You are on page 1of 3

Nama : Arifta Nurjanah NIM : 11301241023 Prodi : Pendidikan Matematika Subsidi 2011

Refleksi: Etnomatematika Membuat Hidup Lebih Hidup


Pada pertemuan pertama perkuliahan etnomatematika yang diampu oleh Prof. Dr. Mersigit, MA ini saya mendapatkan banyak pengetahuan baru. Ternyata banyak sekali hal-hal yang dapat kita buat menjadi sesuatu yang bermakna. Sejak saya mendengar ada mata kuliah pilihan etnomatematika, saya bertanya-tanya apa sebenarnya etnomatematika itu, akhirnya saya dapat menemukan jawabannya setelah mengikuti perkuliahan etnomatematika perdana ini. Selain saya menjadi mengetahui apa sebenarnya etnomatematika itu, saya juga menjadi tahu dimana posisi etnomatematika dan apa manfaat mempelajari etnomatematika. Meskipun etnomatematika hanya tersusun dari kata etno dan matematika, tetapi etnomatematika sebenarnya berada dalam konteks pendidikan. Etno dapat diartikan sebagai etnik. Etnik bersifat universal. Jika kita berbicara tentang etnik, etnik bersinggungan makna dengan suku bangsa. Contohnya etnik Jawa, etnik Sumatera, etnik Madura, dan lain-lain. Hal yang membedakan suku satu dengan suku yang lainnya adalah kebiasaan dan hasilnya atau yang sering kita sebut budaya. Oleh karena itu, etnomatematika terkait dengan budaya atau kebiasaan yang terdapat di dalam masyarakat. Sekarang kita berbicara tentang hipotetikal analisis. Hipotetikal analisis adalah bahasa tingkat tinggi, tidak semua orang mengetahui apa hipotetikal analisis itu. Jika dibahasakan secara mudah, hipotetikal analisis itu berarti ngawur, ngawur disini maksudnya adalah sembarang kita membuat pernyataan tetapi terdapat analisisnya. Berdasarkan hal itu, kita berusaha untuk merangkainya sehingga menjadi sebuah kesatuan. Begitu pula dalam matematika murni, dalam matematika murni kita menggunakan pemisalan, yaitu kita menyusun logika matematika dengan dasar pemisalan. Sama halnya dengan hipotetikal analisis, etnomatematika merupakan aktivitas merangkai, ia meluncur dari yang paling atas menuju ke bawah kemudian kembali lagi ke atas. Meluncur ke bawah maksudnya ialah kita melihat bagaimana faktanya. Misalnya dalam budaya kita terdapat candi Borobudur, tata bahasa di Jogja, gamelan, dan lain sebagainya. Setelah melakukan pemisalan dan melihat faktanya, kita dapat merangkai atau meramu menjadi suatu kesatuan. Etnomatematika berada dalam ranah pendidikan. Orang matematika murni tidak memperdulikan kultur, mereka hanya berdasarkan pemisalan. Prof. Dr. Marsigit, MA menunjukkan bahwa membuat matematika itu sangat mudah. Misalnya matematika yang dibuat dari daun. Unsur-unsur dari daun itu beliau beri nama Alino. Kemudian beliau membuat definisi

bahwa Alino adalah unsur-unsur yang terkait dan merentang dalam dimensinya. Dalam definisi tersebut beliau menjelaskan bahwa maksud definisi tersebut adalah keterikatan pada daun. Misalnya Alino keterikatan 0 berarti daun yang jatuh sedangkan Alino keterikatan 1 adalah daun yang masih terikat dengan ranting, dapat kita katakana bahwa Alino memiliki keterikatan. Kemudian Alino yang satu dapat dioperasikan dengan Alino yang lain, contohnya jika Alino satu ditambahkan dengan Alino yang lain maka akan menghasilkan Alino, atau kita katakan bahwa operasi penjumlahan Alino bersifat tertutup. Kemudian kita dapat membuat suatu teorema, misalnya Teorema 1 adalah jika diketahui suatu Alino maka dapat ditentukan Alino yang lain dengan menggunakan fungsi isomorfis. Berdasarkan contoh tersebut terlihat bahwa menyusun matematika murni itu sangat mudah. Oleh karena itu dikatakan bahwa matematika murni terbebas dari nilai, ia hanya berdasarkan pemisalan yang sangat mudah untuk dirangkai. Untuk mempelajari etnomatematika, kita perlu mengetahui posisi etnomatematika. Dimana posisinya dalam pendidikan, dimana posisinya dalam budaya, dimana posisinya dalam narasi pendidikan secara internasional dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kita perlu belajar atau membaca referensi sesuai dengan kerangka atau skemanya, yaitu etnomatematika. Di dalam etnomatematika, kita menghasilkan sesuatu yang bermakna. Sesuatu yang bermakna tidak dapat kita produksi sendiri. Sesuatu yang bermakna dirangkai dari sesuatu yang sudah memiliki arti yang besar. Apabila kita menyusun sesuatu dari hal yang aneh, kita akan menghasilkan sesuatu yang tidak memiliki arti apa-apa. Jadi, jika kita ingin menghasilkan sesuatu yang bermakna, kita juga harus mencari sumber yang bermakna. Misalnya kita dapat menghasilkan etnomatika dari Candi Borobudur yang memiliki arti yang sangat bermakna. Substansi etnomatematika ialah kerangka berfikir dan teori-teori. Referensinya secara internasional, sedangkan untuk skema etnomatematika di Indonesia, kita masih bertanya-tanya apakah skemanya. Berdasarkan hal ini kemudian dikatakan bahwa etnomatematika itu kaya dalam isinya tetapi miskin dalam skemanya atau wadahnya. Kita dapat memposisikan etnomatematika dari sisi research. Jika kita memposisikan etnomatematika dari sisi formal tidak akan sesuai karena etnomatematika tidak ada kaitanya dengan sisi formal. Etnomatematika bernuansa inovasi dan teori pembelajaran. Guru matematika yang hanya sekedar ingin melaksanakan perintah atau hanya ingin mencari nafkah tidak ada kaitannya dengan etnomatematika. Etnomatematika tidaklah mudah, karena wadah etnomatematika sangatlah rentan. Prof. Dr. Marsigit, MA memberikan contoh dari pengalamannya sendiri bahwa etnomatematika memang tidak mudah. Beliau menceritakan tiga kasus yang menunjukkan bahwa dalam etnomatematika terdapat permasalahan pada skema atau bentuk wadahnya tetapi tidak ada masalah dalam substansinya. Cerita yang pertama yaitu seorang teman dosen yang mengambil disertasi etnomatematika tidak dapat menyelesaikan kuliah S3-nya yang dikarenakan oleh tidak mudahnya etnomatematika. Cerita yang kedua adalah seorang mahasiswa S3-nya yang hendak

mengambil etnomatematika (iterasi matematika dalam konteks budaya jawa). Ternyata ia belum mengetahui tentang budaya Jawa sehingga ia disarankan untuk mengganti judul atau ia boleh melanjutkan tetapi Prof. Dr. Marsigit, MA tidak bersedia untuk membimbingnya. Kemudian cerita yang ketiga ialah dari seorang mahasiswa S2 yang membuat tesis pemngembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis pada suatu budaya tertentu. Ternyata judul tersebut kurang sesuai dengan penelitiannya sehingga ia harus mengganti judul tesisnya tersebut menjadi pengembangan perangkat pembelajaran matematika kontekstual. Dalam etnomatematika kita perlu mempersiapkan diri dan perlu benar-benar memahami budaya yang akan kita angkat. Mempersiapkan diri disini maksdunya ialah perasaan kita harus dalam kerangka inovasi pembelajaran, cita-cita yang terbaik dalam pendidikan matematika sesuai dengan teori internasional. Setelah mengetahui beberapa hal yang terkait dengan etnomatematika dan manfaat yang dapat diperoleh dari etnomatematika ini saya merasa tertarik untuk mengetahui etnomatematika lebih jauh. Pada pertemuan pertama di perkuliahan ini, selain mendapatkan berbagai pengetahuan, saya juga dapat merasakan bahwa ternyata belajar budaya itu mengasyikan, seperti kata Prof. Dr. Marsigit, MA bahwa belajar budaya atau etnomatematika ini membuat hidup lebih hidup.

You might also like