You are on page 1of 17

Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1.

Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka. 2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya. 3. Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi. 4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas. 5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :

Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan pelayanan khusus. seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program pengayaan. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswasiswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

1. Pencapaian Tugas Perkembangan Melalui Kelompok Teman Sebaya Teman sebaya mempunyai peranan penting bagi remaja. Remaja sering menempatkan teman sebaya dalam posisi prioritas apabila dibandingkan dengan orang tua, atau guru dalam menyatakan kesetiaannya. Dalam kelompok sebaya ini, remaja dapat menuntaskan tugas tugas perkembangan, yaitu : a. Mencapai hubungan baru yang matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita Upaya sekolah (pimpinan dan guru) dalam rangka membantu siswa mencapai kedua tugas tugas perkembangan tersebut adalah : a. Memberikan pengajaran atau bimbingan tentang keterampilan keterampilan sosial b. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk aktif dalam kegiatan kegiatan kelompok (ekstrakurikuler atau OSIS) c. Mengajar atau membimbing siswa tentang hidup demokratis atau berteman secara sehat d. Bersama siswa mendiskusikan masalah peranan sosial pria atau wanita dalam masyarakat e. Mendorong siswa untuk mau membaca literatur yang memuat peranan pria atau wanita f. Menugaskan siswa untuk mengamati kehidupan sosial (menyangkut keterlibatan pria atau wanita dalam bidang pendidikan, pekerjaan, kehidupan berkeluarga, atau keterampilan masyarakat lainnya) sebagai bahan pembahasan dalam diskusi dengan guru

2. Mencapai Perkembangan Kemandirian Pribadi Remaja merupakan periode perkembangan ke arah otonomi (kemandirian) atau indepedensi pribadi. Untuk mencapai aspek perkembangan ini, remaja harus dapat menyelesaikan tugas tugas perkembangan yaitu : a. Menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara efektif b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya c. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi d. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan

e. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang perlu bagi kompetensi sebagai warga negara

3. Pengembangan Keimanan Dan Ketakwaan Kepada Tuhas Yang Maha Esa Tugas perkembangan ini berkaitan dengan hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan, yang mempunyai tugas suci untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah ini misinya adalah untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan atau kenyamanan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Perkembangan keimanan dan ketakwaan ini merukan tugas perkembangan yang penanamannya di mulai sejak usia dini. Dalam rangka membantu remaja (siswa) dalam mengkokohkan atau memantapkan keimanan dan ketakwaannya, maka sekolah seyogiayanya melakukan upaya upaya berikut : a. Pimpinan (kepala sekolah dan para wakilnya), guru guru dan personel sekolah lainnya hatus sama sama mempunyai kepedulian terhadap program pendidikan agama atau penanaman nilai nilai agama di sekolah, baik melalui proses belajar mengajar di kelas, bimbingan seperti memaknai hikmah hidup beragama/beribadah, atau pembiasaan dalam mengamalkan nilai nilai agama b. Guru agama seyogianya memiliki keperibadian yang mantap (akhlakul karimah), pemahaman dan keterampilan profesional, serta kemampuan dalam mengemas materi pembelajaran, sehingga mata pelajaran agama menjadi menarik dan bermakna bagi anak c. Guru guru menyisipkan nilai nilai agama ke dalam mata pelajaran yang diajarkannya, sehingga siswa memiliki apresiasi yang positif terhadap nilai nilai agama d. Sekolah menyediakan sarana ibadah (mesjid) sebagai laboratorium rohaniah yang cukup memadai, serta memfungsikannya secara maksimal e. Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler kerohaniahan, pesantren kilat ceramah ceramah keagamaan atau diskusi keagamaan secar rutin f. Bekerja sama dengan orang tua siswa dalam membimbing keimanan dan ketakwaan siswa

UPAYA UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Untuk memperlancar dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan remaja, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan : 1. Membeeri banyak kesemempatan kepada remaja untuk aktif dalam berbagai aktivitas social, seperti olahraga dan seni. 2. Membantu mengarahkan peran remaja sesuai dengan tugasnya, seperti laki-laki lebih berkonsentrasi pada studi dan karir, sedangkan perempuan lebih berkonsentrasi pada persiapan menjadi seorang ibu. 3. Membantu remaja yang lambat perkembangannya melalui penjelasan bahwa hal itu biasa terjadi dalam perubahan jasmani yang bersifat variatif dan membuka peluang diskusi. 4. Membantu remaja untuk memilih lapangan kerja yang tepat dan sesuai dengan bakat dan keinginannya, serta mengarahkannya pada jenis pendidikan yang harus dimasukinya sebagai persiapan memasuki lapangan kerja itu.

PELAYANAN YANG TEPAT DARI GURU PEMBIMBING TERHADAP REMAJA DALAM MEMENUHI PENCAPAIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN. Tugas tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam membantu remaja tersebut, yaitu : 1. Guru pembimbing perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan non akademik melalui berbagai perkumpulan. 2. Membantu remaja putra dan putri yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya melalui bimbingan dan konseling. 3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam kegiatan kelompoknya sendiri.

4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keinginannya, sesuai dengan system kemasyarakatan yang dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.

Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut: 1.Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Oleh karena itu, motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong perbuatan siswa. 2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan Dorongan psikologis yang melahirkan sikap siswa merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik yang berfungsi sebagai penggerak perbuatan siswa. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dan hukum. Sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai penggerak perbuatan. 3.Motivasi sebagai pengarah perbuatan Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi pada anak didik dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar. 9.Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut:

1.Memberi Angka Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum. 2.Hadiah Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua, atau tiga dari anak didik lainnya. Pemberian hadiah bisa juga diberikan dalam bentuk beasiswa atau dalam bentuk lain seperti alat tulis. Dengan cara itu anak didik akan termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai. 3.Kompetisi Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik telah terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagai individu melibatkan diri mereka mesing-masing ke dalam aktivitas belajar. 4.Ego-Involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. 5.Memberi Ulangan Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tidak terprogram, akan membosankan anak didik. Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang sistematis. 6.Mengetahui Hasil Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mangalami kemajuan, anak didik berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari atau pada semester atau catur wulan berikutnya. 7.Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan di sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerja anak didik. Dengan begitu anak didik tidak antipati terhadap guru, tetapi merupakan figur yang disenangi dan dikagumi.

8.Hukuman Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif dimaksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya di hari mendatang. Oleh karena itu, hukuman hanya diberikan oleh guru dalam konteks mendidik seperti memberikan hukuman berupa membersihkan kelas, menyiangi rumput di halaman sekolah, membuat resume atau ringkasan, atau apa saja dengan tujuan mendidik. 9.Hasrat untuk Belajar Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah pasti hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Diakui, hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang menjadi dasar aktivitas anak didik dalam belajar. Tidak ada kebutuhan berarti tidak ada hasrat untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar. 10.Minat Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu sacara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut: a) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, b) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, c) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, d) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. 11.Tujuan yang Diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar. B. Kajian Teori tentang Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadangkadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Kesulitan belajar itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan,

psikologi, maupun ilmu kedokteran. The National Joint Committe for Learning Disabilities (dalam Mulyono Abdurrahman, 1999 : 7) mengemukakan definisi kesulitan belajar adalah sebagai berikut; kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik, dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat dan faktor-faktor psikogenik. Berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif yang disebabkan adanya ancaman, hambatan, maupun gangguan sehingga siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. 2. Macam-macam Kesulitan Belajar Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok; 1) Kesulitan belajar yang berhubungan daengan perkembangan (developmental learning disabilities), dan 2) Kesulitan belajar akademik (academic learnimg disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan menulis dan membaca. Dari kedua kelompok kesulitan belajar tersebut dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. 1.Dilihat dari jenis kesulitan belajar: a) Ada yang berat, dan b) Ada yang sedang 2.Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: a) Ada yang sebagian bidang studi, dan b) Ada yang keseluruhan bidang studi 3.Dilihat dari sifat kesulitannya: a) Ada yang sifatnya permanen atau menetap, dan b) Ada yang sifatnya hanya sementara 4.Dilihat dari segi faktor penyebabnya: a) Ada yang karena faktor inteligensi, dan b) Ada yang karena faktor non inteligensi 3. Karakteristik Siswa Berkesulitan Belajar Seperti telah dijelaskan, murid yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru, pembimbing). Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar. Misalnya: 1) Menunujukkan prestasi rendah yang dicapai oleh kelompok kelas, 2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah, 3) Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal dalam menyelesaikan tugas-tugas, 4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain,5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, 6) Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah,7) Anak didik yang selalu

menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu bisa dikenal dengan sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi prestasinya dalam belajar rendah (di bawah rata-rata kelas). Dari gejala-gejala yang tampak itu guru (pembimbing) bisa menginterprestasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun dapat mengadakan penyelidikan antara lain dengan: 1.Observasi, adalah cara memperoleh dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data yang dapat diperoleh melalui observasi, misalnya: a.Bagaimana sikap siswa dalam mengkuti pelajaran, adalah tanda-tanda lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada pelajaran. b.Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran. Murid yang mengalami kesulitan belajar, catatan maupun peralatan belajarnya tidak lengkap. 2.Interviu, adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki. 3.Tes diagnostik, adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes. Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes meliputi, tes buatan guru (teacher made test) yang dikenal dengan tes diagnostik, dan tes psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, dan lain-lain sehingga diperlukan tes psikologis. 4.Dokumentasi, adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar, bisa melihat: a) Riwayat hidupnya, b) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran, c) Memiliki daftar pribadinya, d) Catatan hariannya, e) Catatan kesehatannya, f) Daftar hadir di sekolah, g) Kumpulan ulangan, h) Rapor, dan lain-lain (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004 : 96). 4. Hirarki Penyebab Kesulitan Belajar Hirarki penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor Intern a) Sebab yang bersifat fisik Penyebab kesulitan belajar dapat terjadi karena gangguan yang bersifat fisik yaitu karena sakit, karena kurang sehat, dan karena cacat tubuh. 1. Karena sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. 2. Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya. 3. Karena cacat tubuh. Cacat tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang pengelihatan, gangguan psikomotor, b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang

tangan dan kakinya. Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB. Bagi golongan yang ringan, masih dapat mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang cepat, misalnya: 1)Bagi anak yang kurang mendengar, mereka ditempatkan pada deretan paling depan, agar suara guru masih keras terdengar. 2)Anak yang kurang pengelihatannya, misalnya rabun jauh dan rabun dekat. Maka yang rabun jauh ditempatkan pada meja paling depan dan yang rabun dekat ditempatkan pada meja paling belakang agar dapat melihat tulisan di papan tulis. b) Sebab yang bersifat rohani 1. Inteligensi Anak yang normal dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110 - 140 digolongkan cerdas, 140 ke atas digolongkan jenius. Mereka yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar. Karena itu guru/pembimbing harus meneliti IQ anak dengan bantuan seorang psikologi agar dapat melayani muridmuridnya. 2.Bakat Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin dibidang lain ia ketinggalan. Seseorang yang berbakat teknik mungkin dibidang olah raga lemah. Jadi seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. 3.Minat Tidak hanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, bahkan banyak menimbukan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. 4.Motivasi Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu, besar kecilnya motivasi siswa dalam belajar sangat berpengaruh dalam kesuksesan belajar. 5.Faktor kesehatan mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Individu dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi, akan membawa masalah-masalah emosional dan bentuk-bentuk mal adjusment. Keadaan seperti ini akan menimbulkan kesulitan belajar, sebab dirasakan tidak mendatangkan kebahagiaan. 6.Tipe-tipe khusus seorang pelajar Ada tipe visual, auditif, dan motorik, yaitu sebagai berikut: a)Seorang bertipe visual akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan

grafik dan gambar. Sebaliknya akan merasa sulit belajar jika dihadapkan dalam bentuk suara atau gerakan. b)Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah). Sedangkan pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan, ia akan mengalami kesulitan. c)Individu yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan, gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan pengelihatan. 2.Faktor Ekstern a)Faktor Keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain adalah sebagai berikut. 1.Faktor Orang Tua a. Cara mendidik anak Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak tidak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar. b. Hubungan Orang Tua dan Anak Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan di sini adalah kasih sayang penuh pengertian, atau bahkan kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga sikap keras, kajam, acuh tak acuh akan menimbulkan hal yang serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa: 1) Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong bergurau dengan anakanaknya. 2) Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya, seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor-faktor tersebut. 2.Suasana Rumah/Keluarga Suasana rumah atau keluarga yang sangat ramai/gaduh, selalu tegang, selalu banyak masalah diantara anggota keluarga antara ayah dan ibu selalu ada masalah atau membisu, menyebabkan anak tidak tahan di rumah, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar anak menurun. Untuk itu hendaknya suasana rumah dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. 3.Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi digolongkan dalam: (a) Ekonomi yang kurang atau miskin Keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan olah orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan seperti itu akan menghambat kemajuan anak. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting, karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya. Misalnya untuk membeli alat-alat, uang sekolah, dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu. Karena keuangan digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar itu merupakan tempat terlaksananya belajar secara efisien dan efektif. (b) Ekonomi yang berlebihan atau kaya Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga mereka terlalu dimanja oleh orang tua, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar. b) Faktor Sekolah 1. Guru Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila: a.Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai, lebih-lebih kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya. b.Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang kurang disenangi oleh murid-muridnya, seperti: 1) Kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak, dan lain-lain, 2) Tak pandai menerangkan, sinis, sombong, 3) Menjengkelkan, pelit dalam memberi angka, tidak adil, dan lain-lain, 4) Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini dapat mengakibatkan hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik, 5) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan sebagainya, 6) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, 7) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis tidak didasarkan pada pengertian, 8) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indranya berfungsi, 9) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada aktivitas, 10) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi, atau tidak menguasai bahan, 11) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi. 2.Alat Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Timbulnya alat-alat itu akan menimbulkan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak. Tiadanya alat-alat tersebut, guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga akan timbul kesulitan belajar. 3. Kondisi Gedung Terutama ditunjukkan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak. Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti: a) Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan, b) Dinding harus bersih, putih, dan tidak terlihat kotor, c) Lantai tidak becek, licin atau kotor, d) Keadaan gedung jauh dari keramaian. Apabila beberapa hal tersebut tidak terpenuhi, maka situasi dan kondisi belajar akan kurang baik. Anakanak selalu gaduh, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat. 4. Kurikulum Kurikulum yang kurang baik, misalnya: a) Bahan-bahannya terlalu tinggi,b) Pembagian bahan tidak

seimbang (kelas 1 banyak pelajaran, sedangkan kelas-kelas di atasnya sedikit pelajaran), c) Adanya pendataan materi. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar. 5. Waktu Sekolah dan Disiplin Waktu Kurang Apabila sekolah masuk sore, siang, atau malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energi sudah berkurang, di samping udara yang relatif panas di siang hari, juga dapat mempercepat proses kelelahan. Karena itu waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari. Disamping itu pelaksanaan disiplin kurang, misalnya murid-murid liar, sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dikerjakan, kewajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam belajar. c) Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial 1. Faktor Mass Media Faktor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku- buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa tugasnya untuk belajar. 2. Lingkungan Sosial a. Teman bergaul Anak yang bergaul dengan teman yang tidak sekolah, ia akan malas belajar. Sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak sekolah. b. Lingkungan Tetangga Corak kehidupan tetangga misalnya sering main judi, minum minuman keras, menganggur, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. c. Aktivitas dalam Masyarakat Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan belajar anak akan terbengkalai. C. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar bagi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru merupakan suatu hal yang perlu dan wajar (Max Darsono, 2001 : 68). Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: 1. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa, keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran yang merangsang, dan lain-lain. Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan siswa, dan lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal. 2. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang keberadaannya dapat berubah-

ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan upaya pengembangannya, kondisi siswa dan upaya penyiapannya. 3. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai latar belakang untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru, contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa. 4. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi, dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini, hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai citacitanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk mencapai tujuan itu lebih kuat. Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa. Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa tersebut. Berikut adalah upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar: 1. Pergunakan Pujian Verbal Kata-kata seperti bagus, baik, pekerjaanmu baik, yang diucapkan guru kepada siswa setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar. 2. Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa belajar karena ada keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi siswa untuk belajar. 3. Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi Di dalam diri siswa ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik

melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan siswa untuk memperoleh pengalamanpengalaman baru merupakan desakan eksploratif dari dalam diri siswa. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi. 4. Melakukan Hal yang Luar Biasa Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka, sehingga setelah mendengar cerita dari guru siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Melakukan hal yang luar biasa merupakan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. 5. Merangsang Hasrat Siswa Hasrat siswa perlu dirangsang dengan memberikan sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan lain-lain yang akan merangsang hasrat siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 6. Memanfaatkan Apersepsi Siswa Pengalaman siswa baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Siswa mudah menerima dan menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang memudahkan untuk menuju materi pelajaran yang baru. 7. Minta Kepada Siswa untuk Mempergunakan Hal-hal yang Sudah Dipelajari Sebelumnya Hal ini menguatkan belajar siswa dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada diri siswa, bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang akan datang. 8. Perkecil Daya Tarik Sistem Motivasi yang Bertentangan Kadang agar diterima oleh teman-temannya, siswa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh siswa yang lain di kelas itu, dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran ilmiah, dan sebagainya) sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal yang positif. Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa. Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang bersumber dari luar diri siswa sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain. Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Siswa dapat tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya menopang keberhasilan pengajaran yang gemilang. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.

Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental siswa dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam belajar. Dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya. Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan. Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan berbagai upaya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Catharina Tri Anni. 2005. Psikologi Belajar. Semarang : UPT. MKK UNNES. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Max Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press. Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Mulyono Abdurrahman. 1996. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Mustaqim. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes. 1997. Landasan-landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

You might also like