You are on page 1of 2

POLA KEBERLANJUTAN PRINSIP TRI HITA KARANA DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR UNTUK PERTANIAN BERBASIS SUBAK DI KAWASAN

PERKOTAAN
Studi Kasus : Subak Ayung, Subak Gaji, dan Subak Seminyak di Kabupaten Badung, Provinsi Bali Komang Elva Equitari NIM : 25411071 ABSTRAK Keberlanjutan sistem irigasi dibutuhkan untuk menunjang ketersediaan air untuk kegiatan pertanian. Sistem irigasi subak di Bali adalah salah satu bentuk sistem irigasi berbasis organisasi masyarakat dimana peran kearifan lokal sangat berpengaruh di dalamnya. Subak sebagai lembaga irigasi petani tradisional diperkirakan sudah ada di Bali kurang lebih sejak seratus tahun yang lalu. Agama Hindu yang berkembang di Bali saat itu yang memiliki konsep Tri Hita Karana dijadikan sebagai asas dan diterapkan pada sistem subak dalam melakukan kegiatannya untuk penyediaan dan pengelolaan air untuk kegiatan pertanian. Namun keberlanjutan prinsip Tri Hita Karana yang melandasi keberlanjutan subak di Bali saat ini menghadapi tantangan terutama di perkotaan dimana terjadi perubahan kondisi fisik, sosial dan ekonomi di wilayah subak tersebut berada. Tesis ini menemukenali pola keberlanjutan prinsip Tri Hita Karana dalam pengelolaan sumberdaya air untuk pertanian berbasis subak di kawasan perkotaan dengan melihat keberlanjutan komponen parahyangan, pawongan dan palemahan yang kemudian dijabarkan dalam 14 kriteria dan indikator yang lebih operasional. Kriteria dan indikator tersebut kemudian digunakan untuk melihat fenomena di 3 (tiga) lokasi studi kasus, yaitu : Subak Ayung, Subak Gaji dan Subak Seminyak. Hasil penelitian ini menunjukkan keberlanjutan prinsip Tri Hita Karana di masing-masing studi kasus, jika dikaitkan dengan karakteristik perkotaan di masing-masing studi kasus diperoleh 3 (tiga) pola yaitu: (1) keberlanjutan komponen parahyangan dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dan sosial perkotaan. Orientasi ekonomi, pertumbuhan penduduk dan migrasi ini mempengaruhi keberlanjutan pelaksanaan ritual dan keberlanjutan keberadaan kebendaan di kawasan perkotaan; (2) keberlanjutan komponen palemahan dipengaruhi oleh perkembangan komponen fisik, sosial dan ekonomi perkotaan. Ketiga komponen ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan dan meningkatkan harga lahan yang pada akhirnya mempengaruhi keberlanjutan wujud fisik dan pengelolaan usaha tani; (3) keberlanjutan komponen pawongan paling dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan tujuan krama subak yang pada akhirnya mempengaruhi kelembagaan subak. Sedangkan perkembangan fisik dan sosial perkotaan tidak berpengaruh secara langsung bilamana masih terdapat kesamaan tujuan dari para krama subak. Kata Kunci : keberlanjutan, subak, kawasan perkotaan, Tri Hita Karana

SUSTAINABILITY PATTERN OF TRI HITA KARANA PRINCIPLE IN WATER RESOURCES MANAGEMENT FOR SUBAK BASED AGRICULTURE WITHIN URBAN AREA
Case Study: Subak Ayung, Subak Gaji, and Subak Seminyak in Kabupaten Badung, Province of Bali Komang Elva Equitari NIM: 25411071 ABSTRACT Irrigation system sustainability needed to support the water availability for algiculture. The subak irrigation system in Bali is one of the community based irrigation system where local wisdom has a big influence in it. Subak as a traditional-farmers irrigation institution has already been in Bali estimated since hundred years ago. Hisduism in Bali at the time has this concept of Tri Hita Karana that become the principle and applied to Subak system in doing activities for the provision and management of water for agricultural work. But the sustainability of Tri Hita Karana principle that underlie the sustainability of Subak in Bali today also face some challenges, especially in urban areas where the changes of physical, social, and economical condition is happen in the region where subak located. This thesis identifies sustainability pattern of Tri Hita Karana principal in water resources management for Subak based agriculture within urban area by looking at the sustainability of Tri Hita Karana principle components, which are: parahyangan, pawongan, and palemahan that later described into 14 (fourteen) criteria and indicators. These criteria and indicators then used to identify the phenomenon in 3 (three) case study locations, namely: Subak Ayung, Subak Gaji, and Subak Seminyak. The results of this study indicate the sustainability of Tri Hita Karana principle in each of case study location. Three patterns were identified when this was associated with the urban characteristics in each case study. (1) Sustainability of parahyangan component is affected by urban economical and social development. Economical orientation, population growth and migration affect the sustainability of the ritual implementation and materialistic existence in urban area. (2) Sustainability of palemahan component is affected by the development of physical, social, and economical components of urban. These three components are increasing the demand of land and escalate land prices, and at the end impacting sustainability of physical shape and farming management. (3) Sustainability of pawongan component mostly affected by economical development. This is causing the different objectives for each of Subaks personnel that ultimately affect the Subak institution itself. While the physical and social urban development do not affect directly if there are common goals among the Subaks personnel. Keywords: sustainability, subak, urban area, Tri Hita Karana

You might also like