Professional Documents
Culture Documents
PANDUAN UMUM DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH KATA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran serta dalam pengelolaan pendidikan. Salah satu upaya untuk mewujudkan peluang tersebut adalah melalui Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor ! "ahun #$$$ tentang Program Pembangunan Nasional %P&'P(N)S* +++, ++-. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut, telah diterbitkan Keputusan .enteri Pendidikan Nasional Nomor +--/U/ ++ tanggal )pril ++ tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dalam rangka pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tersebut, diperlukan adanya buku P)NDU)N U.U. D(0)N P(ND1D1K)N D)N K'.1"( S(K'2)3 yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan bagi semua elemen masyarakat yang akan membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah atau memperluas peran, 4ungsi, dan keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang telah ada. Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah diharapkan dapat memacu usaha pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, selaras dengan konsepsi partisipasi berbasis masyarakat (community-based participation) dan manajemen berbasis sekolah (school-based management) yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi telah mulai dilaksanakan di 1ndonesia. 5uku Panduan ini disusun oleh "im Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Direktorat 6enderal Pendidikan Dasar dan .enengah, yang komposisinya meliputi unsur Departemen Pendidikan Nasional %Ditjen Dikdasmen, Ditjen P2SP, 5iro 3ukum dan 'rganisasi, 5alitbang Diknas*, Departemen Dalam Negeri %Ditjen 5ina 5angda*, Departemen )gama %Ditjen Kelembagaan )gama 1slam*, 5appenas %Direktorat )gama dan Pendidikan*, para pakar, dan praktisi pendidikan. Kami menyambut baik penerbitan 5uku Panduan ini. Semoga penerbitan 5uku Panduan Umum ini dapat mendorong semangat dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Direktur 6enderal Pendidikan Dasar dan .enengah,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan, diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas. Salah satu wadah tersebut adalah Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan amanat rakyat yang telah tertuang dalam UU Nomor ! "ahun +++ tentang Program Pembangunan Nasional %Propenas* +++ , ++-. )manat rakyat ini selaras dengan kebijakan otonomi daerah, yang telah memposisikan kabupaten/kota sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada kabupaten/kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan kepada satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah propinsi, kabupaten/kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder pendidikan. 3al ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (community-based participation) dan manajemen berbasis sekolah (schoolbased management), yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi telah mulai dilaksanakan di 1ndonesia. Untuk melaksanakan amanat rakyat tersebut, pada tahun anggaran ++# Pemerintah telah melaksanakan rintisan sosialisasi pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di Propinsi Sumatera 5arat, 5ali, dan 6awa "imur masing-masing satu kabupaten/kota. Selain itu ada beberapa kabupaten/kota yang telah membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah berdasarkan inisiati4 sendiri. 5erdasarkan hasil sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memang dipandang sangat strategis sebagai wahana untuk meningkatkan mutu pendidikan di 1ndonesia. 5eberapa kalangan masyarakat yang diundang untuk memberikan masukan tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, pada umumnya sangat antusias dan mendukung sepenuhnya gagasan ini. Sesuai dengan aspirasi berbagai kalangan masyarakat tersebut, maka proses pembentukan Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan memerlukan program sosialisasi dengan perencanaan yang matang. )gar program sosialisasi dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan: %#* materi sosialisasi berupa Panduan Umum Dewan Pendidikan
1. Undang-undang Nomor "ahun #$;$ tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-undang Nomor "ahun #$$$ tentang Pemerintahan Daerah. 3. Undang-undang Nomor ! "ahun +++ tentang Program Pembangunan 4. 5. 6. 7.
Nasional %Propenas* +++ , ++-. Peraturan Pemerintah Nomor 7$ "ahun #$$ tentang Peran serta .asyarakat dalam Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor ! "ahun +++ tentang Kewenangan Pemerintah 8. dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah 'tonom. 9. Keputusan .enteri Pendidikan Nasional Nomor +--/U/ ++ tentang Dewan 10. Pendidikan dan Komite Sekolah. 11. Keputusan Direktur 6enderal Pendidikan Dasar dan .enengah Nomor 12. !!$/</Kep/P=/ ++ tentang "im Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite #7. Sekolah Direktorat 6enderal Pendidikan Dasar dan .enengah. <. "ujuan Panduan Panduan ini diharapkan menjadi buku acuan utama yang akan digunakan untuk membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dan/atau memperluas peran, 4ungsi, dan keanggotaan lembaga sejenis yang telah ada, serta untuk menjalankan roda organisasi. 0alaupun demikian, panduan ini bukanlah merupakan satu-satunya rujukan. Pihak pemerintah kabupaten/kota dan sekolah dapat memperkaya dari sumber lain yang rele>an. D. Sasaran Panduan Umum ini akan digunakan oleh pihak-pihak sebagai berikut : #. Para pejabat %eksekuti4 dan legislati4* yang terkait dalam bidang pendidikan di setiap kabupaten/kota yang akan memberikan dukungan dalam proses pembentukan atau memperluas peran, 4ungsi, dan keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. . 'rang tua siswa, warga masyarakat peduli pendidikan, dan pihak lain yang berkepentingan dengan proses pembentukan atau perluasan peran, 4ungsi, dan keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. 7. Para 4asilitator yang akan memberikan 4asilitasi di kabupaten/kota dan satuan pendidikan.
-. Para petugas yang akan melaksanakan sosialisasi di kabupaten/kota dan satuan pendidikan.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan di daerah akan lebih e4ekti4 bila didukung oleh sistem berbagi kekuasaan % power sharing*, antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan pendidikan. 2. Na!a dan R ang Lingk $ Dewan Pendidikan adalah nama generik. )rtinya, nama badan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing, seperti Dewan Pendidikan, .ajelis Pendidikan, atau nama lain yang disepakati. ?ang dimaksud dengan pendidikan di sini adalah pendidikan prasekolah, pendidikan sekolah, dan pendidikan luar sekolah. B. Ked d kan dan Si%at #. Ked d kan "ujuan dikeluarkannya Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah Nomor "ahun #$$$ adalah untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada Daerah dan masyarakat sehingga memberi peluang kepada Daerah dan masyarakat agar leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah. Penyelenggaraan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat yang memadai. Sebagai langkah alternati4 dalam mengupayakan perolehan dukungan masyarakat untuk sektor pendidikan ini adalah dengan menumbuhkan keberpihakan konkret dari semua lapisan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, mulai dari pimpinan negara, sampai aparat yang paling rendah, termasuk masyarakat yang bergerak dalam sektor swasta dan industri. Keberpihakan konkret itu perlu disalurkan secara politis menjadi suatu gerakan bersama %collective action) yang diwadahi Dewan Pendidikan yang berkedudukan di kabupaten/kota. Dalam kondisi dan kebutuhan tertentu, misalnya untuk pelaksanaan otonomi khusus, atau pertimbangan lain, Dewan Pendidikan dapat dibentuk di tingkat propinsi. &. Si%at Dewan Pendidikan merupakan badan yang bersi4at mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan dinas pendidikan kabupaten/kota maupun dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya. Posisi Dewan Pendidikan maupun dinas pendidikan kabupaten/kota maupun lembaga-lembaga pemerintah lainnya mengacu pada kewenangan %otonomi* masing-masing berdasarkan ketentuan yang berlaku Dewan Pendidikan dibentuk berdasarkan kesepakatan yang tumbuh dari akar budaya, sosio demogra4is dan nilai-nilai daerah setempat, sehingga lembaga tersebut bersi4at otonom yang menganut asas kebersamaan menuju ke arah peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan di daerah yang diatur oleh )nggaran Dasar dan )nggaran &umah "angga. Kondisi ini hendaknya dijadikan dasar pertimbangan oleh masing-masing pihak atau stakeholder pendidikan di daerah agar tidak terjadi adanya pelanggaran hukum
a. Pengurus Dewan Pendidikan terpilih bertanggungjawab kepada b. musyawarah anggota sebagai 4orum tertinggi sesuai )D dan )&". c. Pengurus Dewan Pendidikan menyusun program kerja yang disetujui
melalui di daerah. e. )pabila pengurus Dewan Pendidikan terpilih dinilai tidak produkti4 dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat memberhentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru. . Pembiayaan kegiatan operasional Dewan Pendidikan ditetapkan melalui !. musyawarah anggota. ". Untuk melaksanakan kegiatan operasional, Dewan Pendidikan dapat #. menyelenggarakan rapat yang jenis dan mekanismenya ditetapkan di dalam )D/)&". ,. Anggaran Dasar dan Anggaran R !a- Tangga Dewan Pendidikan wajib memiliki )D/)&". )nggaran Dasar sekurang-kurangnya memuat: a. b. c. d. e. 4. Dasar, tujuan, dan kegiatan. Keanggotaan dan kepengurusan. 3ak dan kewajiban anggota dan pengurus. Keuangan. .ekanisme kerja dan rapat-rapat. Perubahan )D/)&" dan pembubaran organisasi. )nggaran &umah "angga sekurang-kurangnya memuat: a. b. c. d. e. .ekanisme pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus. &incian tugas anggota dan pengurus. .asa bakti keanggotaan dan kepengurusan. Kerja sama dengan pihak lain. Pertanggungjawaban pelaksana program kerja.
A.
Pengertian dan Na!a #. Pengertian Partisipasi yang berlaku pada masyarakat kita, masih belum diartikan secara uni>ersal. Para perencana pembangunan mengartikan partisipasi sebagai dukungan terhadap rencana atau proyek pembangunan yang direncanakan dan ditentukan oleh pemerintah. Ukuran partisipasi masyarakat diukur oleh berapa besar sumbangan yang diberikan masyarakat untuk ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga yang diberikan kepada pemerintah. Partisipasi yang berlaku secara uni>ersal adalah kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Sebagai konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka perlu dibentuk suatu wadah untuk menampung dan menyalurkannya yang diberi nama Komite Sekolah. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan e4isiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Komite Sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non pro4it dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan. &. Na!a Ditinjau dari perspekti4 sejarah persekolahan pada tingkat SD, S2"P, dan S.U/S.K di 1ndonesia, masyarakat sekolah, khususnya orang tua siswa, telah memerankan sebagian 4ungsinya dalam membantu penyelenggaraan pendidikan. Sebelum tahun #$9- masyarakat orang tua siswa di lingkungan masing-masing sekolah telah membentuk Persatuan 'rang "ua .urid dan =uru %P'.=*. Sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan jalur sekolah semakin meningkat, maka P'.= pada awal tahun #$9- dibubarkan dan dibentuk suatu badan yang dikenal dengan 5adan Pembantu Penyelenggara Pendidikan %5P7*. Pasang surut perkembangan penyelenggaraan pendidikan jalur dan jenis sekolah, tidak dapat dilepaskan dari partisipasi masyarakat, khususnya orang tua peserta didik termasuk keberadaan 5P7.
pendidikan, mempunyai penyebaran lokasi yang amat beragam. )da sekolah tunggal dan ada sekolah yang berada dalam satu kompleks. )da sekolah negeri
Pertama, Komite Sekolah yang dibentuk di satu satuan pendidikan. Satuan pendidikan sekolah yang siswanya dalam jumlah yang banyak, atau sekolah khusus seperti Sekolah 2uar 5iasa, temasuk dalam ketegori yang dapat membentuk Komite Sekolah sendiri. Kedua, Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan sekolah yang sejenis. Sebagai misal, beberapa SD yang terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan dapat membentuk satu Komite Sekolah. Ketiga, Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan dan terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan . Sebagai misal, ada satu kompleks pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan "K, SD, S25, dan S.U, dan bahkan S.K dapat membentuk satu Komite Sekolah. Keempat, Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan milik atau dalam pembinaan satu yayasan penyelenggara pendidikan , misalnya sekolah-sekolah di bawah lembaga pendidikan .uhammadiyah, )l )Ahar, )l 1Ahar, Sekolah Katholik, Sekolah Kristen, dsb. &. Si%at Komite Sekolah merupakan badan yang bersi4at mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite Sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah %.5S*. '. T j an Dibentuknya Komite Sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demogra4is, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat setempat. 'leh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan 4iloso4is masyarakat secara kolekti4. )rtinya, Komite Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna % client model*, berbagai kewenangan (power sharing and advocacy model * dan kemitraan %partnership model* yang di4okuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
DEWAN PENDIDIK DAN KOMITE SEKOLAH e. .enggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
4. penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. .elakukan e>aluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Komite Sekolah sesuai dengan peran dan 4ungsinya, melakukan akuntabilitas sebagai berikut. a. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah. b. .enyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi %dana, barang tak bergerak maupun bergerak*, maupun non materi %tenaga, pikiran* kepada masyarakat dan pemerintah setempat. E. )rganisasi #. Keangg*taan K*!ite Sek*laKeanggotaan Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Di samping itu unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, 5adan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota. )nggota Komite Sekolah dari unsur masyarakat dapat berasal dari komponen-komponen sebagai berikut: a. Perwakilan orang tua/wali peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis. b. "okoh masyarakat %ketua &"/&0/&K, kepala dusun, ulama, budayawan, pemuka adat*. c. )nggota masyarakat yang mempunyai perhatian atau dijadikan 4igur dan mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan. d. Pejabat pemerintah setempat %Kepala Desa/2urah, Kepolisian, Koramil, Depnaker, Kadin, dan instansi lain*. e. Dunia usaha/industri %pengusaha industri, jasa, asosiasi, dan lain-lain*. . Pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan. !. 'rganisasi pro4esi tenaga pendidikan %P=&1, 1SP1, dan lain-lain*. ". Perwakilan siswa bagi tingkat S2"P/S.U/S.K yang dipilih secara demokratis berdasarkan jenjang kelas. i. Perwakilan 4orum alumni SD/S2"P/S.U/S.K yang telah dewasa dan mandiri. )nggota Komite Sekolah yang berasal dari unsur dewan guru, yayasan/ lembaga penyelenggara pendidikan, 5adan Pertimbangan Desa sebanyakbanyaknya berjumlah tiga orang. 6umlah anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya $ %sembilan* orang dan jumlahnya harus gasal. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa keanggotaan Komite Sekolah ditetapkan di dalam )D/)&". &. Ke$eng r san K*!ite Sek*la-
a. Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam
musyawarah Komite Sekolah. c. 6ika diperlukan pengurus Komite Sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang keahliannya. .ekanisme kerja pengurus Komite Sekolah dapat diidenti4ikasikan sebagai berikut :
a. b. c. d. e. .
(.
BAB I/ PENUTUP
Panduan ini merupakan acuan utama untuk membentuk dan/atau memperluas peran, 4ungsi, dan keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dalam membentuk badan tersebut, pemrakarsa dapat berkonsultasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dapat diatur melalui Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota. Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dapat di4asilitasi oleh "im Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah : alamat : Direktorat 6enderal Pendidikan Dasar dan .enengah, =edung ( 2antai !, 6alan 6enderal Sudirman Senayan, 6akarta, telepon : %+ #* !9 !8#7, !9 !8+;, D)E %+ #* !9 !8+;, 0eb-site : depdiknas.go.id@ e-mail : dpksFdepdiknas.go.id@ dpkp ++ Fyahoo.com