You are on page 1of 5

IDEOLOGI ISLAM TOR MATERI 1.

Islam sebagai mabda: dalam materi ini trainer memperkenalkan Islam sebagai sebuah mabda (ideologi), yaitu aqidah aqliyyah yang menghasilkan peraturan. Uraian sekilas tapi menyeluruh ke berbagai aspek kehidupan yang diatur oleh Islam dan pengertian mabda sebagai aqidah yang menghasilkan peraturan, atau mabda yang terdiri dari ide (fikroh) dan metode (thoriqoh) perlu disampaikan secara mudah dan menggelitik pemikiran. Peraturan Islam berupa pemecahan problematika kehidupan, tatacara pelaksanaan pemecahan problema kehidupan, tatacara pen agaan aqidah, dan tatacara mengemban dak!ah ke seluruh dunia. "qidah dan pemecahan problematika merupakan ide, sedangkan ketiga tatacara pelaksanaan merupakan metode. #engan itu Islam sebagai metode kehidupan yang sempurna ter!u ud dalam kehidupan nyata. Setelah materi ini para peserta diharapkan memahami ajaran Islam sebagai mabda (ideologi), yakni sebagai aqidah yang menghasilkan berbagai peraturan kehidupan yang merupakan solusi berbagai persoalan hidup serta memahami bahwa Islam bukan sekedar konsep tapi juga memiliki metode penerapannya.

Hakikat Ideologi Secara harfiah, kata idelogi bukan berasal dari islam. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, idea dan logos; Idea berarti gagasan, sedangkan logos berarti pengetahuan. Dalam istilah politik, ideologi adalah sistem ide yang menyangkut filsafat, ekonomi, politik, kepercayaan sosial dan ide-ide. Atau dalam ungkapan yang lebih sederhana bisa didefinisikan dengan pemikiran yang mendasar, yang tidak dibangun berdasarkan pemikiran lain. Pemikiran mendasar seperti ini adalah pemikiran dasar ushl!, bukan cabang fur'!, sekalipun kadang ada pemikiran cabang yang bisa menghasilkan pemikiran lain, seperti Patriotisme, "asionalisme dan sebagainya. Pemikiran cabang seperti ini, memang bisa menghasilkan pemikiran lain, tetapi tidak otomatis akan men#adikannya sebagai ideologi, karena pemikiran tersebut bukan pemikiran dasar. Pemikiran ini hanya layak disebut kaidah q'idah!, bukan ideologi mabda'!. Adapun pemikiran ushl, dalam pandangan ulama$ Usuludn adalah akidah; pemikiran yang menyeluruh tentang alam, manusia dan kehidupan, serta apa yang ada sebelum kehidupan Allah!, dan apa yang ada setelahnya %ari &iamat!, berikut semuanya hubungan dengan sebelum dan sesudah kehidupan syariat dan hisb/perhitungan amal!. &arena pemikiran ushul ini merupakan asas kehidupan; #ika manusia melihat pada dirinya, misalnya, dia akan menemukan, bah'a dia hidup di alam, maka selama dia tidak mempunyai pemikiran mengenai dirinya, kehidupan dan alam yang ada di sekelilingnya, dari aspek ada dan penciptaannya, maka dia tidak akan mampu memunculkan pemikiran yang layak untuk di#adikan asas kehidupannya. %anya sa#a tidak semua pemikiran akidah bisa men#adi ideologi, kecuali pemikiran akidah yang rasional; akidah yang lahir dari pembahasan rasional. (ika akidah tersebut merupakan dogmatis atau doktriner, maka ia tidak akan pernah men#adi pemikiran, karena tidak mempunyai realitas, dan karena itu tidak disebut pemikiran yang menyeluruh, sekalipun disebut akidah. )ontohnya, pemikiran mengenai eksistensi tiga oknum *uhan, +apak, Anak dan ,oh &udus, diyakini sama dengan satu, adalah pemikiran yang tidak bisa dibuktikan realitasnya. Sebab, secara logis satu berbeda dengan tiga, dan terbukti secara riil, satu adalah satu, dan tiga adalah tiga, dimana masing-masing adalah realitas yang berbeda. -aka, menyatakan ide trinitas sebagai ide ketuhanan yang maha esa, #elas bertentangan dengan realitas. &arena itu, akidah seperti ini hanya diterima sebagai dogma dan doktrin kebenaran, bukan sebagai hasil pembahasan rasional, yang terbukti realitasnya. Dengan demikian, akidah seperti ini tidak layak men#adi ideologi. Selain definisi di atas, ideologi #uga bisa didefinisikan dengan akidah rasional yang mampu memancarkan sistem. -aka, bisa disimpulkan bah'a Islam adalah ideologi, karena akidahnya merupakan akidah rasional yang mampu memancarkan sistem, yaitu akumulasi hukum syara$ untuk menyelesaikan permasalahan hidup. -asalah hubungan manusia dengan tuhannya, dirinya sendiri dan #uga sesamanya. Dengan demikian, Islam bukan hanya agama, tetapi #uga ideologi. +erbeda dengan &risten, Yahudi, maupun yang lain, atau &apitalisme dan Sosialisme. &risten dan Yahudi hanyalah agama; masing-masing hanya menga#arkan spiritualisme, tanpa sistem yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan hidup manusia. Sementara &apitalisme dan Sosialisme adalah ideologi, bukan

agama, karena tidak mampu menyelesaikan masalah spiritualitas manusia yang muncul dari naluri beragama mereka. -aka, menyatakan ideologi sebagai ciptaan akal manusia, semata karena melihat &apitalisme dan Sosialisme, kemudian digeneralisir untuk menyebut semua ideologi adalah produk akal #elas merupakan kesalahan logis. Ideologi memang pemikiran yang bersemayam pada benak manusia, tapi sumber pemikiran itu bisa dari ke#eniusan akal, dan bisa pula dari 'ahyu Allah Yang -aha -engetahui lagi -aha +i#aksana. Islam sebagai ideologi yang terbukti ketangguhannya sepan#ang .aman, baik ketika diemban oleh negara maupun tidak, adalah ideologi yang bukan merupakan produk akal manusia, melainkan dari 'ahyu Allah S/* semata lihat 0S. Al +a1arah 23, 0S. Al -ukmin 3, dan 0S. An "a#m 24, 0S. An "ahl 44!. Demikian #uga menyamakan Islam dengan &risten dan Yahudi, karena masing-masing samasama merupakan agama yang menga#arkan spiritualitas #uga #elas merupakan kesalahan analitis. Sebab, &risten dan Yahudi tidak mempunyai konsepsi kehidupan, selain konsepsi keakhiratan, dan masingmasing agama ini tidak mempunyai sistem untuk menyelesaikan seluruh permasalahan kehidupan. 5ebih-lebih kemudian menyamakan Islam dengan &risten dan Yahudi sebagai sumber konflik, karena itu Islam harus di#auhkan dari 'ilayah politik, dan dikembalikan pada relnya sebagai a#aran spiritual yang berfungsi mencerahkan #i'a, #elas merupakan kesalahan logika yang sangat fatal. Semuanya ini merupakan kesalahan berfikir yang senga#a ditanamkan oleh para pengemban ideologi &apitalis dan Sosialis, alias orang-orang kafir imperialis, dengan tu#uan licik agar umat Islam tidak bisa bangkit membebaskan diri dari cengkeraman pen#a#ahan mereka. Realitas Akidah Islam sebagai Ideologi Sebagai ideologi, akidah Islam adalah akidah rasional yang mampu memancarkan sistem. ,asionalitas akidah Islam ini, bisa dibuktikan dengan tidak adanya kontradiksi antara apa yang diyakini dengan realitasnya, dan bisa dibuktikan. &eyakinan mengenai adanya Allah sebagai pencipta alam, manusia dan kehidupan, misalnya, sesuai dengan realitas alam, manusia dan kehidupan itu sendiri yang terbatas. Dengan keterbatasannya, masing-masing membutuhkan kepada yang lain. *entu, yang dibutuhkan adalah .at yang tidak terbatas, baik 'aktu, tempat maupun yang lain. -aka, yang dibutuhkan pasti .at yang a.ali azaliyu al-wujd!, yang ada dengan sendirinya wjib al-wujd! dan tidak didahului yang lain. Dia bukan makhluk makhlq!, bukan pencipta dirinya sendirinya sendiri khliq li nafshi!, tetapi a.ali azaliyu al-wujd!. Dialah Allah S/*. .at yang -aha 6sa, tidak beranak, dan tidak diperanakkan. Allah berfirman7

" a!akanlah" "#ia-lah $llah% &ang 'aha (sa% $llah adalah )uhan yang bergan!ung ke*ada-+ya% segala sesua!u, #ia !iada beranak dan !iada *ula di*eranakan% dan !idak ada seorang*un yang se!ara dengan #ia", -Q.s. al-Ikhls [112]: 1-4., Dia #uga berfirman7

"# $ ! ]

8#ialah &ang $wal dan &ang $khir% &ang /hahir dan &ang 0a!hin% dan #ia 'aha 'enge!ahui segala sesua!u," -Q.s. al-Hadd [57]: 3.

4 5 0 12 3 . / , * ' * + ' ( ) % & ]

Sedangkan keyakinan mengenai al-0ur$an sebagai firman Allah, sesuai dengan realitas al-0ur$an yang merupakan kitab suci berbahasa Arab. Sebagai kitab suci yang berbahasa Arab, ada tiga kemungkinan bagi al-0ur$an7 1er!ama, al-0ur$an adalah kata-kata orang Arab kalm al-'$rab!, dan kemungkinan ini #elas batil, karena terbukti se#ak diturunkannya al-0ur$an hingga sekarang, atau sekitar 94 abad, tidak ada satu orang Arab pun yang bisa membuatnya, atau membuat satu surat sepertinya, padahal tantangan al-0ur$an kepada mereka se#ak turunnya tetap berlan#ut sepan#ang masa. edua, al0ur$an adalah sabda -uhammad sa'. kalm 'uhammad!, dan kemungkinan ini #uga batil, karena dua alasan7 1er!ama, -uhammad sa'. adalah orang Arab, sehingga kepadanya berlaku tantangan terhadap bangsa Arab pada kemungkinan pertama tersebut, dan #ika semua orang Arab terbukti tidak mampu, maka demikian #uga dengan -uhammad sa'. Sebab, beliau merupakan bagian dari orang Arab. edua, dari mulut ,asul telah keluar dua nash yang berbeda, yaitu al-0ur$an dan as-Sunnah, sementara masingmasing mempunyai gaya bahasa yang berbeda. (ika keduanya keluar dari mulut yang sama, dan sabda atau kata orang yang sama, tentu keduanya pasti sama, dari sisi gaya bahasa dan ungkapannya. *ernyata, masing-masing sangat #auh perbedaannya. -aka, #elas al-0ur$an bukan merupakan sabda atau kata-kata -uhammad sa'. e!iga, al-0ur$an adalah firman Allah S/*. dan inilah realitas al-0ur$an, setelah dibuktikan dengan dua kemungkinan sebelumnya. Allah #uga berfirman7

A/ 2 ' 5 : *= ? 2 A B 5 ! 4 ; : @ >? : *= ' < / ! .7 * 8 ; : 6 9 8 7 8 6 ] 4 C


"#an sesungguhnya ami menge!ahui bahwa mereka berka!a" "2esungguhnya al-3ur'an i!u diajarkan oleh seorang manusia ke*adanya -'uhammad.", 1adahal bahasa orang yang mereka !uduhkan -bahwa. 'uhammad belajar ke*adanya bahasa '$jam -bahasa non-$rab.% sedangkan al-3ur'an adalah dalam bahasa $rab yang !erang," -Q.s. an-Nahl [16]: 103.,

Adapun keyakinan mengenai -uhammad sa'. sebagai "abi dan ,asul Allah adalah keyakinan yang dibangun berdasarkan realitas, bah'a beliaulah yang menyampaikan al-0ur$an, yang merupakan firman Allah S/*. Sementara tidak seorang manusiapun yang diberi tugas untuk menyampaikan kitab suci yang diturunkan Allah S/*, kecuali dia adalah seorang nabi dan ,asul yang diutus oleh-"ya. Allah S/*. berfirman7

"#an kami !urunkan ke*adamu -'uhammad. $l-3ur'an% agar kamu menerangkan ke*da uma! manusia a*a yang !elah di!urunkan ke*ada mereka dan su*aya mereka memikirkan," - Q.s. anNahl [16]: 44.

: ' # G 9 7 9 4 ; % E .8 *C H * D 4 . G ' $ ? . F 4 ; * D E 8 ]

&eyakinan terhadap perkara di atas terbukti tidak bertentangan dengan realitas yang ada; ketiganya #uga bisa di#angkau indra manusia. Sementara keyakinan terhadap malaikat, kitab-kitab terdahulu, rasul-rasul lain selain -uhammad sa'. dan %ari &iamat, adalah keyakinan yang #uga tidak bertentangan dengan realitas yang diyakini. &arena keempat realitas tersebut dinyatakan keberadaannya oleh nash yang 1ath$i dan pasti benar, baik al-0ur$an dan as-Sunnah. %al ini dinyatakan oleh Allah S/*. dalam firman-"ya7

"4ahai orang-orang yang beriman% !e!a*lah beriman ke*ada $llah dan 5asul-+ya dan ke*ada ki!ab yang $llah !urunkan ke*ada 5asul-+ya% ser!a ki!ab yang $llah !urunkan sebelumnya, 0arangsia*a yang kafir ke*ada $llah% malaika!-malaika!-+ya% ki!ab-ki!ab-+ya% rasul-rasul-+ya% dan hari kemudian% maka sesungguhnya orang i!u !elah sesa! sejauh-jauhnya," - Q.s. an-Nis [4]: 136. ini #elas berbeda dengan kepercayaan pada hantu, misalnya, yang sama sekali tidak terbukti realitasnya, baik secara indra'i maupun penukilan yang dinyatakan oleh nash yang 1ath$i. Adapun keyakinan terhadap qadh' dan qadar, sebagaimana yang dibahas oleh -utakallimin, sebagai perbuatan yang memaksa manusia, baik yang berasal darinya maupun yang menimpa dirinya, serta khasiyy! benda diciptakan Allah; dimana baik dan buruknya semata-mata dari Allah adalah keyakinan yang sesuai dengan realitas, baik perbuatan maupun benda. Semuanya ini membuktikan rasionalitas akidah Islam sebagai keyakinan yang bulat, tidak bertentangan dengan realitas dan bersumber dari dalil. Dengan keyakinan yang rasional mengenai adanya Allah sebagai pencita alam, manusia dan kehidupan, serta keyakinan yang rasional mengenai al0ur$an sebagai syariat yang diturunkan oleh Allah kepada -uhammad agar disampaikan kepada seluruh umat manusia, sebagai standar akuntabilitas di hadapan Allah, serta -uhammad sebagai ,asul, sang pemba'a dan pen#elas syariat, dan %ari &iamat yang men#adi hari pembalasan dan perhitungan hisb!, maka gambaran tersebut akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam kehidupan, yang akan menempatkannya pada #alur yang benar dan konsisten. Pada saat itulah, :isi dan misi hidupnya sebagai pengemban risalah yang agung dan mulia di muka bumi akan ter'u#ud. &emudian, sistem yang terpancar dari risalah tersebut akan ditegakkan di muka bumi dengan dorongan keyakinan yang bulat serta ketak'aan yang tinggi kepada Allah S/*. Inilah hakikat akidah rasional Islam, yang memancarkan sistem dalam kehidupan. Dengan demikian, akidah Islam merupakan akidah yang dibangun berdasarkan akal. Sebab, setiap muslim dituntut agar mengimani semua perkara yang diyakininya dengan akal, baik secara langsung dengan akal maupun secara tidak langsung bila memang tidak bisa di#angkau oleh akal; yaitu dengan memahami realitas yang dinyatakan oleh dalil-dalil dari nash 1ath;I Al 0uran dan As Sunnah! yang telah dibuktikan kebenarannya dengan akal. Disamping itu akidah Islam #uga sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, akidah Islam mengakui kebutuhan manusia kepada Allah Sang Pencipta, bukan hanya untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, tapi #uga hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan dirinya sendiri.

! J K M 5 % E 8 ?> L * G ! J K * / D C 0 D C 0 ? * 9 I * ] P 4 ! J K ! G $ ! G N O C * / ' # C C % E 8 ?> L * G " 47 / S "O R R 6 Q ' ( )

Lahirnya Sistem Islam dari Akidah Islam Sebagai akidah rasional yang memancarkan sistem, ideologi Islam mempunyai proses yang berbeda dengan &apitalisme maupun Sosialisme. (ika realitas kehidupan dan akal manusia merupakan satu-satunya sumber bagi &apitalisme untuk melahirkan sistemnya, sementara faktor produksi dan akal manusia merupakan satu-satunya sumber bagi Sosialisme untuk melahirkan sistemnya, maka Islam berbeda dengan keduanya. Sistem Islam lahir dari sumber yang tetap, yaitu nash-nash syara; yang tetap, Al 0uran dan As Sunnah, serta apa yang ditun#ukkan oleh keduanya sebagai sumber sistem yang layak, yakni I#ma; Sahabat ,asulullah sa'. dan 0iyas; dengan cara memahami nash-nash tersebut, memahami realitas yang ter#adi dalam kehidupan, dan mengkompatibelkan realitas dengan nash. (ika realitas itu kompatibel dengan nash, berarti hukum yang terdapat dalam nash tersebut merupakan hukum atas realitas itu. Dan demikian sebaliknya. Dengan mekanisme ini, sistem Islam tidak akan mengalami perubahan sepan#ang 'aktu dan tempat. Pada 'aktu yang sama, di setiap 'aktu dan tempat akan lahir para ahli hukum Islam fu1aha<mu#athid! yang akan mampu menggali hukum i#tihad! dari nash-nash tersebut untuk menyelesaikan berbagai persoalan baru yang berkembang di tengahtengah masyarakat. Adapun sistem yang lahir dari akidah Islam adalah sistem yang mengatur hubungan antara manusia dengan *uhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan dirinya sendiri. Sistem tersebut meliputi dua aspek7 1er!ama, penyelesaian masalah mu'lajah li masykil al-insn!, yang meliputi7 'ibadh, seperti shalat, puasa, .akat, ha#i dan #ihad; mu'malah seperti sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, dan politik luar negeri; serta akhlq. edua, metode !harqah!, baik untuk menerapkan Islam, seperti &hilafah Islam, atau men#aga Islam, seperti sanksi hukum 'uqb!! yang dterapkan oleh &hilafah Islam, ataupun menyebarluaskan Islam, seperti dak'ah dan #ihad yang diemban oleh &hilafah Islam. -aka, dengan adanya &hilafah Islam, seluruh penyelesaian masalah yang lahir dari akidah Islam tersebut bisa diterapkan dan di#aga, sehingga tidak ada satupun hukum Islam yang diabaikan, atau bahkan ditinggalkan. Dalam hal ini, al-Ghazli menyatakan7 "$gama adalah asas% sedangkan sul!han -imam a!au khalifah. adalah *enjaga6 $*a saja yang -!egak. !an*a asas% *as!i akan run!uh% sedangkan a*a saja yang -ada. !an*a *enjaga% *as!i juga akan hilang," &hilafah Islam akan mengadopsi hukum Islam untuk men#adi ==D dan perundang-undangan negara. Dengan cara itulah, hukum-hukum Islam tersebut bisa diterapkan. Ini didukung dengan ketak'aan rakyat, dan kontrol masyarakat yang tinggi terhadap setiap bentuk penyimpangan atau penyele'engan dari hukum tersebut. Sementara untuk men#aga Islam, sistem sanksi nizhm al-'uqba!! yang dilaksanakan oleh khalifah sebagai bagian dari hukum Islam, benar-benar terbukti mampu men#aga keutuhan a#aran Islam. -engingat sanksi ini berfungsi sebaga zawjir pre:entif! dan jawbir kuratif!; pre:entif bagi orang lain, supaya tidak melakukan kesalahan yang sama, sebagamana firman Allah7

"#an dalam qishaas i!u ada -jaminan kelangsungan. hidu* bagimu% hai orang-orang yang berakal% su*aya kamu ber!akwa," -Q.s. al-Baqarah: 17 .

: 6 G V 7 L * & 2 * U *4 T * 6 2Q ]

Dan kuratif bagi orang-orang yang di#atuhi sanksi, sehingga di akhirat tidak akan di#atuhi lagi hukuman oleh Allah, sebagaimana hadits "abi yang menyatakan7

"#an sia*a saja yang melakukan sesua!u dari *erbua!an -dosa. i!u% kemudian dikenakan sanksi di dunia% maka i!u meru*akan !ebusan baginya -di akhira!.," -H.r. al-B!khri.,

\! UK * # $ 9 Q * 4 8 I 2Q [ 7 Q * Z "4 3 F Y C L * X C W

-aka, dengan diterapkannya sanksi tersebut, bukan hanya Islam sa#a yang ter#aga, tetapi #uga kemaslahatan :ital al-mashlahah ad-dharriyyah! ummat manusiapun akan ter#aga, baik berkaitan dengan agama, keturunan, akal, #i'a, harta, kehormatan, keamanan maupun negara. Sementara untuk menyebarluaskan Islam, &hilafah Islam akan melakukan dak'ah secara praktis dalam istilah orang Indonesia dak'ah bil hal! di tengah masyarakat, baik muslim maupun non-muslim, dengan menerapkan Islam secara utuh. Dengan begitu cahaya Islam akan bersinar kembali, dan orangorang non-muslim akan masuk Islam secara berbondong-bondong. Sementara keluar, &hilafah Islam akan melakukan propaganda tentang Islam, dengan berbagai sarana yang memungkinkan, serta melaksanakan #ihad sebagai langkah terakhir untuk menghancurkan tembok penghalang, yang menghalangi sampainya Islam kepada seluruh umat manusia. >irman Allah S/*.7

. : ] D G Q : V S MG V * ]

"#an *erangilah mereka i!u% sehingga !idak ada fi!nah lagi dan -sehingga. ke!aa!an i!u hanya sema!a-ma!a un!uk $llah," -Q.s. al-Baqarah [2]: 1 3., Dengan pemahaman Islam yang utuh seperti inilah para sahabat ,asulullah sa'. berhasil melan#utkan dak'ah dan kehidupan Islam yang dibangun ,asulullah sa'. sehingga Islam di masa mereka tersebar luas dan berdaulat sampai ke hampir 3<2 belahan dunia. Pan#i-pan#i tauhid pun berkibar, hukum-hukum Allah yang sempurna ditegakkan, keadilan dan kese#ahteraan ditebarkan. &alau hari ini umat ini ingin mengulangi sukses ,asul dan para sahabatnya serta para pelan#ut ke#ayaan Islam berikutnya, pertama kali yang harus ditempuh adalah melakukan rekonstruksi pemikiran mereka tentang Islam yang utuh, yakni menanamkan kembali pemahaman Islam sebagai mabda atau ideologi. *idak ada #alan lain. 4allahu7alam8

You might also like