas 6 lokal, meja belajar 120 set, 1 ruangan kepala sekolah, ruang guru 1 lokal, WC 4 lokal, perumahan 1 lokal, perpustakaan, mushola, dan sofa 1 set. Saat ini Pimpinan Cabang Muhammadiyah Garut Kota mengelola amal usaha mulai dari TK ABA yang ada dihampir setiap Ranting, dengan jumlah Ranting ada 21. Selain itu ada SD Muhammadiyah yang berjumlah 5 sekolah, SMP Muhammadiyah ada 1 serta SMA dan SMK Muhammadiyah. SMA dan SMK ini lokasinya berdekatan dengan STAI Darul Arqam dan Pesantren Darul Arqam, yang keduanya dikelola PDM Kabupaten Garut. (Otang Santonome)

Pimpinan Muhammadiyah yang dilantik adalah: H Zainal Mutaqien H, SPd, Asfandi, SPd SD., Basuki, SPd, MPd, Paeran Efendi, SPd, Sukardi SPd SD, H Maryono, Drs Taukhid, Darwilah, dan Aswadi, SPd, MSi. Sedangkan Pimpinan Aisyiyah yang dilantik adalah: Hj Sumirah, SPdI, H Umihani, Salbiyah, Epi H, Sumaryatri, SPd SD, Sudariyah, SPd SD, Sugiyanti, Sumarsih, SPd dan Sutiyem, SPd SD. (Basuki Adit)

PELANTIKAN PIMPINAN MUHAMMADIYAH DAN AISYIYAH SLIYEG INDRAMAYU. Peringatan Milad Muhammadiyah ke-104, dan pelantikan Pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Cabang Sliyeg, Kabupaten Indramayu telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu. Hadir dalam acara itu, Camat Kecamatan Sliyeg, Budi

PK IMM AKPER MUHAMMADIYAH KENDAL DILANTIK KENDAL. Pimpinan Komisariat IMM Akper Muhammadiyah Kendal, periode 2013-2014 belum lama ini telah dilantik. Pelantikan yang dilaksanakan di Aula Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Kendal ini, dihadiri jajaran PDM Kendal, PC IMM Kendal dan civitas Akper Muhammadiyah Kendal. Ketua Umum yang baru adalah Muhammad Junaidi menggantikan Ketua Umum periode 2012-2013, Ragil Daputra. Direktur Akper Muhammadiyah Kendal, Teguh Anindito, SKM, MKes, usai melantik berharap kepada pimpinan baru, agar IMM sebagai komunitas intelektual muda, hendaknya mampu menciptakan peradaban yang berkarakter Muhammadiyah. Peka terhadap perubahan zaman dan memahami tujuan IMM, yaitu terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Sedangkan, Ketua PDM Kendal, H Muslim dalam sambutannya mengingatkan, bahwa berdirinya IMM sebagai pengejawantahan
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

59

DINAMIKA PERSYARIKATAN
Al-Quran surat Ali Imran ayat 104. IMM merupakan sayap Muhammadiyah dalam melaksanakan dakwah amar maruf nahi munkar, di lingkungan kampus dengan mengedepankan akhlakul karimah, ujar beliau. Acara pelantikan ini, diisi tausiyah oleh ustadz H Sudiono Ibnu Somady. (Abdul Ghofur)

TANWIR NASYIATUL AISYIYAH

MUSPIM MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT PADANG. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat, baru-baru ini telah melaksanakan Musyawarah Pimpinan, bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Sumatera Barat di Padang. Muspim ini dibuka oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof DR HM Din Syamsudin, MA. Muspim kali ini, mengadopsi tema Milad Muhammadiyah ke-104 H/101 M, yaitu Istiqamah dalam Merajut Silaturahim dan Penguatan Persyarikatan. Agenda Muspim kali ini di antaranya, laporan tentang Kebijakan Pimpinan, Organisasi dan pelaksanaan keputusan musyawarah, baik tingkat nasional maupun wilayah. Dan mensahkan Ketua PWM Sumatera Barat periode 2010-2015, Prof DR H Rusydi AM, Lc, MAg serta mensahkan PWM pengganti antar waktu yaitu; Drs H Yuzardi Maad, Lc dan Toni Markos, MAg.

SURABAYA. Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, belum lama ini mengadakan Tanwir I, bertempat di Gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Jawa Timur di Surabaya. Tanwir yang mengambil tema, Pengarusutamaan Advokasi Perempuan dan Anak melalui Pendidikan Profetik ini, dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, Gubernur Jawa Timur, Sukarwo Sutarip, Ketua Umum PP IPM dan DPP IMM. Serta seluruh jajaran PP Nasyiatul Aisyiyah. Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Norma Sari, SH, MHum dalam sambutannya mengatakan, NA adalah aktivis yang mengutamakan keluarga. Akan tetapi mampu melaksanakan masalah-masalah dilingkungan sosial masyarakat. Dengan program ramah anak dan perempuan, nantinya putri-putri Nasyiah akan berkembang menjadi perempuan yang lebih kuat, bersama dengan anak-anak mereka. Sementara itu, Din Syamsudin menegaskan bahwa, Nasyiatul Aisyiyah yang merupakan bagian dari AMM, harus berada di garda terdepan dalam dakwah pencerahan Muhammadiyah. Kaderisasi AMM harus menjadi nafas gerakan politik dakwah dan politik amar makruf nahi munkar. Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menambahkan, program ramah anak dan perempuan hendaknya dikembangkan menjadi ramah dalam artian rahmah dan marwah. Gerakan ini dapat dimulai dari amal usaha pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah maupun yang dikelola Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah, ujarnya. Tanwir I yang dihadiri seluruh Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah se-Indonesia ini, juga diisi dengan beberapa kegiatan diantaranya, pelatihan menejemen organisasi dan ceramah tentang pendidikan profetik. (Mona)
60

Pada kesempatan itu, Prof DR HM Din Syamsudin, MA mengingatkan warga Muhammadiyah, agar cerdas dan bijak dalam menyikapi keadaan, terutama menjelang Pemilu 2014 yang akan datang. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa, Muhammadiyah telah mencoba dua cara dalam berpolitik, yaitu menjaga jarak dengan semua partai politik dan menjaga kedekatan dengan semua partai politik. Ternyata kedua cara itu, kedua-duanya merugikan Muhammadiyah. Hal ini disebabkan oleh para kader Muhammadiyah yang bergabung dengan partai politik tidak bisa independen. Akan tetapi lebih memihak pada kepentingan partai politik, daripada loyalitas kepada Muhammadiyah. Untuk itu ke depan diharapkan kepada semua warga Muhammadiyah, jangan lagi memihak pada partai politik. Tetapi pilihlah kader (person) Muhammadiyah yang telah terjun ke kancah politik, tegasnya. Di sela-sela Muspim, juga dilaksanakan launching Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah. Hal ini dilakukan dalam upaya membesarkan UMSB sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang tertua. Akan tetapi masih jauh dari harapan. Terutama jumlah mahasiswa yang kurang berkembang setiap tahunnya. Namun, dengan kerja keras manajemen baru dibawah pimpinan Prof

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

DINAMIKA PERSYARIKATAN
DR H Bustanuddin Agus, MA selaku rektor telah mengadakan kerjasama dengan PDM hingga PCM se-Sumatera Barat, UMSB mulai menggeliat. Kondisi itu, dapat dilihat dari jumlah mahasiswa baru tahun 2013-2014, berjumlah 728 orang. Sedangkan penerimaan mahasiswa tahun 2011-2012 berjumlah 504 orang. (MK-Bkt) kehidupannya masih sangat sahaja karena hanya memiliki beberapa sarana ibadah masjid yang sederhana. Pendalaman keagamaan mereka masih sangat minim, sehingga ketika mendapatkan pengajaran tentang tajwid, qiroah, kaligrafi, tuntunan shalat jenazah dsb diikuti dengan sangat antusias. Setelah diputarkan film Sang Pencerah, para pelajar semakin penasaran ingin tahu lebih banyak tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, tutur Winda yang diiyakan oleh temantemannya yang mendampingi wawancara. Ke sebelas mahasiswa UAD yang bersosialisasi dengan masyarakat Muslim di Naga City Filipina difasilitasi oleh University of Neuva Caceres, di Jaime Hernandes Street, Naga City, Camarines Sur, Philippines. Beberapa kegiatan lain adalah memberikan pelatihan tentang pembuatan berbagai kuliner khas daerah di Indonesia. Tim UAD selama di Filipina mendapatkan pendampingan oleh Wakil Rektor III DR Abdul Fadlil dan Irfan Yunianto, MSc dan kemudian mendapatkan kunjungan dari Wakil Rektor I Muchlas MT. (am)

SOSIALISASI PHI WARGA MUHAMMADIYAH UNTUK GURU KOTA TEGAL. Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Tegal, belum lama ini menyelenggarakan sosialisasi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah bertempat di aula SMK Muhammadiyah 1 Kota Tegal. Kegiatan ini diikuti sekitar 80 orang guru Sekolah Muhammadiyah dan dibuka oleh Ketua PDM Kota Tegal, Drs Mursalin. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan pentingnya sosialisasi PHIWM ini. Menurutnya, dengan memahami isi PHIWM ini, diharapkan warga Muhammadiyah bisa memahami bagaimana semestiya mereka menjalani kehidupannya dalam berbagai bidang. Baik dalam kehidupan pribadi, organisasi, pekerjaan, dll. Dengan demikian, akan terwujudlah kehidupan Islami warga Muhammadiyah di Kota Tegal. Sementara itu, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Tegal, Drs Moh Murghibi menyampaikan bahwa sosialisasi PHIWM ini merupakan program yang akan terus dilakukan secara berkala dengan sasaran yang berbeda. Adapun materi yang disosialisasikan, adalah tentang kehidupan pribadi warga Muhammadiyah. Materi bidang Akidah dan Ibadah disampaikan oleh Drs Moh Murghibi, bidang Akhlak dan Muamalah disampaikan oleh Ahmad Zamroni, Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kota Tegal (Ahmad Z) PELAJAR NAGA CITY TERTARIK MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA. Para pelajar yang tinggal di Naga City, Filipina Tengah sangat tertarik tentang Islam dan terutama gerakan dakwah Muhammadiyah. Apalagi para pelajar ini sudah tergabung ke dalam komunitas Muslim di Bicol Islamic Education Foundation Naga City Philippines. Pengalaman mengajarkan kepada mereka tentang sisi-sisi pendalaman keagamaan, disampaikan Winda Purnama Sari kepada SM, sebagai salah seorang mahasiswa UAD yang tergabung ke dalam tim 11 mahasiswa UAD yang sedang KKN di Filipina. Para pelajar Naga City selain mendapatkan pengetahuan tambahan tentang tajwid, qiroah, kaligrafi, dsb juga mendapatkan penjelasan tentang gerakan Muhammadiyah sebagai ormas yang bergerak dalam bidang dakwah dan sosial kemasyarakatan. Para pelajar sangat antusias mendalami agama, karena memang minim sekali mendapatkan tata cara beribadah yang benar dan keingintahuannya tentang Muhammadiyah sangat tinggi, papar Winda, mahasiswi Pendidikan Biologi UAD. Warga Muslim yang ada di Naga City hanya sekitar 40 KK,

LAZISMU KABUPATEN CIREBON BERBAGI

CIREBON. Lembaga Amil Zakat Infak Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Cirebon, belum lama ini mendistribusikan sembako kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah yang ada di Kabupaten Cirebon. Pendistribusian ini diberikan kepada PCM Palimanan, PCM Plumbon, PCM Sumber, PCM Tengah Tani, PCM Kedawung, PCM Lemahabang, PCM Karangsembung, PCM Pabuaran, PCM Ciledug, PCM Gebang dan PCM Losari. Kegiatan ini merupakan hasil pengumpulan zakat dari seluruh warga Muhammadiyah dan Masyarakat Cirebon. Mudah-mudahan dengan pembagian ini dapat sedikit membantu meringankan beban bagi masyarakat yang membutuhkan, ujar Yunus petugas LAZISMU Kabupaten Cirebon. Sementara itu, Ketua PCM Lemahabang, Sudirman menyambut baik dengan senang dan mengapresiasi terhadap kegiatan yang dilakukan LAZISMU Kabupaten Cirebon ini. Semoga ke depannya, tidak hanya satu tahun sekali. Namun, paling tidak satu bulan sekali pembagian sembako ini diadakan. Karena kebutuhan masyarakat tidak hanya satu tahun sekali, namun setiap hari, ujar Sudirman. (Dedi Handrianto)
SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 1 - 15 DESEMBER 2013

61

IBRAH

Mana yang Paling Berharga


eristiwa pada perang Hawazin. Rasulullah membagikan barang rampasan perang kepada kaum Muhajirin dan orang-orang Muallaf. Kaum Anshar marah karena tidak mendapat bagian apa pun. Nabi pun dianggap berat sebelah, hanya memihak kepada kaumnya. Saad bin Ubadah selaku orang Anshar menyampaikan aspirasi kepada Nabi. Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Anshar marah kepada engkau karena memberikan rampasan perang hanya kepada kaum Muhajirin. Apa jawaban Rasulullah? Hai Saad, dalam hal ini kamu memihak siapa? Saad berkata, aku memihak kaumku ya Rasulullah. Rasulullah lantas meminta Saad mengumpulkan orang-orang Anshar. Rasul berkata kepada kaum Anshar. Wahai orangorang Anshar, telah sampai kepadaku bahwa kalian marah. Bukankah aku telah datang kepada kalian saat berada dalam kesesatan, lalu Allah memberi hidayah. Waktu itu kalian dalam keadaan miskin, kemudian Allah memberikan kekayaan. Kalian saat itu dalam keadaan bermusuh-musuhan, Allah kemudian mempersatukan hatimu. Benarkah demikian? Kaum Anshar menjawab, Benar Allah dan Rasul-Nya yang memberi nikmat dan keutamaan. Rasulullah kemudian berkata. Wahai kaum Anshar hendaklah kalian jawab dengan benar, bahwa Rasul datang kepada kami sebagai orang yang tidak mendapat pertolongan, lalu kami tolong. Rasul datang sebagai orang yang diusir, lantas kami lindungi. Rasul datang sebagai orang yang memerlukan bantuan, kemudian kami bantu. Kemudian Rasulullah meneruskan perkataannya. Wahai kaum Anshar, apakah kalian marah kepadaku hanya karena kenikmatan dunia. Padahal harta rampasan perang itu aku gunakan untuk melunakkan hati suatu kaum agar mereka masuk Islam. Sedangkan aku percayakan kepada kalian
62

keislamanmu? Apakah kamu kaum Anshar tidak rela bila oang-orang Muhajirin dan Muallaf itu pergi membawa kambing dan unta, sementara kalian pulang dengan membawa Rasulullah? Rasul melanjutkan sabdanya. Demi Dzat yang menguasai diri Muhammad, jika tidaklah karena hijrah, maka aku pasti menjadi orang Anshar. Andaikan orang-orang melewati satu bukit yang dilalui orang-orang Anshar, pasti aku akan melewati bukit itu. Ya Tuhan, sayangilah kaum Anshar, putraputranya, serta cucu-cucu mereka. Kaum Anshar pada menangis nendengar jawaban dan wejangan penuh kasih sayang dari Rasulullah itu. Mereka kemudian berkata, kami ridla dan senang membawa Rasulullah sebagai bagian yang kamu peroleh! Kisah di zaman Rasulullah itu memberikan pelajaran sangat bermakna. Dalam perjuangan Islam sering berhadapan dengan godaan-godaan duniawi. Dalam Perang Uhud, karena ghanimah dan ketidaktaatan kepada Rasulullah, umat Islam jatuh dalam kekalahan. Padahal di Perang Badr satu tahun sebelumnya meraih kemenangan, karena umat taat kepada Allah dan Rasulullah serta nemiliki jiwa jihad fisabilillah. Sejarah sering menunjukkan, bahwa umat dan para tokohnya berselisih karena rebutan kepentingan duniawi yang mengalahkan ruh jihad dan dakwah. Maka para pemimpin dan umat mesti memilih mana yang paling berharga dalam perjuangan. Di sinilah pentingnya merenungkan kisah Rasulullah di atas dan Firman Allah berikut: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (Qs Al-Kahfi: 28). A. Nuha

SUARA MUHAMMADIYAH 23 / 98 | 27 MUHARRAM - 11 SAFAR 1435 H

You might also like