You are on page 1of 48

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Percobaan Kelompok Nama 1. 2. 3. 4.

: TIMBAL BALIK FENOL-AIR : XA

: Davi Khoirun Najib Zandhika Alfi Pratama Rizuana Nadifatul Mukhoyada Thea Prastiwi Soedarmodjo

NRP. NRP. NRP. NRP.

2313 030 009 2313 030 035 2313 030 043 2313 030 095

Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium

: 18 Nopember 2013 : 25 Nopember 2013 : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T. : Dhaniar Rulandri W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

ABSTRAK
Percobaan Timbal Balik Fenol Air ini bertujuan untuk menentukan temperatur kritis pada kelarutan fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram. Prosedur pada praktikum timbal balik fenol air ini tahap pertama yang dilakukan adalah dengan mencari temperatur kritis yaitu menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkannya dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk, kemudian menambahkan 1 ml aquadest dan memasukkannya dalam waterbath. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai jernih, setelah itu mengangkatnya dari waterbath. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai keruh. Mengulangi tahap percobaan dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml. Mengulangi tahap percobaan dengan variabel jenis pelarut HCl 0,09 N dan dengan variabel berat fenol 3 gram. Pada tahap kedua adalah menghitung persentase berat fenol. Pertama adalah Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk, lalu menambahkan 1 ml aquadest dan kemudian menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air. Mengulangi tahap percoobaan dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml. Mengulangi tahap percobaan dengan memakai HCl 0,09 N dan dengan variabel berat fenol 3 gram. Dari percobaan timbal balik fenol- air dengan berat fenol 1,5 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-air adalah 72,5C dengan komposisi berat fenol sebesar 27,27 %. Percobaan timbal balik fenol- air dengan berat fenol 3 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-air adalah 70C dengan komposisi berat fenol sebesar 37,50 %. Percobaan timbal balik fenol- HCl 0,09 N dengan berat fenol 1,5 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-HCl 0,09 N adalah 74,5C dengan komposisi berat fenol sebesar 20,13 %. Percobaan timbal balik fenol- HCl 0,09 N dengan berat fenol 3 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-HCl 0,09 N adalah 70C dengan komposisi berat fenol sebesar 33,52 %. Faktor faktor kelarutan pada percobaan ini antara lain massa, konsentrasi, ion senama, temperatur, pengadukan, dan luas penampang. Analisa yang digunakan dalam percobaan ini yaitu analisa kualitatif dan kuantitatif. Kata kunci: fenol, temperatur kritis, kelarutan, fenol-air, fenol-HCl 0,09 N

DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................................................... DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. DAFTAR TABEL....................................................................................................... DAFTAR GRAFIK..................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang.............................................................................................. I-1 I.2 Rumusan Masalah......................................................................................... I-2 I.3 Tujuan Percobaan.......................................................................................... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori.................................................................................................. II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan.................................................................................... III.2 Bahan yang Digunakan.............................................................................. III.3 Alat yang Digunakan................................................................................. III-1 III-1 III-1 ii iv v vi

III.4 Prosedur Percobaan.................................................................................... III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan............................................................................. III-2 III.6 Gambar Alat Percobaan............................................................................. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan.......................................................................................... IV-1 IV.2 Pembahasan................................................................................................ IV-2 BAB V KESIMPULAN.............................................................................................. V-1 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. vii DAFTAR NOTASI...................................................................................................... viii APPENDIKS................................................................................................................ ix LAMPIRAN Laporan Sementara Fotokopi Literatur Lembar Revisi III-4

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Daerah Satu dan Dua Fasa.................................................................. II-2 Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol....................................................................... II-8 Gambar II.3 Padatan Fenol...................................................................................... II-9 Gambar II.4 Struktur Molekul Air........................................................................... II-11 Gambar II.5 Perbedaan Polar Fenol dan Air............................................................ II-13 Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan..................................................................... II-13

iii

DAFTAR TABEL
Tabel IV.1.1 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air 1.............................................. IV-1 Tabel IV.1.2 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air 2.............................................. IV-1 Tabel IV.1.3 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 1............................................. IV-1 Tabel IV.1.4 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 2............................................. IV-2

iv

DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.2.1 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram....................... IV-2 Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram.......................... IV-3 Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram................................................................................................. IV-4 Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram.......... IV-5 Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram............. IV-6 Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram................................................................................................. IV-7

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Dalam praktikum Kimia Fisika, salah satu modul yang akan dipelajari adalah kelarutan. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute) untuk dapat larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan tersebut dapat bercampur secara sempurna (etanol dalam air), bercampur sebagian (fenol dalam air), ataupun tidak bercampur sama sekali. Tingkat kelarutan tersebut dipengaruhi oleh perubahan suhu. Suatu fasa dapat mengalami perubahan menjadi dua fasa bila suhu berubah, begitu pun sebaliknya. Contohnya pada keadaan larut sebagian, larutan tersebut dapat mencapai keadaan larutan kritis. Larutan kritis merupakan larutan yang memiliki komposisi larutan yang berada dalam keadaan kesetimbangan. Larutan kritis dapat ditemukan melalui percobaan kelarutan timbal balik fenol-air. Kelarutan timbal balik fenol-air adalah kelarutan dari larutan fenol dengan air yang bercampur sebagian bila temperaturnya dibawah temperatur kritis. Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi yang berada dalam kesetimbangan. Tempratur kritis pada percobaan timbal balik fenol dapat diperoleh melalui suhu rata-rata maksimum pada saat keadaan jernih dan keruh. Pada saat larutan tersebut mencapai temperatur kritis maka larutan tersebut mencapai larutan kritis. Oleh karena itu praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui kelarutan dua jenis zat yang tidak saling campur ketika dicampurkan pada saat mencapai titik kritis maupun sebelum mencapai titik kritis. Aplikasi kelarutan dalam bidang industri dapat dimanfaatkan untuk memurnikan zat dari kotorankotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat. Pada cara ini zat yang masih bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan dingin kotoran akan tertinggal dalam larutan zat murni akan memisah sebagai endapan. Kristal murni yang dihasilkan lalu disaring dan dikeringkan. I.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta

I-1

I-2

Bab I Pendahuluan penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ? 2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ? I.3. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali. 2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenolHCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solut), untuk larut dalam suatu pelarut (solven). Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). Molekul komponenkomponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti temperature, tekanan, dan kontaminasi (Isnaeni, 2013). Secara umum, kelarutan suatu zat yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu (Wikipedia, 2013). Di dalam larutan terdapat juga yang disebut larutan ideal. Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul komponenkomponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)

II-1

II-2

Bab II Tinjauan Pustaka berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponenkomponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013). Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat. 2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran. 3. Volume total adalah jumlah volume komponennya. 4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap. 5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun. ( Sukardjo,1989) Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Rizhwandy, 2011). Pada sistem biner fenolair, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupa pada kondisi tertentu. Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra SK dan
Dogra S, 2008).

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis (Indah, 2011).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-3

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1 Daerah Satu dan Dua Fasa L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis (TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (T C) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Rizhwandy, 2011). Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadestt dinaikkan di atas 50C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %).Pada saat suhu kelarutan mencapai 66C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan (Hougen, 2002). Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah : 1. Sifat dari solut dan solvent Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-4

Bab II Tinjauan Pustaka 2. Cosolvensi Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solution petit. 3. Kelarutan Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah : a. Dapat larut dalam air Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base.Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. b. Tidak larut dalam air Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3. 4. Temperatur Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. 5. Salting Out Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. 6. Salting In Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solven menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida. 7. Pembentukan Kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya dalam larutan KI atau NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh : a.Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

Iodium larut

II-5

Bab II Tinjauan Pustaka b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute. c. Pengadukan. 8. Tekanan Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas. (Sukardjo, 2002) Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh : a. Jenis pelarut dan zat terlarut. Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely immiscible). b. Temperatur Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam cairan kelarutan suatu gas dalam suatu cairan biasanya menurun dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas. (Sukardjo, 2002) Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Ukuran Partikel Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut. 2. Suhu Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute. 3. Pengadukan Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar. (Sogay, 2011). Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu : a. Larutan gas dalam gas Gas dengan gas selalu bercampursempurna membentuk larutan. Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar. b. Larutan gas dalam cair. Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur.
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-6

Bab II Tinjauan Pustaka Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih mudah larut dalam alkohol daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol. c. Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh : Zat-zat yang mirip daya larutnya besar. Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena. d. Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif. (Sukardjo, 2002) Ada dua macam larutan, yaitu : a. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara seragam (miscible). b. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase yang terpisah. Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air. 2. Immisable,yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air. (Anonim, 2013) Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut : 1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini dibedakan menjadi :

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-7

Bab II Tinjauan Pustaka A. Elektrolit Kuat Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah: a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dan lain-lain. b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain. c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain B. Elektrolit Lemah Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah adalah: a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain. b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain. c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain 2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion). Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya: - Larutan urea - Larutan sukrosa - Larutan glukosa - Larutan alkohol dan lain-lain (Chemistnidu, 2011). Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut). Campuran terdiri dari beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenolair, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Wikipedia, 2013). Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut (solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-8

Bab II Tinjauan Pustaka yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).

Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O- yang dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013). Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara (Wikipedia, 2013).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-9

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.3 Padatan Fenol Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Wikipedia, 2013). Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh (Wikipedia, 2013). Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013). Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu : A. Berdasarkan jalur pembuatannya : 1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat. 2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-10

Bab II Tinjauan Pustaka 3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesadari senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan senyawafenol yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid. B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada tiga golongan senyawa fenol yaitu : 1. Fenol monovalen Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH atau bisa disebut dengan fenol yang hanya mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, oChorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid. 2. Fenol divalen Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua. 3. Fenol trifalen Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan tiga gugus hidroksil. (Saputri, 2010). Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013). Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Wikipedia, 2013).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-11

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.4 Struktur Molekul Air Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Wikipedia, 2013). Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperature dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif dibandingkan elemen-elemen lain tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013). Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-12

Bab II Tinjauan Pustaka antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen (Wikipedia, 2013). Air sering disebut sebaga pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Tingginya konsentrasi kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat berwarna turquoise (Wikipedia, 2013). Berikut adalah perbedaan antara sifat-sifat fenol dan sifat air antara lain: Sifat-sifat fenol : a. Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida b. Mempunyai titik didih yang tinggi c. Mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH d. Fenol larut dalam pelarut organik e. Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna f. Mempunyai massa molar 94,11 gr/mol g. Mempunyai titik didih 181,9C h. Mempunyai titik beku 40,9C (Anonim, 2012) i. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan air. j. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol).Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. g. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh.
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Pengeluaran ion tersebut menjadikan anionfenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam

II-13

Bab II Tinjauan Pustaka h. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. (Wikipedia, 2013) Sifat-sifat air, yaitu : a. Dua molekul hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. b. Air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar,yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0C). c. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam pelarut organik. d. Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air juga mempunyai sifat adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya. e. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkanoleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. f. Mempunyai massa molar:18,0153 gr/mol. Air mempunyai densitas 0,998 gr/cm3 (berupa fase cairan pada 20C), dan mempunyai densitas 0,92 gr/cm3 (berupa fase padatan). Mempunyai titik lebur: 0C, 273,15 K, 32F. Mempunyai titik didih: 100C, 373,15 K, 212F. Kalor jenis air yaitu 4184 J/(kg.K) berupa cairan pada 20C. (Wikipedia, 2013)

Gambar II.5 Perbedaan Polar Fenol dan Air Untuk memperoleh temperatur kritis, maka diperlukan suhu rata-rata dan persen berat dari setiap percobaan yaitu: = +
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-14

Bab II Tinjauan Pustaka Keterangan : T0C = Temperatur rata-rata T 1 0 C = Temperatur pada saat larutan jernih T 2 0 C = Temperatur pada saat larutan keruh %BP =
BM Terlarut BM Larutan

100%

Keterangan : % BP BM Terlarut BM Larutan 1.

= Persen berat = Massa (gram) = Massa + Massa Air/Massa HCl (gram)

Campuran liquid-liquid partially miscible dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu: Tipe suhu kritis maksimum Jenis ini terdapat dalam campuran air anilin. Bila sedikit air ditambahkan pada anilin diperoleh campuran air dalam anilin. Bila air ditambahkan terus maka terdapat dua lapisan yaitu air dalam anilin dan anilin dalam air. Jika penambahan air diteruskan maka akan diperoleh Larutan anilin dalam air. Selama terjadi dua lapisan, susunan tetap tetapi banyaknya masing-masing lapisan berubah. Pada pemanasan campuran, suatu saat (titik B) kedua lapisan hilang membentuk campuran homogen. Titik B disebut titik temperatur pelarutan kritis atau temperatur consolute. 2. Tipe suhu kritis minimum Campuran jenis ini terdapat pada campuran air-trietil amin, dengan temperatur pelarutan kritis minimal 18,50C. Selama temperatur tetap (18,50C) susunan campuran (air dengan trietil amin) selalu tetap tidak mengalami perubahan. Pada saat suhu mencapai 500C campuran memiliki komposisi kira-kira antara 18,89 % sampai dengan 62,69% berat. 3. Tipe suhu kritis minimum maksimum Campuran ini terdapat pada air-nikotin. Temperatur kritis terdapat pada 208 0C dan minimal terdapat pada 60,8 0C. Pada titik C dan C terdapat pada 34% nikotin. Titik A terdapat pada 94-95 0C dan titik B pada 121-130 0C. Bila tekanan dikenakan pada cairan, titik C dan C mendekat dan akhirnya menjadi homogen. 4. Tipe tanpa suhu kritis larutan Air dan eter bercampur sebagian dalam segala perbandingan, jadi tidak mempunyai temperatur pelarutan kritis, baik maksimal maupun minimal. Untuk campuran 1 ,2, dan 3
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-15

Bab II Tinjauan Pustaka berat masing-masing larutan dapat dicari dengan kaidah campuran. Misalkan pada 50 0C dicampurkan 40 gram anilin dan 60 gram air sehingga diperoleh 100 gram campuran. ( Sukardjo, 2002)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III.1 Variabel Percobaan 1. Variabel Bebas : volume 1-5 ml aquadest dan HCl 0,09 N dengan kelipatan penambahan 1 ml 2. Variabel Terikat 3. Variabel Kontrol : 1,5 gram dan 3 gram fenol : Temperatur, tekanan, jenis zat terlarut dan zat pelarut

III.2 Bahan yang Digunakan 1. Fenol (C6H5OH) 2. Aquadest (H2O)

III.3 Alat yang Digunakan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Batang Pengaduk Beaker Glass Kaca Arloji Kompor Listrik Pipet Tetes Tabung Reaksi Termometer

III.4 Prosedur Percobaan III.4.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis 1. Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkannya dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk. 2. Menambahkan 1 ml aquadest. 3. Memasukkannya dalam waterbath. 4. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai jernih. 5. Mengangkatnya dari waterbath. 6. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai keruh. 7. Mengulangi tahap 1 sampai 6 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml. 8. Mengulangi tahap 1 sampai 7 dengan variabel berat fenol 3 gram.

III-1

III-2

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 9. Mengulangi tahap 1 sampai 8 dengan variabel jenis pelarut HCl 0,09 N. III.4.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol 1. Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk. 2. Menambahkan 1 ml aquadest. 3. Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air. 4. Mengulangi tahap 1 sampai 3 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml. 5. Mengulangi tahap 1 sampai 4 dengan variabel berat fenol 3 gram. 6. Mengulangi tahap 1 sampai 5 dengan memakai HCl 0,09 N.

III.5 Diagram Alir Percobaan III.5.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis Mulai

8. 9.

Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkannya dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

Menambahkan 1 ml aquadest.

Memasukkannya dalam waterbath. . Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai jernih.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-3

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN A

Mengangkatnya dari waterbath.

Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulia keruh.

Mengulangi tahap 1 sampai 6 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml.

Mengulangi tahap 1 sampai 7 dengan variabel berat fenol 3 gram.

Mengulangi tahap 1 sampai 8 dengan variabel jenis pelarut HCl 0,09 N.

Selesai

III.5.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol Mulai

Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan thermometer dan pengaduk.

Menambahkan 1 ml aquadest.

Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-4

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN A

Mengulangi tahap 1 sampai 3 dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml.

Mengulangi tahap 1 sampai 4 dengan variabel berat fenol 3 gram.

Mengulangi tahap 1 sampai 5 dengan memakai HCl 0,09 N.

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-5

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.6 Gambar Alat Percobaan

Batang Pengaduk

Beaker Glass

Kaca Arloji

Kompor Listrik

Pipet Tetes

Tabung Reaksi

Termome Termometer

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.I Hasil Percobaan Tabel IV.1.1 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram Volume Aquadest (ml) 1 2 3 4 5 % Bobot Fenol 60 42,80 33,33 27,27 23,07 Jernih 70 73 74 76 75 Suhu (oC) Keruh 66 66 68 69 68 Ratarata 68 69,50 71 72,50 71,50

Tabel IV.1.2 Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram Volume Aquadest (ml) 1 2 3 4 5 % Bobot Fenol 75 60 50 42,86 37,50 Jernih 63 68 69 70 71 Suhu (oC) Keruh 52 63 67 68 69 Ratarata 57,50 65,50 68 69 70

Tabel IV.1.3 Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram Volume HCl 0,09 N (ml) 1 2 3 4 5 % Bobot Fenol 55,76 38,66 29,58 23,96 20,13 Jernih 73 74 75 75 77 Suhu (oC) Keruh 66 71 72 73 72 Ratarata 69,5 72,5 73,5 74 74,5

IV-1

IV-2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel IV.1.3 Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram Volume HCl 0,09 N (ml) 1 2 3 4 5 IV.2 Pembahasan Kelarutan timbal balik fenol-air merupakan percampuran antara air dan fenol yang membentuk larutan biner tidak menyatu, dimana air berada di lapisan atas dan fenol berada dilapisan bawah. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih rendah dari massa jenis fenol. Jika larutan fenol-air dipanaskan dan mencapai temperatur kritis, maka larutan akan menjadi satu fasa atau dapat disebut homogen. Namun jika larutan fenol-air telah melewati temperatur kritis, maka akan membentuk dua fasa atau dapat disebut heterogen, sama seperti sebelum dipanaskan (Yistika, 2012).
80 70 Temperatur oC 60 50 40 30 20 10 23.07 27.27 33.33 42.8 60 Persentase Berat Fenol (%)

% Bobot Fenol 71,60 55,76 45,66 38,66 33,52 Jernih 69 70 71 71 73

Suhu (oC) Keruh 62 64 65 66 67 Ratarata 65,5 67 68 68 70

Grafik IV.2.1 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram Pada Grafik IV.2.1, dapat dilihat bahwa pada saat persen berat fenol 23,07% memiliki temperatur 71,50oC, 27,27% temperatur sebesar 72,50oC, 33,33% memiliki temperatur 71oC, 42,80% memiliki temperatur 69,50oC, dan 60% memiliki temperatur 68oC. Grafik IV.2.1 memiliki bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Pada grafik IV.2.1 dapat dilihat bahwa puncak kurva tersebut berada pada temperatur 72,50oC dengan
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

IV-3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN persentase berat fenol 27,27%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis. Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik fenol-air meningkat (Yistika, 2012). Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi mol yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen berat fenol. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variabel 1,5gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik timbal balik fenol air berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam percobaan timbal balik fenol-air ini adalah 72,50C dengan persentase berat 27,27% (Yistika, 2012).
80 70 Temperatur oC 60 50 40 30 20 10 37.5 42.86 50 60 75 Persentase Berat Fenol (%)

Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 37,50% memiliki temperatur 70oC, 42,86% temperatur sebesar 69oC, 50% memiliki temperatur 68oC, 60% memiliki temperatur 65,50oC, dan 75% memiliki temperatur 57,50oC. Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan (PW Atkins, 1968).

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

IV-4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

80 70

Temperatur (oC)

60 50 40 30 20 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1,5gram Fenol 3gram Fenol

Presentase Berat Fenol (%) Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksamaan antara kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 3gram, dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5 gram berbentuk parabola sedangkan pada kurva timbal-balik fenol-air dengan 3gram tidak berbentuk parabola. Selain itu perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih rendah dibandingkan dengan 3gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 3gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5gram. Sehingga, semakin kecil berat zat terlarut maka semakin cepat larutan tersebut mendidih sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan (Yistika, 2012). Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Berdasarkan literatur dari Hougen dalam Chemical Process Principles halaman 168 yang menyatakan bahwa temperatur kritis larutan fenol-Air berada pada temperatur 66 0C dengan persen berat fenol sebesar 34 %. Ketidaksesuaian pada percobaan ini terjadi dikarenakan, penambahan volume air
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

IV-5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai pelarut. Berdasarkan literatur larutan fenol dengan air dapat larut dengan sempurna pada penambahan volume air sebesar 5,82 ml. Sedangkan pada percobaan, larutan fenol dengan air dapat larut sempurna pada penambahan volume air sebesar 4 ml. Hal ini yang mempengaruhi kelarutan fenol air tidak sesuai dengan literatur (Hougen, 2006).
80 70 Temperatur oC 60 50 40 30 20 10 20.13 23.96 29.58 38.66 55.76 Persentase Berat Fenol (%)

Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 20,13% memiliki temperatur 74,50oC, 23,96% temperatur sebesar 74oC, 29,58% memiliki temperatur 73,50oC, 38,66% memiliki temperatur 72,50oC, 55,76% memiliki temperatur 69,50oC. Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan (Yistika, 2012).

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

IV-6 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


80 70 Temperatur oC 60 50 40 30 20 10 33.52 38.66 45.66 55.76 71.6 Persentase Berat Fenol (%)

Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 33,52% memiliki temperatur 70oC, 38,66% temperatur sebesar 68oC, 45,66% memiliki temperatur 68oC, 55,76% memiliki temperatur 67oC, 71,60% memiliki temperatur 65,50oC. Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Faktor ketidakakuratan pengambilan fenol yang disebabkan oleh ketelitian timbangan yang kurang baik. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan (PW Atkins, 1968).

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

IV-7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


80 70

Temperatur (oC)

60 50 1,5gram Fenol 40 30 20 0 10 20 30 40 50 60 70 80 3gram Fenol

Presentase Berat Fenol (%) Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N pada Variabel 1,5gram dan 3gram Pada grafik IV.2.6, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 3gram. Perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih tinggi dibandingkan dengan 3gram. Penambahan HCl untuk membuktikan adanya faktor salting out, yaitu Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Penambahan HCl menyebabkan penurunan kelarutan fenol-air dikarenakan nilai kelarutan HCl dalam air lebih besar dibandingkan dengan kelarutan fenol dengan air. Sehingga menyebakan penurunan kelarutan antara fenol dengan air. Hal ini mempengaruhi temperatur kritis yang diperoleh. Dikarenakan terjadinya penurunan kelarutan fenol dengan air, mempengaruhi penurunan temperatur kritis yang diperoleh (Yistika, 2012).

LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 1,5 gram memiliki grafik bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut merupakan temperatur kritis yaitu saat persen berat fenol 27,27% dan temperaturnya 72,5oC. 2. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 3 gram memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol 37,5% dan temperaturnya 70oC. 3. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 1,5 gram memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol 20,13% dan temperaturnya 74,5oC. 4. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 3 gram memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol 33,52% dan temperaturnya 70oC. 5. Temperatur fenol dengan variabel berat 3 gram lebih tinggi dibandingkan dengan 1,5gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 3 gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5 gram. Sehingga, semakin besar berat zat terlarut maka semakin secepat larutan tersebut mendidih sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan pada percobaan timbal balik fenol-air antara lain jenis zat, konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta luas permukaan. Zat yang memiliki kepolaran yang sejenis dapat saling melarutkan. Pengaturan suhu yang disesuaikan dengan titik didih zat yang digunakan akan mempercepat kelarutan. Semakin kecil luas permukaan zat maka semakin cepat zat tersebut bereaksi agar dapat melarut.

V-1

DAFTAR PUSTAKA
Chemistnidu. (2011, Juni 11). Diakses di WordPress:

http://blajarkimia.wordpress.com/larutan/ pada tanggal 31 Nopember 2013 Friskaiga.2013. menentukansuhukritik fenol-air, kelarutan timbal balik. Diakses di (http://friskaiga.blogspot.com/) pada tanggal 24 Nopember 2013 Indah. 2011. LaporanPraktikum Kimia FisikaKelarutanTimbalBalikSistemBinerFenol Air. Diakses di (http://ezzamogy.blogspot.com/2011/11/laporanpraktikum-kimiafisika.html) pada tanggal 24 Nopember 2013

Maron, H. Samuel and Jerome B. Lando. 1944. Fundamentals of Physical Prokim09. (2011, Februari 24). PROKIM09. Diakses di Blogger:

http://prokim09.wordpress.com/2010/06/02/campuran-homogen-dan-campuranheterogen/ pada tanggal 31 Nopember 2013 Rizhwandy.2013. Diakses (http://www.academia.edu/4911376/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_FISIK KELARUTAN_TIMBAL_BALIK_SISTEM_BINER_FENOL_-_AIR) pada tanggal 24 Nopember 2013 Saputri, f. (2010, Nopember 10). Fatmakyoshiuzumaki's Blog. Diakses di LaporanPraktikum Kimia FisikaKelarutanTimbalBalikSistemBinerFenol-Air. di

Fatmakyoshiuzumaki's http://fatmakyoshiuzumaki.wordpress.com/2010/10/18/15/ Nopember 2013 Sogay. (2011, Juni 07). Ilmu Pendidikan Jow. Diakses di pada

Blog: tanggal 31

Blogger:

http://ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html pada tanggal 31 Nopember 2013 Sukardjo. 1997. Kimia Fisika 1. Jakarta: Rineka Cipta Wikipedia. (2013, juli 23). wikipedia. Diakses di wikipedia website:

http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan pada tanggal 31 Nopember 2013 Wikipedia. (2013, september 22). wikipedia. Diakses di wikipedia website:

http://id.wikipedia.org/wiki/Air pada tanggal 31 Nopember 2013 Wikipedia.Fenol. Diakses di (http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol) pada tanggal 24 Nopember 2013 pada tanggal 31 Nopember 2013

vii

DAFTAR NOTASI

Notasi e m M N V T

Satuan Gram Gram/ml Molar Normal ml C

Keterangan Ekuivalen Massa Massa jenis Molaritas Normalitas Volume Suhu

viii

APENDIKS

1.

Suhu rata-rata fenol-air dan % berat fenol dalam fenol air a. Berat phenol = 1,5 gram Volume aquadest = 1 ml Massa aquadest =m v 1=m 1 m = 1 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 1 = 60 % Trata-rata = = 70 + 60 2

b. Berat phenol = 1,5 gram Volume aquadest = 2 ml Massa aquadest =m v 1=m 2 m = 2 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 2 = 42,8 % Trata-rata = = 73 + 66 2

= 68

= 69,5

ix

c. Berat phenol = 1,5 gram Volume aquadest = 3 ml Massa aquadest =m v 1=m 3 m = 3 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 3 = 33,33 % Trata-rata = = 74 + 68 2

d. Berat phenol = 1,5 gram Volume aquadest = 4 ml Massa aquadest =m v 1=m 4 m = 4 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 4 = 27,27 % Trata-rata = = 76 + 69 2

= 71

= 72,5

ix

e. Berat phenol = 1,5 gram Volume aquadest = 5 ml Massa aquadest =m v 1=m 5 m = 5 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 5 = 23,07 % Trata-rata = = 75 + 68 2

f. Berat phenol = 3 gram Volume aquadest = 1 ml Massa aquadest =m v 1=m 1 m = 1 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3+1 = 75 % Trata-rata = = 63 + 52 2

= 71,5

= 57,5

ix

g. Berat phenol = 3 gram Volume aquadest = 2 ml Massa aquadest =m v 1=m 2 m = 2 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3+2 = 60 % Trata-rata = = 68 + 63 2

h. Berat phenol = 3 gram Volume aquadest = 3 ml Massa aquadest =m v 1=m 3 m = 3 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3+3 = 50 % Trata-rata = = 69 + 67 2

= 65,5

= 68

ix

i. Berat phenol = 3 gram Volume aquadest = 4 ml Massa aquadest =m v 1=m 4 m = 4 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3+4 = 42,86 % Trata-rata = = 70 + 68 2

j. Berat phenol = 3 gram Volume aquadest = 5 ml Massa aquadest =m v 1=m 5 m = 5 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3+5 = 37,5 % Trata-rata = = 71 + 69 2

= 69

= 70

ix

2.

Suhu rata-rata fenol-HCl dan % berat fenol dalam fenol- HCl a. Berat phenol = 1,5 gram Volume HCl = 1 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 1 m = 1,19 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 1,19 = 57,76 % Trata-rata = = 73 + 66 2

b. Berat phenol = 1,5 gram Volume HCl = 2 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 2 m = 2,38 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 2,38 = 38,66 % Trata-rata = = 74 + 71 2

= 69,5

= 72,5

ix

c. Berat phenol = 1,5 gram Volume HCl = 3 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 3 m = 3,57 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 3,57 = 29,58 % Trata-rata = = 75 + 72 2

d. Berat phenol = 1,5 gram Volume HCl = 4 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 4 m = 4,76 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 4,76 = 23,96 % Trata-rata = = 75 + 73 2

= 73,5

= 74

ix

e. Berat phenol = 1,5 gram Volume HCl = 5 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 5 m = 5,95 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 1,5 x 100 % 1,5 + 5,95 = 20,13 % Trata-rata = = 77 + 72 2

f. Berat phenol = 3 gram Volume HCl = 1 ml

= 74,5

Massa aquadest =m v 1,19 = m 1 m = 1,19 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3 + 1,19 = 71,599 % Trata-rata = = 69 + 62 2

= 65,5

ix

g. Berat phenol = 3 gram Volume HCl = 2 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 2 m = 2,38 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3 + 2,38 = 55,76 % Trata-rata = = 70 + 64 2

h. Berat phenol = 3 gram Volume HCl = 3 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 3 m = 3,57 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3 + 3,57 = 45,66 % Trata-rata = = 71 + 65 2

= 67

= 68

ix

i. Berat phenol = 3 gram Volume HCl = 4 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 4 m = 4,76 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3 + 4,76 = 38,66 % Trata-rata = = 71 + 66 2

j. Berat phenol = 3 gram Volume HCl = 5 ml Massa aquadest =m v 1,19 = m 5 m = 5,95 gram % berat = massa fenol x 100 % massa total = 3 x 100 % 3 + 5,95 = 33,52 % Trata-rata = = 73 + 67 2

= 68

= 70

ix

You might also like