You are on page 1of 14

Perpindahan Panas

BAB VI KONVEKSI BEBAS


6.1. Pendahuluan Dalam konveksi bebas gerakan fluida disebabkan karena gaya apung (buoyancy) diantara fluida, sedangkan di konveksi paksa gerakan fluida disebabkan oleh gaya luar. Gaya apung dihasilkan oleh gabungan dari gradien densitas fluida dan gaya berat (body force) yang proporsional dengan densitas fluida. Gaya berat diakibatkan oleh gaya gravitasi bumi atau gaya centrifugal pada mesin-mesin fluida atau gaya coriolis pada kasus gerak rotasi angin dan arus air laut. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya gradient densitas tetapi yang paling sering dijumpai adalah diakibatkan oleh gradient temperatur. Densitas dari gas sangat dipengaruhi oleh temperatur (pers. Gas ideal). Secara matematis . . Dalam bab ini fokus masalah adalah terjadinya gradien densitas akibat adanya gradien temperatur dan gaya berat disebabkan oleh gravitasi.

Gambar 6.1: Gradien densitas yang menghasilkan aliran konveksi bebas Perhatikan gambar diatas, pada gambar a T1 pada bagian atas lebih rendah dari pada T2 dibagian bawah sehingga densitas fluida pada bagian atas lebih besar dari pada densitas fluida di bagian bawah. Ini menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak stabil. Fluida di atas yang lebih berat akan mengalir kebawah dan fluifa dibawah yang lebih ringan akan terdesak keatas (fluida mengalir secara natural/arus konveksi bebas). Sedangkan pada gambar b, T1 pada bagian atas lebih tinggi dari pada T2 dibagian bawah sehingga densitas fluida pada bagian atas lebih kecil dari pada densitas fluida di bagian
D3MITS - FTI - ITS

82

Perpindahan Panas

bawah. Fluida yang ringan diatas dan yang berat dibawah sehingga menghasilkan kondisi yang stabil (fluida diam). Kesimpulannya pada kasus a perpindahan panas terjadi secara konveksi bebas dan pada kasus b perpindahan panas terjadi secara konduksi. Aliran konveksi bebas dikelompokkan berdasarkan pada ada atau tidak adanya permukaan padat disekitar aliran. Jika tidak ada permukaan padat yang berdampingan dengan aliran maka terjadi free boundary flow dalam bentuk plume atau buoyance jet. Plume adalah aliran konveksi bebas disekitar kawat panas ( 6.2.a) sedangkan buoyance jet adalah aliran disekitar fluida panas yang disemburkan (jet).

Gambar 6.2: Phenomena plume dan buoyance jet Pada bab ini pembahasan fokus pada aliran yang berdampingan dengan permukaan padat. Sebagai misal adalah aliran konveksi bebas yang terjadi disekitar permukaan vertikal (plat) yang lebih tinggi suhunya dari pada suhu fluida yang berdampingan dengannya.

Gambar 6.3: Aliran konveksi bebas (natural) disekitar plat vertikal


D3MITS - FTI - ITS

83

Perpindahan Panas

Jika Ts T maka fluida yang berdekatan dengan plat memiliki densitas yang lebih rendah dari pada fluida yang jauh dari plat. Gaya buoyancy kemudian mendorong fluida yang densitasnya lebih ringan tersebut mengalir keatas sehingga dapat menarik fluida diam yang berda disebelah aliran tersebut. Maka terbentuklah distribusi kecepatan aliran seperti aliran paksa. Perhatikan bondary layer aliran laminer yang dihasilkan melalui gaya buoyancy pada gambar 6.3. Asumsikan: aliran dua dimensi steady, sifat-sifat konstan, dan gravitasi beraksi kearah x negatif, serta aliran inkompresibel. Jadi persamaan momentum kearah sumbu x adalah: 1 : adalah gradien tekanan pada daerah yang diam, berarti: 2 Substitusi 2 ke 1 didapat: 3 Dengan Suku kanan pers. 3 adalah gaya buoyancy per satuan massa. Jika variasi densitas hanya disebabkan oleh distribusi temperatur maka gaya buoyancy tersebut dapat dikaitkan dengan sebuah sifat fluida yang disebut: volumetric thermal expansion coefficient ( ) . 4 Sifat ini menunjukkan kepekaan perubahan densitas fluida terhadap perubahan temperatur. Untuk pendekatan: Sehingga Penyederhanan ini dikenal dengan nama: pendekatan BOUSSINESQ. 5 Jika disustitusikan ke pers. 3 maka:

D3MITS - FTI - ITS

84

Perpindahan Panas

Efek buoyancy hanya berpengaruh terhadap pers. momentum sehingga persamaan kontinyuitas dan energi tidak berubah:

6 7 8 Efek konveksi bebas hanya bergantung pada thermal expansion coefficient, dan untuk gas ideal maka: T: temperatur mutlak 6.2. Bilangan Grashof: Perhatikan beberapa bilangan tak berdimensi yang terkait dengan aliran konveksi bebas dan perpindahan panas pada plat datar. 9

Dimana L adalah panjang karakteristik dan uo2 adalah referensi kecepatan, persamaan momentum kearah sumbu x (8) dan pers. energi (9) menjadi: 10 11 Parameter tak berdimensi pada suku pertama sebelah sisi kanan pada pers. 10 adalah konsekuensi langsung dari gaya buoyancy. Referensi kecepatan uo2 dapat
1

dispesifikasikan untuk menyederhanakan persamaan. Untuk memudahkan dipilih

g (Ts T ) L3 u = g (Ts T ) L sehingga faktor pengali T* satu. Sehingga: Rel = 2


2 o

D3MITS - FTI - ITS

85

Perpindahan Panas

selanjutnya (lazimnya) bilangan Grashof didefinisikan sebagai kuadrat dari bilangan Reynolds:
g (Ts T ) L3 GrL = 2

12

Bilangan Grashof pada arus/aliran konveksi bebas memainkan peran mirip dengan bilangan Reynold pada aliran konveksi paksa. N uL = f (GrL , Pr ) 6.3. Aliran Laminer Konveksi Bebas Pada Plat Vertikal: Korelasi empiris untuk menghitung koefisien perpindahan panas konveksi bebas (lokal) untuk aliran laminer adalah: 13 Korelasi empiris untuk menghitung koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk aliran laminer adalah: 14 6.3.Pengaruh Turbulensi: Sangat penting diketahui bahwa bondary layer aliran bebas tidak dapat dibatasi sampai aliran laminer saja, pada daerah downstream ketidakstabilan hidrodinamis meningkat. Jadi gangguan terhadap aliran juga meningkat menyebabkan terjadinya transisi dari laminer ke turbulen.

Gambar 5.3: Transisi Bondary layer

D3MITS - FTI - ITS

86

Perpindahan Panas

Transisi pada bondary layer aliran konveksi bebas bergantung pada besarnya gaya buoyancy relatif dan gaya viscous pada fluida. Biasanya untuk mengakomodasikan kejadian tersebut diintrodusir bilangan Rayleigh yang merupakan produk dari bilangan Grashof dan bilangan Prandl. Untuk Plat vertikal bilangan Rayleigh kritis adalah: 15 Seperti halnya pada konveksi paksa transisi ke turbulen berpengaruh sangat besar terhadap perpindahan panas. 6.5. Korelasi Empiris aliran konveksi bebar eksternal Korelasi empiris yang paling sesuai dengan perhitungan teknis untuk aliran konveksi bebar eksternal adalah: 16 Dengan bilangan Rayleigh: 17 L: adalah panjang karakteristik, n = 1/4 laminer (104 Ral 109) dengan C=0,9 dan n = 1/3 turbulen (109 Ral 1013) temperatur film Tt = 6.5.1. Plat Vertikal: Korelasi yang dapat dipakai untuk seluruh harga Rayleigh diintrodusir oleh Churcil and Chu: 18
Ts +T 2

dengan C=0,10 dan semua sifat dievaluasi pada

Meskipun persamaan 18 cocok untuk semua perhitungan teknis tetapi hasil yang lebih akurat untuk aliran laminer didapat dengan korelasi : 19 Contoh:

D3MITS - FTI - ITS

87

Perpindahan Panas

Ditanyakan: Perpan konveksi?? Skema:

Asumsi: 1. Temperatur kaca seragam 2. Udara dalam ruang diam 3. Berlaku hukum gas ideal 4. Sifat-sifat konstan Sifat: (tabel A4), Udara Tf=400 K; k=33,8 x 10-3 W/mK, =26,4 x 10-4 m2/s, =38,3 x 10-6 m2/s, Pr=0,690, =(1/Tf) = 0,0025 K-1 Analisis: Perpan dari panel ke ruangan adalah konveksi sehingga Newtons Law of Cooling:
q = hA(Ts T )
h : adalah koefisien konveksi bebas yang dihitung dari:

Didalam panel tersebut terjadi transisi ke turbulen sehingga korelasi yang dipilih:

D3MITS - FTI - ITS

88

Perpindahan Panas

Perpan Radiasi: Jika diasumsikan harga = 1, maka perpan radiasi:

6.5.2. Plat Miring: Pada plat vertikal baik plat relatif panas maupun dingin dibanding fluida disekitarnya, posisi plat tersebut segaris dengan vektor gravitasi, sehingga gaya buoyancy secara eksklusif beraksi untuk menghasilkan gerakan fluida baik kearah naik maupun turun. Pada plat miring gaya buoyancy punya komponen kearah normal dan paralel terhadap plat tersebut. Komponen paralel inilah yang mendorong fluida untuk bergerak menghasilkan arus konveksi. Dibanding plat vertikal tentu komponen paralel tersebut lebih kecil sehingga perpindahan panas konveksi yang terjadi juga lebih kecil.

Gambar 6.4: a) Aliran pada bagian atas dan bawah plat dingin (Ts T) b) Aliran pada bagian bawah plat dingin (end view) c) Aliran pada bagian atas dan bawah plat panas (Ts T) d) Aliran pada bagian atas plat panas (end view)
D3MITS - FTI - ITS

89

Perpindahan Panas

Perhatikan Gambar 6.4 a): Bagian atas plat dingin: Komponen y dari buoyancy (kearah normal) membuat desending bondary layer flow pada bagian atas plat. Sedang komponen x gaya gravitasi berkurang menjadi g cos sehingga kecepatan aliran juga berkurang dan akhirnya koefisien konveksi juga berkurang. Bagian bawah plat dingin: Komponen y gaya buoyancy menyebabkan fluida dingin dipindahkan dari plat, pertumbuhan bondary layer terputus-putus oleh perpindahan fluida dingin dari plat. Hasilnya dalah aliran tiga dimensi seperti ditunjukkan pada gambar 6.4.b), fluida dingin dipindahkan dari plat dan secara kontinyu digantikan oleh fluida panas disekitarnya. Menyempitnya bondary layer fluida dingin terdesak oleh fluida panas menyebabkan menyempitnya bondary layer termal. Perpindahan panas disini juga didukung oleh lebih kecilnya komponen x dari gravitasi sehingga efek kombinasi tersebut akhirnya memperbesar koefisiensi perpindahan panas konveksi. Perhatikan gambar 6.4.c dan d: Pola yang sama dengan penjelasan diatas terjadi pada plat panas, aliran tiga dimensi terjadi pada bagian atas plat panas. Pada awal studi perpindahan panas konveksi bebas telah dijelaskan bahwa korelasi untuk plat miring bisa didekati dengan korelasi plat vertikal dengan mengganti g menjadi g cos untuk menghitung bilangan Rayleigh. Tetapi dengan kenyataan adanya fenomena aliran tiga dimensi tersebut maka cara diatas hanya sesuai untuk kasus konveksi diatas plat dingin dan dibawah plat panas saja. Tidak sesuai untuk kasus dibawah plat dingin dan diatas plat panas. Untuk kasus konveksi diatas plat dingin dan dibawah plat panas persamaan 18 dan 19 dapat dipakai dengan mengganti g menjadi g cos dimana 0 60o. Sedangkan untuk kasus sebaliknya tidak direkomendasikan. Untuk plat dingin horizontal menghadap keatas gambar 6.5.a dan plat panas horizontal menghadap kebawah gambar 6.5 d tendensi terjadinya desending atau asending tergantung dari plat tersebut. Aliran fluida harus bergerak horizontal dahulu pada tepi plat sebelum mengalami asending atau desending, dalam hal ini perpindahan panas tidak efektif. Sebaliknya untuk plat dingin menghadap kebawah gambar 6.5 b dan plat panas menghadap keatas gambar 6.5 c aliran akan asending atau desending sehingga perpindahan panas lebih efektif.

D3MITS - FTI - ITS

90

Perpindahan Panas

Gambar 6.5

a) Bagian atas plat dingin b) Bagian bawah plat dingin c) Bagian atas plat panas d) Bagian bawah plat panas

Untuk plat horizontal ( segi empat, bujur sangkar, lingkaran ) didefinisikan panjang karakteristik yaitu: As : luas permukaan plat dan P : keliling plat Bilangan Nusselt dihitung dengan persaman: Bagian atas plat panas atau bagian bawah plat dingin: 20 21 Bagian bawah plat panas atau bagian atas plat dingin: 22

D3MITS - FTI - ITS

91

Perpindahan Panas

Contoh: Airow through a long rectangular heating duct that is 0.75 m wide and 0.3 m high maintains the outer duct surface at 45oC. If the duct is uninsulated and exposed to air at 15oC in the crawlspace beneath a home, what is the heat loss from the duct per meter of length? Skema:

Asumsi: 1. Udara sekitar diam 2. Radiasi diabaikan 3. Berlaku hokum gas ideal 4. Sifat-sifat konstan

Analisis:

Untuk permukaan samping L = H = 0,3 m maka Ral = 7,07 x 107 berarti laminar:

Untuk permukaan atas dan bawah: L = As/P =w/2=0,373 m maka Ral = 1,38 x 108 Dari pers 21 dan 22:

D3MITS - FTI - ITS

92

Perpindahan Panas

Laju kehilangan kalor per satuan panjang saluran:

6.5.4. Silinder Panjang: Korelasi yang direkomendasikan oleh Morgan untuk silinder isotermal adalah: 23 Harga C dan n Dapat dilihat pada tabel dibawah ini dimana RaD dan NuD didasarkan pada diameter silinder:

Dilain pihak Churchill dan Chu merekomendasikan korelasi untuk jangkauan bilangan Rayleigh yang luas: 24

Gambar 6.6: Pertumbuhan bondary layer dan distribusi bilangan Nusselt pada silinder horizontal
D3MITS - FTI - ITS

93

Perpindahan Panas

Contoh: 1. An un insulated horizontal pipe steam passes through a room in which the air and walls are at a temperature of 25 oC. The outside diameter of the pipe is 70 mm, and its surface temperature and emissivity are 200 oC and 0.8 respectively. What is the rate of heat transfer (loss) from the surface if the length of pipe is 50 m? 2. Sebuah batang baja berdimensi p x l x t = (500 x 15 x 10) mm bertemperatur awal 200oC (merata diseluruh batang) dicelupkan secara horizontal ke dalam engine oil yang bertemperatur 50oC. Hitung laju perpan sesaat setelah batang dicelupkan ke dalam oil tersebut

D3MITS - FTI - ITS

94

Perpindahan Panas

6.5.4. Bola Berikut ini adalah korelasi yang direkomendasikan oleh Churchill untuk bola dengan Pr 0,7 dan RaD 1011 25

D3MITS - FTI - ITS

95

You might also like