Professional Documents
Culture Documents
Dr. ADLIN ADNAN, SpTHT STAF NEURO-OTOLOGI BAGIAN THT KL FK USU MEDAN 2004
dan sekitarnya.
SOUND LEVEL METER ( SLM ) Alat utk mengukur intensitas suara ruangan
SUARA SAMPAI KETELINGA DENGAN CARA : 1.Melalui hantaran tulang 2.Langsung ke gendang telinga 3.Melalui tulang tengkorak ke telinga sebelah nya
GANGGUAN PENDENGARAN : 1. Conductive Hearing Loss : Conductive deafness gangguan pada - Hantaran udara - Pekak konduktif 2. Sensory Neural Hearing Loss : Nerve Deafness gangguan pada - Hantaran tulang - Pekak Persepsi 3. Mixed Hearing Loss : Mixed Deafness - Pekak campuran
I.CONDUCTIVE HEARING LOSS Definisi : Segala gangguan hantaran suara yg tdpt pada telinga luar dan tengah dgn telinga dalam yg normal ( gangguan konduksi suara dari foramen ovale ke arah luar ) Gangguan konduksi ( hantara suara) contoh : 1. Cerumen diliang telinga luar 2. Atresia liang telinga 3. Mikroti 4. Otitis media 5. Baro Trauma 6. Tuba Catarhalis
DEFINISI : Segala gangguan atau penyakit yang terdapat pada : 1. Telinga dalam 2. Nervus VIII ( N.Cochlearis ) 3. Sentral Pendengaran ( Cortex Cerebri ) dengan telinga tengah dan luar yang normal.
ETIOLOGI
1.KELAINAN KONGENITAL Oleh karena kerusakan embrio intra uterin , misalnya peda waktu menderita Rubella
hamil ibu
2.ACQUISITA : - Infeksi Mis : Parotitis,Labirintitis - Intoksikasi obat-obatan Mis : Kinin,Streptimisin,Kanamisin - Trauma Mis : Trauma akustik - Tumor Mis Neuroma akustic - Meniers disease
DEFINISI : Hantaran suara pada telinga luar dan tengah terganggu serta telinga dalam rusak / tidak berfungsi Misalnya : 1. OTOSCLEROSIS tidak hanya stapes tapi juga telinga bagian dalam. 2. PRESBIACUSIS pada permulaan terjadi SNHL dan akhirnya terjadi Mixed Hearing Loss
UJI PENDENGARAN
Ada beberapa cara pemeriksaan : I. Test berbisik II.Pemeriksaan garpu penala : 1. Garpu penala biasa 2. Rinne test 3. Weber test 4. Schwabach test
AUDIOMETRI
SUATU PEMERIKSAAN PENDENGARAN DENGAN MEMAKAI ALAT AUDIOMETER.
AUDIOMETER Suatu alat elektro kaustik yang mampu menghasilkan suara yang memenuhi syarat sebagai bahan pemeriksaan yaitu ; Frekwensi ( 125 8000 Hz ) Intensitas suara yang dapat diukur ( - 10 s/d 110 dB )
PEMBAGIAN AUDIOMETRI
1.Audiometri nada murni ( Pure Tone Audiometri ) 2.Audiometri bicara /tutur ( Speech Audiometri ) 3. Audiometri nada diatas batas minimum pendengaran ( Supra Threshold Audiometri )
PADA AUDIOGRAM BATAS MINIMUM HANTARAN TULANG SELAMANYA SAMA ATAU LEBIH BAIK DARI PADA HANTARAN UDARA . BILA DIDAPATI HANTARAN TULANG LEBIH BURUK DARI HANTARAN UDARA MAKA HARUS DIPERHATIKAN : 1.Audiometer ( baik /rusak} 2.Ruang pemeriksaan ( Sunyi /ribut) 3.Prosedur pemeriksaan ( ada kesalahan / tidak ) 4 Penempatan oscilator 5.Hasil pengukuran batas minimum hantaran tulang 6.Pemeriksa sendiri ( menguasai cara pemeriksaan / tidak )
Keadaan patologis lain (hantaran tulang lebih buruk dari hantaran 1. Anomali tulang tengkorak 2. Bornero Phenomenon
udara ) :
CROSS HEARING = bila suatu bunyi disajikan pada telinga yang sedang diperiksa, kadang-kadang dapat pula didengar oleh telinga disebelahnya MASKING = pemberian bunyi melalui hantaran udara pada telinga yang tidak diperiksa, supaya tidak ikut mendengar bunyi yang diberikan
MANFAAT AUDIOMETRI NADA MURNI , dapat mengetahui: 1. Fungsi pendengaran masing-masing telinga secara kualitatif 2. Derajat gangguan pendengaran (kuantitatif) Kelemahan Audiometri Nada Murni : 1. Penderita yang sama , dibuat Audiogram oleh 2 orang berbeda hasil berbeda, mungkin karena : - faktor teknis - faktor psikis 2. Tidak dapat menentukan dengan tepat validitas sosial penderita
ad.2. AUDIOMETRI TUTUR (SPEECH AUDIOMETRY) Dapat diperoleh informasi : 1. Jenis ketulian dan derajat ketulian 2. Lokalisasi kerusakan rantai pendengaran 3. Kenaikan batas minimum pendengaran penderita setelah operasi timpanoplasti 4. Pemilihan alat bantu pendengaran (APM) yang cocok Dikenal 2 titik penting : 1. Speech Reception Threshold (SRT) = merupakan batas minimum penerimaan percakapan dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan pendengaran penderita dalam mengikuti percakapan sehari-hari atau disebut Validitas Sosial. Titik SRT ini diperoleh bila penderita telah dapat menirukan secara betul 50% dari kata-kata yang disajikan. Dengan SRT kita dapat memperoleh gambaran ketulian secara Kuantitatif. 2. Speech Discrimination Score (SDS) = untuk mengetahui kemampuan penderiata dalam membedakan macam-macam kata yang didengar. Normal : 90 100 % Dengan SDS dapat diperoleh gambaran ketulian secara Kualitatif. pendengaran
MATERIAL TEST == berupa deretan kata-kata yang jumlahnya tertentu pada setiap deret, dapat berupa : 1. Bilangan, 2. Spondee kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata, dimana tiap-tiap suku kata mendapat tekanan yang sama dan mempunyai arti sendiri 3. Kata-kata yang tidak berarti (Non sens words) terdiri dari kata-kata yang tidak mempunyai arti 4. Phonetically Balanced Test terdiri dari sederetan kata-kata yang merupakan kumpulan kata-kata sehari-hari (PB List) Material test PBL inilah yang dianggap paling baik, oleh karena : 1. faktor terka tidak atau kurang berperan 2. menggunakan kata-kata percakapan sehari-hari Untuk SRT dipakai kata-kata Spondee, untuk SDS dipakai kata-kata PBL
Contoh : Gajah Mada PBL: I 1. Sadar 2. Bintang 3. Hendak 4. Timbang 5. Senang , dlll Spondee : I bangsa pingsan kurma jaksa telpon II . X sabar sakit simpan lembar tukar
III sepak bola bulu tangkis olah raga orang tua raja hutan
Interpretasi hasil pemeriksaan Speech Audiometry : 1. Normal SDS = 90 100% pada intensitas 60 dB 2. Tuli Konduktif (CHL) SDS < 90% 3. Tuli persepsi (SNHL) SDS < 80% 4. Tuli campur Bila intensitas suara dinaikkan akan terjadi perbaikan score SDS-nya, namun tidak mencapai score yang memuaskan 5. Seseorang dengan SDS 40%, disebut Critical Level. Sukar mengikuti percakapan sehari-hari, contoh : Acustic Neuroma
Menurut Hopkinson dan Thompson (1967) : SDS 90 100% = Normal atau tuli konduktif SDS 50 80% = Tuli campuran, Presbiakusis SDS 22 40% = Kelainan koklea SDS < 22 = Kelainan retrokoklea
Ad.3 AUDIOMETRI NADA DI ATAS BATAS MINIMUM PENDENGARAN (SUPRA THRESHOLD AUDIOMETRY) :
SNHL bisa disebabkan oleh kerusakan : 1. Auris interna 2. N. akustikus 3. Pusat pendengaran di otak