You are on page 1of 8

GANGGUAN MOOD Definisi Gangguan mood adalah suatu keadaan dimana emosi yang muncul telah terdistorsi sehingga

terjadi ketidaksesuaian terhadap situasi / kondisi sekitarnya. Epidemiologi Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15 persen, kemungkinan setinggi 25 persen pada anita. Gejala depresi memang sering tidak terasa dan tidak diketahui. !ahkan, lebih dari "# persen kasus depresi di tempat praktik dokter tidak terdeteksi. $arena, gejala utama depresi seperti perasaan depresif %murung, sedih&, hilangnya minat/gairah, dan rasa lemas pernah terjadi pada siapa pun.%'epublika& (epresi merupakan gangguan mental yang paling banyak menimbulkan beban distabilitas, meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan risiko bunuh diri. !erdasarkan studi !adan $esehatan (unia %)orld *ealth +rgani,ation/)*+&, gangguan mental menempati urutan keempat penyebab disabilitas pada tahun 2###. (iperkirakan, 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. -ronisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari .5 tahun. /idak mengherankan, bila diperkirakan 0# persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi %termasuk ski,ofrenia&. (epresi juga berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien dan seluruh keluarganya. %republika& Gangguan bipolar - adalah gangguan yang lebih jarang daripada gangguan depresif berat, dengan prevalensi seumur hidup adalah 2 persen, sama dengan angka ski,ofrenia. 1enis $elamin 2ada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat prevalensi gangguan depresif 2 kali lebih besar pada anita dibandingkan laki-laki. )alaupun alasan adanya perbedaan tersebut tidak diketahui, penelitian menunjukkan bah a perbedaan di dalam masyarakat barat tidak semata-mata karena praktek diagnostik yang secara sosial mengalami bias. 3lasan adanya perbedaan telah didalilkan sebagai melibatkan perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stressor psikososial bagi anita dan laki-laki, dan model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari. !erbeda dengan gangguan depresif berat, gangguan bipolar - mempunyai prevalensi yang sama bagi laki-laki dan anita. 4sia

2ada umumnya, onset gangguan bipolar - adalah lebih a al daripada onset gangguan depresif berat. 4sia onset gangguan bipolar - terentang dari masa anak-anak sampai 5# tahun atau bahkan lebih lanjut pada kasus yang jarang, dengan rata-rata usia "# tahun. 'ata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira .# tahun5 5# persen dari semua pasien mempunyai onset antara uaia 2# dan 5# tahun. Gangguan depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak atau pada lanjut usia, alaupun hal tersebut jarang terjadi. !eberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan bah a insidensi gangguan depresif berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 2# tahun. 1ika pengamatan tersebut benar, hal tersebut mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan ,at lain pada kelompok usia tersebut. 'as 2revalensi gangguan mood tidak berbeda dari satu ras ke ras lain. /etapi, klinisi cenderung kurang mendiagnosis gangguan mood dan terlalu mendiagnosis ski,ofrenia pada pasien yang mempunyai latar belakang rasial yang berbeda dengan dirinya. 6ebagai contoh, dokter psikiatrik kulit putih, cenderung kurang mendiagnosis gangguan mood pada kulit hitam dan hispanik. 6tatus 2ernikahan 2ada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah. Gangguan bipolar - adalah lebih sering pada orang yang bercerai dan hidup sendirian daripada orang yang menikah, tetapi perbedaan tersebut mungkin mencerminkan onset a al dan percekcokan perka inan yang diakibatkannya yang karakteristik untuk gangguan tersebut. 6osioekonomi dan $ultural /idak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresif berat5 insidensi gangguan bipolar - yang lebih tinggi dari biasanya memang ditemukan pada kelompok sosioekonomi yang tinggi, kemungkinan karena adanya praktik diagnostik yang mengalami bias. (epresi mungkin lebih sering di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Gangguan bipolar - adalah lebih sering pada orang yang tidak lulus dari perguruan tinggi daripada lulusan perguruan tinggi, kemungkinan mencerminkan usia onset yang relatif a al untuk gangguan tersebut Etiologi

(asar umum untuk gangguan depresif berat tidak diketahui. !anyak usaha untuk mengenali suatu penyebab biologis atau psikososial untuk gangguan mood telah dihalangi oleh heterogenitas populasi pasien yang ditentukan oleh system diagnostic yang ddasarkan secara klinis yang ada, termasuk (67--8. 9aktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi factor biologi, factor genetika, dan factor psikososial. 2erbedaan tersebut adalah buatan karena kemungkinan bah a ketiga bidang tersebut berinteraksi diantara mereka sendiri. 6ebagai contoh, factor psukososial dan factor genetika dapat mempengaruhi factor biologis %sebagai contoh konsentrasi neurotransmitter tertentu&. 9actor biologis dan psikososial juga dapat mempengaruhi ekspresi gen. dan factor bolodis dan genetika dapat mempengaruhi respons seseorang terhadap stressor psikososial. Faktor Biologis Amin Biogenik (ari amin biogenic, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin. $orelasi yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara regulasi turun %do nregulation& reseptor adrenergic-beta dan respon antidepresan klinik kemungkinan merupakan bagian data yang paling memaksakan yang menyatakan adanya peranan langsung system noreadrenergik dalam depresi. 1enis bukti lain juga telah melibatkan resptor adrenergic-alfa 2 dalam depresi, karena aktivasi reseptor tersebut menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. 'eseptor adrenergic-alfa 2 juga berlokasi pada neuron serotogenik dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. 3danya noreadrenergik yang hamper murni, obat antidepresan yang efektif secara klinis : sebagai contoh, desipramine : mendukung lebih lanjut peranan norepinefrin didalam patofisiologi sekurangnya gejala depresi. Serotonin. (engan efek besar yang telah diberikan oleh serotonin-spesific reuptake inhibitor %66'-s& dalam pengobatan depresi, serotonin telah menjadi neurotransmitter amin biogenic yang paling sering dihubungkan dengan depresi. (iidentifikasinya subtype reseptor serotonin mutipel juga telah meningkatkan kegairahan dalam penelitian komunitas untuk mengembangkan terapi yang lebih spesifik untuk depresi. 2enurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa

pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin didalam ;66 dan trombosit yang rendah. Dopamin )alaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin biogenic yang paling sering dihubungkan dengan patofisiologi depresi, dopamine juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi, dopamine juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. (ata menyatakan bah a aktivitas dopamine mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada mania. 2enemuan terbaru subtype baru reseptor dopamine dan meningkatnya pengertian tentang regulasi presnaptik dan pascasinaptik fungsi dopamine telah semakin memperkaya banyak penelitian tentang antara dopamine dan gangguan mood. Faktor Neurokimia Lain )alaupun data tidak memuaskan pada saat ini, neurotransmitter asam amino : khususnya G3!3 %gamma-aminobutyric acid& : juga telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood. !eberapa peneliti juga telah menyatakan bah a second messenger : seperti adenylate cyclase, phosphotidylinositol, dan regulasi kalsium : mungkin juga memiliki revelansi penyebab. Regulasi Neuroendokrin *ipotalamus adalah pusat regulasi sumbu neurohormonal dan hipotalamus sendiri menerima banyak masukan neuronal yang menggunakan neurotransmitter amin biogenic. !erbagai disregulasi telah dilaporkan pada pasien dengan gangguan mood. (engan demikian, regulasi abnormal pada sumbu neuroendokrin merupakan hasil dari fungsi abnormal neuron yang mengandung amin biogenic. )alaupun secara teoritis dimungkinkan bagi disregulasi tertentu pada sumbu neuroendokrin %sebagai contoh sumbu tiroid dan sumbu adrenal& untuk terlibat dalampenyebab gangguan mood, disregulasi lebih mungkin mencerminkan gangguan otak fundamental yang mendasari. 6umbu neuroendokrin utama menarik perhatian didalam gangguan mood adalah penurunan sekresi nocturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin terhadap pemberian tryptophan, penurunan kadar 96* dan <* dan penurunan kadar testosterone pada laki-laki. Sumbu adrenal *ubungan antara hipersekresi kortisol dan depresi adalah salah satu pengamatan yang paling tua dalam psikiatri biologi peneitian dasar dan klinis tentang hubungan tersebut telah menghasilkan pengertian tentang bagaimana pelepasan kortisol adalah diatur pada orang normal

ataupun yang mengalami depresi. =euron di nucleus paraventrikular melepaskan sorticotropin releasing hormone %;'*& yang menstimulasi pelepasan adenokortikotropik %3;/*& dari hipofisis anterior. 3;/* selanjutnya menstimulasi pelepasan kortisol dari korteks adrenal. $ortisol meberikan umpan balik pada jaringan kerja melalui sekurangnya dua mekanisme > satu mekanisme umpan balik cepat, yang peka terhadap kecepatan peningkatan kadar kortisol, beroperasi melalui reseptor-reseptor kortisol di hipokampusdan menyebabkan penurunan 3;/*5 mekanisme umpan balik lambat yang sensitive terhadap konsentrasi kortisol dalam keadaan mantap, diperkirakan bekerja melalui reseptor hipofisis dan adrenal. Sumbu tiroid Gangguan tiroid seringkali disertai dengan gejala afektif, dan peneliti telah menggambarkan adanya regulasi abnormal dari sumbu tiroid pada pasien dengan gangguan mood. (alam penelitian didapatkan bah a kira-kira sepertiga dari dari semua pasien depresif berat yang memiliki sumbu tiroidnormal memiliki pelepasan tirotropin yang tumpul , yaitu /6*, terhadap infuse /'*. /etapi kelainan yang sama telah dilaporkan dalam berbagai macam diagnosis psikiatrik lainnya, jadi membatasi kegunaan diagnostic tes tersebut. 6elain itu, usaha untuk menentukan subtype pasien depresi berdasarkan hasil /'*-nya telah dipertentangkan. Hormon pertumbuhan !eberapa penelitian telah menemukan perbedaan statistic antara pasien depresi dengan pasien normal didalam hal pengaturan pelepasan hormone pertumbuhan. 2asien depresi memiliki pengumpulan stimulasi hormone pertumbuhan yang di induksi tidur. $arena kelainan tidur adalah gejala yang sering pada depresi, suatu pertanda neuroendokrin yang berhubungan dengan tidur adalah jalur untuk penelitian. 2enelitian juga telah menemukan bah a pasien depresi memiliki penumpulan respons terhadap peninggian sekresi hormone pertumbuhan yang di induksi clonidine %catapres&. Kelainan Tidur Gangguan tidur %insomnia a al dan terminal, terbangun berulang kali, hipersomnia& adalah gejala yang klasik dan sering ditemukan pada depresi, dan perasaan menurunnya kebutuhan tidur adalah gejala klasik dari mania. 2eneliti telah lama mengetahui bah a ??G tidur pada banyak orang yang depresi meunjukkan kelainan . kelainan yang sering ditemukan adalah perlambatan onset tidur, pemendekan latensi '?7 %rapid eye movement&, dan tidur delta yang abnormal.

em!angkitan "Kindling# 2embangkitan adalah proses elektrofisiologi dimana stimulasi subambang yang berulang dari suatu neuron akhirnya menimbulkan suatu otensial aksi. 2ada tingkat organ, stimulasi subambang disuatu daerah otak menyebabkan kejang. 2engamatan klinis bah a antikonvulsan berguna dalam pengobatan gangguan mood, khususnya gangguan bipolar -, telah menimbulkan teori bah a patofsiologi gangguan mood mungkin melibatkan adanya pembangkitan dilobus temporalis. $rama %ikardian $elaianan arsitektur tidur pada depresi yang sementara berhubungan dengan pengurangan tidur telah menimbulkan teori bah a depresi mencerminkan regulasi abnormal irama sikardian. !eberapa penelitian dengan binatang menyatakan bah a terapi antidepresan standar adalah efektif dalam mengubah jam biologis internal. Regulasi Neuroimun 2eneliti telah melaporkan adanya kelaianan imunologis pada pasien depresi dan pada orang yang berdukacita atas kehilangan saudara, pasangan, atau teman dekat. (isregulasi sumbu kortisol mungkin mempengaruhi status imun, mungkin terdapat regulasi hipotalamik yang abnormal terhadap system imun. Neuroanatomik !aik gejala gangguan mood dan temuan penelitian biologis mendukung hipotesis bah a gangguan mood melibatkan patologis di system limbic, ganglia basalis dan hipotalamik. Gangguan neurologis di ganglia basalis dan system limbic %terutama lesi eksitatif pada hemisfer nondominan& kemungkinan ditemukan bersama gejala depresif. 6ystem limbic dan ganglia basalis adalah berhubungan erat, dan peranan utama dalam menghasilkan emosi adalah dihipotesiskan untuk system limbic. (isfungsi pada hipotalamus diperkirakan oleh perubahan tidur, nafsu makan, dan perilaku seksual pasien dengan depresi oleh perubahan biologis dengan parameter endokrin, imunologis, dan kronobiologis. 2ostur membungkuk, perlambatan motorik, an gangguan kognitif minor pada pasien yang terdepresi adalah mirip dengan tanda yang ditemukan pada gangguan ganglia basalis, seperti penyakit 2arkinson dan demensia subkortikal lainnya. Faktor Genetika Faktor Keluarga

2enelitian keluarga telah secara berulang menemukan bah a sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan bipolar - berkemungkian @ sampai 1@ kali lebih besar daripada sanak saudara derajat pertama subjek control untuk menderita gangguan bipolar - dan -- sampai 1# kali lebih mungkin menderita gangguan deprsif berat. 2enelitian keluarga juga menemukan bah a sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat berkemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat pertama subjek control untuk menderita gangguan bipolar - dan -- sampai tiga kali lebih mungkin menderita depresif berat. enelitian Adopsi 2ada intinya, penelitian adopsi ini telah menemukan bah a anak biologis dari orangtua yang menderita tetap berada dalam resiko menderita suatu gangguan mood, bahkan jika mereka dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan. enelitian Kem!ar 2enelitian terhadap anak kembar telah menunjukkan bah a angka kesesuaian untuk gangguan bipolar - pada kembar mono,igot adalah "" sampai A# persen, tergantung pada penelitian tertentu5 untuk gangguan depresif berat angka kesesuaian pada kembar mono,igot adalah 5# persen. 6ebaliknya, angka kesesuaian pada kembar di,igot adalah kira-kira 5 sampai 25 persen untuk gangguan bipolar - dan 1# sampai 25 persen untuk gangguan depresif berat. Faktor sikososial eristi&a Ke'idupan Dan %tres (ingkungan 6atu pengamatan yang telah lama yang telah direplikasi adalah bah a peristi a kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. *ubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan bipolar -. 6uatu teori yang diajukan untuk menjelaskan pengamatan tersebut adalah bah a stress yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. 2erubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system pemberi signal intraneuronal. 2erubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. *asil akhirnya dari perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang

lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal. Faktor Kepri!adian ramor!id /idak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. 6emua manusia, apapun pola kepribadiannya, dapat menjadi depresi dalam keadaan yang tepat 5 tetapi tipe kpribadian tertentu %dependent-oral, obsesif-kompulsif, histeris& mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisocial, paranoid, dan lainnya yang menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan yang mengeksternalisasikan lainnya. /idak ada bukti bah a adanya gangguan kepribadian tertentu berhubungan dengan perkembangan gangguan bipolar - kemudian. /etapi gangguan distimik dan gangguan siklotimik adalah berhubungan dengan perkembangan gangguan bipolar - kemudian. Ketidak!erda)aan *ang Dipela+ari "(earned ,elplessness# (idalam percobaan dimana binatang secara berulang dipaparkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang akhirnya menyerah dan tidak melakukan usaha untuk menghindari kejutan selanjutnya. 7ereka belajar bah a mereka tidak berdaya. 2ada manusia yang terdepresi, kita dapat menemukan ketidakberdayaan yang mirip. 7enurut teori ketidakberdayaan yang dipelajari, depresi dapat membaik jika klinisi mengisi pasien dengan terdepresi dengan suatu rasa pengendalian dan penguasaan lingkungan. $linisi menggunakan teknik perilaku dorongan yang menyenangkan dan positif didalam usaha tersebut. Teori Kognitif 7enurut teori kognitif, interpretasi yang keliru %misinterpretation& kognitif yang sering adalah melibatkan distorsi negative pengalaman hidup, penilaian diri yang negative, pesimisme dan keputusasaan. 2andangan negative yang dipelajari tersebut selanjutnya menyebabkan perasaan depresi. 6eorang ahli terapi kognitif berusaha untuk mengidentifikasi kognisi negative dengan menggunakan tugas perilaku, seperti mencatat dan secara sadar memodifikasi pikiran pasien.

).9 . 7aramis, ;atatan -lmu $edokteran ji a, 4niversitas 3irlangga, 1A@#

You might also like