You are on page 1of 50

MODUL 2 : EPILEPSI DAN GANGGUAN KOGNITIF

Kelompok 6
Fitria Rimadhanty Putih Amaliana Sapta Rahayuning Ratri Ghea Ananta Kristanti Andarini Helsa Eldatarina Surya Azhari Tanri Hadinata. W. Aprilini Fitrisia (0808015002) (0808015025) (0808015026) (0808015038) (0808015042) (0808015049) (0808015052) (0808015057) (0808015062)

Tutor : dr. Lily P. Kalalo, Sp. PK

Abnormal Neuron Activity

Predisposisi Seizure Status Epileptikus

Primary

Secondary

Infectio Parsial Generalized Unclassified


Febrile Seizure

- Simple - Complex
- Secondary Generalized Partial

- Absence - Atonic - Tonic-Klonik -Tonik -Klonik

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa

Penatalaksanaan

Epilepsi

Definisi
kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuronneuron secara paroksismal Epileptic seizure adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara paroksismal, yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang spontan dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (unprovoked).

Epidemiologi
Semua Umur Pria > Wanita 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup Di Amerika Serikat 1% penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi.

Pembagian epilepsi
epilepsi idiopatik
(Genetik, hormon)

epilepsi simptomatik
(trauma kepala, infeksi, kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik dan metabolik)

Epilepsi kriptogenik
(West syndrome dan Lennox Gastaut syndrome)

Penyebab epilepsi
aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang mempengaruhi otak gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak, atau infeksi pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah epilepsy idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan karena febril pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor

Penyebab spesifik dari epilepsi


kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, menglami infeksi, minum alkohol, atau mengalami cidera. kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan. cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anak-anak. penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak radang atau infeksi pada otak dan selaput otak penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang. kecerendungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak.

Factor pencetus
Kurang tidur Stres emosional Infeksi Obat-obat tertentu, seperti penggunaan obatobatan antidepresan trisiklik, obat tidur (sedatif) atau fenotiasin. Alkohol Perubahan hormonal Terlalu lelah. Fotosensitif

Klasifikasi menurut Etiologi


Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.

Epilepsi Sekunder (Simptomatik)


Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawah sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.

Klasifikasi Umum
Serangan parsial
Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)
Dengan gejala motorik /sensorik /otonom /psikis

Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)


Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran Gangguan kesadaran saat awal serangan

Serangan umum sederhana


Parsial sederhana/Parsial kompleks menjadi tonik-klonik Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik

Serangan umum
Absence (Lena) Mioklonik Klonik Tonik Atonik (Astatik) Tonik-klonik

Serangan yang tidak terklasifikasi (sehubungan dengan data yang kurang lengkap).

Patofisiologi
Ggn. Pada:
Glutamat, yang merupakan brains excitatory neurotransmitter GABA (Gamma Aminobutyric Acid), yang bersifat sebagai brains inhibitory neurotransmitter.

Gejala
Kejang parsial simplek Kejang Jacksonian Kejang parsial (psikomotor) kompleks Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) Epilepsi Parsial Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) Epilepsi Parsial

Kejang parsial simplek


Dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami dejavu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang dimasa yang lalu).

Kejang Jacksonian
Gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.

Kejang parsial (psikomotor) kompleks


Dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan.Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.

Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal)


Biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi.

Epilepsi Parsial
Manifestasi sederhana.
Yang dimaksud dengan manifestasi sederhana ialah perasaan pokok, gerakan otot setempat yang kloniktonik atau gangguan bicara. Gejala-gejala tersebut dapat timbul sebagai manifestasi epilepsy parsial sendiri atau sebagai aura konvulsi umum. Adapun gejala-gejala tersebut yang sering dijumpai ialah:
Motorik : Gerakan nvolunter otot-otot salah satu anggota gerak, wajah,rahang bawah (mengunyah), pita sara (vokalisasi) dan kolumna vertebralis (badan berputar, torsi leher/kepala = adversif). Sensorik : Merasakan nyeri, panas/dingin, hipestesia/parastesia pada daerah kulit setempat, skotoma, tinnitus, mencium bau barang busuk, mengecap perasa logam, vertigo, mual, mntah, perut mules atau afasia. Autonom: Muntah/mual dan hiperhidrosis setempat dapat dianggap sebagai manifestasi susunan saraf autonom.

Manifestasi kompleks. Gejala-gejala yang dijuluki kompleks itu ialah gejala sensorik, motorik dan autonom yang memperlihatkan ciri yang tampaknya bertujuan dan terintegrasi. Adapun gejala kompleks yang dimaksud itu ialah:
Halusinasi Ilusi yang dinamakan dj vu, yaitu perasaan pernah melihatnya, tapi dalam situasi yang asing: jamais vu, yaitu perasaan tidak pernah melihatnya, tapi dalam situasi yang tidak asing baginya. Demikian juga dapat timbul perasaan pernah dan belum pernah mendengar / (dj/jamais entendu) dan pernah dan belum pernah mengalami (dj/jamais vecu). Gejala-gejala tersebut dikenal juga sebagai dreamy state. Perasaan curiga, perasaan seolah-olah pikirannya memaksakan sesuatu an perasaan kesal sehingga marah-marah. Autimastimus, yaitu gerakan yang tampaknya bertujuan, namun dilakukan dalam keadaan tak sadar. Misalnya: tangan mengusapusap baju atau kain sprei; membuka kancing baju baju; memindah-mindahkan barang; lidah dan bibir mengecapngecap seolah-olah sedang menikmati maknan yang enak.

Penegakan Diagnosa
Anamnesa
Bentuk bangkitan Gejala sebelum, sewaktu, dan setelah bangkitan Suasana waktu bangkitan terjadi Waktu bangkitan Berapa lama bangkitan terjadi Apakah setiap kejadian bangkitan bentuknya sama/stereotipik? Factor pencetus bamngkitan Usia pertama kali mengalami bangkitan Apakah ada deficit neurologist yang progresif/frekuensi bangkitan bertambah. Riwayat perinatal dan perkembangan Riwayat keadaan/penyakit yang mungkin menjadi penyebab (misalnya trauma kepala atau infeksi otak) Riwayat pengobatan sebelumnya Adakah anggota keluarga lainnya yang menderita penyakit serupa? Selain ditujukan pada penderita, anamnesis sebaiknya juga didapat dari keluarga atau orang terdekat yang menyaksikan saat serangan terjadi (saksi mata).

Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.

Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan EEG sangat berguna untuk diagnosis epilepsi. Ada kelainan berupa epilepsiform discharge atau epileptiform activity), misalnya spike sharp wave, spike and wave dan sebagainya. Rekaman EEG dapat menentukan fokus serta jenis epilepsi apakah fokal, multifokal, kortikal atau subkortikal dan sebagainya. Harus dilakukan secara berkala (kira-kira 8-12 % pasien epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal).

Komplikasi
Medik
Cacat Fisik
Otak Rusak Luka-luka Lidah tergigit Gangguan Pernafasan

Cacat Mental
Akibat dari Pasien Akibat dari keluarga Akibat dari lingkungan

Sosial
Penolakan / Isolasi Problem sekolah

Terapi
Non farmakologi:
Amati faktor pemicu Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.

Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi

Nama obat

Jenis serangan

Dosis mg/kg/hari

Kadar dlm

Waktu paruh

Efek samping

serum:
ug/ml fenobarbital P & KU 2-4 15-40

(jam)

96

Mengantuk,hiperaktivitas, bingung, perasaan hati perubahan

fenitoin

P & KU

3-8

10-30

24

Ataksia, perubahan

ruam

kulit,

kosmetika,

hiperplasi
osteomalasia karbamazepin P & KU 15-25 8-12 12 Ataksia,

ginggiva,

gangguan

GIT,

pandangan kabur, gangguan fungsi hepar valproat semua 15-60 50-100 14 Gangguan GIT, hepatitis, ataksia, mengantuk klonazepam A&M 0,03-0,30 0,010,05 primidon P & KU 10-20 5-15 12 30 Mengantuk, gangguan GIT, ruam kulit Mengantuk, hiperaktivitas. alopesia,

STATUS EPILEPTIKUS

Definisi
keadaan dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit. Definisi lain, status epileptikus adalah kejang umum (tonik-klonik) berulang yang terjadi selama 30 menit atau lebih, tanpa pasien mencapai kesadaran kembali atau tanpa pemulihan kesadaran diantara serangan.

Komplikasi status epileptikus


Otak
Peningkatan Tekanan Intra Kranial Oedema serebri Trombosis arteri dan vena otak Disfungsi kognitif

Jantung
Hipotensi, gagal jantung, tromboembolisme, aritmia kordis

Metabolik dan Sistemik


Dehidrasi Asidosis metabolik Hiper/hipoglikemia Hiperkalemia, hiponatremia Kegagalan multiorgan Hiperpireksia

Gagal Ginjal
Myoglobinuria, rhabdomiolisis

Gagal Nafas
Apnoe Pneumonia Hipoksia, hiperkapni Gagal nafas Hipertensi Oedema paru Aritmia Glikosuria, dilatasi pupil Hipersekresi, hiperpireksia

Idiopatik
Fraktur, tromboplebitis, DIC

Pelepasan Katekolamin

Tindakan

Obat

Dosis Dewasa Anak 1-2 mg/kg/BB Dextrose 50% 5-10 mg/kg/BB 5-10 mg/kg/BB

Cara pemberian

Glukosa Thiamine

25-50 gram 100 mg 100-120 mg 30-60 mg

i.v. cepat i.v. cepat i.m. i.m. setiap 15 menit

B C

Phenobarbital Phenobarbital

Jika dosis phenobarbital total sebesar 500 mg untuk orang dewasa dan 20 mg/kg/BB untuk anak sudah diberikan dan orang sakit masih saja dalam status epileptikus, maka tindakan berikut harus dilakukan. D Diazepam 5-10 mg 5-10 mg i.v. lambat 2 menit

Jika konvulsi masih belum hilang dalam waktu 15 menit, maka tindakan E harus dikerjakan.

Chloral hydrat 10%

20 cc

10 cc

Intra-rektal

Jika pemberian chloral hydrat masih belum menolong, maka harus dilakukan tindakan F.

Narkosis

NARKOLEPSI

Rasa kantuk berlebihan (EDS), pada siang hari Katapleksi (cataplexy) Sleep paralysis Hypnagogic/hypnopompic hallucination.

Penegakan Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, selain keempat gejala klasik tadi diperlukan juga pemeriksaan Polysomnografi (sleep study). Pemeriksaan dilakukan semalaman dan dilanjutkan dengan Multiple Sleep Latency Test (MSLT). MSLT adalah sleep study yang dilakukan pagi hingga sore hari untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat tertidur di pagi/siang hari. Pemeriksaan dibagi menjadi 5 kali tidur siang, dimana setiap kalinya pasien diberi waktu 20 menit untuk jatuh tidur dengan tidur pertama berjarak 1,5 hingga 3 jam setelah bangun pagi. Penderita narkolepsi tertidur kurang dari 5 menit dan biasanya dari 5 tidur siang terdapat 2 sleep onset REM (SOREM). SOREM adalah keadaan dimana gelombang otak penderita berubah langsung dari terjaga ke REM.

Penanganan
Hal penting dalam perawatan pasien narkolepsi adalah penjadwalan tidur siang singkat (10 sampai 15 menit) 2-3 kali per hari untuk membantu mengendalikan kantuk di siang hari yang berlebihan dan membantu orang tetap dalam kondisi terjaga. Terapi obat yang dapat diberikan adalah kodein dan segiline. Obat lain yang dapat digunakan adalah atomoxetin, sebuah stimulant non-Norepinefrin reuptake inhibitor (NRI), yang memiliki potensi disalahgunakan oleh pasien. Kondisi katapleksi dan tidur REM diberikan terapi antidepressant trisiklik seperti clomipramine, imipramine atau protiptyline serta obat lain yang menekan tidur REM. Venlafaxine, reuptake serotonin dan noreprinefrin, telah menunjukkan kegunaan ada kondisi katapleksi.

SLEEP APNEA SYNDROME

Definisi
Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan gangguan tidur yang terutama ditandai dengan mendengkur dan kantuk berlebih2. Dua gejala yang mudah ditemui di sekitar namun jarang menjadi perhatian kita. Masyarakat kita sudah terlanjur menganggap mendengkur sebagai tidur lelap yang wajar. Akibatnya OSA seringkali tidak terdiagnosa, apalagi dirawat. Padahal OSA telah diakui sebagai faktor resiko tunggal dari hipertensi, gangguan jantung hingga stroke.

Patofisiologi
OSA disebabkan oleh menyempitnya saluran nafas atas secara periodik saat tidur. Penyempitan ini bisa disebabkan oleh kelainan struktur anatomis atau gangguan neuromuskular. Saat inspirasi tekanan intraluminal akan meninggi menciptakan sebuah suction reflex yang direspons oleh otot-otot dilator saluran nafas yang akan mempertahankan terbukanya jalan nafas. Namun tonus otot-otot ini melemah saat tidur. Ini menyebabkan penyempitan saluran nafas dan meningkatnya tahanan terhadap aliran udara. Kelainan struktur anatomi yang menyempitkan saluran nafas atas tentu akan memperberat penyempitan sehingga terjadi penyumbatan saat tidur. Saat terjadi sumbatan (apnea), kemoreseptor akan membaca kadar CO2 yang terlalu tinggi hingga mengirimkan sinyal untuk membangunkan otak. Akibatnya otak akan terbangun sejenak (micro arousal) tanpa disadari penderita. Proses ini akan memotong-motong proses tidur. Tidur yang terpotong dan kondisi hipoxemia dianggap menurunkan kemampuan mental dan kognitif seseorang.

Gejala-gejala
Mendengkur & kantuk berlebih Sakit kepala di pagi hari Nocturia Tersedak ataupun rasa kehabisan nafas saat tidur Kualitas tidur yang kurang nyenyak, sleep state misperception, insomnia Mulut terasa kering saat terbangun Konsentrasi terganggu Daya ingat menurun Mudah marah, emosional Hipertensi Nyeri dada di waktu malam Depresi Kelebihan berat badan (obesitas) Masalah seksual - Impotensi Bentuk leher yang pendek namun besar Kelainan cranio-facial, retrognathia

Diagnosis
Standar emas untuk mendiagnosis OSA adalah overnight Polysomnography (PSG) tipe 113,15 PSG meliputi perekaman aliran udara nafas, gerakan nafas, EEG, EMG, EOG, ECG, saturasi oksigen dan posisi badan. untuk menyatakan klasifikasi derajat OSA digunakan kriteria sebagai berikut:
5-15/jam: Ringan 15-30/jam: Sedang >30/jam: Berat

Pemeriksaan PSG terbagi dalam 4 kategori:


Tipe1 : PSG lengkap, dengan seting laboratorium dan dibawah pengawasan. Tipe2 : PSG portabel yang komprehensif. Tipe3 : Cardiorespiratory sleep studies (screening). Tipe4 : Perekaman dua bioparameter, oxymetry dan airflow (screening).

Perawatan
Standar emas perawatan OSA adalah dengan menggunakan Continuous Possitive Airway Pressure (CPAP13.) CPAP memberikan udara bertekanan yang diharapkan akan membuka sumbatan pada oropharyng dengan demikian periode apnea tidak akan terjadi. Pembedahan
Teknik-teknik seperti Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP), jaw enhancement, glossectomy, tounge resection, pillar implant procedure dan lain-lain

Kejang Demam

Batasan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karenakenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Etiologi
Pada G. I. Tract: disebabkan oleh suhu yang Dysenteri Baciller tinggi Sepsis Pada tractus Urogenitalis: timbul pada permulaan Pyelitis Cystitis penyakit infeksi (extra Cranial), Pyelonephritis yang disebabkan oleh banyak Virus: macam agent: Terutama disertai exanthema:

Bakterial:

Penyakit pada Tractus Respiratorius:


Pharingitis Tonsilitis Otitis Media Laryngitis Bronchitis Pneumonia

Varicella Morbili Dengue Exanthemasubitung

Paofisiologi
Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi faktor keturunan atau genetik Penyakit Infeksi (extra cranial) Kenaikan Suhu

Disfungsi Neorologis Pada Jaringan Serebral


Episode Paroksisimal Berulang (Kejang) Resiko Cidera Suplay O2 menurun Potensial cidera otak

Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone)


Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
Kejang berlangsung singkat, < 15 menit Kejang umum tonik dan atau klonik Umumnya berhenti sendiri Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan cirri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
Kejang lama > 15 menit Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Pemeriksaan Dan Diagnosis


Anamnesis: Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga yang lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung). Pemeriksaan Neurologis : tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit, dan gula darah). Pemeriksaan Radiologi : X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) : tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:
Bayi < 12 bulan : diharuskan. Bayi antara 12 18 bulan : dianjurkan. Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.

Pemeriksaan Elektro Ensefalografi (EEG) : tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikata pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.

Diagnosis Banding

Meningitis Ensefalitis Abses otak

Penatalaksanaan
Penanganan pada saat kejang
Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4 0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian. Turunkan demam :
Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5 10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3 4 kali per hari. Kompres : suhu > 39 C dengan air hangat, suhu > 38 C dengan air biasa.

Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya. Penanganan suportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, menjaga keseimbangan air dan elektrolit, pertahankan keseimbangan tekanan darah.

Pencegahan Kejang
Pencegahan berkala ( intermiten ) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15 40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2 3 dosis.

Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian.Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi :
Kejang demam berulang Epilepsi Kelainan motorik Gangguan mental dan belajar

Sekian Terima Kasih

You might also like