You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung (bahasa latin, cor) adalah sebuah rongga, organ berotot yang memompa darah
lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti
berhubungan dengan jantung, dari Yunani cardia untuk jantung.Ukuran jantung manusia
kurang lebih sebesar kepalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung adalah satu otot
tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic,
di balik tulang dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Dalam proses perkembangannya, makhluk hidup sangat tergantung pada berfungsinya
system kardiovaskuler secara optimal, dan kelainan yang terjadi pada sistim ini akan
menyebabkan konsekuensi klinik yang serius. Jantung sangant berperan penting bagi
kehidupan manusia karena jantung memiliki fungsi vital yaitu untuk memompakan darah
ke seluruh tubuh atau jaringan tubuh. Darah yang dipompa mengantarkan nutrisi dan O2
ke jaringan untuk kealngsungan hidupnya, sehingga jaringan dapat hidup dan
menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Melihat betapa pentingnya pernan jantung tersebut, kita perlu mempeajari tata car
pemerikasaan jantung secara sederhana untuk setidaknya mengetahui kelainan-kelainan
yang mungkin terjadi dari pemeriksaan ini. Dalam percobaan ini akan dilakukan
pemeriksaan fisis jantung untuk mengetahui letak apeks, batas-batas jantung, dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mempelajari 4 cara pemeriksaan fisis jantung
2. Menentukan posisi daripada apeks jantung
3. Menentukan batas-batas jantung
4. Mempelajari suara-suara yang ditimbulkan oleh aktifitas jantung selama suatu siklus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan dua sistem veaskuler, sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonalis. Jantung selanjutnya memompa darah ke kedua sistem vastikuler
– sirkulasi tekanan pulmonalis lambat dimana disini terjadi pertukaran gas, dan kemudian
sirkulasi sistemik, dimana darah dialirkan ke setiap organ, sesuai suplai dari permintaan
metabolisme. Tekanan darah dan aliran darah berperan penting untuk mengontrol melalui
nervus autonomi sistem. Dan juga berpengaruh pada pembedahan dan anatesi
obat.pengetahuan yang baik tentang fisiologi kardiovaskuler merupakan kebutuhan untuk
anastesi praktis yang baik (benar) (http://www.nda.ox.ac.uk, 2008).

Setiap orang tahu bahwa jantung merupakan organ vital. Kita tidak bisa hidup tanpa
jantung. Bagaimanapun, jantung hanyalah sebuah pompa. Kompleks dan penting, tapi
hanyalah sebuah pompa. Seperti dengan pompa-pompa yang lain jantung bisa menjadi
tersumbat, kerja menurun dan membutuhkan perbaikan (adaptasi\0. Ini menjadi alasan
mengapa kita perlu mengetahui tentang bagaimana keja jantung. Dengan sedikit
pengetahuan tentang jantung kita dan mana yang baik dan mana yang sebaiknya atau
yang buruk untuk jantung, kamu bisa setidaknya sedikit mengurangi bahaya dari
¬penyakit jantung (www.howstuffworks.com, 2008).
Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut jantung
berikutnya disebut siklus jantung. Setiap siklus diawali oleh pembentukan potensial aksi
yang spontan di dalam nodus sinus. Nodus ini terletak pada dinding lateral superior
atrium kanan dekat tempat masuk vena kava superior , dan potensial aksi menjalar dari
sini dengan kecepatan tinggi melalui kedua atrium dan kemudian melalui berkas AV ke
ventrikel. Karena terdapat pengaturan khusus dalam sistem konduksi dari atrium menuju
ke ventrikel, ditemukan keterlambatan selama lebih dati 0,1 detik ketika impuls jantung
dihantarkan dari atrium ke ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan atrium akan
berkontraksi mendahului kontraksi ventrikel, sehingga akan memompakan darah ke
dalam ventrikel sebelum erjadi kontraksi atrium yang kuat. Jadi, atrium itu bekerja
sebagai pompa pendahulu bagi ventrikel, dan ventrikel selanjutnya akan menyediakan
sumber kekuatan utama untuk memompakan darah ke sistem pembuluh darah tubuh
(Guyton, 2000).
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol).
Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut
sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik
juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan
mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui
dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam serambi kanan. Setelah atrium kanan
terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam bilik kanan. Darah dari bilik kanan akan
dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru.
Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi
kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang
selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di
dalam vena pulmonalis menuju ke serambi kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan
jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam serambi kiri
akan didorong menuju bilik kiri, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini
melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya
oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru (http://id.wikipedia.org,
2008).

PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi
sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan misalnya pada stenosis
mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada
penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan
dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-paru menutupi
jantung, sehingga pungtum maksimimnya menghilang, suatu variasi yang khususnya
ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya pungtum
maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran
ventrikel kiri akan menggeser pungtum maksimum kearah kiri, sehingga akan berada
diluar garis midklavikula dan kebawah. Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum
maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan. Perlekatan
pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan terjadi
pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan, meningkat pada
berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam (http://medlinux.blogspot.com,
2008).
Palpasi
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan
perabaan diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal impulse , normal
terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular
(medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis
terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedang pada bentuk dada yang
lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus
kordis yang teraba adalah 1-2 cm2
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift, systolic
heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar. Getaranan
bising yang ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP)
kecil berupa getaran bising di sela iga kiri sternum(http://medlinux.blogspot.com, 2008).
Perkusi jantung
Cara perkusi
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada
garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besarnya jantung. Pada kardiomegali, batas pekak jantung
melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser
ke lateral-bawah. Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada
garis parasternal kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi
tricuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, tirotoksikosis, Hipertrofi
atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol kearah lateral. Pada
hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri
atas. Pada perikarditis pekat jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada
emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru
yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan
(http://medlinux.blogspot.com, 2008).
Auskultasi Jantung
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi
(getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian
hemodemanik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece.
Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk
mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk
mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a) Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b) Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan
bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi yang
terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi akibat
kejadian hemodemanik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung (cardiac
murmur) (http://medlinux.blogspot.com, 2008).

BUNYI JANTUNG
Bunyi jantung adalah suara yang dihasilkan dari denyutan jantung dan aliran darah yang
melewatinya. Disebut juga denyut jantung. Untuk memeriksanya digunakan
stetoskop.Bunyi jantung dibagi menjadi bunyi jantung normal dan patologis yang
mengindikasikan suatu penyakit. Bunyi jantung dikenali sebagai lub dan dub secara
bergantian. Bunyi murmur dihasilkan oleh turbulensi aliran darah di jantung. Stenosis
merupakan penyebab dari turbulensi tersebut. Insufisiensi katup menyebabkan aliran
darah berbalik dan bertabrakan dengan aliran yang berlawanan arah. Pada keadaan ini,
murmur akan terdengar menjadi bagian dari tiap siklus jantung (www.wikipedia.co.id,
2008).
Ketika stetoskop ditempatkan pada daerah yang berbeda dari jantung, maka akan
terdengar 4 bunyi jantung yang bisa terdengar . respon dari gelombang bunyi dari bunyi
jantung termasuk bunyi abnormal seperti murmurs) diciptakan oleh dorongan vibrasi dari
penutupan katup, katup terbuka secara abnormal, vibrasi pada ruang ventrikuler,
ketegangan otot jantung, dan turbuensi atau aliran darah abnormal yang melewati katup
atau meewati antarruang jantung (http://pagead2.googlesyndication.com, 2008)
Dasar dari bunyi jantung adalah bunyi pertama dan bunyi kedua, biasa disingkat sebagai
S1 dan S2. S1 disebabkan oleh penutupan dari katup mitral dan katup trikuspidalis pada
fase kontraksi isovoumetrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I yaitu:
- Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, Makin kuat dan cepat makin keras
bunyinya.
- Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin dekat
terhadap posisi tertutup makin kecil kesempatan akselerasi darah yang keluar dari
ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I dan sebaliknya makin lebar terbukanya
katup atrioventrikuler sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan
gerakan katup lebih cepat.
- Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras
terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar lebih lemah. Demikian
juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah. Bunyi jantung I yang
mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral (http://medlinux.blogspot.com, 2008)
S2 disebabkan karena pentupan katup aorta dan katup pomonal pada fase relaksasi
isovolumetrik. Terjadinya split S2 merupakan keadaan fisiologi karena penutupan katup
aorta lebih dahulu dibandingkan katup pulmonalis. Split tidak terjadi pada durasi yang
tetap. Split s2 tergantung pada pernapasan, postur tubuh, dan kondisi patologis tertentu
(http://pagead2.googlesyndication.com, 2008).
Bunyi jantung 3 (S3), ketika didengar, terdengar lebih jelas pada pada saat pengisian
ventrikel. Bunyi ini normal pada bayi, tapi ketika didengarr pada orang dewasa, sering
dihubungkan dengan dilasi ventrikel seperti ditemukan pada kegagalan ventrikel
(http://pagead2.googlesyndication.com, 2008).
Bunyi jantung 4 (S4), terdengar, karena vibrasi dari dinding ventrikel selama kontraksi
atrium. Bunyi ini biasanya dihubungkan dengan penegangan ventrikel, dan dan oleh
karena itu bunyi ini terdengar pada pasien hipertropi ventrikel, miokardi iskemia, atau
pada orang tua. Selain dari bunyi keempat jantung tersebut, yaitu bunyi lainnya seperti
bunyi murmurs juga dapat didengar (http://pagead2.googlesyndication.com, 2008).
Bising (desir) jantung (cardiac murmur) ialah bunyi desiran yang terdengar memanjang,
yang timbul akibat vibrasi darah turbulen yang abnormal (Moehadsjah, 2001).
BUNYI JANTUNG ABNORMAL
Irama derap (gallop rhytmh)
Istilah irama derap digunakan untuk bunyi jantung rangkap tiga yang menyerupai derap
lari seekor kuda. Irama derap disebabkan adanya satu atau lebih bunyi ekstra. Penting
untuk membedakan apakah bunyi ekstra terjadi pada saat sistole atau diastole. Irama
derap protodiastolik terdiri atas bunyi jantung I, II, III. Irama derap presistolik terdiri atas
bunyi jantung IV, I, II. Bila terdiri atas bunyi jantung III dan IV disebut irama derap
sumasi. Irama derap pada neonatus menunjukkan adanya gagal jantung, juga ditemukan
pada miokarditis mitral (Lande, 2008).
Opening snap
Ada dua jenis yakni yang dijumpai pada stenosis mitral dan pada stenosis trikuspid.
Opening snap katup mitral terjadi akibat pembukaan valvula mitral yang stenotik pada
saat pengisian ventrikel di awal diastole. Opening snap katup trikuspid timbul karena
pembukaan katup trikuspid yang stenotik pada awal diastole ventrikel. Yang lebih
bernilai untuk diagnostik ialah opening snap katup mitral. Opening snap tidak terdapat
pada anak, hanya pada orang dewasa mitral (Lande, 2008).
Klik
Klik ialah bunyi detakan pendek bernada tinggi. Klik ejeksi sistole dini terdengar segera
sesudah bunyi jantung I. Nadanya lebih tinggi daripada bunyi jantung I. Klik ejeksi
disebabkan oleh dilatasi aorta dan a.pulmonal secara tibatiba. Klik ejeksi sistolik
pulmonal yang terdengar pada bagian bawah jantung terdapat pada hipertensi pulmonal,
stenosis pulmonal, dilatasi a.pulmonal sedangkan ejeksi sistolik aorta yang terdengar
pada semua permukaan jantung ditemukan pada koarktatio aorta, stenosis aorta,
insufisiensi aorta dan hipertensi sistemik. Dapat didengar pada batas kiri sternum. Klik
middiastolik dijumpai pada prolapsus katup mitral (Lande, 2008).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan ini adalah stetoskop
III.2 Cara Kerja
1. Inspeksi (pemeriksaan pandang)
Perhatikan posisi dari denyut apeks jantung dan nyatkan titik terendah dan terluar dari
pada pulsasi jantung maksimal. Biasanya ini terletak pada ICS 5 kiri sternum.
2. Palpasi (periksaan raba)
Rabalah dengan jari-jari pada daerah apeks dan rasakanlah dorongan dari apeks selama
systole-ventrikel.
3. Perkusi ( perikasa ketuk)
Letakanlah jari telunjuk tangan kiri pada dinding toraks dan ketuklah dengan jari tengah
tangan kanan. Mula-mula jari telunjuk tangan kiri diletakan diatas daerah paru-paru
kemudian sambil mengetuk, pindahkanlah jari tersebut menuju ke daerah jantung.
Perhatikan saat terjadinya perubahan dari bunyi ketukan yang terdengar dan berilanh
tanda pada tempat tersebut.
4. Auskulatasi ( periksa dengar)
Suara jantung pertama (S1)
Letakkan stetoskop pada dada yaitu pada ruang interkostal V sebelah kiri sternum di atas
apeks jantung. Pada tenpat ini S1 terdengar sangat jelas dengan intensitas yang
maksimum.
Suara jantung kedua (S2)
Letakkan stetoskop pada ruang interkostal II sebelah kanan sternum. Disini paling jelas
terdengar S2. pada daerah pulmonar (pinggir kiri sternum bagian atas) normal dapat
didengar dua komponen S2 (suara kedua yang terpisah). Pemisahan (splitting) dari S2 ini
menjadi lebih besar (lebih jelas) pada waktu inspirasi. Letakkan stetoskop pada pinggir
kiri sternum bagian atas dan dengarkan apakan terjadi pemisahan S2 pada waktu inspirasi
dalam.
Suara jantung ketiga (S3)
Letakkan stetoskop pada apeks jantung 9interkosta V kiri) dan dengarkan ada tidaknya
S3 sesudah S2. Untuk memperjelas S3 tinggikanlah tungkai orang coba atau mintalah
orang coba untuk melakukan kegiatan sebentar. Normal suara ini tidak terdengar dengan
stetoskop kecuali pada keadaan patologis. S4 ini terjadi akibat kontraksi atrium yang
menyebabkan darah masuk dalam ke dalam ventrikel dengan cepat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan pada orang coba atas nama Syahrul diperoleh hasil:
- Keadaan umum (inspeksi) : tampak sehat , skleranya normal, tidak terdapat edem.
Thoraks : bentuknya simetris, tidak terdapat penonjolan maupun bekas luka, inspirasin
dan ekspirasi normal.
- Palpasi, perabaan pada daerah apeks jantung dengan menggunakan telapak tangan
tengah diperoleh hasil: gaya dorong jantung normal dan daerah pulsasi tidak
menunjukkan tanda-tanda abnormal..
- Perkusi jantung menghasilkan bunyi pekak relatif
Batas atas : bunyi sonor ke pekak relative (batas atas paru-basis jantung), Intercostalis II
Batas bawah : bunyi pekak relatif menjadi pekak (batas jantung bawah dengan hati),
Intercostalis V
Batas kanan : perkusi kearah medial, terdengar perubahan bunyi dari dari sonor ke pekak
relative (batas paru dengan jantung kanan), Linea Parastenalis Dekstra
Batas kiri : perkusi dari linea midaksila kearah media, terdengar perubahan bunyi dari
sonor ke pekak relatif (batas paru kriri dengan jantung kiri), linea midclavikula.

- Auskultasi
Mendengarkan bunyi jantung dengan menggunakan stetoskop.
S1 : pada ruang ICS V sebelah kiri sternum (apeks), dapat terdengar jelas dengan
intensitas maksimum.
S2 : pada ruang ICS II sebelah kanan sternum (basal) dapat terdengar dengan jelas.
Terdapat dua komponen S2 yang dapt terdengar jelas, yang pertama yaitu karena
disebabkan penutupan katup aorta dan yang kedua yaitu akibat dari penutupan katup
pumonalis. Suara ini dapat terdengar jelas pada saat orang coba melakukan inspirasi
dalam.
S3 : tidak terdengar jelas.
S4 : tidak terdengar.

IV.2 Pembahasan
Pemeriksaan fisis jantung dpat dilakukan dengan 4 cara. Cara tersebut yaitu dengan
melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan melihat), palpasi (pemeriksaan dengan
meraba), perkusi (pemeriksaan dengan mengetuk), dan auskultasi (pemeriksaan dengan
mendengar bunyi jantung). Pemeriksaan dengan keempat cara ini dilakukan untuk
mengetahui letak apeks jantung, batas-batas jantung, dan bunyi yang dihasilkan jantung
pada saat beraktivitas pada satu siklus jantung.
Inspeksi dilakukan pada orang coba untuk melihat keadaan keseluruhan daerah jantung
jika dilihat dari luar seperti pucat atau tidaknya orang coba, pergerakan dada simetris atau
tidak, dan memperhatikan posisi dari denyut apeks jantung, Memperhatikan bentuk
prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris yang
disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan
kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.. Berdasarkan percobaan yang dilakukan,
tidak terihat kelainan dari pemeriksaan inspeksi ini .
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan pemeriksaan dada
adalah:
Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
Garis tengah klavikula (mid clavicular line/MCL)
Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL)
Garis parasternal kiri dan kanan (para sterna line/PSL)
Palpasi dilakukan dengan meraba daerah permukaan kulit daerah jantung untuk
merasakan denyut jantung pada daerah jantung dan meraskan gaya dorong dari apeks
tersebut. Selain itu, palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya hipertropi dan dilatasi
ventrikel kiri dan kanan yang dapat terjadi karena kelainan kongenital. Biasanya, jika
terdapat dinding dada yang tebal atau emfiisemia pulmonum, impuls jantung hanya dapat
teraba jika pasien duduk tegak atau membungkuk ke depan. Akan tetapi pada orang yang
mengalami obesitas terkadang sulit untuk melihat dan meraba iktus kordiks. Pada
insufisiensi aorta dan mitral, jika ventrikel harus bekerja melawan resistensi yang rendah,
impuls apeks tersebut juga kuat, tetap mempunyai amplitude yang lebih besar dan lebih
mendadak serta lebih hidup. Dalam percobaan ini, denyut jantung daerah apeks dari
orang coba dapat dirasakan dan tidak terdapat keainan seperti hipertropi atau kelainan
denyut jantung.
Setelah pemeriksaan inspeksi dan palpasi kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
perkusi yang bertujuan untuk mengetahui letak dan batas-batas dari jantung dengan
mendengarkan bunyi yang dihasilkan. Pada keadaan normal jantung mempunyai bunyi
pekak relative karena selain jantung merupakan padatan jantung juga mempunyai rongga
dan cairan. Sebelum melakukan perkusi, pemeriksa terlebih dahulu menetapkan ICS II
dan ICS V.
Setelah 3tiga pemeriksaan diatas, orang coba kemudian diperiksa dengan auskultasi aitu
mendengar bunti jantung dengan menggunakan stetoskop. Dengan auskultasi, keadaan
fisiologis jantung dapat diketahui utamanya pada bunyi yang dihasilkan. Terdapat 4 bunti
jantung dan yang dapat didengar melaui stetoskop adalah bunyi jantung 1 dan bunti
jantung 2. Bunyi jantung 3 terdengar lemah atau bahkan tidak terdengar dan secara
fisioogis dapat terdengar jelas setelah melakukan aktivitas berat seperti olah raga. Bunyi
jantung 4 hanya terdengar pada keadaan patologis.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah:
1. Pemeriksaan fisis jantung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
2. Inspeksi dilakukan memperhtikan posisi denyut dari apeks jantung.
3. Letak apeks jantung dapat ditentukan dengan cara inspeksi dan palpasi, apeks jantung
terletak di bagian kiri ICS V. Selain itu, papasi dilakukan untuk merasakan seberapa
besar gaya dorong jantung.
4. Batas-batas jantung dapat ditentukan dengan cara perkusi. Batas jantung bagian atas di
ICS II, bagian bawah di ICS V, bagian kiri di linea mediaklavikularis sinsitra, dan bagian
kanan pada linea parasternalis dextra.
5. Stetoskop digunakan untuk auskultasi yaitu mendengar bunyi jantung. Bunyi yang
dapat didengar adalah bunyi jantung I dan II, sedangkan bunyi jantung III tidak dapat
terdengar, dan tidak terdengar bunyi jantung IV. Bunyi jantung IV hanya tertedengar
dalam keadaan patologis.

5.2 Saran
Sebaiknya bagian praktikum meengkapi alat-alat laboratorium yang akan digunakan.
DAFTAR PUSAKA

Guyton and Hall. 2000. Medical Physiology. W.B.Saunders Company : New


York

Lande, Rante dan J.M. Ch. Pelupessy , ___, Bunyi Jantung, Cermin dunia Kedokteran,
www.google.com, diakses pada tanggal 2 November 2008.

Moehadsjah, O. K. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Rogers, James. 2000. Cardiovascular Physiology.


http://www.nda.ox.ac.uk, diakses pada tanggal 2 November 2008.
Bianco, Carl. 2000. How Your Heart Works.
www.howstuffworks.com, diakses pada tanggal 6 November 2008
Wikipedia Indinesia. 2008. Jantung.
http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 2 november 2008.
Medicine and linux. 2008. Pemeriksaan Jantung.
http://medlinux.blogspot.com, diakses pada tanggal 6 november 2008
Ph.D, Klabunde, Richard. 2007. Cardiovascular Physiology Concepts.
http://www.cvphysiology.com, diakses pada tanggal 6 November 2008.

You might also like