You are on page 1of 4

S

yakhshiyyah Islamiyyah Membangun Kepribadian Islami

Pengertian Kepribadian dalam bahasa Arab disebut as-syakhshiyyah, berasal dari kata syakhshun, artinya, orang atau seseorang atau pribadi. Kepribadian bisa juga diartikan identitas seseorang (haqiiqatus syakhsh). Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam As Syakhshiyyah Al Islamiyyah jilid I halaman , menyatakan bah!a kepribadian atau syakhshiyyah seseorang dibentuk oleh cara berpikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginannya (nafsiyah). Tinggi rendah identitas atau jati diri seseorang tergantung dari kemampuan berpikirnya dan tingkah laku atau akti"itas hidupnya. Se#ara nyata bisa kita amati di sekeliling kita. $alam suatu lingkungan masyarakat, bangsa atau negara mun#ul orang% orang tertentu yang menjadi pemimpin dan penggerak massa. &ereka mempunyai kelebihan%kelebihan tertentu dalam bidang pemikiran dan peme#ahan problema masyarakat. 'emikiran yang mereka lontarkan berkembang, diterima dan menggerakkan tiap%tiap pribadi yang mengikutinya. Akti"itas dan program%programnya mempengaruhi akti"itas kehidupan orang banyak. (rang%orang seperti ini tidak selalu dari kalangan bangsa!an atau memiliki harta kekayaan yang berlimpah. &ahatma )andhi misalnya, mampu menggerakkan bangsa India dengan kesederhanaannya. Thalut, memimpin *ani Israil untuk membebaskan diri dari ke+haliman bangsa penjajah, tanpa mempunyai kekayaan. Allah S,T mengabadikan -akta sejarah ini dalam -irman%Nya.

+) * " '"" ( % " & $ " "" # ! +8""9 / 3 " 7 1 5 6 " ( 1 2 3 " 4 " & ) / 0 . # $ ' % & , ! ? (> ?0 < = # ) $ 8; . # 7 :
"Nabi mereka menyatakan kepada mereka ( ani Israil)! "Sesungguhnya Allah telah mengangkat #halut men$adi ra$amu". %ereka men$a&ab! " agaimana #halut memerintah kami' padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya' sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak(". Nabi (mereka) berkata! "Sesungguhnya Allah telah memilihnya men$adi ra$amu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah %ahaluas pemberian-Nya lagi %aha %engetahui"." (/S Al *aqarah.012). Kita jumpai pula di masyarakat adanya orang%orang yang hanya menjadi beban, bahkan menjadi sampah masyarakat. &ereka tidak mampu meme#ahkan masalah mereka sendiri, apalagi meme#ahkan masalah masyarakat. $i antara dua #ontoh ekstrim di atas3 ada orang%orang yang mampu menyelesaikan masalah%masalahnya sendiri, tetapi tidak mampu atau tidak mau meme#ahkan problema orang lain. &ereka sibuk dengan dirinya sendiri. &ereka menghabiskan !aktu, tenaga dan pikirannya untuk menggeluti kesenangannya sendiri.

Daurah Dirasah Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia

(rang%orang demikian tidak banyak berpikir dan bekerja ke#uali untuk dirinya. 4ati mereka terpisah dari masyarakat. 'osisi seseorang di suatu masyarakat tergantung dari seberapa tinggi kualitas hubungan (nilai interaksi) dirinya dengan anggota masyarakat yang lain. Kualitas hubungan itu berupa nilai akti"itas (amal) yang terjadi yang melibatkan dirinya dengan orang%orang lain. Nilai akti"itas yang dirasakan oleh pribadi%pribadi terkait tersebut menimbulkan tanggapan, dan sampai tara- tertentu berupa suatu pengakuan terhadap orang tersebut apakah dia orang besar, berpengaruh, orang biasa%biasa saja atau orang ke#il. Apakah dia orang alim, atau orang jahil. Apakah dia pegiat ataukah pemalas. Apakah dia orang yang relijius ataukah materialis. Apakah dia peduli sesama ataukah seorang indi"idualis. Apakah dia orang derma!an, atau orang bakhil5pelit. Apakah dia orang kuat, sedang atau lemah. Apakah dia orang yang pemberani atau penakut (penge#ut). Apakah dia orang yang adil atau +halim. Apakah dia orang yang amanah (terper#aya) atau khianat (menyele!eng). Apakah dia orang jujur atau suka menipu. Apakah dia pahla!an pembela kebenaran atau gembong kejahatan. (leh karena itu, terbentuknya tingkat kepribadian seseorang di dalam masyarakat berkaitan dengan nilai akti"itas yang dia lakukan dalam berinteraksi dengan pribadi% pribadi anggota masyarakat yang lain. 6ang menjadi masalah sekarang adalah, apa sesungguhnya yang menentukan nilai akti"itas atau amal perbuatan yang ia lakukan7 Nilai Aktivitas Suatu perbuatan yang dilakukan seseorang tidak lain adalah merupakan pemuasan terhadap kebutuhan%kebutuhannya. $ia lapar, maka dia butuh makan. (leh karena itu, dia berusaha untuk mendapatkan makanan. Kebutuhan orang tidak hanya makan, minum atau buang hajat. $ia perlu juga menjaga kelestarian keturunannya, maka di menikah dan mempunyai anak. $ia butuh mempertahankan eksistensinya, maka dia berusaha mempunyai rumah, mempunyai kendaraan, mempunyai jabatan. $an dia berusaha menjaga gengsi atau martabatnya. Semuanya itu dinamakan perbuatan atau akti"itas yang merupakan pemuasan dari kebutuhan%kebutuhan, baik kebutuhan jasmani (haa$atul "udlo&iyah) maupun kebutuhan naluri (ghari)ah). $an karena semua manusia berusaha memenuhi kebutuhannya, maka ter!ujudlah berbagai ma#am perbuatan dan interaksi antar indi"idu di dalam masyarakat. $engan demikian, perbuatan manusia itu bersumber dari apa yang ada di dalam dirinya. Apa yang ia butuhkan, apa yang ia rasakan, dan apa yang ia inginkan. 'erasaan dan keinginan itu mempunyai pusat atau lubuk yang dikenal sebagai hati. Kita sering mendengar ungkapan, *+ia telah mengungkapkan isi hatinya dari lubuk yang paling dalam., $alam suatu hadits yang diri!ayatkan oleh Imam *ukhary dan &uslim (4adits ke% 8 dari Kitab Arba9in An Na!a!iyyah), :asulullah SA, bersabda.

! " # $ %
"...Ingatlah' bah&a di dalam $asad itu ada sekerat daging. -ika ia baik' baiklah $asad seluruhnya. +an $ika ia rusak' rusaklah $asad seluruhnya. Ingatlah' daging itu adalah hati." $ari hadits tersebut dapat kita pahami bah!a baik buruknya hati manusia mempengaruhi baik buruknya perbuatan yang dilakukan oleh seluruh anggota jasad (badan) manusia. Artinya, apa yang dilakukan tangan, kaki, mata, telinga dan mulut manusia ditentukan oleh keinginan%keinginan yang mun#ul dari hatinya. ;alu siapakah yang menyebabkan baik buruknya hati manusia, sementara kita tahu ia dilahirkan dalam keadaan su#i (fithrah). Ternyata keinginan manusia itu dipengaruhi oleh pemahaman (mafhum) yang ia miliki. 'emahaman itu dibentuk oleh pengetahuan dan pengalamannya.

Daurah Dirasah Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia

Seorang yang belum pernah mendengar kata%kata komputer tidak akan terbersit dalam hatinya untuk menulis surat di layar komputer. $emikian pula seorang #alon istri yang belum pernah melihat mobil Audi, tidak akan memilih mobil itu untuk hadiah pernikahannya. (leh karena itu, kalau kita amati lebih jauh, kepribadian seseorang yang tampak dalam bentuk penampilan dan akti"itasnya dalam interaksinya dengan pribadi%pribadi lain anggota masyarakat, ternyata bertumpu kepada simpanan%simpanan pemikiran yang dimilikinya serta keinginan%keinginan yang tersembunyi di dalam hatinya. *aik buruknya pribadi itu, kuat lemahnya pribadi itu, agung rendahnya pribadi itu, tergantung kadar simpanan pemikiran dan keinginannya. *agaimana #ara berpikirnya dan bagaimana #aranya memenuhi keinginan%keinginan pribadinya, itulah !arna kepribadiannya, identitas pribadinya dan jati dirinya. :asulullah SA,. bersabda.

!' & 4 %1 !5 6 # $ % " ! 3 !' %$ .& !/ 0 %1 2 # $ % & !' ( % )* + !, # $ % " !


"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu' tetapi langsung melihat.memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu." (4S: &uslim dalam /iyadlush Sholihin Imam Na!a!y). $iri!ayatkan oleh Imam &uslim dan Ibnu &ajah dari sahabat Abu 4urairah bah!a :asulullah SA, bersabda.

!' & $ %)7 8 !, & !' 4 %1 !5 6 #$ % " ! 3 !' %$ .& !' $ % 1 ( !, & !/ 0 %1 2 # $ % " ! %
"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupamu dan hartamu' tetapi akan memperhatikan hati dan perbuatanmu." <elaslah, bah!a pembentuk kepribadian dan ukuran%ukuran penilaian suatu kepribadian bukanlah harta seseorang, bentuk rupanya, badannya atau hal%hal -isik lain yang hanya merupakan asesori atau menjadi kulit%kulit luar suatu kepribadian, melainkan isi dalam diri seseorang, yakni #ara berpikirnya dan sikap ji!anya. $engan demikian jelaslah bagi kita bah!a syakhshiyyah Islamiyyah atau kepribadian Islam adalah perpaduan antara #ara ber-ikir Islami (aqliyyah Islamiyyah) dan sikap ji!a Islami (nafsiyyah Islamiyyah) yang terdapat dalam diri seorang muslim. Seorang muslim bisa dikatakan memiliki #ara ber-ikir yang Islami (aqliyyah Islamiyyah) manakala ia sudah bertekad untuk memikirkan segala sesuatu dan setiap problema yang dihadapinya dengan #ara pandang dan #ara%#ara peme#ahan Islam. Ia hanya bertekad hanya akan menggunakan ka#a mata Islam. Seorang muslim bisa dikatakan memiliki sikap ji!a Islami (nafsiyyah Islamiyyah) manakala dia telah bertekad untuk membimbing dan memenuhi segala keinginan ha!a na-sunya dengan #ara%#ara pemuasan Islam. :asulullah sa!. bersabda.

$ D E F & ; 1 C # B A ! ) . # @
"#idaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga ia membimbing ha&a nafsunya selalu mengikuti apa (Islam) yang kuba&a ini" (4:. Imam Na!a!i). $engan demikian seorang muslim baru dikatakan memiliki kepribadian Islam (syakhshiyyah Islamiyyah) manakala ia telah bertekad dalam hatinya untuk selalu memiliki aqliyyah Islamiyyah dan na-siyyah Islamiyyah. Seorang muslim tidak mungkin bertekad seperti itu manakala belum memahami dan memiliki aqidah Islamiyyah se#ara benar. Aqidah Islamiyyah yang tidak lain adalah keimanan kepada Allah S,T, para malaikatNya, Al /ur9an dan kitab%kitabNya yang lain, Nabi &uhammad Sa!. dan para :asul%Nya yang lain, hari kiamat, dan qadla%qadar%Nya adalah pemikiran yang paling mendasar yang akan menjadi standar bagi seluruh pemikiran%pemikiran lain yang diproses oleh akal seorang muslim. (leh karena itu, memperoleh aqidah Islamiyyah ini harus melalui proses ber-ikir.

Daurah Dirasah Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia

Imam As Sya-i9i r.a. pernah mengatakan bah!a ke!ajiban pertama bagi seorang mukalla- adalah ber-ikir tentang dirinya dan alam semesta ini hingga mendapatkan kesimpulan bah!a Allah adalah :abbul9alamin ('en#ipta dan 'emelihara sekalian alam). 'en#apaian aqidah melalui proses ber-ikir, meneliti, dan mengamati adalah aqidah yang sesuai dengan -itrah manusia dan memuaskan akal seorang muslim. Aqidah yang diperoleh melalui !arisan semata atau sekedar ha-alan rukun iman seperti yang diajarkan kepada murid sekolah dasar tidak akan menghunjam kuat pada hati seseorang, tidak menjadi ma-ahim atau pandangan hidup baginya, dan tidak menentukan pola berpikir maupun pola sikap dan ji!anya. (leh karena itu, jika ingin menghasilkan kepribadian Islam yang unggul maka harus diintroduksikan kepada kaum muslimin aqidah Islam yang diperoleh melalui proses ber-ikir ini sehingga akan terbentuk pribadi%pribadi yang memiliki kemajuan dan kebangkitan dalam #ara berpikir dan dalam pengendalian diri.=>

Daurah Dirasah Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia

You might also like