You are on page 1of 149

KATA PENGANTAR

aporan Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral di Perairan Teluk

Tomini, Gorontalo merupakan salah satu program dari Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), melalui Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik (PGKT) tahun anggaran 2004. Data-data yang dihimpun dari lapangan berupa data-data geologi, geofisika dan hidro-oseanografi yang diolah dan dianalisis secara langsung ataupun dilakukan di laboratorium. Selain menampilkanissu utama mengenai keterdapatandan

penyebaran mineral ekonomis, pada laporan ini juga coba disinggung mengenai permasalahan yang muncul lainnya seperti dinamika lingkungan. Puji syukur ke hadirat Nya, penulis panjatkan dengan segala kerendahan hati dengan terselesaikannya penyusunan laporan ini. Dalam kesempatan yang berbahagia ini pula, penulis mengucapkan terimakasih kepada: Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan; Pemimpin Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik beserta jajarannya; Koordinator Program Lingkungan dan Sumber Daya Mineral serta Pejabat Fungsional di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan; Bapak Kepala Dinas Pertambangan Propinsi Gorontalo; Keluarga besar Ilahude dan Wartabone; Istri dan anak-anakku, atas pengertian dan doa yang tiada putusnya;

Kata Pengantar

Semua

rekan

dan

kolega

di

lingkungan

Pusat

Penelitian

dan

Pengembangan Geologi Kelautan yang turut membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini. Kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikanperbaikan di masa datang. Akhir kata, menjadi harapan kami laporan ini dapat bermanfaat bagi kepentingan kita bersama. Semoga ridho Allah selalu menyertai kita.

Desember 2004

Penulis.

Kata Pengantar

ii

S ARI

aporan ini selain sebagai wujud pertanggungjawaban dari hasil kegiatan Penyelidikan Potensi Sumberdaya Mineral Pantai dan Lepas Pantai di Perairan Pantai Gorontalo, Kabupaten

Gorontalo dan sekitarnya juga sebagai ajang penyeberluasan informasi, yang dituangkan dalam suatu kolokium Puslitbang Geologi Kelautan. Kegiatan penyelidikannya sendiri dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dugaan akan potensi unsur logam dasar (base metal) di atas sebagai jawaban untuk mengantisipasi kebutuhan mineral-mineral letakan menurut konsep pembentukan endapan letakan yang terjadi di daerah telitian selain sebagai wujud pelaksanaan kegiatan dari Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik tahun anggaran 2004. Tujuan penelitian adalah selain untuk melengkapi data dasar geologi dan geofisikan kelautan juga untuk mengetahui penyebaran dan besarnya kandungan dan variasi mineral letakan, khususnya mineral berat yang prospek dan ekonomis secara lateral (horisontal) pada sedimen dasar laut maupun sedimen pantai. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap 10 contoh singkapan di darat (dan pantai) serta 9 contoh di lepas pantai dengan menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrometric (AAS) berhasil mengindentifikasi besaran konsentrasi dari beberapa logam dasar seperti Au, Cu, Zn dll. Dari hasil analisa tersebut diketahui kandungan Au berkisar antara 8 ppb di pantai Batato sekitar muara sungai Bone sisi barat (GRTP-01) dan pantai Batudaa (GRTP-09) hingga 17.3 ppm yang dijumpai pada daerah hulu Sungai Oluhutu di sekitar tinggian Bubotulo (GRTP-17). Konsentrasi kandungan Cu memiliki kisaran relatif merata antara 5 ppm yang dijumpai di sebelah tenggara Pantai Molutabu timur (GRTP-20) hingga 13 ppm terdapat sangat berdekatan dengan lokasi yang memiliki konsentrasi Au tertinggi (GRTP-17A). Sedangkan kisaran konsentrasi Pb antara 11 ppm (GRTP-20) hingga 179 ppm (GRTP-17A). Pendeliniasian yang dilakukan dengan berdasarkan ploting kandungan unsur-unsur yang bersangkutan dengan mempertimbangkan kondisi singkapan menghasilkan zonasi mineralisasi yang berbentuk subradier ke arah pantai dengan lokasi GRTP-17 dan 17-A sebagai pusatnya. Hasil di atas merupakan informasi awal yang diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan eksplorasi tahapan selanjutnya (misalnya pemboran) guna mendapatkan konsentrasi kandungan yang lebih terukur yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi nyata bagi daerah secara langsung tentu saja dengan tetap mengedepankan aspek keseimbangan lingkungan.

Sari

iii

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

BAB I

PENDAHULUAN

P
1.1

enyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral di pantai dan perairan Teluk Tomini adalah untuk mengetahui (identifikasi) potensi

nirhayati dalam hal ini variasi mineral letakan dan konsentrasinya. LATAR BELAKANG Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Geologi Kelautan adalah merupakan salah satu instansi pemerintah di bawah

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral yang berkewajiban dalam kegiatan inventarisasi penyelidikan geologi dan potensi sumberdaya mineral di seluruh wilayah perairan laut dan pesisir Indonesia. Penyelidikan Potensi Sumberdaya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo yang dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan dalam hal ini di bawah pengelolaan Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik
Pendahuluan
I-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


tahun anggaran 2004 adalah suatu bukti nyata dalam melaksanakan kewajiban di atas guna pengumpulan data dan inventarisasi geologi dan geofisika kelautan. Kecenderungan kebutuhan akan bahan galian yang bersifat konstruksi dan sumberdaya alam nirhayati (mineral) meningkat dengan pesat seiring dengan pesatnya pembangunan di segala bidang. Sehubungan dengan peningkatan tersebut, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral harus terus ditingkatkan di seluruh wilayah Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. Potensi sumberdaya mineral dan bahan galian di pantai dan dasar laut di wilayah perairan dan pesisir akhir-akhir ini menjadi suatu alternatif pilihan mengingat makin terbatasnya cadangan sumberdaya mineral di daratan, mengingat sumberdaya mineral merupakan salah satu dari banyak jenis sumber daya alam yang berpotensi untuk dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah. Kenyataan bahwa Propinsi Gorontalo yang relatif masih muda juga merupakan salah satu alasan yang melatarbelakangi kegiatan ini. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Penyelidikan Potensi Sumberdaya mineral Pantai dan Lepas Pantai di Perairan sekitar Pantai Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan sekitarnya ini, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dugaan akan potensi di atas sebagai jawaban untuk mengantisipasi keberadaan mineralmineral letakan menurut konsep pembentukan endapan letakan yang terjadi di daerah telitian selain sebagai wujud pelaksanaan kegiatan dari Proyek Pengembangan Geologi Kelautan Tematik tahun anggaran 2004.
Pendahuluan
I-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penyebaran dan besarnya kandungan dan variasi mineral letakan, khususnya mineral berat yang prospek dan ekonomis secara lateral (horisontal) pada sedimen dasar laut maupun sedimen pantai yang tercermin dari berbagai kegiatan seperti di bawah ini: 1) Pemetaan sebaran mineral berat di permukaan dasar laut; 2) Pemetaan kedalaman dan morfologi dasar laut; 3) Pemetaan karakter garis pantai; 4) Pemetaan sebaran sedimen permukaan dasar laut; 5) Pemetaan parameter hidro-oseanografi (pasang surut dan kecepatan arus). 1.3 INDENTIFIKASI MASALAH Kurangnya informasi mengenai potensi sumberdaya mineral

(pertambangan) khususnya sumberdaya mineral pantai dan lepas pantai, ini dapat dimengerti apabila mengingat usia Propinsi Gorontalo yang relatif masih muda selain masih kurangnya sumber daya manusia (juga peralatan) guna menginventarisasi segala potensi tersebut merupakan permasalahan menonjol hingga keberadaan berikut potensi dari sumberdaya mineral tersebut belum tergarap secara sungguhsungguh. Sebagai solusi alternatif diperlukan suatu kegiatan penyelidikan yang menghasilkan data yang berisi informasi mengenai letak, macam hingga besarnya kandungan, baik kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pusat terkait maupun kegiatan dimana peran daerah lebih menonjol sejalan dengan semangat otonomi daerah. Untuk kedepannya karena jenis kegiatan ini memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit selain
Pendahuluan
I-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


diperlukan kelengkapan peralatan yang memadai, maka kerjasama antar instansi (dinas) di daerah dengan instansi di pusat perlu mulai dipikirkan. Informasi yang dimaksud selain memuat data terkini, hendaknya juga mudah diakses, diperbaharui dan dievaluasi dengan kemampuan menumpangtindihkan (overlayered) antara satu peta dengan peta lainnya dalam satu tampilan sehingga memudahkan para pengambil keputusan dalam merancang suatu kebijaksanaan. Untuk memenuhi kondisi di atas maka segala luaran (product) informasi tersebut haruslah bersifat digital yang dibangun dalam suatu sistim yang dinamakan Sistim Informasi Geografis (GIS). 1.4 GEOLOGI REGIONAL Secara regional daerah penelitian merupakan bagian dari kawasan Indonesia Timur, yang secara geologi memiliki karakteristik yang lebih kompleks dan rumit bila dibandingkankan dengan kawasan Indonesia Barat. Ini dikarenakan kawasan timur Indonesia merupakan pertemuan dari lempeng-lempeng litosfera : Eurasia yang relatif stabil di bagian baratlaut, Lempeng Indo-Australia di bagian barat dan baratdaya yang bergerak relatif ke timurlaut, Lempeng Pasifik di bagian timur yang bergerak ke barat laut dan Lempeng Filipina Barat di bagian timurlaut yang bergerak ke arah barat. Bagian timurlaut Sulawesi merupakan akibat perputaran searah jarum jam dari lempeng kecil bagian baratdaya Sulawesi dan Kalimantan pada masa lalu yang diikat pada bagian baratdaya oleh sistem busur pada sesar-sesar mendatar mengiri, dan penolakan dasar laut Sulawesi di utara oleh adanya penujaman di Parit Sulawesi Utara. Sesar-sesar Palu dan Matano,
Pendahuluan
I-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


keduanya merupakan sesar-sesar aktif yang merupakan bagian dari satu sistim sesar, meskipun hubungan antara keduanya belum dapat dibuktikan. Berdasarkan data seismik yang ada, zona seismik benioff memiliki kemiringan ke arah selatan dari parit Sulawesi Utara sedangkan gunungapi aktif Una-una, terletak antara Lengan Utara dan Lengan Timur Sulawesi, yang kemungkinan merupakan hasil dari sistim penujaman ini.

Gambar 1.1 Geotektonik Regional Sulawesi (disederhanakan dari Silver drr.,1983; Sukamto
& Simandjuntak, 1983 & Parkinson,1996, 1997)

Pendahuluan

I-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


1.4.1 Struktur dan Tektonika Struktur geologi yang utama di daerah penelitian adalah sesar, berupa sesar normal dan sesar mendatar. Sesar normal yang terdapat di G. Boliohuto menunjukan pola memancar, sedangkan sesar mendatar umumnya bersifat menganan tetapi adapula yang mengiri. Sesar tersebut memotong batuan yang berumur tua (Formasi Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (Satuan Batugamping Klastik). Struktur lipatan hanya terdapat setempat, terutama pada Formasi Dolokapa dan Formasi Lokodidi, dengan sumbu lipatan secara umum berarah barat-timur. Kelurusan banyak tedapat di daerah ini dengan arah yang sangat beragam. Kelurusan ini terlihat baik dengan citra radar dan foto udara. Kegiatan tektonik di daerah ini diduga telah berlangsung sejak Eosen sampai Oligosen yang diawali dengan kegiatan magmatik yang menghasilkan Satuan Gabro. Masih pada Eosen, terjadi pemekaran dasar samudra yang berlangsung hingga Miosen Awal dan ini menghasilkan lava bantal yang cukup luas. Kegiatan tersebut diikuti pula oleh terjadinya retas-retas yang umumnya bersusunan basa, dan banyak menerobos Formasi Tinombo. Pada Miosen selain terjadi pengendapan Formasi Randangan dan Formasi Dolokapa, terjadi pula kegiatan magmatik yang menghasilkan diorit Bone. Diduga pada waktu itu terjadi pula penunjaman dari utara ke arah selatan dari Laut Sulawesi, yang dikenal sebagai Jalur Tunjaman Sulawesi Utara (Simandjuntak, 1983). Diduga penunjaman ini mengakibatkan kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan

gunungapi Bilungala dan gunungapi yang menyusun Formasi Dolokapa.


Pendahuluan
I-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Kegiatan magmatik Diorit Bone yang berlangsung sampai Miosen Tengah dilanjutkan oleh kegiatan magmatik Diorit Boliohuto yang berlangsung hingga Miosen Akhir. Bersamaan dengan kegiatan

magmatik tersebut, terjadilah pengangkatan pada akhir dari Miosen Akhir. Pada akhir kegiatan magmatik diorit Boliohuto, terjadilah kegiatan gunungapi yang menghasilkan Batuan Gunungapi Pani dan breksi Wobudu. Pada waktu itu, jalur tunjaman Sulawesi Utara diduga masih aktif, dan menghasilkan sejumlah sesar mendatar di bagian barat daerah penelitian. Pada pliosen terjadi pula kegiatan magmatik yang menghasilkan batuan terobosan granodiorit Bumbulan, yang kemudian diikuti oleh kegiatan gunungapi. Kegiatan gunungapi ini berlangsung hingga plistosen Awal dan menghasilkan batuan gunungapi Pinogu. Pada saat itu juga terjadi pengendapan batuan sedimen yang membentuk Formasi Lokodidi. Sementara itu, retas-retas yang bersusunan basal, andesit dan dasit masih terbentuk yang kemudian tidak lama lagi berhanti setelah berakhirnya gunung kegiatan api tersebut. Pada akhir Pliosen hingga Plistosen di daerah ini terjadi pengendapan yang membantuk satuan Batugamping Klastik pada laut dangkal. Sedangkan pada Plistosen Awal, terbentuklah endapan danau dan endapan sungai tua. Ketiga satuan batuan tersebut telah mengalami pengangkatan pada sekitar akhir plistosen. Pada akhir Plistosen hingga sekarang terjadi proses pendataran serta kegiatan tektonik yang masih aktif. Proses pendataran menghasilkan endapan aluvium sedangkan kegiatan tektonik menghasilkan beberapa

Pendahuluan

I-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


sesar jurus mendatar di bagian timur lembar serta mengakibatkan terangkatnya satuan Batugamping Terumbu. 1.4.2 Fisiografi Dan Morfologi Daerah penelitian merupakan bagian dari lengan Utara Sulawesi. Sebagian besar daearah ini ditempati oleh batuan guningapi Tersier. Di wilayah tengah bagian timur daerah penelitian dijumpai dataran rendah yang berbentuk memanjang, terbentang dari danau Limboto ke lembah Paguyaman yang diduga pada awalnya merupakan danau.

Foto 1.1 Morfologi pedataran lembah merupakan sisa danau

(foto koleksi: N. Cahyo)

Daerah yang dipetakan dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi; satuan pegunungan berlereng terjal, perbukitan bergelombang dan satuan dataran rendah. Satuan pegunungan berlereng terjal

menempati bagian tengah dan utara daerah penelitian dengan beberapa puncaknya antara lain G. Tentolomatinan (2207 m), G. Bondalo (918 m), G. Pentolo (2051 m), G. Bian (1620 m), G. Pomonto
Pendahuluan
I-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


(1490 m), G. Lemuli ( 1920 m), G. Boliohuto (2065 m), serta G. dolokapa (1770). Satuan morfologi ini terutama ditempati oleh batuan gunungapi tersier dan batuan plutonik. Satuan perbukitan bergelombang terutama dijumpai di daerah selatan dan disekitar Tolotio. Satuan ini pada umumnya menunjukan bentuk puncak membulat dengan lereng yang relatif landai dan berjulang kurang dari 200 m. satuan morfologi perbukitan bergelombang terutama ditempati oleh batuan gunungapi dan batuan sedimen berumur Tersier hingga Kuarter. Satuan dataran rendah dijumpai di daerah selatan daerah penelitian, disepanjang pesisir selatan. Di lembah Paguyaman dan di sekitar danau Limboto umumnya ditempati oleh aluvium dan endapan danau. 1.4.3 Stratigrafi Regional Berdasarkan stratigrafi regional, daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi, yaitu: Qal ALUVIUM dan ENDAPAN PANTAI : Pasir, Lumpur, dan Krikil:

di sekitar Tumani, Poopo, dan di sebelah utara Telaga Mooat batuannya agak mengeras dan sedikit berubah bentuk. Di daerah Tawaang satuan ini sulit dipisahkan dari satuan Qs yang terdapat di Lembar Manado. Ql BATUGAMPING TERUMBU : Batugamping koral. Batugamping

koral berwarna putih dan umumnya pejal. Satuan ini sebagian sudah terangkat membentuk perbukitan sedang sebagian lainnya masih berkembang terus di bawah permukaan laut hingga sekarang. Umurnya di perkirakan Plistosen Akhir hingga Holosen. Satuan ini dijumpai di dekat Danau Limboto, di pantai selatan bagian timur dan di pantai
Pendahuluan
I-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


utara bagian barat dari lembar ini. Ketinggian dari satuan ini ada yang mencapai 100 m di atas permukaan laut. Qpl ENDAPAN DANAU : Batulempung, Batupasir dan Kerikil.

Endapan ini pada umumnya didominasi oleh Batulempung yang berwarna abu-abu kecoklatan; setempat mengandung sisa tumbuhan dan Lignit. Di beberapa tempat terdapat Batupasir berbutir halus hingga kasar, serta Kerikil. Pada batupasirnya setempat terdapat struktur Silang siur berskala kecil. Umumnya satuan ini masih belum padu. Umurnya diperkirakan Plistosen sampai Holosen. Sebaran batuan ini terutama menempati daerah lembah Paguyaman dan di sekitar danau Limbioto. Ketebalannya mencapai 94 m, dialasi oleh batuan Diorit (Trail, 1974). QTs MOLASA CELEBES SARASIN DAN SARASIN (1901) :

Konglomerat, Breksi, dan Batupasir. Konglomerat tersusun dari Andesit, Granit, Batupasir putih, dan kepingan Batugamping kelabu berukuran krikil sampai brangkal; setempat-setempat dengan sisipan batupasir kelabu dengan tebal 15 sampai 30 cm, sebagian besar mengeras lemah. Breksi terdiri dari kepingan Andesit, Granit, Basal; berukuran krikil sampai krakal. Singkapan kecil yang tidak dapat dipetakan di sebelah timur Sangkup di pantai utara yang terdiri dari Batupasir halus hingga kasar berlapis baik dengan kemiringan rendah, barangkali termasuk Molasa Celebes. Satuan ini terjadi di dalam cekungan-cekungan kecil, dan diperkirakan berumur Pliosen hingga Plistosen. QTv BATUAN GUNUNGAPI : Breksi gunungapi, Tufa, dan Lava.

Singkapan Breksi gunungapi yang terjadi terutama di sekitar


Pendahuluan
I-10

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Pegunungan Bone, Gunung Mongaladia dan Pusian terdiri breksi gunungapi yang berkomposisi Andesit Piroksen dan Dasit. Tufa yang terutama tersingkap di daerah sekitar Gunung Lemibut dan Gunung Lolombulan kebanyakan berbatu apung, kuning muda, berbutir sedang sampai kasar, setempat mengandung sisipan batuan gunungapi yang bersifat menengah sampai basa. Lavanya kelabu muda hingga tua, pejal, dan umumnya berkomposisi Andesit Piroksen. Termasuk ke dalam satuan ini adalah batuan Gunungapi Pinogu yang diperkirakan berumur Pliosen hingga Plistosen. Tmbo DIORIT BOLIOHUTO : Diorit dan Granodiorit. Satuan ini terdiri dari batuan Diorit sampai Granodiorit yang mengandung kuarsa sampai 20 % dengan kandungan Feldspar dam Biotit yang cukup menonjol. Di beberapa tempat dijumpai Senolit bersusunan basa, menunjukan kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiasi dengan batuan basa jauh di bawah permukaan. Batuan ini menerobos Formasi Dolokapa. Tml BATUGAMPING : Kelabu terang, pejal, mengandung pecahan

batuan Gunungapi Hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensalensa di dalam batuan sedimen (Tms). Fosil-fosil yang dikandungnya

Lepidocyclina (Eulepidina) sp., Lepidocyclina parva (OPPENOORTH), Lepidocyclina sumatrensis (BRADY), Lepidocyclina eppioides (JONES
& CHAPMAN), Myogypsinoides sp., Spriroclypeus sp., Operculina sp., dan ganggang gampingan. Umur satuan ini adalah Miosen awal sampai Miosen akhir. Tmv/ Tmvl BATUAN GUNUNGAPI : Breksi gunungapi, Aglomerat,

dan Lava; mengandung sisipan Batupasir, Batulanau, Serpih, dan


Pendahuluan
I-11

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Batugamping. Breksi gunungapi dan Aglomerat tersusun dari pecahan batuan bersifat menengah sampai basa, kelabu dan hijau, pejal, sebagian terkersikkan kelabu muda, kompak, berbutir halus. Lava, kelabu kehijauan, berkristal halus sampai sedang; sebagian

mengandung urat Kalsit, Pirit, dan Kalkopirit; terdiri dari Andesit Hipersten, Andesit Horblende dan Dasit. Lava yang dapat dipetakan (Tmvl) di sebelah timur Danau Mala terdiri dari dasit. Sisipan batugamping kelabu mengandung fosil (BRADY),

Lepidocyclina sumatrensis
(NEWTON & HOLLAND),

Lepidocyclina

cf.verbeeki

Lepidocyclina parva (OPPENOORTH), Myogypsina thecidaeformis


(RUTTEN), dan Austrotrillina howchini (SCHLUMBERGER). Umur satuan batuan ini adalah Miosen awal sampai Miosen tengah. Termasuk ke dalam satuan ini adalah batuan Gunungapi Bilungala. BATUAN TEROBOSAN : batuan terobosan ini terutama terdiri dari Granit (gr), Granodiorit (gd), dan Diorit (di); setempat-setempat terjadi pula Trakit Gabro (gb), dan Lamprofir (lp); mungkin terjadi dalam beberapa kala. Di beberapa tempat sekitar kontak batuan terobosan mineralisasi terjadi dan terlihat mineral-mineral Pirit, dan Kalkopirit. Rupanya batuan terobosan ini menerobos batuan-batuan yang lebih tua daripada batuan gunungapi Qtv. Teot FORMASI TINOMBO : Lava basal, Lava andesit, Breksi

gunungapi; dengan selingan Batupasir wake, Batupasir hijau, Batulanau, Batugamping merah, Batugamping kelabu dan sedikit batuan yang termetamorfkan. Lava basal dijumpai sebagai Basal masif, Basal terkekarkan dan Basal berstruktur bantal. Lava bantal masif berwarna abu-abu tua, bertekstur hipokristalin-porfiri afanitis, dengan hablur sulung terdiri
Pendahuluan
I-12

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


dari plagioklas dan piroksen. Lava basal terkekarkan berwarna abuabu tua sampai abu-abu kehijauan, banyak mengandung Barik kuarsa, mengalami kloritisasi dan pengepidotan, serta mengalami pengisian oleh Zeolit. Lava berstruktur bantal, yang sebagian bersusunan spilit berwarna abu-abu tua, dan sering dijumpai Zeolit sebagai mineral pengisi. Lava bantal bertekstur hipokristalin-porfiroafanitik, dengan hablur sulung utamanya berupa piroksen dan plagioklas telah teralbitkan, serta berubah menjadi karbonat. Di beberapa tempat dijumpai karbonat atau kalsit sebagai pengisi rongga-rongga atau sebagai urat-urat. Sedangkan lava yang bersusunan Andesit berwarna abu-abu dan bertekstur hipokristalin-porfiritik, serta tidak banyak dijumpai dalam formasi ini. Breksi gunungapi berwarna abu-abu tua, berukuran butir sekitar 2 6 cm, sangat kompak, berkemas tertutup, berkomponen batuan basalan, serta dijumpai dalam jumlah sedikit di antara lava. Batupasir wake berwarna kelabu, setempat bersifat gampingan, mempunyai ukuran butir halus sampai sedang, dan sangat kompak. Struktur perarian sejajar dijumpai pada batuan ini. Batupasir hijau berbutir sedang, sangat kompak dan keras dan berlapis tipis dengan ketebalan lapisan sekitar 1 cm. Sedangkan batulanaunya berwarna abu-abu dan abu-abu kehitaman, sangat kompak, sebagian gampingan, serta mempunyai struktur perarian sejajar di beberapa tempat. Batugamping merah umumnya berwarna merah kecoklatan, berbutir sangat halus, sangat kompak dan keras serta memperlihatkan pecahan
Pendahuluan
I-13

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


konkoidal. Batugamping ini dijumpai sebagai lapisan berselingan dengan batugamping abu-abu, batulanau dan batupasir, dan juga dijumpai sebagai pengisi di antara struktur bantal pada lava basal. Sedangkan batugamping abu-abu pada umumnya sangat kompak dan pejal, dan dijumpai dalam jumlah sedikit. Batuan termetamorf rendah dijumpai hanya di dekat G. Tamboo dan di dekat G. Annual, dan diduga terbentuk karena pengaruh sesar. Batuan ini terdiri dari Milonit, Filit dan basal terdaunkan. Milonit berwarna coklat, terkekarkan, secara megaskopis menunjukan perpaduan yang buruk, berbutir halus sampai sekitar 2 mm; tersusun oleh Kuarsa polikristalin, Serisit dan Oksida besi. Serisit dan Oksida besi juga dijumpai sebagai mineral pengisi pada kekar. Filit berwarna abu-abu, mununjukan perdaunan terbuka yang terbentuk oleh penjajaran mineral Kuarsa dan Aktinolit; serta bertekstur subidioblastik dan nematoblastik yang tersusun oleh mineral-mineral Aktinolit, Muskovit, Serisit, Kuarsa, Plagioklas dan sedikit mineral kedap cahaya.

Sedangkan Basal terdaunkan berwarana abu-abu, dengan struktur pendaunan terlihat pada bagian luar singkapan, sedangkan pada bagian dalamnya masif, dan ini diduga sebagai akibat metamorf kataklastik. Batuan ini berstruktur amigdaloid yang terisi oleh Zeolit. Tekstur asal dalam batuan ini masih dapat dikenali, yaitu hipokristalinporfirioafanitik, dengan mineral kedap cahaya, Klorit juga dijumpai sebagai ubahan dari Hornblenda. Formasi Tinombo tersingkap luas di daerah penelitian, melampar dari barat daerah {Popayato) sampai timur (sebelah selatan Tolotio). Lava bantal yang bersusunan Basal dan Basal sepilitan tersingkap baik di sepanjang aliran S. Lemito dan S. Malango, sepanjang lebih kurang 20
Pendahuluan
I-14

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


km, yang diselingi oleh batuan sedimen. Formasi Tinombo ini diduga merupakan alas bagi satuan batuan lain di daerah ini. Kandungan fosil didaerah ini sukar untuk didapatkan, baik di Lapangan maupun pada analisis di Laboratorium. Trail (1974) mengungkapkan bahwa kemungkinan umur Formasi ini adalah Eosen hingga Miosen Awal. Sedangkan Ratman (1976) dan Sukamto (1975) menyebutkan bahwa Formasi Tinombo atau batuan sejenisnya berumur Mesozoikum Akhir hingga sekitar Oligosen. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi Tinombo tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Randangan yang diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga Awal dari Miosen Akhir. Penentuan umur pada Lava basal dari Formasi ini di Lembar Kotamobagu oleh Samodra menunjukan umur 51,9 juta tahun, atau Eosen Awal, oleh karena itu Formasi Tinombo diperkirakan berumur Eosen hingga Oligosen. Tebal Formasi ini diperkirakan mencapai ribuan meter. Berdasarkan komposisi batuan Basal sepilitan dan himpunan batuan

sedimennya, Formasi Tinombo diperkirakan terbentuk pada lingkungan laut dalam. Nama formasi ini diambil dari daerah Tinombo di lengan utara Sulawesi, dan pertama kali diperkenalkan oleh (Ahlburg 1913, dalam Sukamto, 1973); (Gambar 1.2)

Pendahuluan

I-15

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 1.2 Peta Geologi Lokasi Kegiatan dan sekitarnya (sumber: Puslitbang Geologi, 1997)
Pendahuluan
I-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B II

PROFIL WILAYAH

T
2.1

eluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia


dengan luas sekitar 59.500 km2. Berikut di bawah ini sekilas dipaparkan mengenai kondisi umum dan kondisi fisik wilayah pesisir

sekitar Teluk Tomini yang diharapkan dapat memberikan gambaran awal mengenai lokasi kegiatan. KONDISI UMUM Deskripsi Geografis Pantai dan Perairan Teluk Tomini yang merupakan daerah lokasi kegiatan sesungguhnya adalah merupakan daerah pesisir (coastal zone) yakni wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi. Propinsi Gorontalo merupakan propinsi hasil pemekaran

Profil Wilayah

II-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


dari propinsi sulawesi Utara berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 38 tahun 2000. Secara geografis Propinsi Gorontalo terletak diantara 1210804 1233209 BT dan 002404 - 010230 LU dan berbatasan masingmasing dengan: Utara dengan Laut Sulawesi; Selatan dengan Teluk Tomini; Timur dengan Propinsi Sulawesi Utara dan sebelah barat dengan Propinsi Sulawesi Tengah. Propinsi Gorontalo terletak di dataran yang berbentuk semenanjung dan diapit oleh dua perairan yakni Laut sulawesi di sebelah utara dan Teluk Tomini di sebelah selatan. Memiliki 58 pulau-pulau kecil yang tersebar di kabupaten-kabupaten, menempati areal seluas 12.215,45 km2 atau 0,15% dari luas Indonesia dan memiliki garis pantai sepanjang 560 km dengan luas laut 10.500 km2. Propinsi Gorontalo terdiri atas 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu kabupaten Gorontalo dengan luas 3.354,67 km2 (27,58%), Kabupaten Boalemo dengan luas 2.567,36 km2 (16,31%), Kota Gorontalo dengan luas 64,80 km2 (0,53%) dan 2 kabupaten baru yang terbentuk pada awal tahun 2003, yakni Kabupaten Pohuwato dengan luas 4.244,31 km2 (34,89%) serta Kabupaten Bone Bolango dengan luas 1.984,31 (16,31%). Propinsi Gorontalo diapit oleh 2 perairan yakni pantai utara yang berada di kawasan utara berhadapan dengan ZEE Laut Sulawesi dan perairan pantai selatan (Teluk Tomini) di kawasan selatan. Perairan Teluk Tomini ini adalah perairan semi tertutup, memanjang dari barat ke timur dengan mulut teluk berada di timur berhadapan dengan Laut Maluku. Teluk Tomini adalah satu-satunya teluk besar yang berada di garis khatulistiwa.
Profil Wilayah
II-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Posisi Teluk Tomini sendiri secara administrasi mencakup 3 (tiga) wilayah propinsi dan 7 (tujuh) kabupaten/ kota, yakni: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Propinsi Sulawesi Utara), Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwatu dan Kabupaten Bone Bolango (Propinsi Gorontalo); Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten parimo

(Propinsi Sulawesi tengah); Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai (Propinsi Sulawesi Tengah) Secara topografis kedua perairan tersebut memiliki perbedaan yang cukup menyolok dimana perairan pantai utara relatif lebih landai (terutama di Teluk Kwandang) dimana kedalaman 200 meter masih dapat dijumpai hingga 25 km dari garis pantai. Hal yang sangat berbeda dijumpai di pantai selatan, dimana dasar lautnya lebih curam dimana sedalam 200 meter hanya dapat ditemui hingga 10 km dari garis pantai. Keadaan pasang surut (pasut) di daerah ini dipengaruhi oleh rambatan pasut dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Laut Sulawesi dan Laut Maluku. Tipe pasang surut di kedua perairan ini adalah campuran dengan dominasi pasut ganda. Bertolak dari batasan pesisir yang ada, maka 80% wilayah Propinsi Gorontalo adalah kawasan pesisir. Hal ini juga diindikaskan oleh sosiokultural masyarakat yang kehidupannya sangat erat dengan

sumberdaya pesisir, selain jumlah desa pesisir yang mencapai 38% (137 desa) dari 363 desa yang masuk dalam 13 kecamatan.

Profil Wilayah

II-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Kondisi keadaan alam di daerah ini di selatannya di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sedangkan pantai utara sebagian besar merupakan hamparan hutan mangrove atau dataran pantai sebagai lanjutan dari pegunungan. Sekitar 69,7% wilayah prop. Gorontalo terdiri atas hamparan lahan dengan kemiringan lereng lebih dari 40% disusul oleh kelas lereng datar (0-2%) dan kelas-kelas lainnya.

Morfologi perbukitan Lokasi Kegiatan (sisi utara Teluk Tomini)


(foto koleksi: N. Cahyo)

Foto 2.1

Sedangkan deskripsi geografis yang menjadi lokasi kegiatan adalah teluk tomini dalam lingkup administrasi Propinsi Gorontalo secara geografis kurang lebih menempati posisi 122.85BT - 123.4BT dan 0.25 LU - 0.55 LU (Gambar 2.1)

Profil Wilayah

II-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

: Lokasi Kegiatan
Deskripsi Kependudukan

Gambar 2.1

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2001, jumlah penduduk dikawasan Teluk Tomini mempunyai kepadatan yang bervariasi. Tabel 2.1

Luas Wilayah, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Sebagian Kawasan Teluk Tomini Tahun 2001
No. 1. Kabupaten Bolaang Mongondow Binatauna Sangtombolang Poigar Kaidipang Pinolosian Lolak Bolaang Itang Kecamatan Luas 8358.04 348.94 1344.16 322.84 200.68 809.9 374.54 739.39 Jumlah 427958 11488 15476 15821 17986 18104 20078 22491 Kepadatan 51.20 32.92 11.51 49.01 89.63 22.35 53.61 30.42

Profil Wilayah

II-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Bolaang Bolaang Uki Modayang Kotabunan Lolayan Passi Kotamobagu Dumoga 2. Kota Gorontalo Kota Barat Kota Selatan Kota Utara 3. Kabupaten Gorontalo Anggrek Atinggola Batudaa Batudaapantai Boliyohuto Bonepantai Bongomeme Kabila Kwandang Limboto Motilango Sumalata Suwawa Tapa Telaga Telagabiru Tibawa Tolangohula Tolinggula 213.23 1122.43 195.42 699.18 417.25 260.93 29.6 1279.55 64.79 19.26 28.82 16.71 5388.08 259.96 298.05 162.25 541.6 517.2 356 560 253.2 759.82 771.6 339.6 168.8 400 23056 28549 28782 29753 34475 34893 60576 66430 134198 28137 64434 41627 488340 14476 55115 17250 65804 27775 35077 44520 53450 23113 20578 25484 52749 52949 108.13 25.43 147.28 42.55 82.62 133.73 2046.49 51.92 2071.28 1460.90 2235.74 2491.14 90.63 55.69 184.92 106.32 121.50 53.70 98.53 79.50 211.10 30.42 26.70 75.04 312.49 132.37 -

Profil Wilayah

II-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


2.2 KONDISI FISIK Iklim Bulan basah berlangsung selama 7 - 9 bulan dan bulan kering 1 - 3 bulan. Curah hujan berlangsung secara tidak merata yaitu tertinggi terjadi pada bulan Desember - Januari dan bulan Juni - Juli. Suhu udara berkisar antara 29,4C hingga 30C. Tanah Pedogenesa (jenis tanah yang terbentu) di daerah setempat erat kaitannya dengan litologi di daratan kawasan Teluk Tomini. Tanah di daerah kepulauan umumnya terbentuk dari bahan induk tanah berupa batu gamping, napal, aluvium dan sedikit granit, kuarsit dan filit. Jenis tanah yang banyak dijumpai di wilayah kepulauan Teluk Tomini adalah kambisol, mediteran, latosol, regosol dan aluvial. Tanah alluvial pantai yang berlumpur memiliki potensi untuk pengembangan budidaya tambak ikan karena potensi dan frekuensi inundasi yang tinggi, seperti yang ditemukan di sebagian besar pesisir Gorontalo bagian selatan. Tanah latosol banyak terdapat pada dataran tinggi yang mempunyai kemiringan lereng landai hingga agak curam, sehingga berdasarkan ketersediaan air/ lengas tanah (soil moisture) - daerah dengan tanah ini sesuai untuk pengembangan perkebunan jagung, kopi, kakao, cengkeh, lada dan lain-lain. Vegetasi dan Penggunaan Lahan Pada kawasan lereng pegunungan atau dataran tinggi, vegetasi yang dominan adalah tanaman keras perkebunan dan hutan. Tanaman perkebunan dijumpai di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Bolaang
Profil Wilayah
II-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Mongondow terutama kelapa. Hutan banyak tumbuh di Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai. Vegetasi semusim (padi dan palawija) banyak tumbuh di dataran rendah yang mempunyai cukup air, misalnya di Kabupaten Bolaang Mongondow yang merupakan lumbung padi Sulawesi Utara. Penggunaan lahan (land use) untuk pemukiman terutama terdapat di daerah dataran rendah yang mempunyai akses bebas ke arah perairan Teluk Tomini. Intensitas penggunaan lahan sebagai pemukiman memperlihatkan kecenderungan ke arah dataran rendah sepanjang pesisir Teluk Tomini dengan konsentrasi tinggi terdapat di Kota Gorontalo yang mempunyai pelabuhan besar sebagai transit seluruh komoditas dari dan ke Kawasan Pengelolaan terpadu (Kapet) Batui dan Bitung. Selain digunakan sebagai lahan pemukiman, dataran rendah juga dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, terutama pada dataran rendah yang mempunyai infrastruktur terbatas untuk akses ke perairan. Temperatur Temperatur rata-rata permukaan laut perairan teluk Tomini sepanjang tahunnya secara umum mempunyai kisaran 27 30 UC (BRKP,2002). Sedangkan hasil simulasi model hidrodinamika 3 dimensi Ningsih memperlihatkan sebaran perubahan temperatur permukaan laut di perairan Telik Tomini pada bulan agustus (musim timur) berkisar lebih dari 1 UC hingga 3 UC. Perubahan temperatur permukaan laut yang besar merupakan indikasi terjadinya fenomena upwelling. Fenomena upwelling adalah gerakan masa air secara vertikal dari lapisan dalam (50 200 meter) ke permukaan laut akibat adanya divergensi (kekosongan massa) di
Profil Wilayah
II-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


permukaan. Daerah upwelling merupakan daerahyang subur karena gerakan masa air dari lapisan dalam banyak membawa zat-zat hara yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang pada gilirannya merupakan makanan zooplankton, yang berpotensi habitat bagi populasi ikan. Daerah upwelling yang ditandai dengan perubahan temperatur yang membesar, terjadi disekitar perairan Teluk Tomini, kepulauan Togean, serta di perairan utara dan selatan Gorontalo, intensitasnya semakin menguat. Di beberapa daerah lain juga terjadi perubahan temperatur yang membesar atau upwelling, diantaranya adalah disepanjang pantai Manado dan Bitung dengan intensitasnya yang cukup kuat. Salinitas Salinitas rata-rata permukaan laut perairan teluk Tomini sepanjang tahunnya secara umum mempunyai kisaran 32 34 psu (BRKP.2002) dan di periran disekitar mulut teluk lebih tinggi daripada perairan bagian dalam teluk. Kondisi salinitas ini cukup mendukung untuk dikembangkannya budidaya perikanan di kawasan teluk. 2.3 KARAKTERISTIK WILAYAH PESISIR PROPINSI GORONTALO Kondisi perairan pantai di Propinsi Gorontalo tergolong relatif tenang, baik yang berbatasan dengan Teluk Tomini maupun Laut Sulawesi. Kondisi perairan pantai yang cukup tenang ini, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi budidaya laut, seperti budidaya rumput laut, ikan-ikan, karang, teripang, kerang mutiara dan budidaya pantai seperti tambak udang dan bandeng. Disamping potensi tersebut pesisir Gorontalo juga memiliki sumberdaya nirhayati (seperti potensi mineral letakan di pantai dan lepas pantai, dibahas dalam bab tersendiri) selain
Profil Wilayah
II-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


potensi pariwisata, seperti wisata bahari yang sesungguhnya cukup prospektif namun belum dimanfaatkan secara optimal, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun investor. Ini tiada lain disebabkan karena untuk mengembangkan sektor tersebut perlu

mempertimbangkan faktor lain yang tak kalah penting seperti penyediaan fasilitas dan aksesbilitas yang memerlukan penanganan secara terpadu dan lintas sektoral selain sikap sosio-kultur

masyarakat yang mendukung.

Profil Wilayah

II-10

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B III

METODOLOGI

U
ini:

ntuk menjawab segala permasalahan dan menghasilkan sasaran seperti yang diharapkan, maka diperlukan beberapa metoda kegiatan

pekerjaan baik di lapangan ataupun di laboratorium seperti berikut di bawah

3.1 SISTIM POSISI PENGAMBILAN DATA Penentuan posisi dan lintasan survey dari seluruh kegiatan lapangan yang diinstal di kapal menggunakan Global Positioning System (GPS) type Garmin 235 yang telah diintegrasikan dengan Personal Computer (PC) atau laptop sehingga dapat langsung diakses dan diproses di lapangan sedangkan untuk kegiatan di darat dan pantainya

menggunakan Garmin III plus. Alat ini bekerja dengan dukungan


Metodologi
III-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


minimal 8 (delapan) satelit, dimana setelah diaktifkan dan deprogram akan terlihat posisi titik-titik koordinat secara geografis dalam bentuk lintang dan bujur dengan bidang proyeksi Universal Transver Mercator (UTM) yang dapat disimpan dan langsung dibaca pada layer monitor, dimana PDOP yang diambil kurang dari 2. Pengambilan data lintasan penelitian kedalaman dasar laut dilakukan dengan rentang waktu setiap 1 (satu) menit, begitu pula untuk data lintasan seismik. Sebelum melaksanakan pengambilan data, target posisi kapal disesuaikan dengan rencana lintasan yang telah diplot kedalam perangkat GPS, sehingga semua olah gerak kapal, termasuk arah haluan (heading), posisi kapal (pos), arah terhadap target berikutnya (azimuth) maupun jaraknya dapat dipantau dan diikuti melalui monitor. Alat penunjang penentu posisi adalah theodolit, waterpass yang dilengkapi oleh statif dan rambu ukur. Datum yang digunakan dalam survei ini adalah WGS-84 sesuai datum pada peta dasar. 3.2 PENELITIAN DAN PEMETAAN GEOLOGI KAWASAN PANTAI 3.2.1 Pemetaan Karakteristik Pantai Pantai adalah suatu tempat di muka bumi yang selain sangat dinamis juga sangat kompleks, daerah ini memiliki perubahan yang sangat cepat mulai dalam rentang waktu yang sangat pendek (jam) atau bahkan rentang waktu yang panjang (tahunan) dimana proses-proses tersebut berasal dari darat, laut dan udara. Selain itu tempat ini juga sangat kompleks dari segi penanganannya, karena biasanya melibatkan beberapa institusional.

Metodologi

III-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Pengamatan dari kegiatan ini dilakukan secara langsung dan visual dengan memperhatikan segala fenomena yang terkait dengan berbagai proses yang terjadi langsung di sepanjang garis pantai secara deskriptif. Karena pengamatan yang dilakukan secara langsung, hasil dari kegiatan ini sangat bergantung pada waktu saat pengamatan dilakukan, baik itu berupa jam (pasang atau surut) atau musim (penghujan atau kemarau). Hal utama yang diamati yang mendasari kriteria pembagian karakteristik pantai nantinya, adalah: jenis material pantai dan litologi penyusun tebing pantai, morfologi atau relief pantai serta proses pantai yang menyertainya. 3.2.2 Pengambilan Contoh Sedimen Pantai Dan Darat Kegiatan pengambilan contoh sedimen pantai dan darat umumnya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemetaan karakteristik pantai, untuk pengambilan contoh di daratnya hingga ke arah hulu dilakukan bila ditemukan indikasi keterdapatan mineral logam yang menarik di pantainya. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mencari sedimen kasar di

pantainya, dimana mineral berat diduga terakumulasi sehingga dapat dijadikan semacam kontrol mengenai keberadaan di lautnya. 3.3 PENELITIAN GEOLOGI DASAR DAN BAWAH LAUT 3.3.1 Pemeruman Pemeruman

(sounding)

dimaksudkan

untuk

mengukur

dan

mengetahui kedalaman dasar laut daerah penelitian berikut pola morfologi dasar lautnya. Kegiatan ini menggunakan alat perum
Metodologi
III-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


gema (echosounder) merk Odom Hydrotrack (Gambar 3.1) yang bekerja dengan prinsip pengiriman pulsa energi gelombang suara melalui transmitting transducer secara vertikal ke dasar laut. Kemudian gelombang suara yang dikirim ke permukaan dasar laut dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver tranducer. Sinyal-sinyal tersebut diperkuat dan direkam pada recorder dalam bentuk grafis maupun digital. Posisi transducer echosounder berada 0,5 meter dari permukaan air di sebelah kiri kapal dan berjarak lebih-kurang 3 meter dari antena GPS.

Foto 3.1 Instrumen pengukur kedalaman dasar laut tipe Odom Hydrotrack

3.3.2 Pengambilan Contoh Sedimen Dasar Laut Kegiatan ini diarahkan pada sedimen permukaanya dengan menggunakan Alat percontoh comot

(grab sampler) yang

Metodologi

III-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


dilakukan pada bagian permukaan dasar lautnya, biasanya untuk sedimen kasar yang bersifat lepas dan urai (Foto 3.2).

Foto 3.2 Alat pemercontoh comot (grab sampler)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis dan pola sebaran sehingga sedimen permukaan untuk dimana proses mineral kegiatan terakumulasi, selanjutnya.

memudahkan

Pengambilan contoh sedimen permukaan ini akan dilakukan secara acak namun disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan interval jarak antar lokasi sesuai dengan kepentingan dan dapat mewakili daerah penelitian secara keseluruhan.

Metodologi

III-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


3.3.3 Seismik Pantul Dangkal Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh ketebalan lapisan termuda (isopach) terutama yang diduga sebagai tempat

terakumulasinya mineral berat permukaan dasar laut dan untuk mengetahui penyebaran serta penerusannya secara horisontal berikut interpretasi ketebalannya. Metoda ini menggunakan sistem perangkat seismik pantul dangkal berresolusi tinggi tipe uniboom/ boomer (Foto 3.3) dengan sumber energi 300 joule, lintasan kurang lebih bersamaan dengan lintasan pemeruman. Metoda ini merupakan metoda yang dinamis dan menerus dengan memanfaatkan hasil pantulan gelombang akustik oleh bidang pantul akibat adanya perbedaan berat jenis pada bidang batas antara lapisan sedimen yang satu dengan yang lainnya. Gelombang atau signal yang dipantulkan oleh permukaan dasar laut akan ditangkap oleh hydrophone yang diletakkan 8-12 meter di belakang buritan kapal dan dikirim melalui kabel hydrophone sepanjang 3-5 meter untuk direkam oleh graphic

recorder . Filter dibuka antara 800 hingga 6000 Hz. Perekaman


menggunakan kecepatan firing 1 second dan kecepatan sweep dan second kemudian direkam menggunakan graphic recorder EPC-3200 (Foto 3.4).

Metodologi

III-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

b.

Foto 3.3 Perangkat seismik uniboom (katamaran,3.3a dan hidrofon,3.3b)

Foto 3.4 Panel perekaman data seismik analog dari model EPC 3200

Metodologi

III-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


3.4 PENGAMATAN DINAMIKA AIR LAUT

3.4.1 Pasang Surut Pasang surut adalah proses naik turunnya (elevasi) muka laut secara hampir periodik karena pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Untuk memprediksi kondisi pasut dengan akurasi yang baik diperlukan data

pengukuran paling sedikit selama 15 hari. Tujuan dari pengamatan pasang surut adalah untuk menghitung tinggi muka laut rata-rata guna pembuatan peta batimetri. Pengamatan pasang surut pada penyelidikan ini dilakukan dengan menggunakan rambu ukur (peal schaal) yang ditempatkan di lokasi pengamatan pelabuhan Feri Gorontalo (Foto 3.5).

Foto 3.5 Rambu pasang surut

Metodologi

III-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


3.4.2 Arus Pengukuran arus dilakukan dengan cara statis, yaitu dengan memasukan instrumen pengukur arus valeport 106 (Foto 3.6) pada kedalaman 1, 5, 15 dan 20 meter dengan waktu pengamatan selama 26 jam. Dari hasil pengukuran ini diperoleh informasi mengenai kecepatan dan arah dominan arus dari setiap kedalaman yang diamati.

b; instrumen sensor)

Foto 3.6 Perangkat Pengukur arus digital tipe valeport 106. (a ; display monitor dan

3.4.3 Gelombang Pengamatan gelombang tersebar pada beberapa lokasi yang dianggap representatif untuk menerangkan proses dinamika oseanografi di daerah penelitian. Hasil pengamatan yang

dilakukan secara visual dengan alat bantu kompas dan rambu


Metodologi
III-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


pengukur, berupa arah relatif datangnya gelombang yang diplot pada setiap stasiun pengamatan yang kemudian disebandingkan dengan data angin tahunan dari stasiun terdekat untuk

mengetahui arah dominan angin khususnya angin yang dianggap dapat membangkitkan gelombang yaitu yang memiliki kecepatan diatas 10 knot. 3.5 PEMPROSESAN & ANALISIS DATA GEOLOGI Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan di lapangan, baik merupakan kegiatan analisa di laboratorium maupun kegiatan penafsiran dari data-data yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini pada dasarnya meliputi:

3.5.1 Analisa Besar Butir (Granulometri) Didahului dengan pengamatan megaskopis hasil dari kegiatan pengambilan contoh sedimen permukaan maupun pemboran. Analisa ini dilakukan dengan cara pengayakan dalam suatu urutan

mesh dengan bukaan yang berbeda (mulai dari ukuran 2 phi, yang
terbesar hingga 4 phi merupakan ukuran yang terkecil dengan interval mesh antar fraksi adalah 0,5 phi), selain itu dilakukan juga dengan metoda pipet (Foto 3.7a dan b) untuk sedimen yang berukuran halus yang mengacu kepada kaidah hukum Stokes. Dari hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam program Kummod untuk mengetahui klasifikasi penamaan terhadap

tekstur sedimen berdasarkan hukum Folk (1974).

Metodologi

III-10

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis, tekstur dan parameter statistik sehingga diketahui lingkungan pengendapan dari sedimen dimana mineral tersebut terakumulasi.

a.

b.

Foto 3.7 Perangkat pengayakkan besar butir untuk sedimen kasar (a) dan sedimen halus/ lumpur (b)

Metodologi

III-11

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


3.5.2 Analisa Mineral Berat Analisa ini dilakukan secara metoda basah (wet method) dengan menggunakan larutan berat bromoform (BJ 2,89); (Foto 3.8) dan metode kering (dried method) khusus untuk contoh daratnya dengan menggunakan isodinamik separator. Ke-dua metoda di atas dimaksudkan untuk memisahkan mineral berat dan mineral ringannya, karena umumnya mineral letakan yang ada dalam bentuk mineral berat yang selanjutnya diamati secara

mikroskopis guna mengetahui variasi mineral beratnya. Analisa ini dimaksudkan juga untuk menghitung konsentrasi setiap mineral yang ditemukan (dalam porsen berat).

Foto 3.8 Lemari asam untuk analisa mineral berat secara wet method

Metodologi

III-12

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


3.5.3 Analisa Geokimia Analisa ini dilakukan dengan metoda

Atomic

Absorption

Spectrometric (AAS); (Foto 3.9) untuk mengindentifikasi secara


khusus unsur logam seperti Au, Cu, Zn dll termasuk

konsentrasinya, analisa unsur utama (major element) guna mengetahui komposisi utama pembentuk batuan, selain juga diperlukan analisa titrasi untuk mengetahui beberapa unsur (senyawa) tertentu.

Foto 3.9 Seperangkat alat AAS (tabung pengukur unsur & display)

3.5.4 Analisa Petrografis Dilakukan terhadap batuan keras guna mengetahui jenis batuan yang tercerminkan dari komposisi variasi mineral secara

pengamatan sayatan tipis di bawah mikroskop petrografis (Foto

3.10), berikut teramati pula tekstur dan bentuk kristal dari

Metodologi

III-13

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


setiap mineral selain itu dapat dikenali pula ada/tidaknya alterasi yang terjadi berdasarkan adanya mineral ubahan yang teramati.

Foto 3.10 Mikroskop untuk pengamatan sayatan tipis dan perangkat fotomikrograf

3.6.

PEMPROSESAN GEOFISIKA

DAN

ANALISIS

DATA

GEODESI

&

3.6.1 Pemeruman Data yang diperoleh dari pemeruman dikoreksi terhadap titik tengah pengukuran pasang surut di daerah penelitian, sedangkan untuk posisi pengambilan data dilakukan koreksi terhadap posisi transduser di kapal. Dari ke-dua koreksi yang dilakukan tersebut, selanjutnya dibuat peta kedalaman dasar laut (batimetri) dengan menarik garis kesamaan kedalaman dengan interval kedalaman setiap garis adalah 1 meter atau disesuaikan. Kemudian untuk memudahkan pemahaman dalam proses sedimentasinya, peta
Metodologi
III-14

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


kedalaman di atas ditransformasikan dalam bentuk tiga demensi (3-D) dengan menggunakan program Surfer 7. 3.6.2 Penafsiran Data Seismik Dalam penafsiran rekaman seismik dilakukan dengan

menggunakan data pembanding berupa: Peta Geologi Lembar Tilamuta dan Kotamobagu. (Puslitbang Geologi, 1976). Penafsiran data seismik ini dilakukan dengan maksud untuk merekonstruksi kondisi geologi termasuk struktur yang

menyertainya serta lapisan-lapisan sedimen bawah permukaan selain itu bila memungkinkan dapat pula mengetahui ketebalan sedimen terkini yang sedikit banyak endapan diharapkan berpengaruh mineral dapat dalam

mengetahui Struktur

kondisi

akumulasi

letakannya. ditafsirkan

bawah

permukaan

berdasarkan kenampakan pola reflektornya, untuk menerangkan proses keterjadian, khususnya untuk mengetahui ketebalan sedimen kuarternya yang dicerminkan dengan pola reflektor yang cenderung transparan (free reflector) , apabila ada - pada beberapa lintasan terpilih digunakan alat bantu program MapInfo 7.5. Secara umum penafsiran rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal didasarkan pada hubungan antara karakteristik pola dan tipe internal reflector serta dengan memperhatikan bentuk dan batas sekuen, sehingga akan diperoleh batas antar sekuen yang mencerminkan bidang perlapisan batuan.

Metodologi

III-15

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B A B IV

H
beberapa hasil yang dapat disajikan di bab ini meliputi: 4.1 LINTASAN POSISI PENGAMBILAN DATA

ASIL

erdasarkan beberapa kegiatan pengambilan data lapangan yang ditunjang dengan analisis laboratorium juga pengolahannya, ada

Lintasan penentuan posisi dan lintasan survey hasil dari pemanfaatan

Global Positioning System (GPS) type Garmin 235 yang terinstal di


kapal survei dan telah diintegrasikan dengan Personal Computer (PC) atau laptop, seperti terlihat pada (Gambar 4.1) yang memperlihatkan lintasan yang diperoleh sepanjang 110 kiloline. Pengambilan data lintasan posisi dilakukan setiap saat selama kapal berolah gerak mengikuti lintasan yang telah direncanakan sebelumnya, namun untuk memudahkan di dalam penggambaran dan dengan alasan
Hasil
IV-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

teknis seperti kesesuaian dengan metode survei lain seperti seismik terhadap waktu, maka waktu dan posisi yang terplotting dalam peta lintasan posisi diambil setiap rentang 1 menit.

4.2 PENELITIAN DAN PEMETAAN GEOLOGI KAWASAN PANTAI 4.2.1 Pemetaan Karakteristik Pantai
oleh: Noor CD. Aryanto dan Deny Setiady

Lokasi kegiatan penyelidikan yang secara geografis terdapat di dalam teluk memberikan kenampakan morfologi yang lengkap dan menarik, dimana morfologi perbukitan dengan lereng-lereng bukit yang curam maupun pedataran dengan hamparan pasir pantai yang luas dapat dijumpai di lokasi ini. Secara penafsiran awal karakteristik pantai lokasi kegiatan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Pantai berbatu; (2) Pantai bertebing dan (3) Pantai berpasir.

Pantai berbatu
Keterdapatan pantai jenis ini ditemukan secara setempat-setempat, seperti dijumpai di bagian barat muara S. Bone di sepanjang Pantai Indah, masyarakat setempat menyebutnya Pantai Tangga 2000 yang secara umum pantainya tersusun atas batuan granit dan diorit berukuran bongkah-bongkah (boulder), yang sekaligus berfungsi sebagai bahan penguat tebing pantai buatan (Foto 4.1, 100_0021). Pemanfaatan ruang pantai sehari-harinya sebagai salah satu tempat wisata favorit masyarakat Gorontalo, khususnya disetiap Rabu dan Sabtu malam. Selain itu jenis pantai ini juga ditemukan di sisi timur muara S. Bone, yaitu di sekitar pantai Kunawe, hampir sama dengan
Hasil
IV-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pantai Indah di pantai ini tersusun atas batuan diorit hanya dengan ukuran bongkah yang lebih kecil daripada di Pantai Indah. Pemanfaatan pantai di lokasi ini yang dirasa penting adalah sebagai sarana pelabuhan utama Propinsi Gorontalo, baik sebagai pelabuhan angkutan barang maupun pelabuhan penyeberangan penumpang antar pulau (reguler). Namun demikian yang patut disayangkan adalah munculnya banyak bangunan semi-permanen yang sangat jelas terlihat di sepanjang sisi timur arah masuk ke pelabuhan sehingga memberikan karena penataannya yang kurang terintegrasi. kesan kumuh

Foto 4.1. Batuan diorit yang menyusun Pantai berbatu di Pantai Indah Tangga 2000

Pantai bertebing
Di daerah penelitian hampir sebagian besar jenis pantainya merupakan jenis pantai ini, karena pada bagian pantainya masih tersusun oleh batuan keras, baik berupa batuan gamping kristalin (di beberapa tempat ada pula batugamping bioklastik) dan batuan beku lainnya. Secara umum yang dimaksud dengan pantai bertebing pada klasifikasi
Hasil
IV-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ini, adalah pantai yang tidak memiliki dataran paras pantai (beach

face) meiliki bentukan berupa gawir dengan kemiringan lereng lebih


dari 60. Umumnya jenis pantai ini menyusun morfologi tanjung, seperti di daerah Oluhuta, Olele, Bilungala, Manunggang Daa dan Tombulitato (Foto 4.2, 100_0056). Pemanfaatan jenis pantai ini umumnya berupa hutan baik yang diusahakan oleh pemerintah daerah maupun penduduk setempat berupa perkebunan jagung juga tanaman keras lainnya.

Foto 4.2. Batugamping terumbu merupakan penyusun Pantai bertebing di sekitar pantai Olele.

Pantai berpasir
Pelamparannya hampir sama dengan pantai bertebing, karena

keberadaan ke-dua jenis pantai ini silih-berganti mengikuti morfologi antara tanjung dan teluk. Material penyusun pasir dapat dibedakan berdasarkan warna pasirnya antara pasir yang berwarna kecoklatan
Hasil
IV-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

sebagai hasil rombakan foram besar dan pasir yang tersusun atas material rombakan batuan beku dan volkanik (lithic), (Foto 4.3, 100_055). Pemanfaatan jenis pantai ini biasanya berupa tempat pendaratan kapal nelayan disamping sarana dan prasarana nelayan lainnya, seperti TPI atau bahkan tempat pemukiman nelayan.

Foto 4.3. Pantai berpasir dengan material penyusun rombakan batuan beku dan volkanik di utara muara sungai di pantai Tombulitato

Hasil

IV-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.1 Peta Lintasan Survei

Hasil

IV-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.2 Peta Karakteristik Pantai Lokasi Telitian


Hasil
IV-7

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.2.2 Satuan Geomorfologi Darat


oleh: Noor CD. Aryanto

Telah dipaparkan di bab terdahulu bahwa morfologi darat Gorontalo karena faktor geologi (litologi dan struktur) memiliki bentukan yang demikian variatif, sehingga dipandang perlu dibuat satuan geomorfologinya. Penentuan satuan geomorfologi daerah telitian dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Pembuatan peta kemiringan lereng


Pembuatan peta lereng dalam persen (%) dari peta topografi yang ada, dilakukan dengan metode Wenworth. Pada peta topografi yang menjadi dasar pembuatan peta lereng dibuat kisi/jaring (grid) yang berukuran 1cm, kemudian masingmasing bujursangkar dibuat garis sayatan yang memotong tegak lurus kontur yang terpotong oleh garis sayatan yang memotong tegak lurus kontur yang terpotong oleh garis sayatan tersebut, maka kemiringan lereng atau sudut lereng dapat ditentukan dengan rumus:

(N-1) x IK B = Jarak horizontal x skala peta x 100 %

dimana : B = sudut lereng N = jumlah kontur yang terpotong garis sayatan IK = interval kontur (m)
Hasil
IV-8

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

B. Pengklasifikasian morfologi daerah telitian


Pengklasifikasian ini dilakukan dengan memasukkan data sudut lereng/kemiringan lereng ke dalam klasifikasi Van Zuidam,

1979. Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat diketahui bahwa


daerah telitian memiliki kemiringan lereng sebagai berikut: Kemiringan lereng (8.33 % - 12.5 %) landai Kemiringan lereng (16 % - 18.75 %) sedang Kemiringan lereng (21.43 % - 50 %) curam Kemudian hasil analisa dengan menggunakan metode Wenworth dimasukkan ke dalam Klasifikasi Lereng dan Satuan Relief maka diperoleh hasil sebagai berikut: Lereng (8.33%-12.5%) dengan Topografi lereng

berombak/bergelombang rendah. Lereng

kemiringan

(16%-18.75%)

Topografi

bergelombang/berbukit dengan lereng sedang. Lereng (21.43 -50%) Topografi

berbukit terkikis dalam dengan lereng curam.

C. Penentuan dan analisis Litologi


Litologi daerah telitian diketahui dari peta geologi.

D. Penentuan Genetik daerah telitian


Penentuan meliputi analisis berupa hubungan dari segala proses yang bekerja pada pembentukan suatu bentuklahan. Genetik dari morfologi yang ada dapat dilakukan dengan peta geologi, peta topografi.

Hasil

IV-9

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

E. Penentuan Pola pengaliran


Penentuan pola pengaliran dilakukan untuk membantu

interpretasi indikasi dan faktor-faktor yang berpengaruh pada daerah yang ada. Pola pengaliran dapat diketahui dari analisa pola pengaliran yang terdapat pada peta topografi (diuraikan dalam sub bab tersendiri).

F. Penentuan Satuan Geomorfologi


Penentuan satuan geomorfologi dengan memperhatikan aspek litologi, genetik, relief. Dari berbagai aspek tersebut kemudian ditentukan satuan geomorfologinya yang kemudian dibuat dalam tabel berikut:
Satuan Geomorfologi Relief Genetik Litologi - Batugamping Koral.F. Tinombo; lava, basal, lava andesit, breksi gunungapi, selingan batupasir wake, batupasir hijau, batulanau, batugamping merah, batugamping kelabu dan sedikit batuan termetamorfkan. - Batuan gunungapi, Breksi gunungapi, tufa, lava. - Diorit Boliohuto: diorit dan granudiorit. - Batuan gunungapi, breksi, tufa, lava. Pola pengaliran Simbol

Perbukitan vulkanik berlereng curam

Perbukitan

Vulkanik

Paralel

Pv1

Perbukitan vulkanik berlereng sedang Perbukitan kompleks berlereng sedang Perbukitan strutural berlereng

Perbukitan

Vulkanik

Paralel

Pv2

Perbukitan

Vulkanik Struktur

Perbukitan

Intrusi, struktur

-Batuan gunungapi, Breksi, aglomerat, lava, sisipan batupasir. Dendritik - Batuan gunungapi; breksi gunungapi, tufa, lava. - Batuan terobosan: granit, granodiorit, Subdendritik diorit.

PK1

PS
IV-10

Hasil

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


rendah/landai - Batuan gunungapi: breksi gunungapi, tufa, lava. - Batuan gunungapi: breksi gunungapi, aglomerat, lava mengandung sisipan batupasir, batulanau, serpih dan batugamping. - Batuan terobosan: granit, granodiorit, diorit.

Perbukitan kompleks berlereng curam

Perbukitan

Vulkanik struktur, intrusi

Dendritik

PK2

Tabel 4.1 Satuan Geomorfologi Daerah Telitian Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diperoleh satuan geomorfologi daerah telitian adalah sebagai berikut (Gambar

4.3; Peta Satuan Geomorfologi Darat):


1. Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng curam Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng curam ini menempati bagian barat daerah telitian yaitu daerah

Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bongo Barat, dimana daerah ini memiliki relief perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam yang berkisar antara 22.22% sampai 50%. Pola pengaliran satuan ini adalah paralel. Litologi satuan perbukitan vulkanik berlereng curam ini adalah (i) Batugamping Koral. Formasi Tinombo; lava, basal, lava andesit, batupasir breksi hijau, gunungapi, selingan batupasir wake, merah,

batulanau,

batugamping

batugamping kelabu dan sedikit batuan termetamorfkan. (ii) Batuan gunungapi, Breksi gunungapi, tufa, lava. (iii) Diorit Boliohuto: diorit dan granudiorit.

Hasil

IV-11

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Litologi satuan ini didominasi oleh batuan gunungapi, dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa genetik atau proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan daerah ini adalah vulkanik. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan

Geomorfologi Perbukitan vulkanik berlereng curam.


2. Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang ini menempati daerah Bongo Timur, Pohe, Donggala, Tenda, dengan relief perbukitan dengan kemiringan lereng sedang yang berkisar antara 15% sampai 20%. Pola pengaliran daerah ini adalah paralel. Litologi daerah dengan satuan geomorfologi perbukitan vulknik ini adalah Batuan gunungapi: Breksi, Tufa, Lava, dari litologi yang ada mengindikasikan hasil dari proses vulkanik, dengan demikian maka diinterpretasikan bahwa proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan (genetik) daerah ini adalah vulkanik. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan vulkanik berlereng sedang. 3. Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng sedang Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng sedang ini menempati daerah Leato, Leato Selatan, Tamboo, Inengo, Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Oluhuta,

Timbuoto, Luwohu, Talumolo yang memiliki relief perbukitan dengan lereng sedang yang berkisar antara 16.67% sampai 8.75%. Pola pengaliran daerah ini dendritik. Litologi satuan ini adalah:
Hasil
IV-12

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

(i) Batuan gunungapi: Breksi, Aglomerat, Lava, sisipan Batupasir. (ii) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Tufa, Lava. Litologi didominasi oleh batuan gunungapi, dengan demikian dapat diinterpretasikan proses yang bekerja pada pembentukan lahan (genetik) daerah ini adalah vulkanik Selain itu dari peta geologi diketahui adanya pengaruh struktur geologi, maka genetik daerah telitian adalah struktur juga. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan kompleks berlereng sedang. 4. Satuan geomorfologi Perbukitan Struktural berlereng landai Satuan geomorfologi perbukitan struktural berlereng landai ini menempati daerah dekat sungai Bone, dengan relief perbukitan dan kemiringan lereng landai yang berkisar antara 8.33% sampai 12.55%. Litologi daerah ini adalah Batuan terobosan: Granit, Granodiorit, Diorit, dengan demikian maka diinterpretasikan bahwa proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan (genetik) daerah ini adalah intrusi. Selain itu terdapat juga struktur yang bekerja pada daerah telitian, maka dapat diinterpretasikan bahwa daerah telitian juga dipengaruhi struktur geologi dalam genetiknya. Dengan demikian karena proses yang bekerja dalam pembentukan bentuklahan daerah telitian adalah struktur geologi dan intrusi, namun yang sangat berpengaruh dalam genetik daerah telitian adalah struktur maka dapat dapat diinterpretasikan bahwa daerah ini memilik satuan geomorfologi Perbukitan struktural. Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini

Hasil

IV-13

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

dimasukkan

ke

dalam

Satuan

Geomorfologi

Perbukitan

struktural berlereng landai. 5.Satuan Geomorfologi Perbukitan Kompleks Berlereng Curam Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng curam ini menempati daerah Olele, Tolotio Kiki, Tamboo, Mobuhu, Bilungala, Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga Tengah,

Tambulitato, dengan relief perbukitan dengan kemiringan lereng curam yang berkisar antara 21.42% sampai 50%. Litologi daerah telitian adalah (i) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Tufa, Lava. (ii) Batuan gunungapi: Breksi gunungapi, Aglomerat, Lava, mengandung sisipan Batupasir, Batulanau, Serpih dan Batugamping. (iii) Batuan terobosan: Granit, Granudorit, Diorit. Litologi daerah telitian didominasi oleh batuan gunungapi, dengan demikian diinterpretasikan vulkanik merupakan salah satu genetik dari daerah ini. Terdapat juga intrusi Granit, Granudiorit, dan Diorit, maka dapat diinterpretasikan bahwa intrusi merupakan proses yang berhubungan dengan

pembentukan bentuklahan di tempat ini, kemudian terdapat juga struktur geologi yang ada di Batuan Gunungapi Bilungala yaitu zona sesar naik bersudut 30o, di Sungai Tambulitato, Sungai Bilungala didapatkan perlipatan terbuka dengan

kemiringan sayap sekitar 30o dan sumbu berarah hampir Timur Barat, dengan demikian daerah ini dimasukkan dalam perbukitan kompleks karena proses pembentukan bentuklahan daerah
Hasil

ini

kompleks

yaitu

vulkanik,

struktur,

intrusi.
IV-14

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan kompleks berlereng curam.

4.2.3 Penentuan Pola Aliran


oleh: Noor CD. Aryanto dan Yogi Noviadi

Secara umum daerah telitian seperti terlihat di Peta Pola Aliran

(Gambar 4.4) memiliki 3 pola pengaliran, sebagai berikut:


1. Pola pengaliran paralel

Pola pengaliran paralel ini mengindikasikan bahwa sungai terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel pada bentang alam yang panjang serta mencerminkan kemiringan lereng yang cukup besar dan hampir seragam. Pola pengaliran ini di daerah telitian berupa:

Sungai pola pengaliran paralel berjenis sungai permanen (aktif) terdapat pada bagian paling Barat dari daerah telitian, sungai di daerah Batulanggelo, Sungai di daerah Bongo Timur, Pohe, Batato, Leato, Leato Selatan, Molutabu Timur, Sungai Dutula Oluhuta, Sungai Dutula Olele, Sungai Dutula Molutabu, Sungai Manungga Daa, Sungai di sebelah Barat Dutula Mopuya kiki. Sungai-sungai tersebut di atas kandungan debit airnya tetap.

Sungai

pola

pengaliran

paralel

berjenis

sungai

intermittent/periodik (tidak aktif) yang terdapat di daerah


Leato Selatan, sungai di daerah Inengo, Sungai di daerah Tihu, sungai di daerah Botungobungo, sungai Dutula Moota Kiki, Sungai Dutula Tapambundu. Sungai-sungai tersebut di atas kandungan airnya tergantung pada musim, pada musim hujaN
Hasil
IV-15

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.3 Peta Satuan Geomorfologi Darat Daerah Telitian dan sekitarnya
Hasil
IV-16

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debit airnya kecil sampai kering.

2.

Pola pengaliran Dendritik

Pola pengaliran ini mengindikasikan bahwa sungai memiliki bentuk menyerupai cabang-cabang pohon, mencerminkan batuan yang sama (homogenitas batuan) atau tanah yang seragam, lapisan sedimen horizontal atau miring landai, kontrol struktur tidak begitu nampak. Pola pengaliran ini dimiliki oleh:

Sungai pola pengaliran dendritik berjenis sungai permanen (aktif) terdapat di sebelah barat dan timur daerah

Batulanggelo, Sungai Dutula Olohuta, sungai Dutula Tolotio, Sungai Dutula Uabanga, Sungai Dutula Mopuya Daa, Sungai Dutuna Matango, sungai di sebelah Timur Tiumbolo dan sebagian kecil sungai-sungai yang bermuara di Sungai Bone. sungai-sungai tersebut di atas merupakan sungai yang debit airnya tetap.

Sungai pola dendritik berjenis sungai intermittent/periodic terdapat di sebelah timur daerah Tambulitato, dimana

kandungan airnya tergantung pada musim, pada musim hujan debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debit airnya kecil sampai kering. 3. Pola pengaliran subdendritik

Pola pengaliran ini mengindikasikan bahwa sungai-sungai tersebut merupakan modifikasi dari pola dendritik , karena pengaruh dari topografi dan struktur, pada pola ini topografi sudah miring, struktur sudah berperan tetapi sangat kecil. Pola ini terdiri atas:
Hasil
IV-17

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


Pola pengaliran Subdendritik yang berjenis sungai permanen (sungai aktif) terdiri dari Sungai Dutula Bilungala, Sungai Dutula Tambulitato, Sungai Dutuna Tulaboto dan sebagian besar sungai yang bermuara di Sungai Bone dimana sungai ini merupakan sungai yang debit airnya tetap

Hasil

IV-18

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.4 Peta Pola Aliran Lokasi Telitian dan sekitarnya


Hasil
IV-19

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.3

PENELITIAN GEOLOGI DASAR DAN BAWAH LAUT

4.3.1 Pengukuran Kedalaman Dasar Laut


oleh: D. Ilahude dan Adrian Ibrahim

Berdasarkan lintasan posisi pengambilan data dilakukan pula secara bersamaan kegiatan pemeruman untuk mengetahui kedalaman dasar laut berikut bentuk morfologinya. Berdasarkan hasil ekstrapolasi dari titik-titik kedalaman dari setiap lokasi pengambilan data diperoleh Peta Kontur Batimetri (Gambar 4.5) dengan kedalaman laut berkisar antara 25 sampai 500 meter dengan 2 pola kontur; (1) batimetri dengan pola kontur tertutup (closure) dengan kedalaman semakin besar ke arah pusat, terlihat mulai daerah Lamu, kemudian Leato Selatan, Tamboo, Inengo, Modelomo, Molutabu Timur, Oluhuta, Olele, Tolotio Kiki, Mobuhu, Uabanga Tengah; (2) Kontur batimetri dengan pola memanjang atau sejajar mengikuti garis pantai di daratnya, terlihat dari Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bango Barat, Bango Timur, Batato, Talumolo, Leato, Mohubu, Tihu, Tongo, Botungobungo, dan Tambulitato. Terlihat bahwa daerah penelitian memiliki roman dasar laut yang sangat ekspresif, terlihat pada berbagai tempat - dengan jarak hanya lebih-kurang 50 meter dari pantai telah memiliki kedalaman lebih dari 150 meter, ini antara lain yang menyulitkan dalam hal akuisisi pengambilan data sehingga lintasan didesain tidak begitu (terlalu) jauh ke arah laut. Kedalaman dasar laut yang dihasilkan umumnya berkisar hingga 250 meter, untuk lokasi yang ke arah timur (lepas pantai Tombulitato) bahkan memiliki kedalaman hingga hampir 500 meter.

Hasil

IV-20

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.5 Peta Kedalaman Dasar Laut Lokasi Telitian


Hasil
IV-21

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.3.2 Satuan Morfologi Dasar Laut


oleh: Yogi Noviadi dan Adrian Ibrahim

Dari peta tersebut denggan menggunakan program surfer 7.0 diperoleh gambaran umum mengenai bentuk morfologi dasar lautnya sehingga dapat dibagi menjadi tiga (3) satuan morfologi dasar laut, yaitu: 1. 2. 3. Satuan Morfologi Tinggian Satuan Morfologi Lereng Pantai Satuan Morfologi Lembah

Satuan Morfologi Dasar Laut Tinggian Satuan morfologi tinggian merupakan kenampakan bentuk permukaan dasar laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan sekitarnya, biasanya dicirikan oleh adanya bukit-bukit yang diapit oleh lembah. Satuan ini menempati bagian tepi dari Teluk Tomini meliputi daerah Inego dengan kedalaman berkisar antara (-25m) sampai (-100m) dan bagian tengah dari Teluk Tomini, satuan ini mempunyai luas kurang lebih 20 % dari daerah telitian. Satuan Morfologi Dasar Laut Lereng Pantai Satuan morfologi lereng pantai ini dicirikan oleh adanya kemiringan antara pantai dengan permukaan dasar laut, hal ini disebabkan oleh kemiringan dasar laut pada umunya bertambah ke arah laut lepas. Satuan ini menempati hampir di sepanjang garis pantai dengan luas kurang lebih 45% dari seluruh daerah telitian.

Hasil

IV-22

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Satuan Morfologi Dasar Laut Lembah Satuan morfologi lembah ini merupakan kenampakan morfologi dasar laut yang kenampakannya dari suatu dataran sampai mempunyai kemiringan yang relatif besar. Satuan morfologi ini pada umumnya merupakan suatu kenampakan morfologi dasar laut yang memiliki kedalaman yang besar. Satuan lembah ini terdapat di bagian tengah dan tepi Teluk Tomini meliputi daerah Leato, Leato Selatan, Inengo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Olele, Mobuhu, Tolotio Kiki, Tongo, Uabanga Tengah, dan daerah bagian Timur dari dari daerah telitian. Satuan sedimen yang menyusun satuan ini pada umumnya lanau, pasir krikilan. Satuan ini mempunyai luas kurang lebih 35 % dari daerah telitian. Khusus untuk daerah lepas pantai Olele yang oleh pemerintah daerah setempat diproyeksikan sebagai daerah wisata selam coba

diperlihatkan dalam bentuk 3 dimensi (Gambar 4.6).

Hasil

IV-23

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.6 Morfologi Dasar Laut Olele

4.3.3 Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut


oleh: Noor CD. Aryanto

Berdasarkan hasil analisa besar butir yang mengacu pada Klasifikasi Folk, 1979 diperoleh sebaran sedimen permukaan dasar laut masingmasing adalah sebagai berikut: 1. Satuan Sedimen Kerikil Pasiran Satuan Sedimen Krikil Pasiran menempati daerah sebagai berikut:

Hasil

IV-24

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Di daerah Batulanggelo, Olimoo, Lamu yang diwakili oleh antara lain GRTL-05. Satuan Sedimen Krikil Pasiran ini berbentuk memanjang dan menempati daerah pantai dan laut dengan kedalaman antara 0 sampai (75m) dan makin dalam ke arah timur hingga kedalaman kurang-lebih 100 m. Kerikil pasiran ini diinterpretasikan berasal dari materialmaterial vulkanik yang tererosi yang menjadi tempat sungai berada, dimana material-material vulkanik tersebut lapuk dan tertransport oleh sungai sampai ke pantai. Proses transportasi material sedimen sampai ke pantai sangat erat kaitannya dengan curah hujan yang tinggi di daratan bagian Utara Gorontalo, dimana pada saat curah hujan tinggi maka banyak sedimen daratan yang terangkut oleh limpasan permukaan dan terbawa sampai ke muara-muara sungai. Di daerah Leato Selatan, Tambo, Inengo, Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Oluhuta, diwakili oleh antara lain GRTL30. Satuan sedimen Kerikil pasiran ini diinterpretasikan berasal dari Sungai Bone di daerah Tenda, Talumolo yang mentransport material sampai ke pantai, yang bekerja pada musim tenggara dimana energi gelombang akan mencapai maksimum dan memicu percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen di sepanjang pantai. Hal ini diinterpretasikan dari Terumbu yang terdapat di bagian tepi pantai yang memanjang dari Leato Selatan sampai ke Olele, dimana pada daerah dimana Terumbu berkembang dan hidup membutuhkan sinar matahari, jika terdapat suplai sedimen maka akan terjadi kekeruhan, dengan demikian sinar matahari tidak dapat masuk dan mendukung pertumbuhan Terumbu. Pada tempat yang kekurangan matahari

Hasil

IV-25

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

maka Terumbu tidak dapat hidup dan tidak dapat berkembang dengan baik. Di daerah Tolotio Kiki diwakili oleh antara lain GRTP-35. Satuan sedimen Krikil pasiran ini menerus ke bagian tengah laut dan terdapat pada kedalaman 0 sampai (200m). Kerikil pasiran ini diinterpretasikan berasal dari pelapukan batuan vulkanik yang dilalui oleh sungai, material-material vulkanik yang dilalui oleh sungai tertranspor melalui Sungai Dutula Tolotio dan sampai ke pantai dan bukan hanya tertransport pada kedalaman lebih besar namun juga tertransport ke arah Barat dan Timur karena pengaruh arus dan gelombang yang bekerja pada musim tenggara dimana energi gelombang akan mencapai maksimum dan memicu percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen di sepanjang pantai. Secara keseluruhan satuan sedimen Kerikil pasiran ini menempati 30 % dari daerah telitian. 2. Satuan Sedimen Pasir Kerikilan Satuan sedimen Pasir kerikilan ini terdapat di daerah sebagai berikut: Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah Batulanggelo, Olimo, Lamu. Satuan sedimen pasir ini berbentuk memanjang dan terdapat pada kedalaman antara (50m) sampai (325m). Satuan sedimen Pasir kerikilan ini diinterpretasikan berasal dari sungai-sungai yang bermuara sampai ke pantai dimana material-material tersebut mengalami transportasi lebih

lanjut yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus pantai

Hasil

IV-26

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

(Rip Current) menyebabkan material sedimen tertransport ke bagian laut yang lebih dalam. Kemudian terjadi angin dari arah Tenggara dan Selatan pada musim tenggara yang

menggerakkan energi dan gelombang yang cukup memperbesar energi dan gelombang sejajar pantai (Longshore Current) sehingga material sedimen tertransport ke arah barat dan timur daerah telitian. Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah Tamboo, Inengo, Modelamo pada kedalaman (125m) sampai (275m), satuan ini berbentuk memanjang. Sedimen pasir ini diinterpretasikan berasal dari material Kerikil pasiran yang terus tertransport karena pengaruh energi dan gelombang, serta pada saat curah hujan tinggi maka material sedimen dapat tertransport sampai kedalaman laut yang lebih besar. Daerah Oluhuta, Olele diwakili oleh antara lain GRTP-16, GRTP-21, menempati kedalaman (0 m) sampai (250 m). Sedimen Pasir kerikilan ini berasal dari: Sungai Dutula Oluhuta dimana material vulkanik yang dilalui sungai lapuk dan tertransport sampai ke pantai pada musim hujan dimana pada musim hujan dimana musim hujan curah hujan tinggi dan kondisi ini menimbulkan limpasan permukaan yang bermuatan sedimen yang bermuara ke laut yang kemudian juga terjadi arus dan gelombang tegak lurus pantai (Rip Current) yang membawa sedimen Pasir kerikilan bergerak ke bagian lebih dalam dari laut transportasi lebih lanjut material Kerikil pasiran dari Molutabu Timur yang karena pengaruh energi dan gelombang yang tejadi sepanjang pantai maka material sedimen tertransport ke arah Timur. pengaruh energi dan
Hasil
IV-27

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

gelombang yang bekerja pada musim tenggara dimana energi gelombang akan mencapai maksimum dan memicu percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen

sepanjang pantai sehingga dapat mentransport material sedimen menuju ke arah Timur dari pantai.

Satuan sedimen Pasir krikilan yang terdapat di daerah Pohe, Batuto, Leato, Leato Selatan, menempati kedalaman antara (50 m) sampai (150m), berbentuk memanjang. Pasir kerikilan ini berasal dari material proses transportasi yang terus berlanjut yang terjadi pada musim hujan dimana curah hujan tinggi sehingga mensuplai sedimen dalam jumlah air yang lebih sangat besar sehingga material sedimen tertransport sampai ke laut dengan kedalaman yang lebih dalam.

Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah Tambo yang diwakili oleh antara lain GRTL-38. Satuan sedimen Pasir kerikilan ini menempati kedalaman dasar laut antara (25 m) sampai (175m). Material sedimen ini diasumsikan berasal dari batuan vulkanik yang dilewati sungai sehingga batuan material vulkanik lapuk dan kemudian tertransport oleh sungai sampai ke pantai yang diinterpretasikan terjadi pada musim hujan, dimana curah hujan tinggi dan kondisi tersebut memungkinkan sedimen daratan yang terangkut oleh limpasan permukaan dan terbawa sampai ke muara sungai.

Satuan sedimen Pasir kerikilan yang terdapat di daerah Mobuhu, Bilungala, Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga Tengah, dan berbentuk memanjang pada kedalaman (50m) sampai (275m). Sedimen pasir ini diasumsikan berasal dari proses transportasi lanjut dari material Kerikil pasiran di

Hasil

IV-28

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

daerah Tolotio Kiki diwakili oleh GRTP-34, yang terjadi pada musim tenggara dimana pada musim ini energi dan gelombang cukup memperbesar arus sejajar pantai (Longshore Current). Selain itu di daerah sekitar Sungai Dutulo Pudulo, Sungai Dutulo Butato, dimana batuan yang dilewati sungai mengalami pelapukan dan kemudian tertransport sampai ke pantai, dimana material yang tertransport adalah Pasir Kerikilan diwakili oleh GRTL-39, kemudian di pantai karena pengaruh arus dan gelombang yang bergerak sejajar garis pantai maka materialmaterial tertransport ke arah timur. Dimana pada

transportasi ini diasumsikan terjadi pada musim tenggara dengan energi gelombang yang menuju pantai cukup

memperbesar arus sejajar pantai yang bermuatan sedimen. Secara keseluruhan satuan sedimen Pasir krikilan ini menempati kurang lebih 38 % daerah telitian. 3. Satuan Sedimen Lanau Pasiran Penyebaran sedimen ini meliputi:

Daerah Olimoo, Lamu yang memanjang dari barat ke timur, menempati kedalaman antara (125m) sampai (325m).

Penyebaran Lanau pasiran yang memanjang dari barat ke timur terjadi pada musim tenggara dimana energi gelombang yang menuju pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai yang bermuatan sedimen. Daerah Bongo Barat, Bongo Timur, berbentuk memanjang dari barat ke timur menempati kedalaman antara (25m) sampai (375m). Sedimen Lanau pasiran ini diinterpretasikan berasal dari material hasil transportasi sungai dimana

Hasil

IV-29

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

material yang tererosi berukuran relatif kecil sehingga ketika mengalami proses transportasi ukuran butir menjadi lebih kecil.

Satuan sedimen Lanau pasiran yang tersebar di daerah Leato, sebaran sedimen ini menempati kedalaman dasar laut antara (200m) sampai (300m). Sedimen lanau ini

diinterpretasikan berasal dari proses transportasi lebih lanjut dari Pasir kerikilan yang ada pada kedalaman sebelumnya dan karena pengaruh energi dan gelombang yang bekerja pada musim tenggara maka Lanau pasiran tersebar ke barat dan timur daerah telitian.

Sebaran sedimen Lanau pasiran yang tersebar di daerah Tambo, Inengo, sebaran sedimen ini setempat dan

menempati kedalaman (275m) sampai (350m). Sedimen ini menempati morfologi cekungan yang diinterpretasikan

berasal dari transportasi lebih lanjut Kerikil pasiran yang ada pada kedalaman yang lebih dangkal yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus garis pantai (Rip Current).

Sebaran sedimen Lanau pasiran di daerah Modelamo, sebaran sedimen ini setempat dan menempati kedalaman (-275m) sampai (400m). Sedimen ini diinterpretasikan berasal dari transportasi lebih lanjut Kerikil pasiran yang ada pada kedalaman yang lebih rendah yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus garis pantai.

Sebaran sedimen Lanau pasiran yang terdapat di daerah Olele, sebaran sedimen ini setempat saja dan menempati kedalaman antara (275m) sampai (300m). Sedimen ini diinterpretasikan berasal dari transportasi Pasir krikilan

Hasil

IV-30

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

pada kedalaman yang lebih dangkal yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus garis pantai.

Di daerah Mobuhu, sebaran sedimen Lanau pasiran ini diinterpretasikan berasal dari transportasi lebih lanjut dari Pasir kerikilan yang ada pada kedalaman yang lebih dangkal yang terjadi karena pengaruh arus tegak lurus garis pantai (Rip Current).

Di daerah Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga Tengah, sebaran sedimen Lanau pasiran ini berbentuk memanjang dan menerus serta menempati kedalaman antara (275m) sampai kuranglebih (500m). Sedimen Lanau pasiran ini

diinterpretasikan berasal dari transportasi lebih lanjut dari material Pasir kerikilan dan Kerikil pasiran yang berada pada kedalaman yang lebih dangkal karena pengaruh arus tegak lurus garis pantai dan kemudian menyebar ke arah barat dan timur karena pengaruh angin pada musim tenggara dimana sangat berpengaruh dalam membangkitkan energi gelombang menuju ke pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai yang bermuatan sedimen sehingga material sedimen dapat bergerak ke arah barat atau timur daerah telitian. Secara keseluruhan sebaran sedimen Lanau pasiran ini

menempati kurang lebih 25% dari daerah telitian. 4. Satuan Terumbu Satuan Terumbu dimaksudkan adalah terumbu karang yang masih tergenang oleh air laut terdapat di daerah seperti:

Hasil

IV-31

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Di daerah Bongo Timur diwakili oleh antara lain GRTL-03, Terumbu ini menempati kedalaman 0 sampai (25m) dan berbentuk memanjang.

Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Batato diwakili oleh antara lain GRTP-02, Terumbu ini setempat dan menempati kedalaman antara 0 sampai (25m).

Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Leato Selatan, Tambo, Inengo, Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur diwakili oleh antara lain lokasi GRTP-14, GRTL-24, sebaran terumbu ini memanjang dan menempati kedalaman antara 0m sampai (25m).

Sebaran Terumbu yang terdapat di daerah Bilungala, Tihu, Tongo, Botungobungo, Uabanga tengah, diwakili oleh antara lain GRTL-42, GRTL-45, sebaran terumbu ini memanjang dan menempati kedalaman antara 0 sampai (25m).

Secara keseluruhan sebaran Terumbu ini menempati kurang lebih 7% dari daerah telitian.

Hasil

IV-32

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Gambar 4.7 Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Lokasi Telitian
Hasil
IV-33

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4

MINERAL
oleh: Noor CD. Aryanto, Hersenanto C. Widi, Deny Setiady dan Hartono

Hasil preparasi dan analisa yang dilakukan terhadap 13 contoh sedimen pantai maupun dasar laut yang dilakukan secara metode basah didapatkan 10 jenis mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 1 material bawaan. Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit, hornblende, biotit, augit, diopsit, rutil, zirkon, muskovit dan limonit. Mineral ringan yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan berupa cangkang. Penyajian kadar ke-10 jenis mineral tersebut untuk tiap lokasi contoh, berupa persen berat yang merupakan harga perbandingan jumlah berat mineral yang bersangkutan (gram) terhadap jumlah total berat mineral berat (gram) dalam fraksi sedimennya lalu dikalikan 100 persen. Adapun yang dilakukan secara metode kering terhadap 4 contoh batuan keras menghasilkan 7 jenis mineral berat meliputi: magnetit, ilmenit, epidot, zirkon, piroksin, pirit dan oksida besi. 4.4.1 Mineral Berat Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam grup oksida. Di lokasi telitian, mineral ini memberikan kenampakan yang hitam metalik dengan bentuk butir membulat tanggung membentuk seperti rantai karena antar butir saling tarik menarik (Foto 4.4). Sepintas mirip ilmenit namun agak kusam. Magnetit terbentuk di bawah kondisi yang agak lemah dibanding hematit berupa endapan bijih yang terjadi pada beberapa tipe batuan magmatik, pegmatit dan kontak metasomatik. Hadir di
Hasil
IV-34

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

seluruh lokasi yang dianalisa, baik pada sedimen dasar laut maupun sedimen pantai. Untuk sedimen dasar laut kehadirannya berkisar antara 0,25% (GRTL-06) hingga 2,37% (GRTL-14). Sedangkan untuk contoh yang berasal dari sedimen pantai memiliki rentang kisaran yang cukup lebar antara yang hanya berupa jejak/ trace (GRTP-23) hingga 77,5% (GRTP-07) atau terdapat di sisi barat pantai Bongo Timur.

Foto 4.4 Kenampakan magnetit (GRTP-05), berwarna hitam metalik, bentuk membulat tanggung, saling tarik menarik

Ilmenit (FeTiO3) termasuk dalam grup oksida. Di lokasi selidikan, yang diwakili oleh mineral yang berasal dari contoh batuan keras baik yang berupa singkapan batuan (outcrop) maupun berupa contoh (batuan)

lepas (float), mineral ilmenit mempunyai kenampakan umum berupa: berwarna hitam, kilap metal, beberapa terbungkus oksida besi berwarna merah. Bentuk oktahedral hingga membulat tanggung (Foto
Hasil
IV-35

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5 ). Komposisi kimiawi (tekstual) terdiri atas Fe 36.8%, Ti 31.6% dan


O 31.6%. Mineral ini umum terdapat dalam batuan plutonik atau batuan beku basa (gabro, diabas, piroksenit, dll) sering dijumpai berasosiasi dengan magnetit. Di daerah pantai kandungan tertinggi sebesar 19,5% dan 17,10% dijumpai di lokasi GRTP-07 dan GRTP-05A (keduanya terdapat di sisi barat muara S.Bone), sedangkan pada contoh sedimen laut yang dianalisa, mineral ini tidak dijumpai.

Foto 4.5 Kenampakan ilmenit (GRTP-05), berwarna hitam, bentuk butir oktahedral-membulat tanggung. Piroksen (Ca, Mg, Fe (Si2O6)) dibagi dalam 2 subgrup, yaitu: monoklin dan ortorombik piroksen. Kenampakan umum di bawah mikroskop: berwarna hijau, transklusen, prismatik sampai tak beraturan (Foto

4.6). Keterdapatan piroksen secara lateral berkisar antara 2,9% yang


dijumpai di sekitar pantai Bongo Timur (GRTP-07) hingga 97% berat yang merupakan konsentrasi terbesar dijumpai di sekitar pantai

Hasil

IV-36

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Uabanga Tengah (GRTP-23), sedangkan pada sedimen dasar laut kehadiran mineral ini tidak dijumpai.

Foto 4.6 Kenampakan piroksen (GRTP-23), berwarna hijau, transklusen, prismatik sampai dengan tak beraturan

Epidot (Ca2Al3(SiO4)3 (OH), termasuk dalam kelompok silikat. Di lokasi telitian kenampakan mineral ini di bawah mikroskop

memperlihatkan warna kuning kehijauan, kusam, bentuk butir sampai membulat tanggung (Foto 4.7). Kehadiran mineral ini dapat sendiri atau bisa pula hadir bersamaan dengan zoisite dan kerap berasosiasi dengan albite pada batuan metamorf derajat rendah dan menengah. Mineral ini merupakan penciri untuk lingkungan yang kaya akan besi (hal ini yang membedakan dengan zoisite) Mineral-mineral dalam grup ini merupakan mineral pembawa kalsium dan aluminium yang penting dalam kebanyakan batuan. Keterdapatan epidot hanya dijumpai pada sedimen pantai di sekitar Pohe dan Batato (GRTP-05A) itupun hanya berupa jejak (trace).
Hasil
IV-37

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.7 Kenampakan epidot (GRTP-05A), berwarna kuning kehijauan, bentuk butir membulat tanggung Pirit (FeS2), termasuk grup sulfida, memiliki skala kekerasan 6 - 6,5, berat jenis 4,29 - 5,2. Keterdapatan di alam terkadang berasosiasi dengan emas, perak, tembaga dan seng. Mencirikan lingkungan metasomatik kontak dan proses hidrotermal. Kenampakan di lokasi telitian berwarna kuning metalik, bentuk butir menyudut runcing tak beraturan (Foto 4.8). Di lokasi telitian dijumpai pada contoh sedimen pantai dengan kisaran antara 0,1 hingga 0,6% berat. Zirkon (ZrSiO4), termasuk grup silikat, terjadi pada daerah yang berasosiasi dengan batuan intrusi magmatik (granitik), nephelin, syenit dan diorit. Kenampakan di bawah mikroskop memperlihatkan berwarna ros (merah muda), putih, kuning kecoklatan, prismatik, bentuk menyudut hingga membulat tanggung. Walaupun keterdapatan di lokasi telitian secara konsentrasi tidak menunjukkan jumlah yang signifikan namun pelamparannya dapat dikatakan merata baik pada sedimen dasar
Hasil
IV-38

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

laut mapun sedimen pantai. Untuk sedimen dasar laut dapat dijumpai di 4 lokasi, yaitu di sekitar pantai di sisi barat dan timur muara S. Bone dari 7 lokasi yang dianalisa. Contoh yang dimaksud berikut besaran kandungan adalah GRTL-05 (0,00163%), GRTL-06 (0,00407%), GRTL12 (0,0038%) dan GRTL-13 (0,00062%). Sedangkan untuk sedimen pantai dari 10 contoh yang dianalisa, keterdapatan mineral zirkon dapat dijumpai di 5 lokasi, masing-masing lokasi tersebut berikut besaran kandungannya adalah GRTP-05A (trace), GRTP-07 (0,1%), GRTP-11 (0,012%), GRTP-13 (0,0014%), dan GRTP-17 (0,005%).

Foto 4.8 Kenampakan pirit (GRTP-05) berwarna kuning metalik, bentuk butir menyudut runcing tak beraturan. Ukuran 150 mikron.

Rutil (TiO2), merupakan mineral dari kelompok oksida. Kenampakan umum mineral ini dibawah mikroskop berwarna coklat-kemerahan prismatik, dan membulat tanggung. Kehadiran mineral ini dapat dikatakan hampir merata di lokasi telitian. Untuk sedimen dasar laut dari 7 lokasi yang dianalisa, mineral ini terdapat di 6 lokasi yaitu di
Hasil
IV-39

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

lokasi GRTL-05, GRTL-06, GRTL-12, GRTL-13, GRTL-14 dan GRTL-19 dengan kandungan berkisar antara 0,0006% (GRTL-12) hingga 0,02% berat (GRTL-19). Sedangkan untuk sedimen pantai, mineral ini hadir di 6 lokasi dari 10 lokasi yang dianalisa. Lokasi yang dimaksud berikut kandungannya adalah GRTP-11 (0,005%), GRTP-13 (0,0067%), GRTP-14 (0,0003%), GRTP-14A (0,0006%), GRTP-17 (0,02%) dan lokasi di sekitar pantai di desa Lamu (0,001%).

4.4.2 Mineral Ringan Kuarsa (SiO2), dijumpai hampir merata pada daerah penelitian karena mineral ini adalah mineral utama pembentuk batuan. Untuk contoh yang berupa sedimen dasar laut kisaran keterdapatannya antara 0,004% hingga 0,014% berat.

Foto 4.9 Kenampakan kuarsa (GRTP-07) berwarna putih transparan, bentuk butir menyudut tanggung & bervariasi.

Hasil

IV-40

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4.3 Unsur Logam Dasar Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap 10 contoh batuan di pantai dan 9 contoh sedimen di dasar lautnya (lampiran lekat) dengan menggunakan metode AAS, diperoleh variasi dan besaran unsur seperti tabel berikut di bawah ini: Tabel 4.2 Variasi dan Besaran kandungan unsur logam di Pantai
KODE CONTOH GRTP.01 GRTP.02 GRTP.09 GRTP.16 GRTP.17 GRTP.17A GRTP.19 GRTP.20 GRTP.24 GRTP.26 Mo (ppm) 2 3 14 12 5 As (ppm) 18 Mn (ppm) 229 591 113 127 15 Bi (ppm) 17 26 13 Au (ppb) 8 11 8 12 17336 771 144 14 15 25 Ag (ppm) 2 14 6 3 2 2 2 Cu (ppm) 8 8 8 13 11 5 11 Pb (ppm) 37 179 46 11 Zn (ppm) 22 18 13

Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi unsur-unsur logam untuk contoh yang berasal dari pantai (darat) yang memperlihatkan konsentrasi cukup lumayan umumnya hanya terbatas pada lima lokasi, yaitu GRTP-16, 17, 17A, 19 dan 20 yang semuanya berada pada kawasan desa Oluhuta dengan pola mengikuti aliran sungai Oluhuta dan pola sesarnya. Kenampakan kadar yang sangat signifikan terdapat pada lokasi GRTP-17 yang diambil dari bagian dinding dekat dengan intrusi. Kandungan tersebut memperlihatkan kecenderungan berkurang ke arah pantai untuk kadungan Au nya. Dengan memplot lokasi-lokasi yang diduga mengandung konsentrasi Au di atas kemudian dengan menumpahtindihkan (overlayered) dengan peta geologi setempat, maka dapat dibuat suatu pola zonasi yang
Hasil
IV-41

yang makin

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

merupakan dugaan penyebaran emas. Deliniasi di atas semata hanya didasarkan atas indikasi di lapangan yang diperkuat dengan identifikasi hasil laboratorium berdasarkan beberapa contoh yang dianalisa, namun demikian sesungguhnya untuk mendapatkan hasil yang lebih detil mengenai pola urat (vein) berikut jenis dan tahapan alterasi sebagai cara untuk menentukan jenis endapan dari logam yang bersangkutan yang akhirnya berupa penentukan kandungan terukurnya, masih harus dilakukan tahapan eksplorasi yang lebih rinci termasuk di dalamnya analisa geokimia lanjut.

Gambar 4.8 Deliniasi Penyebaran Emas (warna magenta) dalam skala tinjau.

Hasil

IV-42

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.4.4 Unsur Utama


oleh: Harsenanto C. Widi

Berdasarkan hasil analisa kimia unsur utama dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrometry) terhadap 19 contoh sedimen dan batuan yang terbagi dalam 13 contoh dasar laut dan 6 contoh pantai

(Lampiran

Lekat

Hasil

Analisa

Unsur

Utama),

memperlihatkan kejadian secara geokimia sebagai berikut : Hasil analisa geokimia dari beberapa lokasi jelaskan sebagai berikut: Lokasi GRTL 04 a. Sedimen dasar laut berupa bersifat terpilih dapat kami

karbonat dengan kadar

CaO 16,22% sebagian mengalami

ubahan akibat suhu (T) dan tekanan (P) menjadi batugamping pejal ini dapat dilihat dari hasil analisa zat terbang (tidak teranalisa) LOI kadar 41,63% terutama batugamping

didaerah ini sudah mengalami alterasi. Lokasi GRTL 05 endapat sediment pantai berupa pasir

gampingan dengan fragmen batugamping dan fragmen batuan


sebagian fragmen telah mengalami ubahan ditunjukan dengan kadar LOI 31,11%, SiO2 5,37%, mineral karbonat CaO 39,67, MgO 14,21% GRTL 06 Sedimen dasar laut berupa pasir gampingan sedikit

kerikilan
SiO2

kadar

CaO 23,79 dan MgO 11,44%, kadar silica

7,49% dan kadar TiO2 5,99% , LOI 41,55%

mencerminkan kondisi batuan didaerah ini sudah mengalami

Hasil

IV-43

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ubahan dan tersilisifikasi seperti rumus kimia dibawah ini. Terutama dari batuan beku diorite, andesit dan batugamping. 2CaCO3(c) + SiO2 + 4H+ (kalsit) 2Ca+2(aq)+2CO2+SiO2(c)+2H2O (kuarsa)

GRTL 12.sedimen pantai berupa batuan karbonatan sedikit tufaan, Al2O3 kadar 27,88% mencerminkan kondisi batuan

vulkanik (tufa) mengalami vitrivikasi menjadi mineral lempung, adapun kadar CaO 29, 81% dan MgO 13,44% bersifat

karbonatan , dari prosentasi kadar senyawa yang ada daerah ini terdapat batuan bentonit. GRTL 15 dan 17 sedimen pantai berupa pasir gampingan

dengan melihat kadar CaO 42,06-43,71% dan MgO 17,5338,33% maka daerah ini cukup prospek keterdapatan bahan galian dolomite dengan reaksi 2CaCO3 + Mg+2(aq) (kalsit) CaMg(CO3)2 + Ca+2(aq) (dolomite)

- GRTL 19. sedimen dasar laut dekat Pelabuhan Ferry dari analisa sedimen dasar laut menunjukan kadar Fe2 O3 (mineral hematit) 37,19% . - GRTL.32 dan 34 sedimen pantai berupa kerakal-kerikil

dengan fragmen batuan beku dan karbonat hasil analisa kimia menunjukan kadar Fe2O3 4,15- 9,08 % hematite hasil

oksidasi/reduksi dari magnetit,

silica SiO2 33,54%, kadar

Al2O3 21,44% bersifat lempungan. GRTL-49 Sedimen laut berupa batuan karbonatan dengan

kadar CaO 17,99% dan MgO 29,08 dengan zat terbang LOI
Hasil
IV-44

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

29,98

mengidentifikasikan sebagian batugamping

telah

terubah menjadi mineral dolomit. Dari hasil senyawa sedimen laut di daerah Teluk Tomini dan

sekitarnya memberikan indikasi daerah ini mengandung senyawa SiO2 antara 0,04-38,1% serta kandungan K2O 0,01- 1,04% menurut Van

Bergen at al 1992 batuan didaerah ini rendah K (Tholeite). 4.4.5 Petrografi Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisik masing-masing mineral penyusun batuan secara mikroskopis (optis) yang tercermin dari teksturnya. Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap 7 contoh batuan di sepanjang pantainya

(Lampiran Lekat Hasil Analisa

Petrografi), yang berupa batuan karbonat (wackstone) dan batuan


beku (andesit dan dasit). Pada contoh batuan beku tersebut yang diambil dari fragmen breksi dari singkapan batuan volkanoklastik memperlihatkan bahwa batuan-batuan tersebut umumnya telah

mengalami gejala alterasi ini dibuktikan dengan hadirnya

beberapa

mineral ubahan seperti serisit dan klorit pada andesit (GRTP-21A) dan terubahnya horndlende menjadi mineral opak pada dasit (GRTP-05A). Selain itu khusus pada dasit memperlihatkan indikasi adanya deformasi fisik yang telah terjadi dengan hadirnya mineral kwarsa yang terkorosi tercerminkan dengan sifat optisnya berupa pemadaman bergelombang, yang diduga berkaitan dengan proses transportasi pada saat

pembentukan endapan volkanoklastik. Pada batuan karbonat yang teridentifikasi berdasarkan analisa petrografi adalah wackstone (Dunham, 1962), dicirikan dengan komposisi kehadiran matriks yang relatif lebih besar dibandingkan
Hasil
IV-45

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

komposisi butiran dari setiap contoh yang dianalisa. Pada contohcontoh ini, khususnya yang terdapat di sekitar pantai Batato (GRTP02) disusun oleh plagioklas, fosil, dan mineral opak sebagai material butirannya sedangkan massa dasarnya berupa mikrokristalin karbonat. Menarik untuk diamati pada contoh ini adalah kenampakan plagioklas yang telah mengalami zona kembar (twinning). 4.5 PENGAMATAN DINAMIKA AIR LAUT
oleh: D. Ilahude, A. Ibrahim dan Noor CD. Aryanto

4.5.1 Tipe Pasang Surut Kegiatan pengamatan pasang-surut dilakukan di sekitar pelabuhan Leato Gorontalo yang diamati pada saat kegiatan penelitian sedang berlangsung. Disamping itu juga sebagai acuan dalam perhitungan konstanta harmonik komponen pasang surut tersebut digunakan data pasang surut perairan Gorontalo yang dipublikasikan oleh Dinas HidroOseanografi TNI-AL tahun 2004. Pengamatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan angka koreksi terhadap hasil pengukuran kedalaman laut yang dilakukan selama pengukuran kedalaman laut (batimetri) maupun seismik. Lokasi pengukuran ditempatkan pada daerah yang dapat mewakili daerah penelitian yang berada di sekitar pelabuhan. Dari hasil pengukuran ini diperoleh posisi surut terendah pada rambu ukur berada pada kedudukan 0.2 meter dan pada saat air pasang maksimum berada pada kedudukan 1.5 meter. Dengan demikian kedudukan muka air rata-rata (mean sea level) pada rambu ukur adalah sebesar 0.85 meter. Perbedaan tinggi antara muka surutan dan pasang maksimum mencapai ketinggian kurang lebih 1.3 meter. Dari data pasang surut dengan metode 15 piantan ini diperoleh nilai bilangan Formzal sebesar
Hasil
IV-46

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

0.66 (Tabel 4.3), yang menunjukkan bahwa tipe pasang surut di perairan Gorontalo adalah tipe pasang surut campuran berganda terjadi dua kali

(mixed predominantly semi diurnal) yang artinya

pasang dalam sehari, tetapi tinggi dan interval waktu antara transit bulan dan pasang naik tidak sama. Fluktuasi muka air laut ini cukup membangkitkan pergerakan massa air di muka muara sungai Bone

(Gambar 4.9).
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Tipe Pasang Surut Perairan Gorontalo Dengan Sistem 15 Piantan Metode Admiralty
So A (m) g F= 0.667827 0.8 M2 0.2 -120.1 S2 0.2 150.2 N2 0.0 290.6 K2 0.1 150.2 K1 0.2 113.3 O1 0.1 176.4 P1 0.1 113.3 M4 0.0 59.2 MS4 0.0 -177.7

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
1 25 49 73 97 121 145 169 193 217 241 265 289 313 337 361 385 409

Gambar 4.9. Kurva pasang-surut perairan Gorontalo dan sekitarnya


Hasil
IV-47

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5.2 Pengukuran Arus Pasang Surut Kegiatan pengamatan arus dilakukan untuk mengetahui arah dan kecepatan arus di daerah penelitian dengan menggunakan alat current

meter. Data arus ini paling tidak akan memberikan informasi arah dan
kecepatan arus terhadap aktifitas kapal-kapal yang masuk ke daerah pelabuhan dan juga untuk mengetahui sampai sejauh mana pergerakan limbah jika terjadi kontaminasi limbah dan sampah organik dari kapalkapal yang berlabuh di sekitar muara sungai Bone. Demikian juga data arus ini untuk memantau sampai sejauh mana pengendapan limbah rumah tangga dan industri yang berasal dari hulu sungai baik yang berkaitan dengan pabrik maupun dengan kegiatan penambangan di daerah hulu. Disamping itu data arus ini digunakan dalam menghitung kecepatan pengendapan sedimen ke arah muara sungai jika penyebab utamanya adalah sedimen dari daerah hulu. Koordinat lokasi penempatan alat current meter ini di ditentukan dengan menggunakan

Global Positioning System (GPS), dengan

mengambil posisi di daerah lepas pantai Leato atau tepatnya berada di muara sungai Bone Gorontalo. Dari hasil pengukuran ini diperoleh arah dan kecepatan arus seperti yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini

(Tabel 4.4).

Hasil

IV-48

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Arah dan Kecepatan Arus Di Muara Sungai Bone, Perairan Gorontalo
Alat : Current meter d Alat: 1 m d Sta : 30 m V maks: 0.034 m/dt V min : 0.002 m/dt V rata-rata: 0.015 m/dt Arus dominan: 215.693 Alat : Current meter d Alat: 15 m d Sta : 30 m V maks: 0.005 m/dt V min : 0.0003 m/dt V rata-rata: 0.040 m/dt Arus dominan: 201.9827 Alat : Current meter d Alat: 5 m d Sta : 30 m V maks: 0.104 m/dt V min : 0.0003 m/dt V rata-rata: 0.022 m/dt Arus dominan: 211.6093 Alat : Current meter d Alat: 20 m d Sta : 30 m V maks: 0.214 m/dt V min : 0.003 m/dt V rata-rata: 0.030 m/dt Arus dominan: 196.168

Gambar 4.10. Hubungan antara komponen arah arus dengan fluktuasi pasang surut perairan Gorontalo.

Hasil

IV-49

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.5.3 Energi Gelombang dan Arus Pasang Surut Analisis energi gelombang dapat dilakukan dalam beberpa cara baik secara random maupun secara simultan dan kontinu. Dalam penelitian ini dilakukan dua metode pengambilan data yaitu metode perekaman langsung dan metode prediksi tinggi gelombang. Dalam analisis data parameter gelombang bahwa semua data-data tersebut hanya bersifat pendekatan empirik bukan merupakan nilai mutlak (Tabel

4.5). Hal ini sangat tergantung dari parameter klimatologi di daerah


setempat yang sangat dinamis yang mana setiap saat dapat berubah secara significan. Perubahan secara significan ini akan berpengaruh terhadap nilai parameter gelombang yang terukur. Oleh sebab itu dalam penelitian ini data gelombang yang disubstitusikan dalam persamaan linier empiris adalah harus disesuaikan dengan kondisi

geografis daerah penelitian serta nilai kecepatan angin di atas 10 knot selama 5 tahun. Dalam penelitian ini diambil 16 titik pendugaan yang tidak terganggu oleh efek refraksi gelombang akibat dari bentuk pantai itu sendiri. Data gelombang hasil prediksi ini dapat mewakili lokasi atau titik pemantauan sepanjang pesisir pantai Gorontalo. Nilai akhir prediksi tinggi gelombang telah dikonversikan dalam bentuk besaran energi fluks dengan menggunakan sistem satuan Newton-meter/detik yang dapat dilihat dalam tabel maupun dalam grafik kurva energi fluks gelombang di bawah ini (Gambar 4.11).

Hasil

IV-50

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Tabel 4.5 Nilai Energi Fluks Gelombang Daerah Pesisir Pantai Perairan Gorontalo
Nilai Energi Fluks (N-m/det) 21.85 44.50 49.68 41.43 29.78 15.57 10.53 11.02 17.81 12.96 27.05 35.17 35.24 19.72 18.55 28.56

No. Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Gambar 4.11 Kurva energi fluks gelombang sepanjang pantai perairan Gorontalo

60 En. Flux (N-M/Detik) 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Titik Pendugaan

Hasil

IV-51

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Nilai energi fluks terendah sebesar 10.5 N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 7, sedangkan terbesar mencapai nilai sebesar 49.6 N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 3. Nilai energi fluks tersebut memberikan gambaran bahwa di sepanjang pantai pesisir Gorontalo terdapat titik-titik yang rawan terhadap abrasi gelombang secara musiman yang dapat memicu abrasi jika di kawasan ini terdapat bangunan maupun sistem proteksi pantai yang menyalahi kaidah empirik dari pola penjalaran gelombang di kawasan itu. Dari analisis arus sejajar pantai (longshore current) menunjukan bahwa arah arus tersebut bergerak ke arah barat walapun terdapat teluk-teluk sempit di bagian timur Bilungala yang mempengaruhi arah arus, akan tetapi pergerakan arus sejajar pantai ini menjelang

musim tenggara cenderung ke arah barat. Dilain pihak hasil pengamatan gelombang secara visual di beberapa titik lokasi di kawasan pesisir pantai bagian selatan yaitu di daerah Molotabu, Bilungala dan Tombulilato Kabupaten Bone Bolango ini menunjukan bahwa energi gelombang pada masa transisi menjelang musim tenggara memperlihatkan amplitudo relatif sedang hingga tinggi, yaitu antara 40 sampai 60 cm dengan perioda rata-rata 4,31 detik terutama ke arah bagian timur dari Molotabu, sedangkan ke arah barat amplitudo gelombang cenderung mengecil. Pada musim tenggara energi gelombang akan mencapai maksimum bisa di atas 60 cm dan memicu percepatan arus sejajar pantai yang cenderung memasok sedimen di sepanjang pantai. Dari hasil perhitungan parameter gelombang tersebut di atas serta hubungannya dengan laju
Hasil

pengendapan

sedimen

di

sepanjang

pantai,

maka

laju
IV-52

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

perpindahan sedimen tersebut dapat didekati dari hubungan linier antara energi fluks gelombang dengan frekuensi angin pada suatu titik tinjau di lapangan. Oleh karena penelitian ini dilaksanakan pada masa transisi menjelang musim tenggara maka kecepatan pasokan sedimen tidak akan hasil perhitungan dengan waktu

sama

pengambilan data pada musim tenggara. Kecepatan perpindahan sedimen tersebut secara kuantitatif dapat didekati dengan formulasi dari persamaan linier empiris (Komar dan Inman 1970, dalam Bijker

1988) yang mengacu pada parameter gelombang di tiap titik tinjau di


sepanjang garis pantai. Dengan mensubstitusikan data tinggi dan periode gelombang significant rata-rata, diperoleh angka kumulatif dari ketiga lokasi tersebut, rata-rata adalah kurang lebih Q = 8.537 m3/tahun. Ini berarti bahwa energi gelombang di kawasan pesisir pantai Gorontalo terutama di bagian timur pantai Leato berpotensi memasok sedimen dengan volume kecepatan 8.537 m3 setiap tahun dengan ketentuan bahwa tatanan litologi di pesisir pantai tersebut terdiri atas sedimen ukuran pasir. Nilai tersebut bukan nilai mutlak akan tetapi merupakan nilai pendekatan empirik dari kecepatan endapan sedimen yang dapat dipasokkan oleh gelombang selama

periode transisi menjelang musim tenggara. Kondisi ini merupakan gambaran bahwa walaupun pada masa transisi, ternyata pengaruh energi gelombang di kawasan timur pelabuhan Gorontalo cukup besar untuk memasok material pasir ke arah barat. Jika pendekatan nilai kumulatif Q pada tiga lokasi pantai tersebut dikorelasikan dengan pergerakan sedimen sepanjang pantai maka efek energi gelombang tersebut akan diikuti oleh daerah pantai yang berpotensi mengalami erosi dan sedimentasi dengan arah pergerakan
Hasil
IV-53

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

sedimen

cenderung bergerak ke arah barat. Dari peta tersebut

terlihat bahwa daerah yang berpotensi terjadi erosi adalah kawasan yang berada paling timur daerah penelitian yaitu daerah Tombulilato, kemudian Bonepantai termasuk pelabuhan mini TPI ikan tuna dan daerah pantai indah Lahilote serta ujung barat daerah Bongo. Sedangkan kawasan yang berpotensi sedimentasi yaitu daerah pesisir pantai Bilungala, kemudian sebelah timur muara sungai Bone dan daerah Bongo timur. Dari beberapa daerah yang mengalami abrasi dan sedimentasi di pesisir pantai Gorontalo tersebut ternyata terdapat satu kawasan pesisir yang relatif stabil yang terdapat di daerah Bongo timur. Di daerah ini sangat cocok di kembangkan menjadi kota wisata pantai dengan persaratan tidak membuat sistem proteksi pantai di kawasan tersebut. Pada musim tenggara kecepatan pasokan sedimen tersebut

diperkirakan akan lebih besar lagi yang diikuti daerah yang tererosi. Pola pergerakan sedimen ke arah barat ini ditandai dengan ditemukannya endapan sedimen pasir cukup luas di daerah bagian

barat muara sungai Bone, yaitu di daerah Bongo timur dan Lahilote

(Foto 4.10 dan 4.11).

Hasil

IV-54

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.10. Akumulasi sedimen di daerah teluk (Lokasi : Bongo timur)

Foto 4.11. Akumulasi sedimen di daerah teluk sempit. (Lokasi : Daerah bagian barat pantai indah Lahilote)
Hasil
IV-55

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Apabila kondisi di atas dikaitkan dengan fluktuasi muka air laut di daerah Gorontalo dan sekitarnya, maka proses abrasi yang terjadi di beberapa lokasi di kawasan pesisir Gorontalo tersebut pada umumnya terjadi menjelang periode air pasang maksimum (top limit spring) yang berlangsung dua kali dalam sehari, sesuai dengan tipe pasang surut di perairan tersebut. Perubahan fluktuasi muka air laut tersebut akan akan diikuti oleh gerakan massa air baik secara vertikal maupun horizontal. Gerakan massa air ini dapat direkam selama 25 jam yang diamati di muara Sungai Bone pada masing-masing kedalaman 1.5, 15 dan 20 meter. Dari data rekaman tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan arus pada setiap lapisan kedalaman sangat bervariasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa di muara Sungai Bone merupakan zona perputaran arus (loop

current) yang mana setiap lapisan mempunyai arah yang berbeda-beda


yang disebabkan antara lain oleh faktor pola sirkulasi arus global dan pasang surut di perairan Teluk Tomini itu sendiri. Disamping itu juga diperkirakan adanya perbedaan antara suhu massa air dari sungai Bone dan suhu massa air dari perairan Teluk Gorontalo sehingga terjadi pola arus demikian. Bahkan pada kondisi tertentu terutama pada musim tenggara di daerah perairan Teluk Tomini Gorontalo sering terjadi

upwelling.
Peristiwa upwelling ini terjadi karena perairan Teluk Tomini Gorontalo merupakan bagian dari perairan laut Maluku yang mempunyai morfologi dasar laut yang sangat curam dengan kedalaman di atas 500 meter, sehingga proses upwelling dan percampuran suhu massa air dari sungai dengan massa air laut sering terjadi. Peristiwa upwelling ini tidak berlangsung setiap saat hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan
Hasil
IV-56

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

umumnya menjelang musim timur atau tenggara di perairan laut Maluku

(Birowo, A.G. Ilahude, 1977). Oleh karena adanya turbulensi massa air
pada lapisan bawah di Teluk Gorontalo ini maka kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap pengukuran arus pasang surut di lokasi pengamatan. Indikasi tersebut terlihat pada kecepatan arus di lapisan atas relatif kecil pada kedalaman 1 meter jika dibandingkan dengan kecepatan arus di lapisan bawah pada kedalaman 20 meter seperti terlihat pada Tabel 4.3 di muka. 4.6 PENGAMATAN DINAMIKA PANTAI
oleh: D. Ilahude, A. Ibrahim dan Noor CD Aryanto

4.6.1 Zona Potensi Abrasi Secara umum daerah pesisir pantai perairan Gorontalo pada umumnya bertebing terjal dengan sudut kemiringan lereng antara 45o hingga 90o, (Foto 4.12) dengan kedalaman perairan dekat pantai (nearshore) relatif dalam. Batuan penyusun pantai terdiri dari batuan volkanik yang hampir menutupi seluruh daerah penelitian sehingga proses abrasi gelombang di sepanjang pantai ini hampir tidak begitu berdampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Hanya beberapa lokasi pesisir pantai yang mengalami abrasi dan sedimentasi secara musiman terutama di pesisir pantai bagian timur dari TPI Bonepantai. Akan tetapi proses abrasi ini berlangsung relatif lambat dan tidak begitu berpengaruh terhadap lingkungan penduduk maupun sarana jalan di sepanjang pantai. Proses abrasi di pesisir pantai Gorontalo umumnya lebih disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri (Foto 4.13). Kerusakan akibat ulah manusia ini dapat dijumpai di bagian timur dari pelabuhan

Hasil

IV-57

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

penyeberangan ferry yaitu tanggul yang berada di pelabuhan penambatan ikan tuna daerah Bone Pantai.

Foto 4.12. Salah satu morfologi pantai yang bertebing Lokasi : Daerah bagian timur Molotabu

Foto 4.13 Salah satu pantai yang rawan erosi dari aktifitas Gelombang. Lokasi : TPI Ikan Tuna Bonepantai

Hasil

IV-58

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

4.6.2 Zona Potensi Sedimentasi Walaupun daerah pesisir pantai bagian barat dan timur merupakan daerah yang relatif resistant terhadap proses abrasi, akan tetapi secara geografis, daerah Teluk Tomini dominan dipengaruhi oleh dua komponen angin utama yaitu dari arah tenggara dan selatan yang berperan sebagai pembangkit gelombang di daerah pesisir selatan Gorontalo. Oleh sebab itu pada musim tenggara energi gelombang yang menuju pantai cukup memperbesar arus sejajar pantai yang bermuatan sedimen. Pada musim tenggara diperkirakan tinggi gelombang di perairan dalam (deepwater) daerah lepas pantai Gorontalo mencapai 1.5 meter atau lebih. Energi gelombang yang mencapai garis pantai cenderung membangkitkan arus sejajar pantai yang berpotensi memasok sedimen ke daerah-daerah di sepanjang pantai Gorontalo terutama daerah yang landai. Di setiap tempat percepatan arus dengan muatan sedimen ini berbeda-beda, hal ini sangat tergantung pada energi dan karakteristik penjalaran

gelombang yang menuju pantai. Keberadaan endapan pasir di teluk-teluk kecil tersebut cukup memberikan kontribusi terhadap keindahan lingkungan pantai di sekitarnya sehingga di kawasan ini mempunyai potensi untuk dibangunnya sarana obyek wisata pantai. Demikian juga terumbu karang yang menempati beberapa lokasi di sepanjang pantai tersebut cukup menjadi barier alami terhadap energi gelombang yang menerpa pantai, sehingga sedimen yang dipasok oleh arus longshore ini relatif sedikit dan umumnya terakumulasi di daerah teluk yang sempit. Akan tetapi sedimen ini pada musim hujan terbawa ke muara dan menyumbat muara-muara sungai di sepanjang pantai (Foto 4.14).
Hasil
IV-59

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Foto 4.14 Salah satu muara sungai yang memperlihatkan sumbatan sedimen yang menutupi muara sungai (Lokasi : Pantai bagian timur Bilungala)

Hasil

IV-60

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

BAB V

KESIMPULAN
berikut di bawah ini:

etelah menganalisis berbagai data yang tercerminkan dari hasil di bab sebelumnya, secara umum ldapat ditarik beberapa kesimpulan seperti

Lokasi telitian berdasarkan pengamatan karakteristik pantai dapat dibagi


menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Pantai berbatu; (2) Pantai bertebing dan (3) Pantai berpasir.

Satuan geomorfologi dengan menggabungkan berbagai data seperti peta


topogragi dan geologinya untuk daerah pantai ke arah darat terbagi atas 5 (lima satuan geomorfologi yaitu: (1) Perbukitan vulkanik berlereng curam yang menempati bagian barat daerah telitian yaitu daerah Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bongo Barat, dimana daerah ini memiliki relief perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam yang berkisar antara 22.22% sampai
Kesimpulan
V-1

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

50%; (2) Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik berlereng sedang menempati daerah Bongo Timur, Pohe, Donggala, Tenda, dengan relief perbukitan dengan kemiringan lereng sedang yang berkisar antara 15% sampai 20%; (3) Satuan geomorfologi perbukitan kompleks berlereng sedang menempati daerah Leato, Leato Selatan, Tamboo, Inengo, Modelamo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Oluhuta, Timbuoto, Luwohu, Talumolo yang memiliki relief perbukitan dengan lereng sedang yang berkisar antara 16.67% sampai 8.75%; (4) Satuan geomorfologi

perbukitan struktural berlereng landai ini menempati daerah dekat sungai Bone, dengan relief perbukitan dan kemiringan lereng landai yang berkisar antara 8.33% sampai 12.55%. Litologi daerah ini adalah Batuan terobosan: Granit, Granodiorit, Diorit, dengan demikian maka diinterpretasikan bahwa proses yang bekerja pada pembentukan bentuklahan (genetik) daerah ini adalah intrusi yang berdasarkan relief, genetik, litologi, pola pengaliran yang ada maka daerah ini dimasukkan ke dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan struktural berlereng landai; (5) Satuan

geomorfologi perbukitan kompleks berlereng curam - menempati daerah Olele, Tolotio Kiki, Tamboo, Mobuhu, Bilungala, Tihu, Tongo,

Botungobungo, Uabanga Tengah, Tambulitato, dengan relief perbukitan dengan kemiringan lereng curam yang berkisar antara 21.42% sampai 50%, daerah ini dimasukkan dalam perbukitan kompleks karena proses pembentukan bentuklahan daerah ini kompleks yaitu vulkanik, struktur, dan intrusi.

Lokasi kegiatan di daerah daratnya memiliki 3 pola pengaliran, sebagai


berikut: (1) Pola pengaliran paralel baik yang berdebit air permanen maupun intermitten. Untuk jenis pola aliran pararel yang permanen terdapat pada bagian paling Barat dari daerah telitian, sungai di daerah
Kesimpulan
V-2

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Batulanggelo, Sungai di daerah Bongo Timur, Pohe, Batato, Leato, Leato Selatan, Molutabu Timur, Sungai Dutula Oluhuta, Sungai Dutula Olele, Sungai Dutula Molutabu, Sungai Manungga Daa, Sungai di sebelah Barat Dutula Mopuya Kiki; (2) Pola pengaliran Dendritik, untuk yang berjenis sungai permanen (aktif) terdapat di sebelah barat dan timur daerah Batulanggelo, Sungai Dutula Olohuta, sungai Dutula Tolotio, Sungai Dutula Uabanga, Sungai Dutula Mopuya Daa, Sungai Dutuna Matango, sungai di sebelah Timur Tiumbolo dan sebagian kecil sungai-sungai yang bermuara di Sungai Bone; (3) Pola pengaliran subdendritik merupakan modifikasi dari pola dendritik, karena pengaruh dari topografi dan struktur. Pada pola ini topografi sudah miring, struktur sudah berperan tetapi sangat kecil terdiri dari Sungai Dutula Bilungala, Sungai Dutula Tambulitato, Sungai Dutuna Tulaboto dan sebagian besar sungai yang bermuara di Sungai Bone.

Kedalaman laut berkisar antara 25 sampai 500 meter dengan 2 pola


kontur; (1) batimetri dengan pola kontur tertutup (closure) dengan kedalaman semakin besar ke arah pusat, terlihat mulai daerah Lamu, kemudian Leato Selatan, Tamboo, Inengo, Modelomo, Molutabu Timur, Oluhuta, Olele, Tolotio Kiki, Mobuhu, Uabanga Tengah; (2) Kontur batimetri dengan pola memanjang atau sejajar mengikuti garis pantai di daratnya, terlihat dari Batulanggelo, Olimoo, Lamu, Bango Barat, Bango Timur, Batato, Talumolo, Leato, Mohubu, Tihu, Tongo, Botungobungo, dan Tambulitato.

Bentuk morfologi dasar lautnya berdasarkan kedalaman yang divisualkan


dalam bentuk 3 dimensi dapat dibagi menjadi tiga (3) satuan morfologi dasar laut, yaitu: (1) Satuan morfologi tinggian, satuan ini menempati bagian tepi dari Teluk Tomini meliputi daerah Inego dengan kedalaman
Kesimpulan
V-3

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

berkisar antara (-25m) sampai (-100m) dan bagian tengah dari Teluk Tomini, satuan ini mempunyai luas kurang lebih 20 % dari daerah telitian; (2) Satuan morfologi lereng pantai ini dicirikan oleh adanya kemiringan antara pantai dengan permukaan dasar laut, hal ini disebabkan oleh kemiringan dasar laut pada umunya bertambah ke arah laut lepas. Satuan ini menempati hampir di sepanjang garis pantai dengan luas kurang lebih 45% dari seluruh daerah telitian dan (3) Satuan morfologi dasar laut lembah, terdapat di bagian tengah dan tepi Teluk Tomini meliputi daerah Leato, Leato Selatan, Inengo, Molutabu Barat, Molutabu Timur, Olele, Mobuhu, Tolotio Kiki, Tongo, Uabanga Tengah, dan daerah bagian Timur dari dari daerah telitian.

Berdasarkan hasil analisa besar butir, di lokasi telitian dapat dibagi dalam
4 (empat) satuan sedimen permukaan dasar laut, meliputi: (1) Satuan Sedimen Krikil Pasiran menempati antara lain lepas pantai daerah Batulanggelo, Olimoo, dan Lamu. Satuan ini berbentuk memanjang dan menempati daerah pantai dan laut dengan kedalaman antara 0 sampai (75m) dan makin dalam ke arah timur hingga kedalaman kurang-lebih 100 m; (2) Satuan sedimen Pasir kerikilan. Satuan ini berbentuk memanjang dan terdapat pada kedalaman antara (50m) sampai (325m) untuk yang terdapat di daerah lepas pantai Tamboo, Inengo, Modelamo terdapat pada kedalaman (125m) sampai (275m); (3) Satuan Sedimen Lanau Pasiran yang memanjang dari barat ke timur terdapat di lepas pantai Olimoo dan Lamu, menempati kedalaman antara (125m) sampai (325m); (4) Satuan Terumbu dimaksudkan adalah terumbu karang yang masih tergenang oleh air laut terdapat antara lain di lepas pantai daerah Leato Selatan, Tambo, Inengo, Modelamo, Molutabu Barat, dan Molutabu Timur.

Kesimpulan

V-4

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Jenis mineral yang diperoleh secara metode basah didapatkan 10 jenis


mineral berat dan 1 jenis mineral ringan serta 1 material bawaan. Mineral berat yang diperoleh berupa: magnetit, hematit, hornblende, biotit, augit, diopsit, rutil, zirkon, muskovit dan limonit. Mineral ringan yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa sedangkan material bawaan berupa cangkang. Sedangkan berdasarkan metode kering pada contoh batuan didapatkan 7 jenis mineral berat meliputi: magnetit, ilmenit, epidot, zirkon, piroksin, pirit dan oksida besi.

Magnetit yang berasal dari sedimen pantai kandungan tertinggi sebesar


77,5% (GRTP-07) dijumpai di sisi barat pantai Bongo Timur.

Ilmenit di daerah pantai kandungan tertinggi sebesar 19,5% dan 17,10%


dijumpai di lokasi GRTP-07 dan GRTP-05A (keduanya terdapat di sisi barat muara S.Bone).

Keterdapatan piroksen secara lateral berkisar antara 2,9% yang dijumpai


di sekitar pantai Bongo Timur (GRTP-07) hingga 97% berat yang merupakan konsentrasi terbesar dijumpai di sekitar pantai Uabanga Tengah (GRTP-23).

Keterdapatan epidot hanya dijumpai pada sedimen pantai di sekitar Pohe


dan Batato (GRTP-05A) itupun hanya berupa jejak (trace).

Berdasarkan analisa logam dasar denggan menggunakan metode AAS


kandungan Au memperlihatkan konsentrasi cukup lumayan pada lima lokasi, yaitu GRTP-16, 17, 17A, 19 dan 20 yang semuanya berada pada kawasan desa Oluhuta dengan pola mengikuti aliran sungai Oluhuta dan pola sesarnya. Kenampakan kadar yang sangat signifikan terdapat pada lokasi GRTP-17 yang diambil dari bagian dinding dekat dengan intrusi. Kandungan tersebut memperlihatkan kecenderungan yang makin berkurang ke arah pantai untuk kadungan Au nya.
Kesimpulan
V-5

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Dari data pasang surut dengan metode 15 piantan diperoleh nilai bilangan
Formzal sebesar 0.66, yang menunjukkan bahwa tipe pasang surut di perairan Gorontalo adalah tipe pasang surut campuran berganda (mixed

predominantly semi diurnal) yang artinya terjadi dua kali pasang dalam
sehari.

Berdasarkan analisa gelombang nilai energi fluks terendah sebesar 10.5


N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 7, sedangkan terbesar mencapai nilai sebesar 49.6 N-m/det yang terdapat di titik duga nomor 3. Nilai energi fluks tersebut memberikan gambaran bahwa di sepanjang pantai pesisir Gorontalo terdapat titik-titik yang rawan terhadap abrasi gelombang secara musiman yang dapat memicu abrasi jika di kawasan ini terdapat bangunan maupun sistem proteksi pantai yang menyalahi kaidah empirik dari pola penjalaran gelombang di kawasan itu.

Dari analisis arus sejajar pantai (longshore current) menunjukan bahwa


arah arus tersebut bergerak ke arah barat walapun terdapat teluk-teluk sempit di bagian timur tetapi Bilungala yang mempengaruhi arah arus, akan ini menjelang musim tenggara

pergerakan arus sejajar pantai

cenderung ke arah barat.

Tatanan litologi pantai daerah pesisir selatan Gorontalo sangat


dipengaruhi oleh energi gelombang dari arah tenggara, namun karena resistant dari batuan penyusun pantai ini relatif tinggi terutama di bagian timur Molotabu, maka proses abrasi di sepanjang pantai ini tidak begitu berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya.

Proses erosi oleh aktivitas gelombang musiman terjadi pada daerah yang
telah dipengaruhi oleh faktor manusia, seperti pembuatan tanggul,

seawall dan sistem proteksi pantai.

Kesimpulan

V-6

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Pasokan sedimen di muara-muara sungai sangat erat kaitannya dengan


curah hujan yang tinggi di daratan bagian utara Gorontalo yang menimbulkan limpasan permukaan yang bermuatan sedimen dan melahirkan endapan lumpur dan pasir di muara-muara sungai.

Pergerakan sedimen cenderung ke arah barat dengan daerah stabil


berada di daerah Bongo timur yang berpotensi untuk kawasan wisata pantai.

Kesimpulan

V-7

HASIL ANALISA OLES

Hasil Analisa Sayatan Oles SEDIMEN PANTAI & DASAR LAUT

Daerah selidikan : Perairan Teluk Tomini Tanggal dikerjakan: Dikerjakan oleh : Ir. Hartono BUKAN BIOGENIK PASIR DAN LANAU
K a r b o n a n T o t a l d e n t r i t u s Fe/Mn O k s i d a v o l k a n i k s h a r r d L e m p u n g Z e o l i t

No. Contoh & Kedalaman

GAMPINGAN
F o r a m i n i f e r a N a n n o F r a g m e n M i k r i t

BIOGENIK SILIKATAN
R a d i o l a r i a D i a t o m a e S p o n g e s p i c

AUTIGENIK
D o l o m i t G i p s u m G l a u k o n i t

BESAR BUTIR

GRTL-04 GRTL-04B GRTP-09 GRTP-13 GRTP-13A(PTT-02) GRTP-14 GRTP-14A(PTT-03) GRTP-14A PTT - 05 PTT - 06 GRTP-15 PTT - 08 PTT - 09 GRT.P GRTP-22 GRTP-30 GRTP-27 GRTP-23

R TR R TR c c c R R R R R R TR c -

a a A c TR A D D D D a D D D D D D

C C R -

Q c c C a D a R R c a c R R R R c

F TR TR -

M TR TR TR -

HM R R R a TR TR TR TR TR TR TR TR TR TR R TR

c c C D D a R R c a c R R R c c

TR -

TR TR R R R R R TR R TR TR TR R

Ln - Ps.sh - Ps.h Lp - Ln - Ps.sh - Ps.h Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.sk Ps.h - Ps.sk Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.sk Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.sk Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.sk Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.k

Keterangan : D = banyak A = sangat umum a = umum

(75 %) (75 - 50 %) (50 - 30 %)

C = agak umum c = kadang - kadang

(30 - 15 %) (15 - 5 %)

R = jarang TR = sangat jarang

(5 - 1 %) (1 %)

Lp = Lempung Ps.h = Pasir halus Ln = Lanau Ps.m = Pasir menengah Ps.sh = Pasir sangat halus

PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

Hasil Analisa Sayatan Oles SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT

Daerah selidikan : Perairan Teluk Tomini Tanggal dikerjakan: Dikerjakan oleh : Ir. Hartono BUKAN BIOGENIK PASIR DAN LANAU
K a r b o n a n T o t a l d e n t r i t u s Fe/Mn O k s i d a v o l k a n i k s h a r r d L e m p u n g Z e o l i t

No. Contoh & Kedalaman

GAMPINGAN
F o r a m i n i f e r a N a n n o F r a g m e n M i k r i t

BIOGENIK SILIKATAN
R a d i o l a r i a D i a t o m a e S p o n g e s p i c

AUTIGENIK
D o l o m i t G i p s u m G l a u k o n i t

BESAR BUTIR

GRTL-05 GRTL-06 GRTL-13 GRTL-14 GRTL-15 GRTL-19 ST - 2B ST - 3B GRTP-33A GRTP-11 GRTP-33 GRTP-23 GRTP-17 Ds. Lamu S. Peluhuhan

TR TR R c c R R TR TR TR TR TR TR TR

c c c c A c A D a a D D a A A

c TR R -

Q F A TR a a a c a c TR a A R a a a (30 - 15 %) (15 - 5 %)

M TR TR TR TR TR -

HM c c C C TR c R TR R R TR c TR TR

D A A A c A C TR a A R a a a

R (5 - 1 %) (1 %)

TR R TR TR TR TR TR TR TR

Ps.sh - Ps.m Ln - Ps.sh - Ps.h Ps.sh - Ps.h Ps.sh - Ps.h Ps.sh - Ps.h Ps.sh - Ps.h Ps.sh - Ps.k Ps.h - Ps.sk Ps.h - Ps.sk Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.k Ps.h - Ps.k Ps.sh - Ps.h Ps.sh - Ps.k Ps.h - Ps.k

Keterangan : D = banyak A = sangat umum a = umum

(75 %) (75 - 50 %) (50 - 30 %)

C = agak umum c = kadang - kadang

R = jarang TR = sangat jarang

Lp = Lempung Ps.h = Pasir halus Ln = Lanau Ps.m = Pasir menengah Ps.sh = Pasir sangat halus

HASIL ANALISA PETROGRAFIS

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

ANALISIS P ETROGRAFI No. Conto -Lab Lokasi Daerah GRTP-33 Pemilik Nama Batuan Puslitbang Geologi Kelautan Batugamping Biomikrit (Wackstone) Pemeriksa : Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi: Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir sangat halus hingga berukuran 9 mm, bentuk butir menyudut, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen fosil foraminifera dan koral di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat (mikrit). Pada beberapa bagian terdapat sedikit mineral opak, batuan nampak sarang (porous). Fragmen fosil, tak berwarna-kecoklatan, berbutir halus hingga berukuran 9 mm (fosil koral), sebagian besar fosil sudah tidak utuh berupa pecahan-pecahan menyudut, jenis fosil terutama foraminifera dan koral, umumnya diisi oleh kristal-kristal halus kalsit yang nampak terang, sebagian fosil diisi oleh mikrokristalin karbonat, kusam hingga mendekati opak. Mineral opak, berwarna hitam, berbutir sangat halus, terdapat menyebar, sebagian teroksidasi menjadi oksida besi berwarna coklat. Masa dasar, mikrokristalin karbonat, fragmen-fragmen fosil berbutir halus, berwarna abu-abu-kecoklatan hingga mendekati opak, setempat terdapat spary calcite sperti mengisi rongga-rongga. Komposisi (% volume) : Karbonat (99), Opak/ Oksida besi (1).

A B C D E F G H I J K L 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fotomikrograf : Batugamping biomikrit/ wackstone yang di susun oleh fragmen-fragmen fosil foraminifera di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


ANALISIS P ETROGRAFI No. Conto -Lab Lokasi Daerah Diskripsi Petrografi: Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 1cm, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen batugamping dengan masa dasar / penyemen mikrokristalin kalsit (spary calcite). Fragmen batugamping, berwarna abu-abu kecoklatan, nampak kusam, berukuran hingga > 1 cm, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, di susun oleh fragmen-fragmen fosil dengan sedikit butiran-butiran halus kuarsa dan mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat. Masa dasar atau penyemen berupa mikrokristalin kalsit, tak berwarna, sedikit kusam, berbutir sangat halus, hubungan antar butirnya saling bertautan. Komposisi (% volume) : Karbonat (98), Kuarsa (2), Opak (trace). GRTP-05 Pemilik Nama Batuan Puslitbang Geologi Kelautan Wackstone Terbreksikan Pemeriksa : Noor Cahyo

A B C D E F G H I J K L 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fotomikrograf : Wackstone terbreksikan yang disusun oleh fragmen-fragmen batugamping yang mengandung fragmen fosil dan sedikit kuarsa (putih). Nampak mikrokristalin kalsit (terang) sebagian masa dasar/ penyemen. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


ANALISIS P ETROGRAFI No. Conto -Lab Lokasi Daerah GRTP-05A Pemilik Nama Batuan Puslitbang Geologi Kelautan Dasit Pemeriksa : Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi: Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur porfiritik, berbutir halus hingga berukuran 4 mm, bentuk butir anhedral-subhedral, di susun oleh fenokris plagioklas, kuarsa, hornblende, biotit dan mineral opak di dalam masa dasar butiran-butiran halus plagioklas, kuarsa, opak dan gelas. Plagioklas, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 4 mm, bentuk butir subhedral, menunjukkan kembar polisintetik, sebagian nampak berzona, plagioklas berbutir halus tersebar membentuk masa dasar. Kuarsa, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 3,5 mm, bentuk butir anhedral, sebagian nampak korosi, menunjukkan, pemadaman bergelombang. Biotit, berwarna coklat, berbutir halus hingga berukuran 3,5 mm, bentuk butir anhedral, menunjukkan pleokroisme kuat. Hornblende, berwarna coklat, tinggal berupa relik, berbuitr halus hingga berukuran 2.5 mm, bentuk butir subhedral, menunjukkan pleokroisme kuat, hampir seluruhnya terubah kuat ke mineral opak. Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus hingga berukuran 1 mm, bentuk anhedral, terdapat menyebar sebagian terdapat bersama masa dasar. Masa dasar terdiri butiran-butiran halus plagioklas, kuarsa, mineral opak, dan gelas, berwarna coklat pucat, isotrop, bercampur dengan mikrokristalin feldspar. Ubahan : Hornblende opak Komposisi (% volume) : Plagioklas (45), Kuarsa (8), Hornblende (1), Biotit (4), Opak (10), Gelas (10), Mikrokristalin feldspar (22).

A B C D E F G H I J K L 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fotomikrograf : Dasit yang disusun oleh fenokris kuarsa (A1), biotit (K2) dan plagioklas (D4, K8), di dalam masa dasar mikrokristalin feldspar, plagioklas, kuarsa dan gelas. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


ANALISIS P ETROGRAFI No. Conto -Lab Lokasi Daerah GRTP-21A Pemilik Nama Batuan Puslitbang Geologi Kelautan Amigdaloidal Andesit Terubah Pemeriksa : Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi: Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur aphanitik, berbutir sangat halus hingga berukuran 1.75 mm, bentuk butir anhedral, di susun oleh kuarsa, mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin feldspar, abu magnetit, klorit dan relik-relik gelas. Kuarsa, tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 1,75 mm, berbentuk bulatan-bulatan sempurna menunjukkan pemadaman bergelombang, terutama mengisi rongga-rongga yang diduga bekas gas, sebagian membentuk urat halus atau rongga-rongga berbentuk elipsoid dan tersebar bersama masa dasar, pada beberapa rongga terdapat bersama-sama biotit, berwarna coklat, berupa butiran-butiran halus, menunjukkan pleokroisme kuat, sebagian tersebar barsama masa dasar. Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus berukuran 0,6 mm, bentuk butir anhedral, sebaigan besar tersebar bersama-sama masa dasar (abu magnetit) Masa dasar terdiri dari mikrokristalin feldspar, tak berwarna, berupa butiran sangat halus, bercampur dengan klorit, berwarna hijau pucat, berserabut, diduga merupakan hasil ubahan dari gelas yang sebagian nampak berupa reli-relik berwarna coklat pucat, isotrop. Disamping itu terdapat sedikit serisit mengelompok berupa agregat- agregat halus berserabut. Komposisi (% volume) : Kuarsa (12), Opak (5), Mikrokristalin feldspar (18), Biotit (15), Klorit (35), Gelas (13), Serisit (2).

Fotomikrograf : Amigdaloidal andesit terubah yang disusun oleh bulatan-bulatan kuarsa, di dalam masa dasar mikrokristalin feldspar, klorit, opak dan gelas. Nampak kuarsa membentuk urat halus. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


ANALISIS P ETROGRAFI No. Conto -Lab Lokasi Daerah Diskripsi Petrografi: Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran 1.5 mm, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen fosil foraminifera di dalam masa dasr mikrokristalin karbonat (mikrit), batuan nampak porous (sarang). Fragmen fosil, berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus hingga berukuran1,5 mm, bentuk fosil umumnya masih utuh, jenis fosil terutama foraminifera, di isi oleh mikrokristalin karbonat yang nampak kusam hingga mendekati opak sedangkan masa dasar berupa mikrokristalin karbonat, berwarna abu-abu kecoklatan, setempat nampak mendekati opak. Komposisi (% volume) : Karbonat (100). GRTP-11 Pemilik Nama Batuan Puslitbang Geologi Kelautan Wackstone Pemeriksa : Noor Cahyo

A B C D E F G H I J K L 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fotomikrograf : Wackstone yang disusun oleh fragmen fosil foraminifera di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat (mikrit). Nampak rongga-rongga berwarna hitam (porous). Sejajar nikol, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


ANALISIS P ETROGRAFI No. Conto -Lab Lokasi Daerah GRTP-02 Pemilik Nama Batuan Puslitbang Geologi Kelautan Wackstone Konglomerete Pemeriksa : Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi: Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 1 cm, bentuk butir -membulat tanggung- membulat, kemas terbuka, terpilah buruk. Di susun oleh fragmen wackstone (batugamping) dan fragmen plagioklas, kuarsa (kuarsit), fragmen fosil dan mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat. Fragmen Wackstone, tak berwarna-abu-abu kecoklatan, berukuran hingga > 1 cm, bentuk butir membulat tanggung-membulat, terutama disusun oleh fragmen-fragmen fosil dan kuarsa di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat. Fragmen plagioklas, tak berwarna, berukuran hingga 1,5 mm, bentuk butir membulat tanggung, menunjukkan kembar, retak-retak halus diisi karbonat. Fragmen kuarsa (kuarsit), tak berwarna, berbutir halus hingga berukuran 4,5 mm, bentuk butir membulat tanggung-membulat, kuarsit di susun oleh mikrogranular kuarsa, hubungan butirnya saling bertautan Fragmen fosil, terutama koral dan fosil foreminifera, berukuran hingga 3,5 mm, membulat, di isi oleh mikrokristalin karbonat. Mineral opak, berwarna hitam, berbutir halus hingga berukuran 0,4 mm, bentuk butir menyudut tanggung, tersebar dalam jumlah sedikit. Masa dasar berupa mikrokristalin karbonat dan pecahan-pecahan fosil, berwarna coklat hingga mendekati opak, berbutir sangat halus, setempat terdapat sparry calcite sebagai penyemen, berwarna terang, berbutir kasar. Komposisi (% volume) : Karbonat (90), Kuarsa (5), Plagioklas (4), Opak (1).

A B C D E F G H I J K L 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fotomikrograf : Wackstone konglomerat yang disusun oleh fragmen-fragmen wackestone (G1), plagioklas (D7) dan fosil (H7) di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat yang berwarna coklat. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo


ANALISIS P ETROGRAFI No. Conto -Lab Lokasi Daerah GRTP-24 Pemilik Nama Batuan Puslitbang Geologi Kelautan Breksi Wackstone (breksi Batugamping) Pemeriksa : Noor Cahyo

Diskripsi Petrografi: Di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran > 4,5 mm, bentuk butir menyudut tanggung, kemas terbuka, terrpilah buruk. Di susun oleh fragmen-fragmen wackstone dan fragmen fosil di dalam masa dasar/ semen mikrokristalin karbonat. Fragmen Wackstone, berwarna-abu-abu kecoklatan, berukuran hingga 4,5 mm, bentuk butir menyudut, terutama disusun oleh fragmen-fragmen fosil dan butiran halus mineral opak yang teroksidasi, di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat. Fragmen fosil, di duga merupakan pecahan-pecahan foraminifera, berukuran > 5 mm, bentuk butiran tak beraturan, di susun oleh mikrogranular kalsit (sparry calcite) berwarna terang. Masa dasar berupa mikrokristalin karbonat dan pecahan-pecahan fosil berbutir sangat halus, berwarna coklat hingga mendekati opak, berbutir sangat halus, setempat nampak spary calcite berwarna terang, terutama mengisi rongga-rongga. Komposisi (% volume) : Karbonat (98), Opak/ oksida besi (2).

A B C D E F G H I J K L 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fotomikrograf : Breksi Wackstone disusun oleh fragmen wackstone (D7), di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat, Nampak sparry calcite (warna terang) mengisi rongga-rongga, dan rongga-rongga berwarna hitam. Nikol bersilang, 16x.

Lampiran Lekat

HASIL ANALISA UNSUR UTAMA

Penyelidikan Potensi Sumber Daya Mineral Perairan Teluk Tomini, Gorontalo

Hasil Analisa Kimia (Unsur Utama)


Kode Unsur
GRTL-05 GRTL-06 GRTL-12 GRTL-13 GRTL-14 GRTL-15 GRTL-17 GRTL-19 GRTL-20 GRTL-32 GRTL-34 GRTL-48 GRTL-49

SiO2
5.37 7.49 3.47 1.77 5.09 1.08

Al2O3
1.47 1.03 27.88 19.67 9.04 2.06

Fe2O3
0.16 4.65 7.06 1.42 14.77 0.82

CaO
39.67 23.79 29.81 7.68 29.08 43.71

MgO
14.21 11.4 13.44 31.84 16.47 38.33

Parameter % TiO2 Na2O K2O


0.01 5.99 3.07 0.64 7.67 0.03 0.01 0.01 0.01 0.05 0.01 0.01 0.02 0.01 0.09 0.07 1.04 0.02

P2O5
0.04 0.01 2.3 0.01 1.08 1.01

SO3
0.01 0.01 0.7 0.02 0.03 0.01

MnO2
0.01 0.01 0.1 0.01 0.4 0.01

H3O3.63 1.88 2.07 1.08 2.37 1.09

LOI
31.11 41.55 9.1 32.55 12.49 11.44

2.37
4.86 6.06 33.54 38.1 3.87 13.73

4.11
8.61 8.73 21.44 22.33 4.08 4

0.09
37.19 14.89 9.08 4.15 1.78 1.01

42.06
11.43 35.84 24.66 13.01 33.37 17.99

17.53
9.6 21.73 0.62 3.79 32.49 29.08

0.01
9.83 3.56 0.25 7.09 0.07 0.3

0.01
0.9 0.01 1.88 0.1 0.02 0.01

0.01
0.08 0.01 0.04 0.03 0.01 0.01

0.01
0.01 0.01 0.28 0.01 1.01 0.01

0.01
0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

0.01
0.1 0.01 0.01 0.11 0.01 0.01

1.75
1.02 2.04 0.22 1.11 1.09 2.03

31.07
15.34 6.83 7.38 9.84 21.01 29.98

GRTP-01 GRTP-05 GRTP-11 GRTP-20 GRTP-19 GRTP-33

1.37 2.61 0.56 78.79 67.00 -

1.17 1.47 1.03 16.57 15.51 -

0.07 0.16 0.07 0.16 3.04 -

48.27 35.44 38.59 0.36 0.59 39.47

4.00 14.34 13.07 0.90 0.62 10.46

0.01 0.02 0.01 0.31 0.25 -

0.01 0.01 0.01 0.06 1.88 -

0.02 0.02 0.01 0.04 4.46 -

0.01 0.01 0.01 0.02 0.04 0.05

0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 -

0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 -

0.13 019 0.30 0.12 0.42 -

43.78 45.06 46.26 2.97 8.67 -

Lampiran Lekat

HASIL ANALISA MINERAL BERAT

HASIL ANALISA BASE METAL

HASIL ANALISA OSEANOGRAFI

LAMPIRAN PETA

You might also like