You are on page 1of 4

Paradigma Baru Kebijakan Moneter Oleh Iman Sugema Sudah terlalu banyak kesalahan dalam kebijakan moneter yang

kita buat di masa lalu akibat kita tidak cukup memahami mengenai peran bank dan pasar kredit dalam perekonomian.Tentu kita masih ingat dengan gebrakan Sumarlin I dan II di awal era tahun 1990-an yang mengakibatkan terkurasnya likuiditas perbankan pada saat itu. Kita juga masih trauma dengan penutupan 1 bank di tahun 199! yang mengakibatkan kepanikan dan kolapsnya sistem perbankan. "pa yang menjadi latar belakang semua keruwetan itu# Kita ternyata memiliki pemahaman kurang lengkap mengenai teori moneter. "hli moneter kita dan di belahan dunia mana pun jarang yang dididik sekaligus sebagai ahli perbankan. "nda boleh klik situs web departemen ekonomi di berbagai uni$ersitas terkemuka di dunia dan "nda akan tahu bahwa mata kuliah the economics of banking jarang sekali dijumpai. %ntuk le$el undergraduate& sekalipun ada mata kuliah yang berjudul money and banking& ternyata mata kuliah itu lebih berat ke teori moneter kon$ensional. "spek perbankannya sangat sedikit disentuh dan tidak terintegrasi secara baik dengan aspek makromoneternya. 'alam buku terbarunya& Towards a New Paradigm in Monetary Economics, Stiglit( dan )reenwald *+00,- mencoba menghapus dikotomi ini. "rgumen utama mereka adalah e.ekti$itas kebijakan moneter sangat bergantung pada kondisi dari dunia perbankan& terutama dalam penyaluran kredit. /asalnya& hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneter harus melewati sektor perbankan. "gar dapat mencapai sasaran& otoritas moneter harus memahami bagaimana sektor perbankan akan bereaksi terhadap perubahan dalam kebijakan moneter. 'alam ilmu ekonomi moneter kon$ensional& peran bank hanya diperhitungkan dari sisi kewajibannya. Broad money *0+- dide.inisikan sebagai penjumlahan uang kartal& giro& tabungan * saving deposit-& dan deposito *time deposit-. 'e.inisi ini hanya mengukur uang dari sisi transactional demand dan

spending power para penabung. Konsep ini jelas meniadakan peran bank sebagai lembaga intermediasi keuangan& yaitu pengumpul dana masyarakat yang sekaligus merangkap sebagai penyalur kredit. /ada kenyataannya& bank terhubung dengan sektor riil melalui akti$itas penyaluran kredit. Inilah inti argumen dari Stiglit( dan )reenwald. 'i samping itu& kredit sebetulnya lebih cocok ketimbang simpanan dalam mengukur transactional demand dan spending power yang sesungguhnya. Indi$idu dan perusahaan memperoleh kredit dari bank untuk membiayai belanja konsumsi maupun in$estasi. /ermintaan kredit dilandasi oleh kebutuhan untuk melakukan pembelanjaan. 'i lain pihak& simpanan dilandasi oleh moti. menunda pembelanjaan. 1erdasarkan argumen di atas& permintaan barang dan jasa sebenarnya lebih dipengaruhi oleh kredit dibandingkan oleh simpanan. 2kspansi kredit akan mengakibatkan peningkatan permintaan dan penawaran agregat yang pada gilirannya akan memengaruhi tingkat output dan harga. 3leh karena itu& kebijakan moneter harus didesain untuk secara langsung dapat mempengaruhi keputusan bank dalam mengalokasikan kredit. Paradigma baru /ada umumnya& otoritas moneter tidak selalu bisa mengandalkan kebijakan suku bunga untuk mempengaruhi akti$itas sektor riil. Teori moneter kon$ensional selalu mengasumsikan bahwa turunnya suku bunga akan diikuti naiknya in$estasi dan output nasional. 4amun& menurut paradigma baru& hal seperti ini tidak selalu terjadi. /enurunan suku bunga S1I tidak disertai dengan penurunan suku bunga kredit dengan kecepatan yang sama. Secara tragis& kita juga menyaksikan bahwa lambannya penyesuaian suku bunga kredit telah mengakibatkan suku bunga kredit riil justru meningkat. "rtinya& dunia usaha menjadi terbebani biaya modal yang lebih besar. Karena itu& in$estasi tidak kunjung berkembang& dan di lain pihak perbankan mengalami kelebihan likuiditas. 5al tersebut di atas menandakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga tidak e.ekti. dalam mempengaruhi kegiatan di

sektor riil. Karena itu& perlu didesain perangkat kebijakan moneter yang sama sekali baru untuk mengatasi masalah kelebihan likuiditas. 'ari hasil estimasi yang dilakukan di 'epartemen 2konomi 6akultas 2konomi dan 0anajemen I/1& ekses likuiditas yang dialami sektor perbankan merupakan akibat dari rendahnya permintaan dan penawaran kredit secara simultan. 'engan demikian& kebijakan yang harus ditempuh adalah yang bisa mempengaruhi pasar kredit baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Karena masalahnya ada di dua sisi& kita tak bisa mengandalkan satu instrumen kebijakan saja ( !. %ntuk menembak dua burung minimal harus memiliki dua peluru. Setidaknya ada tiga kebijakan. Pertama& harus diciptakan suatu sistem insenti. *disinsenti.- yang mampu mendorong perbankan melakukan ekspansi kredit. "edua& harus ditemukan cara untuk meningkatkan permintaan kredit dan mendorong in$estasi di sektor riil. 7endahnya in$estasi terkait dengan masih belum yakinnya in$estor tentang prospek ekonomi. 'alam hal ini tidak banyak yang bisa dikerjakan oleh 1I kecuali menjaga stabilitas moneter. 6luktuasi dalam nilai tukar& suku bunga dan harga harus diredam sehingga risiko makro ekonomi dapat diminimalisasi. "etiga, menciptakan mekanisme short circuit untuk dapat mengatasi kelebihan dana yang setengah menganggur di sistem perbankan. %ang hanya berputarputar di antara deposito dan S1I. Kalau ini terus terjadi& operasi moneter menjadi sangat mahal karena 1I harus membayar bunga pada bank. 'i sinilah peran koordinasi otoritas .iskal dan moneter. Kalau otoritas .iskal sedikit meninggalkan kebijakan .iskal yang konser$ati.& akan ada ruang untuk percepatan ekonomi dengan cara menciptakan de.isit anggaran. Surat utang Negara 'e.isit bisa dibiayai dengan penerbitan surat utang negara semacam T# bills. Kekhawatiran utama mekanisme pembiayaan semacam ini adalah keruwetan manajemen pengelolaan utang publik yang ditimbulkannya karena setiap bulan bendahara negara harus melakukan penerbitan ulang untuk menggantikan T#bills yang jatuh tempo. 'i sini timbul risiko& yaitu kemungkinan T#bills baru tidak akan direspons pasar. %ntuk itu 1I bisa berperan sebagai $uasi

standby buyer. Selama 1I bisa menjaga suku bunga S1I di bawah suku bunga T#bills insenti. untuk membeli T#bills menjadi lebih besar. 'alam keadaan di mana bank membutuhkan likuiditas& mereka dapat menjual T#bills kepada 1I. /ada akhirnya penempatan di S1I menurun& dan secara bertahap digantikan dengan T#bills. 1eban operasi moneter yang harus ditanggung 1I menurun dan di lain pihak kita bisa membiayai kebijakan .iskal yang ekspansi..

You might also like