Professional Documents
Culture Documents
B1 REPORT
WADAH KOORDINASI ................................................................................................ 34 3.1 Dewan Sumber Daya Air Nasional ........................................................................ 34 3.2 Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) Provinsi Jawa Barat ..................................... 35 3.3 Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat ...................................................... 37 3.4 Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) WS Citarum .............................. 39 3.5 Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) 6 Ci ............................. 40 3.6 Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air (SPKTPA) WS Citarum ... 43 ANALISIS KETERWAKILAN STAKEHOLDERS .......................................................... 46 ANALISIS MINAT DAN KEKUATAN ............................................................................ 50 5.1 Subjects ................................................................................................................ 51 5.2 Players.................................................................................................................. 52 5.3 Context Setters ..................................................................................................... 53 5.4 Crowds ................................................................................................................. 53
4 5
1. INTRODUCTION
Sungai Citarum dengan panjang sekitar 350 km dan luas daerah pengaliran sungai (DPS) 12,000 km2, mempunyai populasi sekitar 10 juta penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Air dari sungai Citarum digunakan untuk kebutuhan irigasi, tenaga listrik, suplai air baku bagi 80 persen penduduk Jakarta, industry, pariwisata, Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Citarum diantaranya adalah: menurunnya kuantitas dan kualitas air akibat degradasi area konservasi di daerah hulu, sedimentasi, dan meningkatnya limbah cair maupun limbah padat dari kegiatan domestic, pertanian, maupun industry. Banjir, longsor dan kekeringan adalah masalah lain yang sering terjadi di wilayah Citarum. Bulan Februari 2010 terjadi longsor di Kecamatan Pasir Jambu, yang menyebabkan korban jiwa dan kerusakan lingkungan yang cukup besar. Bulan Januari dan Februari 2010, banjir besar melanda hampir semua kecamatan di Kabupaten Bandung Selatan, mulai dari wilayah hulu Citarum (Kertasari, Ibun, Paseh), hingga Banjaran, Baleendah, dan Dayeuhkolot, serta kecamatan-kecamatan lainnya. Banjir merendam ribuan rumah. Di wilayah hulu, banjir terjadi karena alih fungsi lahan areal konservasi milik Perhutani menjadi areal tanaman sayuran. Pada bulan Maret 2010 banjir juga terjadi di Kabupaten Karawang dan Bekasi akibat meluapnya air di Waduk Jatiluhur, sehingga memunculkan isu untuk meledakkan tanggul Ubrug sebagai solusi ekstrim. Kejadian ini membangun kesadaran untuk lebih meningkatkan koordinasi antar tiga waduk, yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Selain permasalah banjir dan longsor, kualitas air menjadi menjadi permasalahan serius di sepanjang Sungai Citarum. Menurut BPLHD Jabar, sekitar 40 persen limbah Sungai Citarum, merupakan limbah organik dan rumah tangga. Sisanya merupakan limbah kimia atau industri dan limbah peternakan serta pertanian. Pabrik tekstil dan industri garmen penyumbang polusi logam berat terbesar, seperti cadmium, chromium, copper, timbal, mercury, nikel dan seng. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan keasaman air sehingga menurunkan kemampuan badan air untuk menopang kehidupan. Parameter pencemaran yang disebabkan limbah industri (Chemical Oxygen Demand /COD) menunjukan angka 104,096 mg/liter, padahal untuk kualitas air yang sehat seharusnya berkisar 10 mg/liter. Sedangkan parameter pencemaran akibat limbah rumah tangga (Biochemical Oxygen Demand /BOD) menunjukan angka sebesar 34,351 mg/liter, dimana berdasarkan standar seharusnya tidak lebih dari 6 mg/liter. Di samping polusi air permukaan, air tanah pun mengalami penurunan kualitas akibat terkontaminasi bakteri dan zat beracun dari air limpasan dan lindian dari tempat pembuangan sampah. Stakeholders analysis di bawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya air di WS Citarum, peran apa yang dilakukan oleh masingmasing stakeholder berdasarkan tupoksinya, koordinasi antar stakeholders, kekuatan dari masing-masing stakeholder dalam kaitannya untuk mengoptimalkan fungsi stakeholders dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya air secara terpadu.
2. IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS
Stakeholders pengelolaan WS Citarum terdiri dari unsur pemerintah maupun nonpemerintah, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten. Unsur non-pemerintah dapat dibedakan menjadi: korporasi (swasta/BUMN/BUMD), organisasi kemasyarakatan (LSM dan kelompok masyarakat pengguna SDA), lembaga donor, lembaga penelitian dan akademisi. Adapun berdasarkan fungsinya, stakeholders tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga1, yaitu: a. Regulator: Fungsi regulator sumberdaya air dan prasarana pengairan berada di tangan pemerintah baik Pusat (kebijakan makro) maupun Daerah (operasional kebijakan). Pemerintah berhak memperoleh sebagian dari laba bersih dan pajak atas pemanfaatan/pengelolaan SDA oleh Institusi Pengelola SDA dan berkewajiban memberi kontribusi untuk membiayai kegiatan yang ditujukan bagi kesejahteraan dan keselamatan umum. b. Operator: Operator SDA bertugas melaksanakan pengelolaan wilayah sungai dan mengembangkan sistem pengelolaan tersebut, berhak memungut iuran dari para pemanfaat dan menerima kontribusi dari Pemerintah (untuk pembiayaan yang ditujukan bagi kesejahteraan dan keselamatan umum). Institusi Pengelola SDA wajib memberi pelayanan yang baik, memberikan kontribusi kepada Pemda berupa sebagian deviden dan pajak atas pemanfaatan/pengelolaan SDA dan mengupayakan peningkatan peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan wilayah sungai serta mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada Pemerintah dan Masyarakat. c. Pemanfaat: Selaku pemanfaat (beneficiaries), masyarakat maupun korporasi berhak memperoleh pelayanan yang baik dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan namun diharapkan dapat menggunakan air secara efisien dan ikut menjaga kelestarian lingkungan. Pemanfaat wajib memberi kontribusi pembiayaan (baik langsung maupun tak langsung) dalam bentuk iuran eksploitasi dan pemeliharaan, serta memberi kontrol sosial yang positif atas pengelolaan wilayah sungai. Berdasarkan aspek pengelolaaan, stakeholders di tingkat pusat maupun daerah mempunyai satu peran atau lebih dari lima pilar utama dalam pengelolaan sumber daya air menurut UU No. 7 Tahun 2004, yaitu: 1. Konservasi 2. Pendayagunaan 3. Pengendalian daya rusak air 4. Pengembangan kelembagaan & partisipasi masyarakat 5. System informasi sumber daya air
Sunaryo, Tri M., 2003. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu ( PSAT) 2
2.1
Stakeholders Pemerintah
A 1 2.
NASIONAL Bappenas Kementerian PU a. Dirjen SDA b. Dirjen Tata Ruang c. Dirjen Cipta Karya d. BBWS Citarum
R R R R R R R U R U R R O O O
Konservasi
User
Menyusun RoadMap ICWRMIP, memfasilitasi koordinasi Mengatur kebijakan pengelolaan SDA secara umum Menyusun kebijakan pemanfaatan ruang, khususnya di hulu Citarum Pengaturan penyediaan air minum & sanitasi, penanggulangan bencana Penyusunan pola & rencana, pelaksanaan pengelolaan SDA Citarum Penelitian, pengembangan teknologi SDA, pengelolaan data Perumusan & pelaksanaan pengeleloaan DAS, rehabilitasi, konservasi Penyusunan kebijakan kegiatan pertanian sesuai kaidah konservasi, pengembangan SRI Perumusan kebijakan perikanan budidaya Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri Penetapan batas cekungan air tanah (CAT), penyusunan RPP air tanah Penyusunan kebijakan tentang pelestarian lingkungan, pengurangan beban pencemaran lingkungan, penegakan peraturan Pengaturan pedoman pengembangan kelembagaan pengelolaan sumber daya air dan irigasi Membentuk Pusat Penanggulangan Krisis untuk penanganan krisis
3 4
e. Puslitbang SDA Kementerian Kehutanan Kementerian Pertanian - Dirjen PLA Kementerian Perikanan & Kelautan Kementerian Industri & Perdagangan Kementerian ESDM Kementerian LH Kementerian Dalam Negeri - Ditjen Bangda Kementerian Kesehatan
9 8 5 6 7
Keterlibatan dalam Pengelolaan SDA Sistem Informasi Pendayagunaan Pengembangan Kelembagaan Pengendalian Daya Rusak Scope of Works (Role in Water Resources Management)
Konservasi
User
10 11 13 B. 1 2.
Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika (BMKG) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) PJT II PROVINSI & KABUPATEN/KOTA Bappeda Dinas PSDA f. Balai Pendayagunaan SDA Citarum
R R O O R R O O O U U U U
kesehatan akibat bencana alam Penyediaan informasi cuaca, curah hujan, neraca air, perkiraan musim dan potensi banjir Menyusun pedoman pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
3 3
Penyusunan kebijakan Pengelolaan Citarum Secara Terpadu Perumusan & pelaksanaan kebijakan operasional; perizinan pengusahaan SDA; monitoring & evaluasi Menyusun petunjuk teknis pendayagunaan SDA; pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan irigasi, sungai, waduk, danau/situ & pantai Pengaturan, pembinaan, pembangunan & pengawasan pelaksanaan penataan air minum dan sanitasi; penataan ruang Perencanaan & pelaksanaan konservasi hutan & rehabilitasi lahan kritis; Menyusun rencana pengelolaan DAS; pengembangan model kelembagaan & kemitraan; menyusun & menyajikan informasi Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu; penyajian informasi luas lahan sawah dalam kaitan dengan kebutuhan air irigasi Memberikan rekomendasi pengusahaan perikanan budidaya, terutama Keramba Jaring Apung Implementasi program cleaner production untuk mengurangi pencemaran di Citarum
Dinas Pertanian Tanaman Pangan - Bidang Sumber Daya Dinas Perikanan & Kelautan Dinas Industri & Perdagangan
5 9
Keterlibatan dalam Pengelolaan SDA Sistem Informasi Pendayagunaan Pengembangan Kelembagaan Pengendalian Daya Rusak Scope of Works (Role in Water Resources Management)
8 5 6 11 13 C. 1 2 3 4 5 6 7
Dinas ESDM BPLHD Dinas Kesehatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PJT II CORPORATE ENTITY & CSO Perhutani Unit III Jawa Barat PT. Indonesia Power UBP Saguling PT Pembangkitan Jawa Bali UP Cirata PT Palyja PT Aerta LSM Perguruan Tinggi
R R
Konservasi
User
Penyusunan Perda kebijakan air tanah dan petunjuk teknisnya; menerbitkan ijin penggunaan air tanah Kajian AMDAL, konservasi, mitigasi bencana, pengembangan kemitraan, pembuatan video animasi Citarum, melaksanakan Citarum Fair Implementasi kesehatan dan sanitasi; pemberian bantuan medis dan obat-obatan pada saat penanggulangan bencana Melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi dengan instnasi terkait Menangani semua aspek pengelolaan sumber daya air di Citarum
O O O
U U U U U U
Memanfaatkan hasil hutan, melakukan konservasi Memanfaatkan air untuk enegi listrik, melakukan kegiatan konservasi sebagai bagian kegiatan Corporate Social Responsibility Memanfaatkan air untuk enegi listrik, melakukan kegiatan konservasi sebagai bagian kegiatan Corporate Social Responsibility Memanfaatkan air untuk air minum , melakukan kegiatan konservasi sebagai bagian kegiatan Corporate Social Responsibility Memanfaatkan air untuk air minum , melakukan kegiatan konservasi sebagai bagian kegiatan Corporate Social Responsibility Melaksanakan kegiatan konservasi, pengembangan kelembagaan, advokasi Melakukan kegiatan dalam bentuk kajian, seminar workshop, kegiatan aksi
Di tingkat provinsi, Bappeda Provinsi Jawa Barat memegang peranan penting untuk mengawal kebijakan pusat dalam pengelolaan Citarum dalam aspek perencanaan dan koordinasi. Pengelolaan SDA ditangani oleh Bidang Fisik, yang membawahi: a) Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, dengan tugas pokok melaksanakan penyusunan dan koordinasi perencanaan: Tata ruang dan lingkungan hidup Sumber daya lahan, air, udara, mineral, hutan, energy, keanekaragaman hayati, pesisir laut dan pulau kecil Aspek mitigasi bencana Sarana dan prasarana dasar pemukiman b) Sub Bidang Infrastruktur Wilayah, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan koordinasi perencanaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi, transportasi, dan telekomunikasi. Melengkapi Roadmap yang telah disusun oleh Bappenas, pada bulan Juli 2010 telah disusun Rencana Penanganan Terpadu Wilayah Sungai Citarum Tahun 2010-2015, yang merupakan hasil kerjasama Bappeda Provinsi Jabar dengan RCMU Roadmap Citarum. Diantara rekomendasi penting adalah: pembentukan Badan Strategis Rehabilitasi WS Citarum yang menangani pengelolaan WS secara terpadu. relokasi kawasan pemukiman dan industry, moratorium perizinan konversi lahan khususnya di daerah tampungan air Pembelian lahan untuk memperluas lahan konservasi (land banking) dan pengembangan hutan koloni (Contoh : membeli lahan rakyat dengan dana deviden BUMN atau buat Citarum Conservation Fund)
Pada dasarnya Rencana tersebut merupakan penyempurnaan dari Roadmap, dimana kegiatannya didistribusikan pada berbagai lembaga terkait baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten (namun porsi paling besar adalah tingkat pusat), dengan sumber anggaran berasal dari pinjaman multi donors, APBN, APBD dan BUMN.
Pelaksanaan pengujian dan penyiapan saran teknis / advis teknis teknologi lingkungan keairan, hidrologi, bangunan hidraulik dan bangunan teknik keairan, sungai dan sabo, rawa dan pantai serta irigasi Standardisasi di bidang pengembangan dan pengelolaan sumber daya air Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pengembangan dan pengelolaan sumber daya air Diseminasi dan sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan sumber daya air Pengembangan korporasi dan layanan dalam penelitian dan pengembangan sumber daya air
Dinas PSDA Propinsi Di tingkat provinsi, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas merumuskan kebijakan operasional dan melaksanakan sebagian kewenangan desentralisasi bidang sumber daya air provinsi serta kewenangan yang dilimpahkan kepada Gubernur. Untuk itu Dinas PSDA mempunyai fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis operasional pengembangan pengelolaan sumber daya air. b. Pelaksanaan pembinaan teknis operasional di bidang sumber daya air yang meliputi, pembinaan program pegelolaan, pelaksanaan konservasi dan pelestarian, pembinaan teknik pengelolaan,pembinaan pelaksanaan operasional dan pemeliharaan serta pembinaan pemanfaatan sumber daya air. c. Fasilitas Pengelolaan dan sitem investasi pengusahaan sumber daya air d. Pemberian perizinan pemanfaatan air dan sumber air serta pelaksanaan pelayanan umum. e. Pembinaan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air. f. Pengawasan, pengendalian dan evaluasi pengelolaan sumber daya air.
Pendanaan untuk kegiatan di wilayah sungai Citarum, dapat berasal dari APBN maupun APBD. Dalam rangka normalisasi Sungai Citarum Dinas PSDA telah mengajukan anggaran kepada panitia anggaran DPRD Jabar supaya dapat dimasukkan pada APBD Perubahan 2010. Dana tersebut adalah untuk pelaksanaan normalisasi Citarum di Kecamatan Baleendah sepanjang 3 km, yakni dari muara Sungai Cisangkuy sampai Cikapundung, untuk mengurangi dampak banjir di Kota dan Kab. Bandung. Perkiraan biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 16,2 miliar, dan akan dikerjakan selama dua tahun. (PR, 21 Feb 2010).
Batas antara Sungai Citarum dan permukiman di bantaran sungai di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, hilang saat air sungai meluap, (Harian Pikiran Rakyat, 5/2/2010).
Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air (BPSDA) Citarum adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat yang secara spesifik mempunyai tugas melaksanakan sebagian fungs Dinas di bidang pendayagunaan sumber daya air di wilayah sungai Citarum. Secara rinci, tugas dari BPSDA Citarum adalah: 1. Menyusun petunjuk teknis pendayagunaan sumber daya air yang meliputi pelaksanaan, pengelolaan, pengembangan dan pembangunan irigasi, sungai, danau/situ, waduk dan pantai; 2. Menyusun bahan pendayagunaan sumber daya air yang meliputi pengelolaan, pengembangan dan pembangunan irigasi, sungai, danau/situ, waduk dan pantai; 3. Melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan irigasi, sungai, danau/situ, waduk dan pantai; 4. Evaluasi dan pelaporan; 5. Koordinasi dengan unit kerja terkait; Balai PSDA Citarum membawahi dua seksi, yaitu 1) Seksi Irigasi dan 2) Seksi Sungai, Danau, waduk dan Pantai. Dinas Permukiman dan Perumahan mempunyai peran penting dalam pengaturan tata ruang kawasan serta penataan air minum dan lingkungan permukiman di WS Citarum. Bidang Permukiman terdiri dari tiga seksi, yaitu: Seksi Air Minum, Seksi Penyehatan
10
Lingkungan & Permukiman, serta Seksi Pengendalian Kawasan; dengan fungsi antara lain untuk: a. pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan air minum, penyehatan lingkungan permukiman serta tata bangunan dan lingkungan; b. pengkajian bahan fasilitasi, koordinasi dan kerjasama/kemitraan bidang air minum, penyehatan lingkungan permukiman serta tata bangunan dan lingkungan Sedangkan Bidang Tata Ruang dan Kawasan mempunyai fungsi: a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang perkotaan dan perdesaan, kawasan strategis dan kabupaten/kota; b. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi;
Dalam upaya penataan permukiman Dinas Kimrum pada tahun 2010 mempunyai program, antara lain: a. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) b. Penyediaan air bersih di daerah-daerah yang belum terjangkau PDAM c. pengembangan sarana prasarana sanitasi lingkungan permukiman, unutk peningkatan kualitas lingkungan sehat d. perbaikan permukiman eks lokasi bencana dan pengembangan permukiman translok e. perbaikan perumahan dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman di lokasi kumuh perkotaan
11
Sumur penduduk ditutup karena tidak lagi dapat dimanfaatkan akibat tercemar limbah pabrik di Leuwigajah, Cimahi
Sebagai gantinya, penduduk memperoleh jatah air dari pabrik yang dialirkan melalui pipa pralon untuk keperluan rumah tangganya
2.1.3 Pemerintahan
Kementerian Dalam Negeri melalui Ditjen Pembangunan Daerah mempunyai peranan penting dalam pengembangan kelembagaan, khususnya dalam penyusunan pedoman pemberdayaan, penyusunan perda, penyadaran public, pendampingan dan pelatihan bagi Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM), serta menyusun mekanisme insentif dan disinsentif untuk mencegah alih fungsi lahan, Di bawah program WISMP dan PISP, hanya daerahdaerah irigasi yang ada di luar wilayah Jatiluhur yang menjadi sasaran program. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pelaksanaan WISMP dan PISP melibatkan institusi lainnya yaitu Bappeda, Dinas PSDA dan Dinas Pertanian
2.1.4 Kehutanan
Kementerian Kehutanan mempunyai Dirjen Rehabilitasi Lahan & Perhutanan Sosial (RLPS) yang bertugas menyiapkan perumusan dan melaksanakan pengelolaan DAS, rehabilitasi hutan dan lahan, perhutanan sosial dan perbenihan tanaman hutan; dan Dirjen Perlindungan Hutan & Konservasi Alam (PHKA) yang berperan dalam memantapkan perlindungan hutan dan penegakan hukum serta mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan perlindungan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (SDAHE).
12
Dinas Kehutanan Provinsi, membawahi Bidang Bina Konservasi dan Bidang Bina Rehabilitasi Hutan & Lahan yang bertugas perencanaan dan melaksanakan kegiatan: a. penatagunaan hutan; b. mengamankan batas hutan produksi dan hutan lindung. c. reboisasi dan rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial; d. Melaksanakan perumusan bahan pengelolaan lingkungan kehutanan; e. konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati; f. koordinasi kemitraan dengan instansi terkait. g. penertiban kawasan hutan dan peredaran hasil hutan;
13
Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Citarum-Ciliwung adalah salah satu unit di bawah Dinas Kehutanan, dengan tugas utama : Menyusun rencana pengelolaan DAS Menyusun dan menyajikan Informasi DAS Mengembangkan model pengelolaan DAS Mengembangkan model kelembagaan dan kemitraan pengelolaan DAS Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pengelolaan DAS BPDAS Citarum-Ciliwung membawahi tiga Seksi, yaitu: 1) Seksi Perencanaan DAS, yang bertugas melakukan inventarisasi dan identifikasi potensi dan kerusakan daerah aliran sungai, serta penyusunan program dan rencana pengelolaan daerah aliran sungai. 2) Seksi Kelembagaan DAS, mempunyai tugas melakukan inventarisasi dan identifikasi sistem kelembagaan masyarakat, pengembagaan model kelembagaan dan kemitraan pengelolaan daerah aliran sungai. 3) Seksi Evaluasi DAS, bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi tata air, penggunaan lahan, sosial ekonomi, kelembagaan dan pengelolaan sistem informasi pengelolaan daerah aliran sungai. Program prioritas dari BPDAS Citarum-Ciliwung, Dinas Kehutanan Provinsi adalah: Pengembangan dan pengelolaan hutan dan lahan; Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam, dan Peningkatan Peranan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.
14
Salah satu program konservasi yang melibatkan masyarakat secara aktif adalah Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sementara ini program PHBM di Hulu Citarum belum sesuai harapan karena sulitnya mengintroduksi komoditi tanaman yang mempunyai fungsi konservasiseperti kopidengan kebiasaan masyarakat yang terbiasa menanam tanaman sayuran dan memberikan hasil lebih cepat. Selain PHBM, pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis di Jawa Barat dilaksanakan melalui 3 (tiga) kegiatan pokok yaitu : Rehabilitasi lahan, melalui penanaman tanaman tahunan yang mempunyai fungs konservasi dan nilai ekonomi, yang maksudnya disamping agar lahan-lahan tersebut dapat segera berfungsi kembali sebagai daerah resapan air dan atau daerah tangkapan air, juga diharapkan dapat berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, terutama bagi masyarakat yang berdomisili di sekitar hutan negara dan perkebunan besar, yang maksudnya disamping memberikan kesempatan berusaha kepada masyarakat di daerah setempat, juga untuk mengatisipasi penjarahan/perambahan hutan negara ataupun perkebunan besar. Penerapan sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, terasering, dam pengendali erosi, embung dan normalisasi situ-situ, yang maksudnya disamping untuk menahan dan menampung air, juga sebagai upaya untuk menghindarkan terjadinya erosi yang berkepanjangan.
2.1.5 Pertanian
Kementerian Pertanian melalui Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi tekhnis di bidang pengelolaan lahan dan air irigasi. Secara lebih spesifik Direktorat Pengelolaan Lahan bertugas menyiapkan perumusan kebijakan dan melaksanakan rehabilitasi dan konservasi lahan, reklamasi, optimasi dan pengendalian lahan. Untuk itu, telah disusun program Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) dan Pedoman Teknis Konservasi Das Hulu (KDH). Khusus untuk DAS Citarum dalam kaitan dengan ICWRMIP, kegiatan PUKLT dilakukan melalui kegiatan System of Rice Intensification (SRI) di tiga kabupaten, yaitu Bandung, Cianjur, Karawang. Adapun kegiatan KDH dilaksanakan di lima kabupaten, yaitu Bogor, Cianjur, Bandung, Bandung Barat dan Subang dengan target areal di masing-masing kabupaten seluas 500 hektar (250 Ha untuk perkebunan dan 250 Ha untuk hortikultur) dan dua program sekolah lapang. Di tingkat Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, aspek sumber daya air ditangani oleh Seksi Pengelolaan Lahan dan Air yang berada di bawah Bidang Sumber Daya. Kegiatan konservasi melalui PUKLT belum mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya lahan-lahan konservasi di kawasan hulu Citarum, di kaki Gunung Wayang Windu yang ditanami oleh tanaman kentang dan sayuran lain serta tidak mengikuti prinsip-prinsip konservasi. Hal itu seperti ditemukan di Desa Cibeureum dan Tarumajaya. Umumnya sayuran ditanam di perbukitan dengan ketinggian lebih dari 45 derajat, mengikuti kontur lereng bukit atau tanpa terasering.
15
16
2.1.6 Perikanan
Tiga waduk di Citarum dimanfaatkan masyarakat untuk budidaya ikan dengan keramba jarring apung (KJA). Saat ini jumlah keramba yang ada sudah tidak sesuai dengan kapasitas sehingga berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan di sekitar waduk. Residu pakan mempercepat proses eutrofikasi (penambahan fosfat) ke perairan sehingga mengakibatkan pencemaran perairan, kematian ikan secara masal, dan tidak terkendalinya pertumbuhan eceng gondok yang dapat menurunkan fungsi waduk. Di waduk Jatiluhur jumlah KJA telah mencapai 17.000 petak, dengan luas satu petak adalah 7 x 7 meter. Jumlah petak yang ada saat ini jauh melampaui jumlah petak yang dulu dirumuskan Kelompok Kerja Pembudidaya Ikan bersama Departemen Perikanan dan tim Institut Pertanian Bogor, dan ditetapkan oleh SK Bupati Purwakarta No. 6 Tahun 2000, yaitu hanya 2.100 petak. Angka ini mengacu kepada satu persen dari luas genangan waduk.2 Di Cirata jumlah KJA ideal adalah 16.000, tapi sekarang jumlahnya sudah mencapai 51.000. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Bidang Perikanan Budidaya, tidak bisa menghentikan pemberian izin pengusahaan ikan tersebut karena bukan kewenangannya. Namun sejalan dengan tupoksinya, Dinas Perikanan provinsi maupun kabupaten mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan rekomendasi.
2.1.7 Industri
Kegiatan industri memberikan permasalahan yang besar terhadap kondisi air di hulu maupun hilir Citarum, selain berkontribusi terhadap pencemaran juga terhadap kondisi air tanah akibat eksplorasi yang tidak sesuai kapasitas. Industri air dalam kemasan juga mengambil air dari situ-situ yang ada di Citarum. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan membuat kebijakan yang tidak langsung terkait dengan pengelolaan sumber daya air. Misalnya dalam pengaturan terhadap persyaratan dan pengawasan industry air minum dalam kemasan seperti yang tertuang dalam KepMen Perindustrian dan Perdagangan No. 705 Tahun 2003, yang meliputi, antara lain: Kondisi air baku Izin pemakaian sumber air System pembuangan limbah Drainase Pembuangan sisa limbah dan kotoran Di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, yang menangani kegiatan industry tekstil adalah Bidang Industri Logam, Mesin, Tekstil, Aneka Produk Tekstil, Telematika dan Elektronika (ILMTATTEL). Pada tahun 2005, Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengintroduksi program Cleaner Production dalam upaya mengurangi tingkat pencemaran di Citarum. Tujuan dari program ini adalah: Efisiensi pemakaian bahan baku produksi. Efisiensi penggunaan energi Mengurangi jumlah penggunaan air untuk produksi Mengurangi terbentuknya limbah
2
Harian Umum Pikiran Rakyat, Sengkarut Masalah si Eaduk Sibuk, 12 April 2010
17
Mengurangi dan mengganti penggunaan bahan berbahaya dan beracun ( B3 ). Menggunakan bahan yang mudah/dapat didaur ulang Memaksimalkan penggunaan bahan dari sumber daya alam (SDA) yang dapat diperbaharui (renewable resources)..
2.1.8 Pertambangan
Kementerian ESDM. Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air tanah berada di bawah Dirjen Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, khususnya Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah, yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan pembangunan di bidang air tanah. Sehubungan dengan hal tersebut, program kerja yang telah dilaksanakan adalah: Penetapan sebaran batas cekungan air tanah di Pulau Jawa sebagai basis pengelolaan air tanah dan peta potensi air tanah di Indonesia. Pembangunan 1003 sarana air bersih di 16 propinsi. Penyusunan RPP air tanah Penyusunan pedoman pengawasan & evaluasi eksplorasi / konservasi air tanah. Pembinaan aparat daerah dalam inventarisasi dan pengelolaan air tanah serta mitigasi bencana. Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat menangani masalah air tanah melalui Bidang Mineral, Geologi dan Air Tanah yang membawahi Seksi Eksplorasi dan Eksploitasi serta Seksi Konservasi dan Pengendalian. Kebijakan mengenai air tanah tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air Bawah Tanah dan ketentuan teknisnya yaitu Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pendayagunaan Air Tanah, menyatakan bahwa pengelolaan Cekungan Air Tanah lintas Kabupaten/Kota harus dilakukan berdasarkan prinsip One Groundwater Basin, One Planning, One Integrated Management.
18
Kebijakan ini diimplementasikan melalui penertiban Rekomendasi Teknis sebagai dasar penerbitan ijin baru maupun daftar ulang bagi pengambilan air tanah di cekungan lintas kabupaten/kota. Pada tahun 2009 telah diterbitkan sebanyak 411 Rektek, terdiri dari 94 Rektek Baru dan 317 Rektek daftar ulang. Selain itu dilakukan penambahan resapan air ke dalam tanah secara artifisial dengan membangun 5 (lima) percontohan sumur imbuhan di 3 cekungan air tanah kritis, yaitu di : PT. Leuwijaya Utama Textile, PT. Panasia Indosintex (CAT Bandung Soreang), PT. Argha Karya Prima Industries, PT. Perfetti Van Melle Indonesia (CAT Bogor), dan PT. Kao Chemical Industries (CAT Karawang-Bekasi).
19
Kepedulian BPLHD Jawa Barat sangat terhadap kondisi Citarum tampak dari banyaknya program yang ditujukan untuk perbaikan kondisi Citarum, diantaranya: pembuatan video animasi tentang Citarum untuk pendidikan anak-anak, program kali bersih (Prokasih), dan barubaru ini memfasilitasi kegiatan Citarum Fair IV , dengan thema Gerakan Cinta Air dan Sungai di Kabupaten Bandung. Kegiatan ini menampilkan pameran Sumber: Cita Citarum lingkungan, pelayanan pemeriksaan tekanan darah, dan gerak jalan untuk kampanye sadar lingkungan bagi warga, pemerintah, dan kalangan industri. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Warga Peduli Lingkungan sebuah organisasi non pemerintah yang sudah lama bergerak dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar Citarum. Eco Pesantren adalah salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas komunitas pesantren dan masyarakat pada umumnya untuk berpikir dan bertindak seseuai dengan kaidah pelestarian lingkungan sesuai dengan ajaran Islam. Namun di Citarum hal ini belum tercapai. Citarum bahkan sudah tercemar sejak dari hulunya. Program Banpres (bantuan presiden) sapi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat agar tidak merambah hutan malah memberi kontribusi terhadap pencemaran lingkungan, karena petani membuang kotoran sapi langsung ke sungai.
2.1.10
BMKG menyediakan berbagai informasi yang diperlukan dalam upaya pengelolaan sumber daya air, seperti cuaca, curah hujan, neraca air, perkiraan musim dan potensi banjir. Hal ini sejalan dengan rincian tugasnya, antara lain, sebagai berikut: a. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
20
b. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika; c. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim; d. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor meteorologi, klimatologi, dan geofisika; e. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
2.1.11
Penanggulangan Bencana
Kementerian Kesehatan mempunyai Pusat Penanggulangan Krisis, yang bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota membentuk satuan tugas kesehatan yang memiliki kemampuan dalam penanganan krisis dan masalah kesehatan di wilayahnya secara terpadu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, Satkorlak Penanggulangan Bencana dan Satlak Penanggulangan Bencana. Pada saat terjadi bencana banjir dan longsor baru-baru ini di wilayah Citarum, lembaga ini aktif memberikan pertolongan medis dan bantuan obat-obatan serta pembinaan sanitasi lingkungan. Badan Penanggulangan Bencana baik di tingkat pusat maupun provinsi belum lama terbentuk. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempunyai tugas antara lain: Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara; Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan; Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat;
Adapun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat baru terbentuk pada bulan September tahun 2009 (Perda Prov. Jabar No. 9 Tahun 2009) disusul dengan dikeluarkannya Perda No 2 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Adapun tugas dari BPBD adalah melaksanakan penanggulangan bencana yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana secara terintegrasi. Dalam kaitan dengan bencana yang terjadi di Citarum, BNPB menekankan pentingnya lokasi evakuasi serta penanganan logistik yang baik. Selain itu pemberian informasi yang benar kepada masyarakat juga menjadi perhatian BPBD, misalnya mengenai lokasi-lokasi rawan bencana, mitigasi, penanganan darurat, dan sebagainya. Sementara ini sering terjadi penumpukan bantuan akibat tidak terdistribusikan dengan baik. Kurangnya informasi mengenai teknis penanganan melimpahnya air di waduk Jatiluhur baru-baru ini telah mengakibatkan sebagian wilayah di Kabupaten terendam banjir. Agar hal serupa tidak terjadi di masa yang akan datang perlu peningkatan peran BPBD lebih intensif sejak tahap pencegahan.
21
2.2
Selain institusi pemerintah, berbagai perusahaan baik swasta maupun BUMN terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan sumber daya air di WS Citarum. Beberapa perusahaan besar yang terlibat dalam pengelolaan Citarum, adalah Perum Perhutani. Perum Jasa Tirta II (waduk Jatiluhur), PT. Indonesia Power (waduk Saguling), dan PT Pembangkitan Jawa Bali (waduk Cirata).
22
c. preserve water resources, including efforts to safeguard water resources to maintain its sustainability d. monitoring, calibration of flow measuring devices, evaluation of water quantity and quality of water resources; e. disseminating the results of monitoring and evaluation to users, communities, and management of water resources; f. assist the government in the implementation of water resource conservation and control of water pollution; g. flushing in order to maintain the river; and h. provide guidance and consultation to the community in order to increase community empowerment. In addition to the above tasks and responsibilities, PJT II is also responsible for the provision of drinking water system, sanitation, water resources conservation, and flood control (Article 9, Government Regulation no. 7/2010). In order to finance all the tasks and responsibilities, PJT II is authorized to collect, receive, and using water resources management fee.
23
Kegiatan lain yang dilakukan UBP Saguling melalui program CSR adalah: Nursery at Cisameng Bamboo Arboretum Project Eco Trust Fund Student Environment Jamboree Eco-visit to School Development of Community Based Capital stimulant for Small and Medium Enterprise (SME) Development of Renewable Energy Power Plant: - Biogas of animal feces - Biogas of Eichhornia crassipes/ Enceng Gondok
Selain memproduksi tenaga listrik, mengembangkan sumber daya manusia yang berwawasan bisnis, misi PT PJB lainnya adalah meningkatkan kinerja perusahaan secara berkelanjutan melalui pendekatan yang ramah lingkungan. Kegiatan pelestarian lingkungan hidup dilaksanakan melalui rehabilitasi lahan kritis, konservasi alam dan mengembangkan energy alternative terbarukan.
24
To satisfy customers with high level services and by providing a good quantity, continuity and quality of water through excellence operation To maintain a sustainable cooperation with the public stakeholders for the benefit of the population while complying with prevailing regulerations To develop employees potential to maximize their performance, and satisfaction and provide them with a healthy and safe environment To provide shareholders the contractual Return on Equity in due time To be socially responsible, to protect the environment and to implement good corporate governance To liaise with all parties involved with the water resources in order to improve the general awareness regarding scarcity of water
PALYJA Water Resources : 60% of raw water from West Tarum Canal 35% of bulk treated water from Cisadane River 5% of water from other rivers Walaupun isu lingkungan tertuang dalam misinya, namun kegiatan Palyja dalam upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan tidak terlalu signifikan untuk Citarum. Kegiatan yang sudah dilaksanakan masih dalam skala kecil, misalnya Lomba Kebersihan dan Pemberdayaan Lingkungan di sekitar DKI dengan cara memberikan pelatihan kepada warga bagaimana memilah sampah organic dan non organic berikut pemberian tong sampah.
25
Johnson, ESP-USAID (United States Agency for International Development), LP3ES, serta Forkami
Program Kali Bersih (Prokasih) Kali Ciliwung bersama dengan BPLHD DKI Jakarta, BPLHD Bekasi dan Jawa Barat untuk Prokasih di Kali Bekasi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pembersihan sungai, sosialisasi kepada masyarakat sekitar untuk tidak membuang sampah di kali. Meningkatkan akses air bagi warga yang kurang mampu dengan membangun pompa hydrant dan Kios Air yang menjual air dengan harga yang relative terjangkau oleh masyarakat
26
2.3
27
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Name Komunitas Anak Peduli Alam Semesta (KAPAS) Studio Driya Media Forum Masyarakat Banjaran (FMB) Forum Peduli Kependudukan Proksidatani Suara Hati Nurani Rakyat (SUHANURA) Empowering Research Communication (EMPERICA) BATU NAMPRAK BANDUNG (BNB) Cerdas Cinat Asih Enviromental Parliament Watch, FORLINDUNG Forum Pelita Hati FPL-WTC Gabungan Putera Rakyat Gedebage Gerakan Peduli Lingkungan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) Jawa Barat Intrac Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A) Lembaga Masyarakat Desa Hutan-Warnasari Lembaga Pengkajian Pertanian dan Lingkungan Hidup Lembaga Perlindungan dan Pengembangan Anak dan Wanita Pemberdayaan Keluarga Sejahtera Pengembangan Pusat Sumberdaya Komunitas (PSDK) Perhimpunan Kelompok Pelestari Hutan (Poklan) Perhimpunan Masyarakat Peduli Lingkungan (PMPL) Persatuan Organisasi Rakyat Tatar Alam Bandung (PORTAB) Pika PSDA SIGAP Tirta Mukti Warga Peduli Lingkungan (WPL) Yayasan Inisiatif Yayasan Lembaga Pengembangan Sumberdaya Lokal (LPSL) Yayasan Lestari Yayasan Mitra Sehati Yayasan Mitra Sehati Yayasan Peduli Citarum (YPC) Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat (Yayasan PESAT)
Core of Interest Health Media/Environment Socio-Economy Socio-Economy Socio-Economy Socio-Economy Socio-Economy-PoliticCulture Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources Water Resources
28
Berikut adalah profil dari beberapa CSO yang benar-benar terlibat dan mempunyai kepedulian terhadap Citarum, sebagian tidak masuk dalam hasil mapping tersebut di atas..
29
30
Kegiatan yang telah dilaksanakan HKTI Jawa Barat pada tahun 2008-2009, diantaranya adalah: Memfasilitasi kegiatan Lomba P3A/GP3A tingkat Jawa Barat, bekerjasama dengan Dinas PSDA Provinsi Jabar. Sosialisasi teknis budidaya tanaman padi hemat air sistim SRI melalui kegiatan perkemahan agribisnis di Kabupaten Sukabumi Memfasilitasi pembuatan pupuk organic Advokasi petani akibat adanya kebijakan import beras. Penerbitan tabloid Suara Petani Pembentukan dan pengembangan Radio Komunitas sebagai media komunikasi antar anggota HKTI dan masyarakat petani pada umumnya. Pencanangan tanaman jarak sebagai sumber energy alternatif
2.3.8 Wanadri
Adalah organisasi pencinta alam yang melakukan kegiatan pendataan di sepanjang Sungai Citarum, penyadaran masyarakat, dan rencananya akan membantu pembangunan fasilitas sanitasi berkaitan dengan pencemaran limbah industri dan rumah tangga yang telah mengakibatkan kerusakan lingkungan ekologis dan kualitas air Citarum.
31
saat ini belum berbadan hukum, terdiri dari Ketua, dibantu oleh sekretaris dan lima komisi, yaitu: a. Komisi I meliputi Konservasi pengelolaan sumber sumber air dan pengelolaan lahan kritis b. Komisi II meliputi pengelolaan pencemaran air limbah dan sampah c. Komisi III meliputi mitigasi bencana d. Komisi IV meliputi IMTAQ, IPTEK dan keretampilan e. Komisi V meliputi seni dan budaya kearipan lokal PKK DAS mempunyai visi Mewujudkan Kelestarian DAS Citarum demi generasi yang akan datang, dengan misi: a) meningkatkan kapasitas masyarakat mengelola, b) proaktif dan objektif serta akuntable, c) koordinatif dan kooperatif, serta d) terpadu dan synergy dalam pengelolaan DAS Citarum. Dalam workshop yang dilaksanakan bulan April 2010, PKK DAS Citarum telah berhasil menyusun Rencana Kegiatan Aksi (Lampiran Citarum1)
2.3.10 Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
Melakukan sosialisasi UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air , pasal 82 s/d 86, tentang partisipasi masyarakat yang meliputi Hak, Kewajiban, dan Peran masyarakat, Memfasilitasi terjadinya penguatan partisipasi CSO dan pengguna air lainnya dalam pengelolaan sungai. LP3ES juga melakukan kajian tentang Pembiayaan Jasa Lingkungan dalam pengelolaan hutan konservasi.
32
Radio and television talk shows Multi-stakeholder dialogue conducted as one vehicle for exchanging ideas and integrating a solution to water related problems. Media Gathering, is one media for journalists to strengthen their capacities through providing resources or issues to be promoted in the media. Media Visit. As a follow up to strengthening capacity of the journalists as well as to make their coverage more objective, then media visit to the location where the issue was raised is conducted. Multi Media Campaign (MMC) is conducted in collaboration with USAIDEnvironmental Services Program. The following MMC have been produced: September-October 2005, MMC # 1, with the issue of "Water for Life" November-December 2005, MMC # 2, with the issue of "Free Net Bandung Flood" January-March 2006, MMC # 3, with the issue of "Management of Water Management in the Household" May-July 2006, MMC # 4, with the issue of "Conservation of Water Resources" November-December 2006, MMC 6, with the issue of "Healthy Living with Water, Breaking the chain bacterium causes diarrhea" January-March 2007, MMC # 7, with the issue "No longer defecating Private Affair, Time for Community Based Sanitation" July 2007, MMC # 8, with the issue of "Efforts to Achieve MDG goal number 4: Study on Human Development in West Java" August-September 2007, MMC # 9, with the issue of "Water for the Poor ' October-December 2007, MMC # 10 with the issue of "Community Based Waste Management" January-March 2008, MMC # 11 with the issue of "Land Rehabilitation" April-May 2008, MMC # 12 with the issue of "Access to Clean Water"
2.3.12
Akademisi/Perguruan Tinggi
Peran akademisi atau perguruan tinggi dalam pengelolaan Citarum, diantaranya adalah dalam bentuk penelitian, konsultansi, pengembangan teknologi dan tenaga ahli atau nara sumber di institusi pemerintah terkait. ITB, misalnya, bekerja sama dengan Indonesia Power melakukan kajian secara intensif mengenai kualitas air, dan adaptasi perubahan iklim di Saguling. Selain mengembang peta resiko banjir, ITB merencanakan membuat roadmap penangulangan banjir di Citarum bersama LSM Garda Caah dan Kelompok Riset Cekungan Bandung. Pertemuan (Tepung Lawung) antar peneliti dan pemerhati Citarum juga dilaksanakan dalam rangka memanfaatkan sumberdaya air untuk mengembangkan energy terbarukan.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi Citarum, pada tahun 2009 Unpad bekerja sama dengan PT. PLN Distribusi
33
Jabar dan Banten (JBB) melakukan kegiatan Pencanangan Lubang Resapan Biopori (LRB) untuk Sungai Citarum. Kegiatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa KKN Unpad di 18 Kecamatan wilayah Kabupaten Bandung, diantaranya Kecamatan Nagreg, Cicalengka, Cikancung, Rancaekek, Majalaya, Arjasari, Cimenyan, Ciparay, Rancabentang, Soreang, Katapang, Cisarua, Parongpong, Cihampelas, Batujajar, Ngamprah, Lembang, dan Kutawaringin.
Manfaat dari LRB ini antara lain adalah memelihara cacing tanah; mencegah terjadinya keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah; menghambat intrusi air laut; mengubah sampah organik menjadi kompos; meningkatkan kesuburan tanah; menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah; mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti Demam Berdarah, Malaria, Kaki Gajah, (mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan perairan); mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan); serta mengurangi banjir, longsor dan kekeringan.
3 WADAH KOORDINASI
3.1 Dewan Sumber Daya Air Nasional
Untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan, di tingkat nasional telah dibentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional yang mempunyai tugas sebagai berikut: a. menyusun dan merumuskan kebijakan nasional serta strategi pengelolaan sumber daya air; b. memberikan pertimbangan untuk penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah; c. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tindak lanjut penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah, serta pengusulan perubahan penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah; dan d. menyusun dan merumuskan kebijakan pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi pada tingkat nasional. Dewan SDA Nasional yang ditetapkan dengan KepPres No. 6 Tahun 2009, tidak secara koordinasi ini menangani berbagai issue dalam scope nasional dengan keanggotaan dari unsure pemerintah diwakili oleh kementerian dan tidak ada representasi dari institusi yang langsung menangani Citarum seperti BBWS atau BPDAS. Dewan SDA Nasional, diketuai
34
oleh Menko Bidang Perekonomian, beranggotakan 16 kementerian/badan, 6 (enam) gubernur sebagai perwakilan pemerintah daerah wilayah Barat, Tengah dan Timur, dan 22 organisasi non pemerintah. Menteri Pekerjaan Umum menjabat sebagai Ketua Harian.
3.2
PTPA Provinsi Jawa Barat adalah forum musyawarah untuk mengkoordinasikan tata pengaturan air di wilayah Jawa Barat yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 18 Tahun 1994. PTPA mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengumpulkan dan mengolah data dari institusi pengelola wilayah sungai dan instansi terkait untuk menetapkan kebijakan pengkoordinasian tata pengaturan air provinsi. Data yang dikumpulkan meliputi: kuantitas dan kualitas air permukaan maupun air tanah, kebutuhan dan pemanfaatan, serta data konservasi b. Menyusun konsep pengalokasian air untuk berbagai sektor, penanganan limbah, pengaturan air saat banjir, pengaturan penambangan galian C di sumber-sumber air secara terkoordinasi c. Melakukan pengawasan terhadap instansi terkait atas pelaksanaan pengelolaan yang telah disepakati. Anggaran untuk kegiatan PTPA berasal dari Pemerintah Pusat, dana dari penerimaan retribusi atau iuran penggunaan air atau sumber air.
2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
Sekarang tidak ada Sekarang tidak ada Sekarang tidak ada Sekarang BPN Provinsi Sekarang Dinas Permukiman dan Perumahan
35
No. 13 14 15 16
Institusi Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (Anggota) Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (Anggota) Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Jawa Barat (Anggota) Kepala Biro Bina Lingkungan Hidup, Setwilda Provinsi Jawa Barat (Anggota) Kepala PLN Jawa Barat Ketua HKTI Provinsi Jawa Barat Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat Direktur Utama Perum Otorita Jatiluhur (POJ) Kepala Direktorat Bimbingan Masyarakat, Kepolisian Daerah Jawa Barat Pembantu Gubernur Wilayah I s/d IV (Bogor, Purwakarta, Cirebon, Garut) Perguruan Tinggi (UNPAD, ITB, IPB) Para pakar dengan disiplin ilmu terkait
Keterangan
17 18 19 20 21 22
Sekarang PJT II
23 24
36
3.3
Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat merupakan wadah koordinasi dalam pengelolaan SDA di Jawa Barat yang ditetapkan pada tanggal 18 Maret 2010 berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 616/Kep.488-Dis.PSDA/2010. Ketua dijabat oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat; sedangkan Kepala Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat menjabat sebagai Ketua Harian. Dewan SDA Provinsi Jabar mempunyai 32 anggota, terdiri dari unsure pemerintah provinsi dan non pemerintah secara berimbang.
Pemerintah 1. Bappeda 2. BPLHD 3. BMKG 4. Dinas ESDM 5. Dinas Kehutanan 6. Dinas Perikanan & Kelautan 7. Dinas Pertanian Tanaman Pangan 8. Dinas Perkebunan 9. Dinas Perindustrian & Perdagangan 10. Dinas Pendidikan 11. Dinas Perhubungan 12. Dinas Kesehatan 13. Dinas Permukiman & Perumahan 14. Biro Administrasi Perekonomian, Sekda Provinsi 15. Biro Administrasi Pembangunan, Sekda Provinsi 16. Biro Bina Pembangunan, Sekda Provinsi
Non Pemerintah 17. PJT II 18. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 19. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) 20. GP3A Mitra Tani 21. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) 22. Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) 23. Koperasi Produsen Tahu Indonesia (KoPTI) 24. Perhimpunan Pembudidaya Tambak Pantai Utara Jawa Barat (PPTP-Jabar) 25. Dewan Pemerhati Kehutanan & Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) 26. Yayasan Peduli Citarum 27. Yayasan Perhimpunan Kelompok Pelestari Hutan (POKLAN) 28. Asosiasi Hidro Bandung (AHB) 29. Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJIJabar) 30. Asosiasi Perusahaan Pengeboran Air Tanah Indonesia (APPATINDO) 31. Yayasan Lentera 32. Ikatan Ahli Teknik Penyehatan & Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) Jabar.
Proses perekrutan anggota Dewan SDA Provinsi Jawa Barat dilakukan oleh Tim Penyelenggara Pemilihan yang bertugas berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 616.05/Kep.525-PSDA/2008 tanggal 15 September 2008. Proses pemilihan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
37
PELAKSANAAN PEMILIHAN
1
Penjaringan unsur-unsur ORNOP
Hari 0
3
Hari 30
4
Pengelompokan ORNOP menurut unsur
Daftar ORNOP
9
Proses pemilihan calon anggota dari tiap Unsur
Hari 70
Hari 55
Hari 50
Hari 45
10
Hari 80
Wawasan ttg Kondisi SDA Konsepsi PSDA Pentingnya Koordinasi PSDA Pengaturan Jatah Kursi
11
Hari 90
media
12
Hari 100
13
Ketetapan Gubernur
Pengumuman di media massa tanggal 23 Juli 2009 tidak banyak direspon oleh masyarakat, sehingga dimuat kembali pada tanggal 9 September 2009. Sebagian besar informasi tentang organisasi dari unsure non pemerintah pada akhirnya didapat dari instansi pemerintah terkait. Dinas Perikanan, misalnya, mengusulkan 16 nama organisasi non pemerintah (ornop), Dinas PSDA 13 P3A/GP3A, dan BPLHD 4 LSM. Pada bulan Desember 2009, Tim Pemilihan telah berhasil menetapkan 16 calon anggota Dewan SDA. Perlu waktu hanya tiga bulan, hingga ditetapkan dengan SK Gubernur pada bulan Maret 2010. Anggaran untuk wadah koordinasi ini adalah APBD Provinsi yang dikelola oleh Dinas PSDA Provinsi. Adapun tugas dari Dewan SDA Provinsi Jawa Barat adalah menyusun dan merumuskan: Kebijakan pengelolaan SDA Program SDA System informasi SDA Konsultasi dan integrasi kepentingan multi pihak Monitoring & Evaluasi penetapan cekungan air tanah (CAT), pelaksanaan kebijakan pengelolaan SDA Sampai dengan akhir Juli 2010, Dewan SDA Jabar telah melakukan pertemuan sebanyak 7 (tujuh) kali. Selain anggota Dewan SDA, dalam beberapa kali rapat juga mengundang institusi lain sebagai nara sumber, baik instansi pemerintah maupun non pemerintah sebagai bahan masukan untuk mengkaji program yang telah dan akan dilaksanakan oleh
38
masing-masing institusi. Pimpinan sidang dalam tiap pertemuan selalu berbeda, bias dari kalangan pemerintah, BUMN, maupun LSM. Hal ini merupakan langkah untuk menciptakan pentingnya peran masing-masing anggota. Saat ini Dewan SDA Provinsi Jabar telah berhasil menyusun peraturan: a) Tata Kerja, Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Pengambilan Keputusan, b) Visi dan Misi, dan c) Rencana Kerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2015.
No. 1
2 3 4 5
6 7
Agenda Pembahasan: Draft tata kerja, tata tertib persidangan dan tata cara pengambilan keputusan Draft visi dan misi Rancangan Peraturan Presiden tentang Kebijakan Nasional Sumber Daya Air Draft Rencana kerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 2015. Lanjutan pembahasan Draft tata kerja, tata tertib persidangan dan tata cara pengambilan keputusan Pembahasan Visi & Misi Dewan SDA Pembahasan Visi & Misi Dewan SDA Paparan program kerja dari instansi terkait pengelolaan SDA di Jawa Barat Paparan rancangan Logo Dewan SDA Paparan program kerja Kelompok Masyarakat Rencana penyusunan daftar program Dewan SDA Pembahasan program kerja
3.4
PPTPA WS Citarum dibentuk pada tahun 1997 dan ditetapkan dengan SK Gubernur Jawa Barat No. 614.05/SK.834-Huk/97. PPTPA merupakan wadah koordinasi multi stakeholders dalam upaya menertibkan pengaturan air bagi berbagai kepentingan secara adil dan merata. Tugas dari PPTPA WS Citarum adalah: mengkoordinasikan pengumpulan dan pengolahan data SDA di WS Citarum mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan air memberikan rekomendasi pengembangan pengelolaan SDA meningkatkan partisipasi masyarakat pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tata pengaturan air PPTPA Citarum diketuai oleh Pembantu Gubernur (sekarang Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan) Wilayah IV Purwakarta, dibantu oleh Wakil Ketua yang dijabat oleh Direktur Utama PJT II, Sekretaris I (Direktur Pengelolaan PJT II), dan Sekretaris II (Kepala BPSDA WS Citarum). Bakor PP Purwakarta adalah salah satu Badan di Propinsi Jawa Barat yang membawahi Wilayah Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Subang yang
39
mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis kordinasi di bidang pemerintahan, perekonomian, dan kesejahteraan. Keanggotaan PPTPA Citarum sangat banyak, terdiri dari: Walikota & Bupati dari semua Kota & Kabupaten yang tercakup dalam WS Citarum (Kota: Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi; Kabupaten: Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, , Kab. Bogor, , Kab. Bekasi, Cianjur, Purwakarta, Subang, Indramayu, Sumedang) Kepala Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perindustrian, Dinas Perikanan, Dinas PU Pengairan, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Pertambangan, Dinas Lingkungan Hidup (13 kabupaten/kota) Kepala Dinas ESDM PJT II (4 kepala divisi) Ketua Gabungan P3A (13 kabupaten/kota) Ketua HKTI (13 kabupaten/kota) Kepala Kepolisian (13 kabupaten/kota) Direktur PDAM (13 kabupaten/kota) PT Indonesia Power - UBP Saguling PT. Pembangkitan Jawa Bali - UB Cirata Kepala PLN Jumlah Total (+ Ketua + Wakil Ketua + Sekretaris I + Sekretaris II) 13 orang
117 orang
1 orang 5 orang 13 orang 13 orang 13 orang 13 orang 1 orang 1 orang 3 orang 193 orang 197 orang
Jumlah anggota yang banyak merupakan keuntungan, karena hampir semua pemangku kepentingan dari unsur pemerintah terwakili. Pengelola tiga waduk juga terwakili di PPTPA. Akan tetapi keterwakilan dari organisasi kemasyarakatan sangat kecil karena hanya diwakili oleh HKTI. Di sisi lain, banyaknya anggota membuat pertemuan/rapat PPTPA yang dilaksanakan satu tahun 2 kali, dengan durasi setengah sampai satu hari, terasa kurang efektif karena tidak semua pihak dapat menyampaikan keluhan dan aspirasinya. Rapat PPTPA juga belum membahas aspek pengelolaan irigasi secara menyeluruh karena hanya menjadi media penyampaian informasi dari tingkat pusat atau provinsi kepada kabupaten/kota, terutama informasi dari BMKG mengenai prakiraan iklim dan cuaca menjelang musim hujan atau musim kemarau. Keanggotaan HKTI dan GP3A menyiratkan bahwa pertemuan PPTPA lebih ditujukan untuk persiapan musim tanam yang akan dating. Pembiayaan kegiatan PPTPA Citarum dibebankan pada dana APBN dan APBD Provinsi.
3.5
TKPSDA adalah wadah koordinasi multi-pihak di wilayah sungai. Tim Pemilihan yang berasal dari wilayah Citarum menurut KepMen PU No. 544/KPTS/M/2009 (dengan nomenklatur yang telah disesuaikan), terdiri dari : 1) Kepala Balai PSDA Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat, 2) Kepala Bidang Fisik, Bappeda Provinsi Jabar, 3) Kepala Bidang
40
Sumberdaya, Dinas Pertanian Provinsi Jabar, 4) Bidang Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan Provinsi Jabar, 5) dan Kabid Operasi dan Pemeliharaan, BBWS Citarum. Tim Pemilihan bersama konsultan melakukan pertemuan sekaligus workshop sosialisasi pembentukan TKPSDA 6 Ci. Dalam proses identifikasi calon anggota TKPSDA 6-Ci yang berasal dari wilayah Citarum (Jawa Barat), ditetapkan sejumlah 19 perwakilan unsur Pemerintah, terdiri dari 7 unsur pemerintah provinsi, 1 pusat, dan 11 pemerintah kabupaten/kota. Dalam proses berikutnya dua dari unsure pemerintah provinsi, yaitu Dinas ESDM dan Perikanan tidak jadi dimasukkan karena berdasarkan peraturan yang ada, perwakilan dari pemerintah provinsi dibatasi hanya 5 (lima lembaga) Sehingga calon anggota TKPSDA 6 Ci WS Citarum yang berasal dari unsure pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Kepala dari Dinas/Badan sebagai berikut: 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) 2. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) 3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Diperta) 4. Dinas Kehutanan (DisHut) 5. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung 7. Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kab. Bandung 8. Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan & Energi Kab. Bandung 9. Bappeda Kab. Bandung Barat 10. Dinas Bina Marga & Pengairan Kab. Bandung Barat 11. Bappeda Kota Cimahi 12. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air & Pertambangan Kab. Cianjur 13. Bappeda Kab. Subang 14. Bappeda Kab. Purwakarta 15. Bappeda Kab. Karawang 16. Bappeda Kab. Indramayu 17. Bappeda Kab. Bekasi Proses perekrutan calon anggota TKPSDA dari unsur non pemerintah memakan waktu yang cukup lama. Pengumuman melalui media massa Media Indonesia yang dimuat pada bulan Juli 2010 tidak memperoleh respons sama sekali. Upaya untuk memuat kembali pengumuman tersebut di media local Jawa Barat, seperti Pikiran Rakyat dan Tribun Jabar tidak dapat dilaksanakan karena anggaran yang berkaitan dengan TKPSDA di BBWS Citarum belum turun. Identifikasi perwakilan dari organisasi non pemerintah akhirnya diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: Review wadah koordinasi yang sudah ada Hasil mapping Bappenas dan LP3ES Diskusi/Informasi dari key persons (BBWS, Dinas PSDA, Balai PSDA, CSO, PJT II) Data Organisasi Masyarakat dan LSM, terbitan Badan Kesbangpol-Linmas, Provinsi Jawa Barat Workshop CSO Citarum Tidak banyak organisasi non pemerintah yang bersedia menjadi anggota TKPSDA. Hal ini tampak dari rendahnya respon organisasi yang diundang, baik melalui surat, telepon, fax,
41
email, maupun ditemui langsung. Setelah melalui proses seleksi oleh Tim Pemilihan, maka dari 48 calon anggota TKPSDA 6 Ci WS Citarum. dari unsure non pemerintah yang diundang, hanya 23 yang mengembalikan formulir pendaftaran beserta kelengkapan dokumen lainnya. Hasil seleksi Tim Pemilihan, unsure non pemerintah yang dianggap memenuhi syarat dan penting untuk menjadi anggota TKPSDA berjumlah 21 terdiri dari: 5 perusahaan swasta, 14 LSM, dan dua perguruan tinggi. Table Calon Anggota TKPSDA 6 Ci dari Unsur Non Pemerintah di WS Citarum
No. 1 2 3 4 Name of Organization PT. Indonesia Power - Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Badan Pengelola Waduk Cirata PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) PT Jababeka Infrastruktur Organization Core Hydropower Hydropower Dringking Water Water Treatment Plant Kab/Kota Cimahi Kab. Bandung Barat Jakarta Pusat Cikarang Bekasi
5 6 7 8 9 10 11 12 13
Warga Peduli Lingkungan PDAM Tirtawening Kota Bandung Lembaga Pengembangan Sumber Daya Lokal (LPSL) Komunitas Anak Peduli Alam Semesta (KAPAS) Masyarakat Peduli Sumber Air (MPSA) Eco Pontren Nurul Bahri Al Mashoolih Elemen Lingkungan (Elingan) Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A) Himpunan Pembudidaya Ikan (HIPNI) Keramba Jaring Apung (KJA) Jatiluhur Asosiasi Hidro Bandung (AHB) Wanadri GP3A Tirtajaya DI Wangisagara, Ciwalengke Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) JaBar Yayasan Peduli Citarum Gerakan Masyarakat Solokanjeruk (GEMAS)
14 15 16 17 18 19
Microhydro Sport & Adventure; Flood Control Agriculture Agriculture Conservation, Water Resource Damaged Control Conservation
Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Kota Bandung .KabBandung Kab. Bandung
42
No. 20 21
Tugas dari TKPSDA WS 6Ci adalah membantu Menteri dalam koordinasi pengelolaan sumber daya air dengan melaksanakan pembahasan: a. rancangan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air b. rancangan program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air c. usulan rencana alokasi air dari setiap sumber air pada WS 6 Ci d. rencana pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi secara terpadu e. rancangan pendayagunaan sumber-sumber daya (manusia, keuangan, peralatan dan kelembagaan) Saat laporan ini ditulis, TKPSDA 6 Ci sedang dalam proses pengesahan olek Menteri PU. Secara keseluruhan jumlah anggota TKPSDA dari unsure pemerintah dan non pemerintah adalah 96. Rencananya pada tahun pertama, Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta akan menjabat sebagai Ketua TKPSDA 6 Ci ; sedangkan Ketua Harian akan dijabat oleh Kepala Dinas PU Provinsi DKI Jakarta. Untuk membantu tugas TKPSDA WS 6 C, maka akan dibentuk Sekretariat Utama TKPSDA yang berkedudukan di BBWS Ciliwung-Cisadane, dibantu oleh Sekretariat Pembantu di BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian dan di BBWS Citarum. Kepala Sekretariat dipilih oleh Ketua Harian TKPSDA WS 6 Ci. Selama ini BBWS Citarum telah menjalankan fungsi sebagai Sekretariat Pembantu TKPSDA 6 Ci dalam hal: a. mendukung proses pembentukan TKPSDA WS 6 Ci; b. memfasilitasi penyediaan tenaga ahli/pakar/narasumber yang diperlukan oleh TKPSDA WS 6 Ci; c. menyelenggarakan administrasi kesekretariatan; d. menyelenggarakan administrasi keuangan; dan e. memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan anggota TKPSDA WS 6 Ci dari unsur nonpemerintah.
3.6
Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air (SPKTPA) WS Citarum adalah wadah koordinasi untuk pola pengoperasian tiga waduk (Saguling, Cirata, dan Jatiluhur) di WS Citarum. SPKTPA dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 10/KPTS/A/1988. Pada tahun 1997, Dirjen Pengairan mengeluarkan SK tentang Pengaturan Kembali Susunan Organisasi SPKTPA.
43
Pada tahun 2009, pengaturan SPKTPA menjadi kewenangan PJT II, Hal ini tampak dari dikeluarkannya SK Direksi PJT II No. 1/592/KPTS/2009 tentang Perpanjangan Masa Tugas Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air Citarum. Dengan dikeluarkannya peraturan direksi ini, maka pendanaan untuk SPKTPA dibebankan pada anggaran PJT II. Tugas dari SPKTPA Citarum adalah: 1. Membuat Pola Operasi Waduk Seri Citarum 2. Melaksanakan analisis tentang kondisi air Citarum dan pengaruhnya terhadap pola operasi/rencana pengusahaan waduk seri Citarum 3. Melaksanakan rapat koordinasi minimal satu kali dalam sebulan, serta melaporkan hasil rapat dan atau analisis kepada Direksi PerumJasa Tirta II. Susunan keanggotaan SPKTPA terdiri dari Koordinator, Wakil Koordinator, Sekretaris, 4 Narasumber, dan anggota, semuanya berjumlah 21 orang, sebagai berikut: 1) Kepala Biro Bina Operasi dan Konservasi, PJT II (Koordinator/Anggota) 2) Manager UBOS UBS P3B PT.PLN Perserio (Wakil Koordinator/Anggota) 3) Kepala Bagian Operasi, Biro Bina Operasi dan Konservasi, PJT II (Sekretaris/Anggota) 4) Kepala Balai Hidrologi, Puslitbang Sumber Daya Air (Narasumber/anggota) 5) Kepala Stasiun Klimatologi II, BMKG Bogor (Narasumber/anggota) 6) Kasubdit Operasi & Pemeliharaan Sungai, Danau dan Waduk, Direktorat Sundawa, Dirjen SDA, Kementerian PU (Narasumber/Anggota) 7) Kepala UPT Hujan Buatan, BPPT (Narasumber/Anggota) 8) Kepala Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat (Anggota) 9) Kepala BPSDA WS Citarum (Anggota) 10) Kepala BBWS Citarum (Anggota) 11) Deputi Manager Operasi Sistem PT. PLN Persero Region Jawa Barat, (Anggota) 12) Manager Senior Pengusahaan Hidro & Geothermal, PT Indonesia Power (Anggota) 13) General Manager UBP Saguling, PT Indonesia Power (Anggota) 14) Supervisor Senior Monitoring UBP Saguling, PT Indonesia Power (Anggota) 15) Supervisor Senior Pengendalian UBP Saguling, PT Indonesia Power (Anggota) 16) Manager UP Cirata, PT Pembangkitan Jawa Bali (Anggota) 17) Kepala Unit Pemeliharaan Cirata, PT Pembangkitan Jawa Bali (Anggota) 18) Kepala Badan Pengelola Waduk Cirata, PT Pembangkitan Jawa Bali (Anggota) 19) Kepala Divisi IV Perum Jasa Tirta II, PJT II (Anggota) 20) Kepala Divisi PLTA, PJT II (Anggota) 21) Kasubag Operasi SDA, Bagian Operasi, Biro Bina Operasi & Konservasi, PJT II (Anggota) Dalam peraturan yang lama, Kasubdit Infrastruktur Wilayah, Bappeda Provinsi Jawa Barat menjadi anggota SPKTPA. Tapi dalam peraturan yang baru tidak ada anggota dari unsur Bappeda Jabar. Hal ini dituangkan dalam SK Direksi PJT II No. 1/318/KPTS/2009 tentang Perubahan Anggota Tim Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan air Citarum. Kejadian banjir di Karawang dan Bekasi pada bulan Maret 2010 memberikan pemahaman bahwa pola pengoperasian SPKTPA ini ternyata mempunyai kelemahan karena, antara lain,
44
hanya berlaku untuk kondisi-kondisi pengoperasian normal dan secara periodik harus selalu disesuaikan dengan perkembangan musim dan kondisi pengoperasian.3 Untuk memperbaiki pola pengoperasian tersebut, Menteri Pekerjaan Umum telah mengeluarkan SK No. 344/KPTS/M/2010 tentang Pembentukan Tim Penyusun Konsep SOP Terpadu Kaskade 3 Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang bertugas mengkaji kembali SOP yang ada, serta menyusun dan menyiapkan upaya perbaikan dalam bentuk konsepsi SOP yang terpadu dan aplikatif. Secara rinci tugas dari Tim ini adalah: 1. Menginventarisasi dan mengevaluasi penyebab banjir di Karawang dan Bekasi 2. Mengkaji ulang SOP yang ada 3. Menyusun usulan konsep SOP tiga waduk kaskade dalam kondisi darurat untuk mengamankan ketiga waduk tersebut dan meminimalkan kejadian banjir di hilir 4. Menyusun prioritas pengoperasian, dengan urutan keselamatan masyarakat, keamanan bendungan, dan pengaturan produksi listrik
Aprizal, dkk., 2003. Optimasi Waduk Menggunakan Program Dinamik Stokastik (Kasus Waduk Saguling Jawa Barat)
45
46
Tabel Keterlibatan Stakeholders dalam Wadah Koordinasi Jumlah Personil dalam Organisasi No. Nama Institusi PTPA Dewan SDA Prov 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 PPTPA TKPSDA Citarum SPKTPA Citarum
A 1
B 1 2 3 4 5 6 C 1 2 3 5 7 8 9 10 12 13 17 D 1
2 3 E 1
Sekretariat Daerah Asisten Perekonomian dan Pembangunan - Biro Administrasi Perekonomian - Biro Bina Produksi - Biro Administrasi Pembangunan BADAN Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah I (Bogor) Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah II (Purwakarta) Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah III (Cirebon) Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah I1 (Garut) DINAS PROVINSI Dinas Kesehatan Dinas Permukiman dan Perumahan Dinas Pendidikan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Kehutanan Dinas Perkebunan Dinas Perhubungan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air - Balai PSDA Citarum Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Perindustrian dan Perdagangan PUSAT Kementerian PU - Direktorat Sundawa, Dirjen SDA - Puslitbang Air - BBWS Citarum UPT Hujan Buatan, BPPT BMKG Wilayah II (Bogor) WALIKOTA/BUPATI Walikota (Bandung, Cimahi, Bekasi, Bogor
1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1 4
1 1 1 1 1
47
Jumlah Personil dalam Organisasi No. Nama Institusi PTPA Dewan SDA Prov PPTPA TKPSDA Citarum SPKTPA Citarum
F 1 2 3 4 5 6 7 8 9 G 1 2 3 4 5 6 7 H 1 2 3 I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bupati (Bandung, Bandung Barat,Bogor, Bekasi, Cianjur, Purwakarta, Karawang, Subang, Indramayu, Purwakarta) KABUPATEN/KOTA (3 Kota, 10 Kabupaten)* Bappeda Dinas PU Pengairan Dinas Kehutanan Dinas Pertanian Dinas Perikanan Dinas Perindustrian Dinas PU Cipta Karya Dinas Pertambangan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah SWASTA/BUMN/BUMD PJT II PT. PLN PT. Indonesia Power, UBP Saguling PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) - UB Cirata PDAM (Kota/Kabupaten) PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) PT Jababeka Infrastruktur PERGURUAN TINGGI ITB UNPAD IPB CSO Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) - Jabar GP3A Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) Koperasi Produsen Tahu Indonesia (KoPTI) Perhimpunan Pembudidaya Tambak Pantai Utara Jawa Barat (PPTP-Jabar) Dewan Pemerhati Kehutanan & Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Yayasan Peduli Citarum 1 1 1
13 13 13 13 13 13 13 13 13 7 3 1 1 13
9 3
1 1 1 1 1 1 1 1
5 2 4 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 13
48
Jumlah Personil dalam Organisasi No. Nama Institusi PTPA Dewan SDA Prov 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 JUMLAH 20 34 13 197 39 21 1 PPTPA TKPSDA Citarum SPKTPA Citarum
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 J
Yayasan Perhimpunan Kelompok Pelestari Hutan (POKLAN) Asosiasi Hidro Bandung (AHB) Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI-Jabar) Asosiasi Perusahaan Pengeboran Air Tanah Indonesia (APPATINDO) Yayasan Lentera Ikatan Ahli Teknik Penyehatan & Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) Jabar. Lembaga Pengembangan Sumber Daya Lokal (LPSL) Komunitas Anak Peduli Alam Semesta (KAPAS) Gerakan Masyarakat Solokanjeruk (GEMAS) Masyarakat Peduli Sumber Air (MPSA) Eco Pontren Nurul Bahri Al Mashoolih Elemen Lingkungan (Elingan) Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A) Warga Peduli Lingkungan (WPL) Himpunan Pembudidaya Ikan (HIPNI) Keramba Jaring Apung (KJA) Jatiluhur Wanadri KEPOLISIAN
49
Bryson, John .M., 2003. What to Do When Stakeholders Matters: A Guide to Stakeholders Identification and Techniques. A paper presented at the National Public Management Research Conference. Goergetown University Public Policy Institute, Washington, D.C.
50
High
1 Subjects Dewan SDA Jabar PPTPA Citarum SPKTPA Dinas Perikanan Dinas Perindustrian & Perdagangan Badan Penanggulangan Daerah GP3A LSM Akademisi/Perguruan Tinggi
2 Players BBWS Citarum Dinas PSDA BPDAS Citarum Dinas Kehutanan Dinas Pertanian Dinas ESDM Dinas LH BMKG Perhutani PJT II PT Indonesia Power PT PJB
I N T E R E S T
4 Crowd - Masyarakat pengguna SDA yang tidak peduli terhadap pengelolaan SDA, - perambah hutan, - petani yang tidak mengikuti kaidah konservasi - penambang pasir di sepanjang sungai
3 Context Setters Bappenas Bappeda Kementerian Dalam Negeri Kementerian PU Kementerian Kehutanan Kementerian Pertanian Kementerian ESDM Kementerian LH Kementerian Perikanan Kementerian Industri & Perdagangan High POWER
Low
5.1
Subjects
Di dalam matriks Interest dan Power, wadah-wadah koordinasi pengelolaan SDA di Jawa Barat dikelompokan ke dalam High Interest Low Power karena walaupun mempunyai tugas dan fungsi dalam merumuskan kebijakan dan program pengelolaan SDA serta menyusun konsep pengalokasian air untuk berbagai kepentingan, namun tidak mempunyai power untuk mengeksekusi. Wadah koordinasi mempunyai fungsi pengawasan dan evaluasi sebagaimana tertuang dalam tupoksi masing-masing, namun wadah koordinasi tidak mempunyai mekanisme internal untuk menerapkan sanksi bagi anggota yang kinerjanya tidak sesuai rencana yang telah disepakati. Beberapa dinas, seperti Dinas Perikanan dan Kelautan serta Dinas Perindustrian dan perdagangan juga digolongkan sebagai Subject yaitu stakeholder yang mempunyai kepentingan tinggi tetapi tidak mempunyai kewenangan yang cukup. Hal ini tampak dari minimnya keterlibatan dinas-dinas ini dalam mengatasi masalah pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan produktif di masing-masing sector. Pengguna air, khususnya untuk kegiatan pertanian, adalah kelompok masyarakat yang sangat berkepentingan atas ketersediaan air yang memadai baik dari segi kuantitas, kualitas
51
dan waktu. Hingga saat ini posisi mereka masih lemah ketika harus berhadapan dengan pemanfaatan air untuk kepentingan non pertanian, padahal di lain pihak mereka dituntut untuk menyediakan pangan secara berkelanjutan. LSM dan akademisi/perguruan tinggi, secara langsung maupun tidak langsung, telah banyak berkontribusi dalam perbaikan pengelolaan SDA, antara lain melalui kegiatan penelitian, advokasi, dan implementasi di lapangan. Keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran menyebabkan kegiatan yang dilakukan juga masih terbatas, bersifat local dan cenderung sektoral.
5.2
Players
Stakeholders yang mempunyai interest tinggi sekaligus mempunyai kewenangan dan sumber daya dalam pengelolaan SDA, antara lain, adalah : a. BBWS Citarum dan Dinas PSDA yang dalam kewenangannya meliputi semua aspek pengelolaan SDA, yaitu konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, system informasi dan pengembangan kelembagaan SDA. Namun anggaran yang sangat besar, khususnya di BBWS, belum mampu menghasilkan perbaikan kondisi Citarum sesuai harapan masyarakat. b. Dinas Kehutanan dan BPDAS Citarum-Ciliwung, mempunyai tupoksi dan alokasi anggaran yang sangat jelas untuk pelaksanaan konservasi. Berbagai program telah dilaksanakan di hulu Sungai Citarum. Walaupun demikian tingginya laju pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi serta lemahnya pengawasan serta penegakan hukum menyebabkan program konservasi tidak berjalan dengan lancar. c. Perhutani sebagai pengelola dan pemanfaat hasil hutan mempunyai tanggung jawab besar terhadap kelestarian Citarum karena letak sumber air utama untuk Sungai Citarum berada di areal milik Perhutani. d. Dinas Pertanian Jawa Barat mempunyai kepentingan yang tinggi untuk dapat menjamin alokasi air yang memadai terutama untuk mengairi areal sawah beririgasi karena Jawa Barat merupakan salah satu daerah andalan untuk ketersediaan pangan nasional. Untuk itu, sejak beberapa tahun yang lalu telah dibentuk Seksi Pengelolaan Lahan dan Air, di bawah Bidang Sumber Daya, sebagai salah satu unsure dalam struktur organisasi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Anggaran juga dialokasikan untuk program budidaya yang sesuai dengan kaidah konservasi di wilayah Citarum Hulu serta pengembangan usahatani padi dengan system SRI. e. BPLHD Provinsi Jawa Barat dan kabupaten kota mempunyai tugas yang sangat berat berkaitan dengan tingginya tingkat pencemaran di Citarum akibat limbah industry, domestic, dan kegiatan keramba jarring apung. Bidang-bidang dalam struktur organisasi BPLHD Jawa Barat berkaitan langsung dengan penanganan pencemaran tersebut, yaitu: 1) Bidang Tata Kelola yang menangani kajian AMDAL, 2) Bidang Pengendalian menangani pemantauan pencemaran, 3) Bidang Konservasi menangani masalah konservasi dan mitigasi bencana, dan 4) Bidang Penataan Hukum. f. Perusahaan swasta dan BUMN seperti PJT II, Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali membutuhkan air dari Citarum untuk kelangsungan usaha pembangkit listrik, air minum dan pertanian. Selain untuk biaya operasi, perusahaan-
52
perusahaan tersebut juga mengalokasikan anggaran untuk kegiatan konservasi baik secara langsung maupun melalui kegiatan CSR.
5.3
Context Setters
Termasuk dalam context setters adalah stakeholders yang mempunyai peran besar dalam menentukan arah dan kebijakan pengelolaan SDA. Namun pengelolaan SDA, khususnya di wilayah Citarum, bukanlah satu-satunya bidang yang ditangani oleh atau menjadi perhatian dari institusi yang bersangkutan. Institusi-institusi tersebut adalah Bappenas, Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota, kementerian-kementerian terkait.
5.4
Crowds
Cukup banyak kelompok yang tingkat kepeduliannya terhadap kondisi Citarum masih sangat rendah, diantaranya adalah masyarakat yang tinggal di bantaran atau sepanjang sungai dan membuang sampah langsung ke sungai, penambang pasir sungai, masyarakat perambah hutan, dan petani yang melakukan budidaya tanpa mengikuti kaidah konservasi. Ketidakpedulian mereka dapat diakibatkan oleh rendahnya kesadaran, ketidakmampuan untuk mencari mata pencaharian dan tempat tinggal yang lain.
53