You are on page 1of 10

WONOSARI (KRjogja.com) - Permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama (PA) Wonosari Gunungkidul mengalami peningkatan.

Pada tahun 2011 permohonan dispensasi menikah terdapat 140 pemohon sementara tahun 2012 meningkat menjadi 168 pemohon. Peningkatan jumlah pemohon dispensasi sebetulnya sangat memprihatinkan, karena dispensasi nikah diberikan kepada pasangan yang sebetulnya belum cukup umur untuk menikah, kata Drs HM Dihan MH Humas PA Wonosari di kantornya, Sabtu (28/09/2013). Banyak sebab terjadinya permohonan dispensasi nikah tersebut, diantaranya para pasangan dibawah umur yang kemudian terlanjur hamil dan akhirnya kedua orang tua sepakat untuk menikahkan mereka. Dalam kondisi seperti itu Pengadilan Agama dapat mengeluarkan surat dispensasi demi alasan kemanusiaan. Setiap ada permohonan dispensasi tersebut, kedua pihak orang tua akan dipanggil ke Pengadilan Agama untuk saling dipertemukan. Karena umur belum cukup maka harus lewat permohonan dispensasi nikah, tambahnya. Untuk tahun 2013 ini Dihan belum dapat mengetahui berapa surat dispensasi nikah yang telah dikeluarkan pihak PA Wonosari karena semua itu akan dirinci pada akhir tahun nantinya. Namun demikia ia berharap jumlah itu akan menurun disbanding tahun-tahun sebelumnya. (*-3) Sumber : http://krjogja.com/read/188650/permohonan-surat-dispensasi-nikah-di-gunungkidul-meningkat.kr diunduh 18/12/2013 pukul 22.15

Seks Bebas Sebabkan Permintaan Dispensasi Pernikahan Meningkat


Oleh Aditya Christian pada 08/04/2013. Di rubrik Jogja

Meningkatnya permohonan dispensasi pernikahan muda di Jogja, salah satunya disebabkan kerena perilaku seks bebas di kalangan remaja. Fakta ini dipaparkan oleh humas sekaligus hakim Pengadilan Kota Jogjakarta Zuhdi Mudlor yang menyebut tingginya permohonan Dispensasi pernikahan atau dispensasi Kawin (DK) disebabkan karena kehamilan di luar nikah. Pemohon, khususnya calon mempelai perempuan biasanya hadir ke persidangan dalam kondisi telah hamil. Beberapa diantaranya bahkan masih sangat belia, baru berusia 13 tahun, ujar hakim yang telah berprof esi selama 15 tahun itu seperti yang dilansir dari Tribun Jogja Senin (8/4/2013). Menurut UU No 1 Tahun 1974 pasal 7 tentang pernikahan, Dispensasi Pernikahan atau DK ialah permohonan dispensasi bagi calon mempelai yang belum memenuhi ketentuan batasan usia minimal pernikahan, yakni kurang dari 19 tahun bagi pria dan kurang dari 16 tahun untuk wanita. Jika terdapat salah satu calon mempelai saja yang belum memenuhi batasan usia tersebut, maka diwajibkan mengajukan surat DK dari Pengadialan Agama setempat. Menurut catatan Pengadilan Agama Jogjakarta, terdapat kenaikan yang signifikan terhadap jumlah pemohon DK selama lima tahun terakhir. Pada 2008 silam terdapat 21 pemohon DK sedangkan pada 2009 ada 28 pemohon DK. Angka tersebut terus naik pada 2010 menjadi 36 pemohon dan naik hampir dua kali lipat pada 2011 hingga 61 pemohon DK. Pada 2012 kenaikan masih terjadi menjadi 66 pemohon DK, sedangkan hingga Maret 2013 sudah ada 12 pengajuan berkas permohonan DK ke PA Jogjakarta.

Sebagian besar para pemohon DK, menurut Zuhdi, merupakan pelajar SMP hingga SMA dengan rentang usia sekitar 13 hingga 18 tahun. Beberapa diantaranya mengaku teman satu sekolah, sebagian lainnya merupakan anak-anak putus sekolah dan pengamen. Beberapa fakta yang ditemukan dalam proses persidangan yakni kebiasaan pasangan muda yang melakukan seks bebas di warung internet (warnet), di rumah yang tengah kosong, serta di beberapa tempat umum. Pernah ada pasangan pengamen yang menajukan DK karena hamil di luar nikah. Mereka mengaku melakukan hubungan seks di tempat-tempat umum yang gelap dan tersembunyi, tandasnya. Tingginya permohonan DK juga dibenarkan oleh Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Jogjakarta, H Fathony. Berdasarkan data yang dikumpulkannya dari 14 KUA di Kota Jogja, terdapat 56 wanita serta 52 pria yang menikah dengan permohonan Dispensasi Kawin (DK) selama 2012. Angka tersebut sekitar dua persen dari total pasangan yang menikah sebanyak 2725 pasangan. Oleh hal tersebut, pihaknya bekerjasama dengan BKKBN jogja terus menggelar sosialisasi pranikah dan kesehatan reproduksi melalui sekolah-sekolah secara rutin. Sosialisasi tersebut dilaksanakan untuk memberikan pemahaman bagi pelajar agar tidak melakukan pernikahan pada usia belia. Hal tersebut untuk mengantisipasi para calon mempelai yang belum siap secara fisik dan mental mengaruhi bahtera rumah tangga, jelas Fathony kepada Tribun Jogja Sumber : http://beritajogja.co.id/2013/04/08/seks-bebas-sebabkan-pernikahan-muda-di-diy-kian-marak/ diunduh 18/12/2013

33 Pasangan Remaja Ajukan Dispensasi Nikah


Kamis, 22 Agustus 2013 11:13 WIB | Eva Syahrani/JIBI/Harian Jogja | |

Harianjogja.com, JOGJAPengajuan dispensasi nikah remaja usia dini di Pengadilan Agama Jogja masih cukup tinggi. Sejumlah alasan pengajuan dispensasi karena calon mempelai perempuan telah hamil terlebih dulu. Data Pengadilan Agama Jogja mencatat setidaknya masih ada sekitar 33 pengajuan nikah sampai Juli 2013 ini. Jumlah ini tidak kalah dengan catatan 2012 lalu yang mencapai 40 pengajuan hingga Juli. Angka pengajuan yang masih puluhan terbilang cukup tinggi untuk tingkat masyarakat perkotaan. Masih banyak pengajuan dispensasi nikah. Ada yang kami terima ada juga yang tidak, ungkap hakim sekaligus Humas Pengadilan Agama Jogja, Zuhdi Muhdlor, Rabu (21/8/2013). Zuhdi mengungkapkan masih tingginya pengajuan dispensasi nikah disebabkan runtuhnya nilai-nilai moral dan berkembangnya nilai liberal yang seolah memperbolehkan berbagai hal termasuk hubungan di luar nikah. Hal ini, imbuh dia tak luput dari ketidakmampuan pemerintah mengatasi permasalahan. Ia menyatakan pemerintah memang sudah ada upaya mengatasi runtuhnya moralitas seperti memasukkan pendidikan moral ke kurikulum pendidikan di sekolah. Ada pula program keluarga sakinah. Tetapi semua itu seolah hanya lipstik dan tidak berdampak maksimal. Pemerintah, imbuh dia, masih menomorsatukan pembangunan fisik dan bukannya pembangunan moral. Ini terlihat dari indikator keberhasilan pembangunan. Masih minim sekali pembangunan mental yang jadi indikator kesuksesan, tegas dia.
Editor: Nina Atmasari | dalam: Kota Jogja |

Sumber : http://www.harianjogja.com/baca/2013/08/22/pernikahan-dini-33-pasangan-remaja-ajukan-dispensasi-nikah-440128 diunduh 18/12/2013 pukul 22.25

SETARA Pendidikan Seksualitas Komprehensif Untuk SMP


Date : 2013-08-20 22:24:13 Tag :

Novita Winahyu Indiartanti PKBI DIY

JAKARTA RutgersWPF bersama mitra kami di Indonesia sangat berkomitmen memberikan pendidikan seksualitas komprehensif bagi kelompok muda dengan standar kualitas yang tinggi. Salah satunya dengan melalui pembuatan modul SETARA Semangat Dunia Remaja.

Pada tanggal 30 Juni - 6 Juli 2013 lalu, RutgersWPF Indonesia dengan koordinasi PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan pelatihan implementasi kedua untuk penerapan modul SETARA di Jakarta. Pelatihan ini melibatkan guru dari empat provinsi yaitu Jambi, Lampung, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta. Terdapat sedikitnya dua kegiatan yakni Training of Trainer untuk guru dari Yogyakarta yang sudah lebih dulu melakukan implementasi dan pelatihan implementasi untuk guru dari empat daerah dengan sekolah baru, ini termasuk guru dari Yogyakarta yang juga baru bergabung di pelatihan implementasi yang kedua. Training of Trainer dan Pelatihan Implementasi ini difasilitasi oleh Sanderijn van der Doef dari RutgersWPF Belanda. Training of Trainer dilaksanakan selama 2 hari yaitu 30 Juni - 1 Juli 2013. Berbeda dengan judul pelatihan yaitu Training of trainer, kegiatan yang berlangsung lebih kepada pendalaman tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah

dan pendalaman tentang modul. Lalu pada Pelatihan Implementasi, guru dari Yogyakarta yang mengikuti pelatihan pertama bergabung dengan guru dan pendamping dari daerah lain yaitu dari Jakarta, Lampung dan Jambi. Kegiatan dilakukan selama 5 hari. Pada Hari Selasa Sabtu, 2 6 Juli 2013.

Pada hari pertama fokus kegiatan adalah untuk pengenalan dengan konsep seksualitas, pada hari kedua adalah pembahasan tentang fakta dan opini terkait seksualitas. Melalui pembahasan ini harapannya guru dapat meyampaikan kepada siswa tentang fakta yang terjadi terkait kesehatan reproduksi dan seksual bukan berdasarkan opini belaka, opini pribadi dapat ditambahkan dengan memberikan catatan bahwa hal tersebut opini pribadi, harapannya siswa dapat memilih sikapnya sendiri. Selain tentang fakta dan opini juga dihadirkan 4 narasumber untuk memperkuat materi tentang kesehatan reproduksi dan seksual dari Islam, gender dan kekerasan, kesehatan reproduksi remaja serta HIVdan AIDS. Pada hari ketiga fokus pada teknik dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual serta pentingnya guru menjadi fasilitator dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual. Guru dan siswa sama-sama memiliki informasi, guru memberikan fakta dan siswa dapat memilih sendiri dan membuat keputusan secara bertanggung jawab. Lalu pada hari ketiga sampai kelima lebih pada diskusi kelompok tentang bab-bab di Modul. Dalam penyusunan pelatihan ini RutgersWPF Indonesia bekerjasama dengan PKBI DIY.melanjutkan implementasi dan pelatihan guru yang pertama kali dilaksanakan di Yogyakarta pada awal tahun 2013 lalu. Modul SETARA telah mengalami proses yang sangat panjang untuk sampai ke tahap Implementasi. Selama hampir 1,5 tahun dengan 14 kali pertemuan dengan gugus kerja, kami bersama mitra telah menyusun RPP, silabus, dan materi pegangan bagi guru dan lembar kerja siswa setiap babnya. Dalam proses penyusunan juga melibatkan guru dan siswa dari sekolah mitra. Ada 6 SMP mitra yang tergabung dalam penyusunan modul tersebut.

Sumber : http://www.rutgerswpfindo.org/berita_terkini/detail/setara-pendidikan-seksualitas-komprehensif-untuk-smp 18/12/2013 pukul 22.32

You might also like