You are on page 1of 30

ANASTESI PADA NEONATUS

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupadidalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system perna asan sirkulasi, ginjal dan hepar. SISTEM PERNAFASAN Anatomi Saluran Pernafasan

!tot leher bayi masih lembek, leher lebih pendek, sulit menyangga atau memposisikan kepala dengan tulang o""ipital yang menonjol. #idah besar, epiglottis berbentuk $%& dengan proyeksi lebih ke posterior dengan sudut ' 4(), relati*e lebih panjang dan keras, letaknya tinggi, bahkan menempel pada palatum molle sehingga "enderung berna as melalui hidung. +kibat perbedaan anatomis epiglottis tersebut, saat intubasi diperlukan pengangkatan epiglottis untuk *isualisasi.

#ubang hidung, glottis, pipa tra"heobronkial relati*e sempit, meningkatkan resistensi jalan na as, mudah sekali tersumbat oleh lender dan edema.

Tra"hea pendek, berbentuk seperti "orong dengan diameter tersempit pada bagian "ri"oid. ,-ote -.,2)))/

Fisiologi Pernafasan :

0angkar dada lemah dan ke"il dengan iga hori1ontal. 2ia ragma terdorong keatas oleh isi perut yang besar. 2engan demikian kemampuan dalam memelihara tekanan negati*e intrathorak dan *olume paru rendah sehingga memudahkan terjadinya kolaps al*eolus serta menyebabkan neonatus berna as se"ara dia ragmatis.

3adang-kadang tekanan negati*e dapat timbul dalam lambung pada 4aktu proses inspirasi, sehingga udara atau gas anestesi mudah terhirup ke dalam lambung. Pada bayi yang mendapat kesulitan berna as dan perutnya kembung dipertimbangkan pemasangan pipa lambung.

3arena pada posisi terlentang dinding abdomen "enderung mendorong dia ragma ke atas serta adanya keterbatasan pengembangan paru akibat sedikitnya elemen elastis paru, maka akan menurunkan 56- ,5un"tional 6esidual -apa"ity/ sementara *olume tidalnya relati*e tetap. %ntuk meningkatkan *entilasi al*eolar di"apai dengan "ara menaikkan rekuensi na as, karena itu neonatus mudah sekali gagal na as.

Peningkatan rekuensi na as juga dapat akibat dari tingkat metabolisme pada neonatus yang relati*e tinggi, sehingga kebutuhan oksigen juga tinggi, dua kali dari kebutuhan orang de4asa dan *entilasi al*eolar pun relati*e lebih besar dari de4asa hingga dua kalinya. Tingginya konsumsi oksigen dapat menerangkan mengapa desaturasi !2 dari 7b terjadi lebih mudah atau "epat, terlebih pada premature, adanya stress dingin maupun sumbatan jalan na as.

SISTEM SIRKULASI DAN HEMATOLOGI

Pada neonatus reaksi pembuluh darah masih sangat kurang, sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi dan kelebihan *olume juga sangat kurang ditoleransi. Manajemen "airan pada neonatus harus dilakukan dengan se"ermat dan seteliti mungkin. Tekanan sistolik merupakan indi"ator yang baik untuk menilai sirkulasi *olume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian *olume.

+utoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 8)-9:) mm7g.

5rekuensi nadi bayi rata-rata 92) kali;menit dengan tekanan darah sekitar 8);8) mm7g.

SISTEM EKSKRESI DAN ELEKTROLIT

+kibat belum matangnya ginjal neonatus, iltrasi glomerulus hanya sekitar :)< disbanding orang de4asa. 5ungsi tubulus belum matang, resorbsi terhadap natrium, glukosa, os at organi", asam amibo dan bikarbonas juga rendah.

=ayi baru lahir sukar memekatkan air kemih, tetapi kemampuan mengen"erkan urine seperti orang de4asa.

3ematangan iltrasi glomerulus dan ungsi tubulus mendekati lengkap sekitar umur 2) minggu dan kematangannya sedah lengkap setelah 2 tahun.. ,-ote -.,2)))/

3arena rendahnya iltrasi lomerulus, kemampuan mengekskresi obat-obatan juga menjadi diperpanjang.

!leh karena ketidakmampuan ginjal untuk menahan air dan garam, penguapan air, kehilangan abnormal atau pemberian air tanpa sodium dapat dengan "epat jatuh pada dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia. ,>arih,9??2/

Pemberian "airan dan perhitungan kehilangan atau derajat dehidrasi diperlukan ke"ermatan lebih disbanding pada orang de4asa. =egitu pula dalam hal pemberian elektrolit, yang biasa disertakan pada setiap pemberian "airan.

FUNGSI HATI

5ungsi detoksi ikasi obat masih rendah dan metabolisme karbohidrat yang rendah pula yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan asidosis metaboli". 7ipotermia dapat pula menyebabkan hipoglikemia. -adangan glikogen hati sangat rendah. 3adar gula normal pada bayi baru lahir adalah ()-8)<. 7ipoglikemia pada bayi ,diba4ah :) mg</ sukar diketahui tanda-tanda klinisnya, dan diketahui bila ada serangan apnoe atau terjadi kejang.

0intesis *itamin 3 belum sempurna. Pada pemberian "airan rumatan dibutuhkan konsentrasi de@trose lebih tinggi ,9)</. 0e"ara rutin untuk bedah bayi baru lahir dianjurkan pemberian *itamin 3 9 mg i.m.

7ati-hati penggunaan opiate dan barbiturate, karena kedua obat tersebut dioksidasi dalam hati.

SISTEM SYARAF

>aktu perkembangan system syara , sambungan syara , struktur otak dan myelinisasi akan berkembang pada trimester tiga ,myelinisasi pada neonatus belum sempurna, baru matang dan lengkap pada usia :-4 tahun/, sedangkan berat otak sampai 8)< akan di"apai pada umur 2 tahun. >aktu-4aktu ini otak sangat sensiti*e terhadap keadaan-keadaan hipoksia.

Persepsi tentang rasa nyeri telah mulai ada, namun neonates belum dapat melokalisasinya dengan baik seperti pada bayi yang sudah besar. 0ebenarnya anak mempunyai batas ambang rasa nyeri yang lebih rendah disbanding orang de4asa.

Perkembangan yang belum sempurna pada neuromus"ular jun"tion dapat mengakibatkan kenaikan sensiti itas dan lama kerja dari obat pelumpuh otot non depolari1ing.

0yara simpatis belum berkembang dengan baik sehingga parasimpatis lebih dominant yang mengakibatkan ke"enderungan terjadinya re leks *agal ,mengakibatkan bradikardiaA nadi B99) kali;menit/ terutama kalau bayi dalam keadaan hipoksia maupun bila ada stimulasi daerah naso aring.

0irkulasi bayi baru lahir stabil setelah berusia 24-48 jam. =elum sempurnanya mielinisasi dan kenaikan permeabilitas blood brain barrier akan menyebabkan akumulasiobat-obatan seperti barbiturat dan narkotik, dimana mengakibatkan aksi yang lama dan depresi pada periode pas"a anestesi.

0isa dari blok obat relaksasi otot dikombinasikan dengan 1at anestesi CD dapat menyebabkan kelelahan otot-otot perna asan, depresi perna asan dan apnoe pada periode pas"a anestesi.

0etiap keadaan bradikardia harus dianggap berada dalam keadaan hipoksia dan harus "epat diberikan oksigenasi. 3alau pemberian oksigen tidak menolong baru dipertimbangkan pemberian sul as atropine.

PENGATURAN TEMPERATUR

Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, 4alaupun sudah akti . 3elenjar keringat belum ber ungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh ,perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air/, sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan ,bersi at poikilotermik/.

Produksi panas mengandalkan pada proses non-shi*ering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak "oklat yang terletak diantara s"apula, a@ila, mediastinum dan sekitar ginjal. 7ipoksia men"egah produksi panas dari lemak "oklat ,Morgan 7+7,9??:/

7ipotermia dapat di"egah dengan suhu sekitar yang panas, selimut atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat ,misalE atropin, skopolamin/.

+dapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian "airan in use; tran usi darah dingin, iriga- si oleh "airan dingin, pengaruh obat anestesi umum ,yang menekan pusat regulasi suhu/ maupun obat *asodilator.

Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 27 )-. Paparan diba4ah suhu ini akan mengandung resiko diantaranyaE "adangan energi protein akan berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan *askuler paru dan peri er, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metaboli".

%ntuk men"egah hipotermia bias ditempuh dengan E memantau suhu tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu penghangat, in"ubator, "airan intra *ena hangat, begitu pula gas anestesi, "airan irigasi maupun "airan antisepti" yang digunakan yang hangat.

FARMAKOLOGI 5armakokinetik dan armakodinamik dari obat-obat yang diberikan pada neonatus berbeda dibanding dengan de4asa karena pada neonatus E 9. Perbandingan *olume "airan intra*askuler terhadap "airan ekstra*askuler berbeda dengan orang de4asa. 2. #aju iltrasi glomerulus masih rendah :. #aju metabolisme yang tinggi 4. 3emampuan obat berikatan dengan protein masih rendah (. #i*er;hati yang masih immature akan mempengaruhi proses biotrans ormasi obat. 8. +liran darah ke organ relati*e lebih banyak ,seperti pasa otak, jantung, li*er dan ginjal/ 7. 3husus pada anestesi inhalasi, perbedaan isiologi system perna asan E *entilasi al*eolar tinggi, Minute *olume, 56- rendah, lebih rendahnya M+- dan koe isien partisi darah;gas akan meningkatkan potensi obat, memper"epat induksi dan mempersingkat pulih sadarnya. Tekanan darah "enderung lebih peka terhadap 1at

anestesi inhalsi mungkin karena mekanisme kompensasi yang belum sempurna dan depresi miokard hebat.

=eberapa obat golongan barbiturat dan agonis opiate agaknya sangat toksisk pada neonatus dibanding de4asa. 7al ini mungkin karena obat-obat tersebut sangat mudah menembus sa4ar darah otak, kemampuan metabolisme masih rendah atau kepekaan pusat na as sangat tinggi.

0ebaliknya neonatus tampaknya lebih tahan terhadap e ek ketamin. =ayi umumnya membutuhkan dosis suksisnil "holin relati*e lebih tinggi disbanding de4asa karena ruang e@traselulernya relati*e lebih besar.

6espon terhadap pelumpuh otot non deplarisasi "ukup ber*ariasi.

PERSIAPAN ANESTESI

0ebelum anestesi dan pembedahan dilaksanakan, keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa harus berada dalam batas-batas normal atau mendekati normal. 0ebagian pembedahan bayi baru lahir merupakan kasus ga4at darurat. Proses transisi sirkulasi neonatus, penurunan PD6 ,Pulmonary Das"ular 6esistan"e/ berpengaruh pada status asam-basanya.

Transportasi neonatus dari ruang pera4atan ke kamar bedah sedapat mungkin menggunakan in"ubator yang telah dihangatkan. 0ebelum bayi masuk kamar bedah hangatkan kamar dengan mematikan +- misalnya.

Peralatan anestesi neonatus bersi at khusus. Tahanan terhadap aliran gas harus rendah, anti obstruksi, ringan dan mudah dipindahkan.

%ntuk anestesi yang lama, kalau mungkin gas-gas anestetik dihangatkan, dilembabkan dengan pelembab listrik.

=iasanya digunakan system anestesi semi-open modi ikasi system pipa T dari +yre yaitu peralatan dari .a"kson-6ees.

Puasa Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. #ama puasa yang dianjurkan adalah stop susu 4 jam dan berilah air gula 2 jam sebelum anestesi. ,+bdul #atie ,9??9/ Infus

2ipasang untuk memenuhi kebutuhan "airan karena puasa, mengganti "airan yang hilang akibat trauma bedah, akibat perdarahan, dll. %ntuk pemeliharaan digunakan preparat 2(<-9)< dalam "airan elektrolit. Neonatus terutama bayi premature mudah sekali mengalami dehidrasi akibat puasa lama atu sulit minum, kehilangan "airan le4at gastrointestinal, e*aporasi ,Cnsensible 4ater loss/, tranduksi atau sekuestrasi "airan ke dalam lumen usus atau kompartemen tubuh lainnya. 2ehidrasi;hipo*olemia sangat mudah terjadi karena luas permukaan tubuh dan kompartemen atau *olume "airan ekstra seluler relati*e lebih besar serta ingsi ginjal belum matang.

-airan pemeliharaan;pengganti karena puasa diberikan dalam 4aktu : jam, jam C ()< dan jam CC, CCC maing-masing 2(<.

3e"ukupan hidrasi dapat dipantau melalui produksi urin ,F),(ml;kg==;jam/, berat jenis urin ,B9,)9)/, ataupun dengan pemasangan -DP ,-entral Denous Pressure/.

Premedikasi Sulfas Atropine

7ampir selalu diberikan terutama pada penggunaan 7alotan, Gn luran, Cso luran, suksinil "holin atau eter. 2osis atropine ),)2 mg;kg, minimal ),9 mg dan maksimal ),( mg. lebih digemari se"ara intra*ena dengan pengen"eran.

7ati-hati pada bayi demam, takikardi, dan keadaan umumnya jelek.

Penenang Tidak dianjurkan, karena susunan syara pusat belum berkembang, mudah terjadi depresi, ke"uali pas"a anestesi dira4at diruang pera4atan intensi . ,+bdul #atie ,9??:/ MASA ANESTESI

Induksi Pada 4aktu induksi sebaiknya ada yang membantu. %sahakan agar berjalan dengan trauma seke"il mungkin. %mumnya induksi inhalasi dengan 7alotan-!2 atau 7alotan-!2;N2!. Intubasi

Cntubasi Neonatus lebih sulit karena mulut ke"il, lidah besar-tebal, epiglottis tinggi dengan bentuk $%&. #aringoskopi pada neonatus tidak membutuhkan bantal kepala karena o""iputnya menonjol. 0ebaiknya menggunakan laringoskop bilah lurus-lebar dengan lampu di ujungnya.

7ati-hati bah4a bagian tersempit jalan na as atas adalah "in"in "ri"oid. >aktu intubasi perlu pembantu guna memegang kepala. Cntubasi biasanya dikerjakan dalam keadaan sadar ,a4ake intubation/ terlebih pada keadaan ga4at atau diperkirakan akan dijumpai kesulitan.

=eberapa penulis menganjurkan intubasi sadar untuk bayi baru lahir diba4ah usia 9)94 hari atau pada bayi premature. Hang berpendapat dilakukan intubasi tidur atas pertimbangan dapat ditekannya trauma, yang dapat dilakukan dengan menggunakan ataupun tanpa pelumpuh otot.

Pelumpuh otot yang digunakan adalah suksinil "holin 2 mg;kg se"ara i* atau im. Pipa tra"hea yang dianjurkan adalah dari bahan plasti", tembus pandang dan tanpa "u . %ntuk premature digunakan ukuran diameter 2-: mm sedangkan pada bayi aterm 2,(-:,( mm. Cdealnya menggunakan pipa tra"hea yang paling besar yang dapat masuk tetapi masih sedikit longgar sehingga dengan tekanan inspirasi 2)-2( "m72! masih sedikit bo"or. ,+dipradja 3, 9??8/

Pemeliharaan Anestesi

2ianjurkan dengan intubasi dan perna asan kendali. Pada umunya menggunakan gas anestesi N2!;!2 dengan kombinasi halotan, en luran, iso luran ataupun se*o luran.

Pelumpuh otot golongan non depol sangat sensiti*e sehingga harus dien"erkan dan pemberiannya se"ara sedikit demi sedikit.

Pemantauan

9. Perna asan E 0tetoskop prekordial, Pada na as spontan , gerak dada dan bag reser*oir/,>arna ekstremitas 2. 0irkulasi E 0tetoskop perikordial, Perabaan nadi, G3I dan -DP :. 0uhu E 6ektal 4. Perdarahan E Csi dalam botol su"tion, =eda berat kassa sebelum dan sesudah kena darah, Periksa 7b dan 7t se"ara serial (. +ir 3emih E Csi dalam kantong air kemih PENGAKHIRAN ANESTESIA

Pembersihan lender dalam rongga hidung dan mulut dilakukan se"ara hati-hati. Pemberian !2 9))< selama (-9( menit setelah agent dihentikan. =ila masih ada pengaruh obat pelumpuh obat non-depol, dapat dilakukan penetralan dengan neostigmin ,),)4 mg;kg/ bersama atropin ,),)2 mg;kg/.

3emudian dilakukan ekstubasi.

KESIMPULAN

+nestesi pada neonatus merupakan hal yang lain dari biasanya. 3arena mereka bukanlah merupakan miniatur orang de4asa sehingga dalam melakukan tindakan anestesi diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dan teliti dalam manajemennya.

Perhatian khusus sangat diperlukan mengingat perbedaan anatomi, isiologi dan armakologi pada neonatus.

.adi sebelum dilakukan tindakan anestesi haruslah dipertimbangkan aktor sistem perna asan, sirkulasi, ginjal, dan heparnya.

ANASTESI PADA ANAK

Perbedaan jalan napas ran! de"asa dan ana#$ana# %ALAN NAPAS INFAN Pernapasan hidung yang obligat, nares sempit #idah yang besar SIGNIFIKANSI Cn an bernapas hanya melalui hidung yang mudah tersumbat oleh sekresi 2apat menyumbat jalan napas dan membuat laringoskopi dan intubasi !ksiput yang besar Ilottis terletak pada -: bayi yang prematur, -:--4 bayi lebih sulit Sniffing positon ter"apai dengan mengganjal bahunya #aring terletak lebih anteriorA penekanan krikoid sering dapat

baru lahir, dan -( de4asa membantu *isualisasi #aring dan trakhea berbentuk =agian tersempit trakhea adalah seperti "orong krikoidA pasien sebaiknya dipasangkan GTT berukuran B :) "m 72! untuk men"egah tekanan yang berlebihan pada mukosa trakhea,

Pita *okalis lebih miring ke anterior

barotrauma Cnsersi GTT mungkin lebih sulit

Perbedaan s&s'e( pul( nal ran! de"asa den!an ana#$ana# SISTEM PULMONAL SIGNIFIKANSI ANAK$ANAK +l*eoli yang sedikit dan lebih .umlah al*eoli pada usia 8 tahun 9: ke"il 3emampuan pengembangan lebih ke"il 3urang elastis 6esistensi jalan napas lebih besar kali lebih banyak dibanding bayi baru lahir 3e"enderungan kollaps jalan napas lebih besar Tenaga untuk bernapas lebih besar dan penyakit lebih rentan menyerang

.alan napas lebih ke"il saluran napas yang ke"il Cga-iga lebih hori1ontal, lebih Mekanisme kerja dinding dada tidak lunak, dan mengandung lebih e isien banyak kartilago Mengadung otot tipe-9 ,yang sangat oksidati / yang lebih sedikit 3apasitas total paru ,T#-/ kurang, 66 dan metabolik lebih "epat Dolume akhir lebih besar Dentilasi ruang rugi lebih tinggi 2esaturasi terjadi lebih "epat =ayi lebih mudah lelah

Perbedaan S&s'e( Kard& )as#uler pada ana#

=ayi baru lahir tidak mempu meningkatkan "urah jantungnya ,-!/ dengan "ara meningkatkan kontraktilitasnyaA -! hanya dapat ditingkatkan dengan "ara meningkatkan denyut jantung ,76/

=ayi mempunyai re leks baroreseptor yang immatur dan kemampuan kompensasi yang terbatas hanya dengan "ara meningkatkan denyut jantung ,76/. Ctu sebabnya bayi lebih rentan terhadap e ek depresi jantung anestetik *olitile.

=ayi dan in an mempunyai tonus *agus yang lebih tinggi sehingga "enderung bradikardi. Tiga penyebab utama bradikardia adalah hipoksia, stimulasi *agus ,laringoskopi/, dan anestetik *olatile ,mudah menguap/. *rad&ard& &'u T&da# *a&#+

Tanda$'anda )&'al ,an! n r(al pada ana#$ana# USIA -'a.un/ B9 9-: :-( 8-92 92-98 Pra(ed&#as& +nak-anak sering mengalami rasa takut dan gelisah yang sangat besar saat mereka terpisah dari orang tua mereka dan saat induksi anestesi. Premedikasi dianjurkan oleh Detter pada anak-anak yang berusia 2-8 tahun dan belum pernah menjalani pembedahan atau tidak menerima tuntunan dan pemahaman perioperati atau yang gagal berinteraksi positi dengan layanan pera4atan kesehatan saat perioperati . Telah banyak ditemukan perubahan tingkah laku yang negati pas"a operasi pada anak-anak yang gelisah selama induksi. Medikasi Preoperatif Yang Sering Digunakan Dan Cara Pemberiannya Oba' 0ara Pe(ber&an Keun'un!an Keru!&an 6asanya tidak enak Mida1olam po, pr, in, i*, sl !nset "epat, e ek saat diberikan per samping minimal oral, menyengat dalam hidung Memperlambat emergensi, rasanya

HR

RR

S*P 8)-?( ?(-9)( ?(-99) ?)-99) 992-9:)

D*P :(-8? ()-8( ()-8( (7-79 8)-8)

92)-98) :)-8) ?)-94) 24-4) 7(-99) 98-:) 7(-9)) 98-:) 8)-?) 92-98

3etamin

po, pr, in, i*, sl !nset "epat, analgesia bagus

tidak enak, menyengat dalam hidung 6asanya enak, 5entanyl !t " anlagesik bagus, onset 4( menit 2ia1epam po, pr, im Murah, e ek samping minimal 2apat terjadi hipoksemia, mual !nset lama, emergensi jadi

berkepanjangan Po J per oral, pr J per rektum, i* J intra*ena, sl J sublingual, im J intramuskuler, in J intranasal, ot " J entalnil sitrat transmukosa oral Te#n&# &ndu#s& ,an! ser&n! d&!una#an pada ana#$ana#

Indu#s& &n.alas& adalah teknik induksi yang paling sering digunakan pada anak-anak berusia B 9) tahun. +nak-anak disuruh menghirup N2! 7)< dan oksigen :)< selama sekitar 9 menitA halotan kemudian diberikan se"ara perlahan. 3onsentrasi halotan ditingkatkan ),(< setiap :-( kali bernapas. .ika anak itu batuk atau menahan napas, konsentrasi halotan tidak boleh dinaikkan sampai batuk atau menahan napas itu berhenti. 0e*o luran juga dapat digunakan dengan atau tanpa N2!.

Indu#s& &n.alas& ,an! 1epa' a'au 2bru'ane3 digunakan pada anak-anak yang tidak kooperati . +nak-anak dibaringkan kemudian dipasangkan sungkup yang mengandung N2! 7)< dan oksigen :)<, dan halotan :-(< atau se*o luran 8< pada mukanya. Teknik yang seringkali tidak nyaman ini sebaiknya dihindari jika memungkinkan. 0ekali anestesi telah diinduksi, konsentrasi se*o luran atau halotan harus dinaikkan.

Steal Induction dapat digunakan saat anak-anak telah tidur. Cnduksi anestesi dilakukan dengan menggunakan sungkup yang agak jauh dari muka si anak, kemudian konsentrasi halotan atau se*o luran ditingkatkan se"ara bertahap. Tujuan hal ini adalah untuk menginduksi anestesi tanpa membangunakan si anak.

Indu#s& &n'ra)ena digunakan pada seorang anak yang telah dipasangi in us atau pada anak-anak yang berusia F 9) tahun. Medikasi yang biasanya digunakan pada anakanak adalah tiopental (-7 mg;kgA propo ol 2-: mg;kgA dan ketamin 2-( mg;kg. +gar

prosedur tidak traumatik, krim GM#+ ,"ampuran anestesi lokal yang eutektos;mudah larut/ diusapkan paling kurang ?) menit sebelum in us CD dipasang.

U#uran ETT ,an! d&!una#an pada ana#+ USIA U#uran D&a(e'er In'erna -((/ =ayi baru lahir :,) K :.( =ayi baru lahir K 92 bulan :,( K 4,) 92 K 98 bulan 4,) 2 tahun 4,( F 2 tahun %kuran GTT J GTT setengah nomor di atas dan setengah di ba4ah harus disiapkan

3ebo"oran di sekitar GTT sebaiknya kurang dari :) "m 72! GTT sebaiknya dipasang pada kedalaman sekitar : kali dari diameter internanya.

U#uran LMA ,an! d&!una#an pada ana#+ *era' *adan Ana# Neonatus sampai ( kg Cn an (-9) kg +nak-anak 9)-2 kg +nak-anak 2)-:) kg +nak-anak;de4asa muda F :) kg U#uran LMA 9 9L 2 2L :

Pen!&'un!an ju(la. #e.&lan!an dara. saa' 'erjad& perdara.an

2imana +=# J kehilangan darah, G=D J estimasi *olume darah, p@ J pasien, dan h"t Jhematokrit. Nilai hematokrit terendah ber*ariasi antara tiap indi*idu. Trans usi darah biasanya dipertimbangkan saat hematorkit kurang dari 29-2(<. .ika terdapat masalah pada tanda-tanda *ital, trans usi darah perlu diberikan lebih dini. 0ebagai "ontoh, seorang in an berusia 4 bulan dijad4alkan untuk rekonstruksi kranio asial.

2ia sehat, dengan asupan oral terakhir diperoleh 8 jam sebelum tiba di ruang operasi. == J 8 kg, h"t preoperati J ::<, nilai h"t terendah J 2(<. Pemeliharaan G52 G=D G=# J == @ 4 ml;jam J 24 ml;jam J pemeliharaan @ 8 kg J 944 ml J == @ 8) ml;kg J 48) ml

Resp n S&s'e(&# 'er.adap Ke.&lan!an Dara. pada Ana#$ana# S&s'e( Or!an Ke.&lan!an Dara. 456 7 Ke.&lan!an Dara. Ke.&lan!an 56$897 Dara. : 867 Penurunan T2, peningkatan 76 , Nadi lemah dan .antung "epat, 76 meningkat 76 meningkat bradikardi mengindikasikan kehilangan darah yang berat dan mengarah ke kollaps sirkulasi 00P #esu, bingung, "engeng 3edinginan, berkeringat Perubahan #!-, kurang berespon terhadap nyeri 0ianotik, penurunan pengisian kapiler , Pu"at, dingin 3omatous

3ulit

ekstremitas dingin Iinjal Penurunan %!P %!P minimal %!P minimal 76 J denyut jantung, T2 J tekanan darah, #!- J tingkat kesadaran, %!P J produksi urine Fa#' r$fa#' r ,an! Men&n!#a'#an Ins&dens& Mual dan Mun'a. Pas1a Operas& Fa#' r Pas&en Pasien berusia F 8 tahun 6i4ayat mual dan muntah Fa#' r Pe(beda.an;Anes'es& #ama pembedahan F 2) menit =edah mata

sebelumnya 6i4ayat motion si"kness Mual pre-operati 0angat gelisah saat preoperati

Tonsilektomi;adenoidektomi Pemberian narkotik M Nitrous !ksida

Masala. pernapasan, utamanya laringospasme dan stridor lebih sering ditemukan pada anak-anak dibanding pada orang de4asa. Penatalaksanaan laringo-spasme antara lain E oksigen bertekanan positi , maneu*er 5ink ,ja4 thrust yang nyeri/, suksinilkolin, dan intubasi ulang jika perlu. 0tridor biasanya ditangani dengan oksigen yang dihumidi ikasi ,dilembabkan/, steroid, dan epine rin rasemik.

Anes'es& L #al pada Ped&a'r&# Pada keadaaan yang memungkinkan,anestesi lokal sebaiknya digunakan untuk melengkapi anestesi umum ,lihat tabel .9/ Tabel <+ Keun'un!an dan Keru!&an den!an anes'es& l #al Ken'un!an Keru!&an Penyembuhan nyeri "epat 6esiko in eksi Mobilisasi dini G ek samping indi*idual blok =erkurangnya penggunaan analgesik seperti =erpotensi meningkatkan kerusakan sara morphine Nausea dan *omiting kurang =erkurangnya respon isiologis terhadap pembedahan =erkurangnya kebutuhan anestesi 3ontraindikasi teknik anestesi lokal

yang mana biasanya dilakukan di ba4ah anestesi umum 6esiko intoksikasi obat

3oagulopati Cn eksi lokal atau sistemik 3elainan anatomi lokal 3elainan neurologis lokal 0ensiti terhadap obat anestesi lokal

Pasien menolak

Oba'$ ba' Anes'es& L #al 2osis Maksimum obat anestesi lokal G ek toksik anestesi lokal tergantung pasda konsentrasi plasma, dosis maksimum yang aman mere leksikan petunjuk umum ,lihat tabel 2/. #e*el plasma dipengaruhi oleh E

2osis yang diberikan. Tempat pemberiannya, misalnya absorbsi dari ruang apidural lebih besar disbanding dari in iltrasi subkutaneus. -atatan E injeksi intra*askuler yang tidak disengaja merupakan penyebab utama toksisitas.

Penggunaan adrenalin ,epine rin/, terutama dengan lignokain, yang mana mengurangi absorbsi.

+bsorbsi, distribusi dan metabolisme obat itu sendiri.

Tabel 5+ D s&s Ma#s&(u( ,an! d&re# (endas&#an Oba' +nak ,mg/kg/ *up&)a#a&n 2.( L&!n #a&n : ,murni/ 7 ,dengan epine rin/ R p&)a#a&n Pr&l #a&n Le) bup&)a#a&n T #s&s&'as anes'es& l #al ( 2.(

3onsentrasi < ).2(, ).( ).(, 9.) ).2 ).(, 9.), 2.) ).2(, ).(

0ebagian besar blok pada anak-anak dilakukan mengikuti induksi anestesi umum, sehingga tanda-tanda a4al toksisitas yang tergambarkan pada orang de4asa tidak terlihat. 0emua pasien sebaiknya dimonitor selama induksi dan penempatan blok. Perhatian besar terhadap dosis dan tindakan saat melakukan blok sangatlah penting. Cnjeksi intra*askuler yang tidak disengaja harus dihindari. .ika aspirasi darah terjadi selama penempatan blok, posisi jarum;kateter sebaiknya dinilai lagi. >alau jarang, sensiti*itas akut terhadap anestesi lo"al dapat terjadi. 2isritmia, hipotensi, kon*ulsi atau henti jantung dapat terjadi akibat toksisitas. Toksisitas terhadap jantung terkait bupi*akain biasanya resisten terhadap pengobatan.

Pae*obupi*a"aine lebih aman. >alau jarang, sensisiti*itas akut terhadap anestesi lokal dapat terjadi. Oba' anes'es'&# ' p&#al A(e' p

4< ametho"aine ,tetra"aine/ Tidak direkomendasikan pada neonates atau bayi prematur, sebagaimana absorbsinya "epat yang mana dapat sebabkan toksisitas potensial.

6eaksi kulit umum terjadi 2iberikan sekurang-kurangnya selama 4( menit .angan meninggalkannya lebih dari 9 jam oleh karena luka bakar akibat aplikasi yang lama telah dilaporkan

+nestesia bertahan selama 4-( jam

EMLA

9 m# terdiri dari 2( mg prilokain dan 2( mg lignokain 2iberikan sekurang-kurangnya selama 8) menit 6eaksi kulit , kurang sering dibanding dengan ametop/ 6esiko methaemoglobinaemia jika dosis besar digunakan Tidak direkomemndasikan B9 tahun akibat terkait toksisitasnya.

Tabel 8+ Adju)an 'er.adap anes'es& l #al Oba' D s&s Adrenal&ne (-9) ug;kg -ep&nefr&n/

F r(ulas& U(u( 9 dalam 2))))) ,( ug;m#/ 9 dalam 9))))) ,9) ug;m#/ 9 dalam 8)))) ,92.( ug;m#/

D&!una#an un'u# 0ebagian besar blok, ke"uali digiti dan penis

0l n&d&ne M rp.&ne

9-2 ug;kg 2)-9)) ug;kg

-audal;epidural -audal;epidural

Fen'an,l Ke'a(&ne Adrenal&ne -ep&nefr&n/


9-2 ug;kg ).( mg;m#

-audal;epidural -audal;epidural

Dasokonstrikstor. Mengurangi absorbsi *askuler, sehingga lebih e ekti pada membran. Memperpanjang lama kerja anestesi lo"al. G ek ini lebih besar dengan lignokain dan kurang dengan bupi*akain dan ropi*akain.

2igunakan pada test dose untuk menge"ek injeksi intra*askuler sehingga tidak terjadi.

0l n&d&ne

2igubnakan pada kaudal dan epidural Memperpanjang analgesia 2 kali Meningkatkan sedasi 2apat menunda pemulangan pada ra4at jalan 7ipotensi dapat terjadi ketika digunakan dengan kaudal bupi*akain dan sering dihindari pada kasus ra4at jalan.

Ke'a(&n

0ebagai tambahan pada kaudal dan epidural. Memperpanjang analgesia 4 kali. 2apat menunda pemulangan pada ra4at jalan.

Op&a'= p& d seper'& ( rp.&ne= fen'an,l


2igunakan pada kaudal dan epidural Meningkatkan dan memperpanjang analgesia G ek samping yang potensial meliputi E
o o o

Iatal Mual dan muntah +pnea

o o

Delayed respiratory depression 6etensi urin

Tidak digunakan pada kasus ra4at jalan terkait dengan Delayed respiratory depression

*l # anes'es& l #al ,an! u(u(n,a d&!una#an pada ped&a'r&# 0ebuah kanula CD ditempatkan dan rutin dimonitor sebelum memulai blok apapun itu. 0emua blok lokal dilakukan dengan teknik steril. .arum dengan be*el yang pendek berguna untuk mengindenti ikasi lapisan jaringan dan kurang traumatik terhadap sara . 0timulator sara berguna pada blok, seperti pleksus bra"hial, untuk mengurangi resiko kerusakan sara pada anak-anak yang teranestesi. Inf&l'ras& l #al 7al ini sederhana dan dapat dilakukan di sebagian besar tempat. Cn iltrasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah anestesi. Perhatian harus diberikan agar tidak melebihi dosis maksimum yang direkomendasikan. Cn us subkutaneus menggunakan fine-bore catheter yang dihubungkan ke syringe pump berguna pada pas"a operasi. 0ebagai "ontoh, pada tempat gra t tulang donor, bupi*akain ).2(< pada 2-4 ml;jam. Anes'e'&# ' p&#al GM#+ atau ametop topikal berguna juga pada sirkumsisi, biopsi atau tempat donor kulit. Perhatian khusus untuk menghindari aplikasi yang berlebihan jumlahnya baik itu pada pemberian tunggal ataupun pada penggunaan ulangan. +bsorbsi sejumlah anestesi lokal dapat terjadi jika area kulit donor besar yang tidak ditangani. !nset kerja lebih "epat dengan ametop daripada GM#+ dan *asodilatasi lebih sering, tapi e ek samping, seperti iritasi kulit, lebih besar. *l # den'al 2igunakan terutama oleh dentist untuk memberikan analgesia yang mengikuti ekstraksi gigi. Cnjeksi dilakukan dengan in iltrasi pada buccal sulcus yang menyebabkan blok sepanjang sara bu""al. =loksara gigi in erior memberi e ek pada gigi ba4ah dan sebagian bibir.

Cn iltrasi bu""al dan palatal pada palatum memberikan analgesi pada repair palatum. =lok sara in raorbital, baik se"ara transkutaneus atau sub-bu""al, memberikan analagesia untuk cleft lip repairs. Menggunakan 9< lignokain dengan adrenaline ,epine rin/ 9 dalam 8)))) atau ).(< lignokain dengan 9 dalam 2))))) adrenaline ,epine rin/. 2osis maksimum adrenaline ,epine rin/ yang direkomendasikan 9) ug;kg. *l # Infra rb&'al Memberikan alagesia yang baik pada cleft lip repairs Ala' Te#n&# .arum 2: atau 2( I Palpasi "ekungan in raorbital, insersi jarum se"ara perpendi"ular terhadap kulit sampai menyentuh tulang, dan kemudian tarik beberapa millimeter. .ika tes aspirasi negati D s&s maka masukkan anestesi lokal. ).(-).7( ml ).(< bupi*akain

*l # &l& &n!u&nal L< dan &l& .,p !as'r&1 T<5= L< Cndikasi E untuk repair hernia, hidrokel atau or"hipeksi P s&s& Ala' Te(pa' 0upine .arum 22I atau be*el jarum pendek Cdenti ikasi spina iliaka superior anterior. Cnsersi jarum 9 "m medial dan9 "m in erior dari tempat tersebut, rasakan sensasi NpopO pada as"ia obliPue internal dan eksternal. D s&s 0ebagian dosis diberikan pada titik ini Dolume besar digunakan K ).2(< bupi*akain ).(-9.) mg;kg. jika blok bilateral yang dilakukan, jangan Res&# ;# (pl&#as& spes&f&# melebihi dosis yang direkomendasikan. =lok sara emoral terjadi sekitar 9)< yang menyebabkan kelemahan kaki *l # saraf pen&le d rsal= S5$8 Cndikasi E untuk sirkumsisi, meatotomi, dan pembedahan hipospadia distal P s&s& Ala' Te(pa' 0upine .arum 2: atau 2( I a/ tempatkan jarum pada midline sedikit in erior terhadap symphysis pubis, dorong lambat, se"ara

*ertikal, rasakan NpopO saat mele4ati Bucks fascia lalu injeksikan anestesi lokal. +spirasi sesering mungkin untuk menghindari injeksi intra*askuler. b/ pendekatan lateral menggunakan dua tempat injeksi, keduanya di ba4ah pubis tapi setiap ).(-9.) "m menjauh dari midline. Masukkan sampai anda NpopO mele4ati D s&s as"ia untuk insilasi. 9.)-(.) ml ).2(< bupi*akain. +drenaline ,epine rin/ sebaiknya tidak digunakan dimana spasme lokal arteri K (pl&#as& spes&f&# penile dorsal sebabkan iskemia. 6esiko hematoma "orpus "a*ernosus, terutama dengan pendekatan midline. -abang genital dari sara genito emoral menyuplai dasar penis sehingga blok penil tidak digunakan untuk perbaikan hipospadia ekstensi r ketika "audal memberikan analgesia yang lebih baik. *l # ple#sus bra1.&al= pende#a'an a#s&lar&s Pendekatan yang paling aman untuk memblok pleksus bra"hial pada anak-anak. =erguna untuk pembedahan tangan dan distal lengan. P s&s& Ala' Te#n&# 0upine dengan shoulder diabduksi dan elbo4 di leksikan sehingga tangan berada di samping kepala. 3anula 22 atau 2) I. stimulator sara dapat digunakan. Palpitasi arteri aksilaris di aksilla. Cnsersi kanula dan rasakan klik saat mele4ati a illary sheath. +spirasi dan, jikanegati , injeksikan obat anestesinya. Tekan lengan di ba4ah titik injeksi untuk men"egah obat dari penyebaran ke shealth. Metode alternati adalah menggunakan D s&s K (pl&#as& pendekatan trans-arterial untuk injeksi. Dolume besar digunakan, ).(-9.) ml;kg ).2(< bupi*akain =lok dapat memiliki e ek yang panjang sampai 24 jam dan lengan harus dilindungi. Grea' aur&1ular ner)e -GAN/ Cndikasi E analgesia untuk koreksi bat ears ,otoplasty/ P s&s& Te(pa' 0upine dengan kepala dirotasikan : mlA anestesi lokal ditempatkan E

+nterior terhadap mastoid untuk memblok bagian anterior I+N Posterior terhadap mastoid untuk memblok bagianposterior I+N +nterior terhadap meatus auditori eksternal untuk memblok sara auri"ulotemporal ,"abang bagian mandibular dari sara trigeminal/

0audal =erguna untuk pembedahan abdominal ,T? dan ba4ah/, perineal dan ekstremitas ba4ah. =olus inisial bupi*akain memberikan 4-8 jam analgesia yang adekuat. %ntuk durasi yang lebih panjang, kateter "audal dapat ditempatkan dan sebuah in us kontinyu anestesi lokal pas"a operati . Tipe kateter dan obat untuk in usnya sama dengan yang digunakan pada teknik epidural. 3ateter kaudal diinsersi ke atas ke le*el abdominal atau torakal yang biasanya sukses pada anak-anak yang lebih ke"il dan bayi. P s&s& Ala' Me' de #ateral, panggul dan lutut di leksikan .arum atau kanula 2)-22I , jarum Touhy ,jika kateter digunakan/, jarum blok. Cdenti ikasi kornu sakralis, insersi jarum diantaranya ke dalam ruang sakro"o""ygeal dengan sudut ?)Q, kemudian reposisi jarum kira-kira :)Q terhadap kulit dan masukkan kea rah kepala sampai membrane kaudal dile4ati. -ek adanya aspirasi darah atau "airan serebrospinal ,-00/. Cnjeksi anestesi lokal dengan lambat, aspirasi ulang untuk D s&s memastikan tidak adanya aspirasinya darah atau -00 ).2(< bupi*akain, *olume tergantung pada le*el anestesi yang diinginkan E 0a"ral ).( ml;kg Cnguinal;hip;ekstremitas ba4ah ).7( ml;kg +bdominal 9.) ml;kg 2urasi blok diperpanjang dengan klonidin, ketamin atau opiat ,lihat atas/ Pada bayi ke"il larutan ).2< dapat dibuat dengan mendilusi 4 ml bupi*akain ).2(< dengan 9 ml saline dan kemudian

Res&# spes&f&# K (pl&#as&

menggunakan dosis maksimum 9 mg;kg. 3elemahan kaki umumnya, akibat blok motorik 2ural pun"ture 7ematoma Cnjeksi intra*askuler 6iko rasa terbakar jika kaki ditempatkan dekat radiator. 6etensi urin 3elainan sa"ral, spina bi ida, pembedahan spinal sebelumnya

Spes&f&#

Ep&dural Cndikasi E pembedahan toraks, abdominal, pel*is, dan ekstremitas ba4ah. Gpidural Nsingle shot! dengan bupi*akain akan memberikan analgesia selama 4-8 jam. 3ateter dengan in us anestesi lokal dapat dibiarkan selama 2-: hari. Me' de P s&s& Ala' =lok dilakukan dengan teknik asepsis seluruhnya, sarung tangan, dan masker muka. #ateral, lutut dan panggul di leksikan. .arum touhy 9?I dengan kateter 2: I untuk penggunaan pada in ant sampai 9)kg dan jarum 98I dengan kateter 29 I di atas berat badan ini. Pada anak-anak di atas 8 tahun touhy Te(pa' 98I dengan kateter 98 I dapat digunakan. Cdenti ikasi midline ruang inter*ertebral ,biasanya #2-/. =uat insisi kulit ke"il, insersi Touhy dengan pelan-pelan sampai ligamentum la*um, kemudian masukkan dengan menggunakan spoit yang diisi dengan saline untuk mengindenti ikasi loss of resistance saat memasuki ruang epidural. .arak antara kulit sampai ruang epidural dapat diperkirakan dengan beberapa ormula menggunakan berat badan, area permukaan dan umur. 3ateter dimasukkan sampai ke le*el yang diperlukan E sekitar 4 "m sebaiknya ditinggalkan di dalam ruang tersebut. 5iksasi dengan hatiD s&s hati, oleh karena anak-anak "epat bergerak. Tergantung pada le*el sensori yang diblok dan tempat ujung kateter. =upi*akain ).2(< sampai ).7( ml;kg untuk operasi abdominal atau toraks. Cn us bupi*akain ).92(< ).9-).4 ml;kg;jam sebagaimana yang dibutuhkan.

Res&# spes&f&# K (pl&#as&

Teknik sulit Dural tap 7ematoma Cn eksi, super isial atau pro unda 7ipotensi ,tidak biasa pada anak-anak yang lebih muda/ Cnjeksi total spinal 6esiko terkait opiat, jika digunakan 6etensi urin 3erusakan neurologis ,jarang/

Sp&nal Cndikasi E terutama pada neonates untuk repair hernia inguinal atau operasi anorektal sekitar 9 jam. 2ikaitkan dengan kurangnya resiko apnea jika digunakan tanpa sedasi atau anestesi umum. Tekanan darah biasanya dipertahankan dengan baik sebagaimana pada bayi ke"il dimana tidak memiliki tonus *askuler yang tinggi, sehingga blokade hanya bere ek ke"il. P s&s& Ala' Te(pa' Me' de;d s&s K (pl&#as& #ateral, spine di leksikan .arum spinal 24 atau 22I Cdenti ikasi ruang interspuinosus pada #:;4 atau #4;(, ,medulla spinalis sampai #: pada neonatus/ ).(< bupi*akain ).9 ml;kg ).(< hea"y bupi*akain ).9 ml;kg +ngka kegagalan 9)< +nalgesia post operati sedikit 6esiko blok tinggi menyebabkan kelemahan otot pernapasan Dural puncture headache pada anak-anak yang lebih tua/

ANASTESI PADA GERIATRI

SISTEM PERNAPASAN

Penurunan elastisitas jaringan paru, menyebabkan distensi al*eoli berlebihan yang berakibat mengurangi permukaan al*eolar, sehingga menurunkan e isiensi pertukaran gas.

Dentilasi masker lebih sulit. +rthritis sendi temporomandibular atau tulang belakang ser*ikal mempersulit intubasi.

Tidak adanya gigi, sering mempermudah *isualisasi pita suara selama laringoskopi. Penurunan progresi aspirasi. re leks protekti laring dapat menyebabkan pneumonia

FUNGSI META*OLIK DAN ENDOKRIN


3onsumsi oksigen basal dan maksimal menurun. Produksi panas menurun, kehilangan panas meningkat, dan pusat pengatur temperatur hipotalamik mungkin kembali ke tingkat yang lebih rendah.

Peningkatan resistensi insulin menyebabkan penurunan progresi terhadap kemampuan menangani asupan glukosa.

FUNGSI GIN%AL

+liran darah ginjal dan massa ginjal menurun. ,massa korteks diganti oleh lemak dan jaringan ibrotik/. #aju iltrasi glomerulus dan bersihan kreatinin ,creatinin clearance/ menurun

Iangguan penanganan natrium, kemampuan konsentrasi, dan kapasitas pengen"eran memberi ke"enderungan pasien usia lanjut untuk mengalami dehidrasi atau o*erload "airan.

5ungsi ginjal menurun, mempengaruhi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan obat.

Penurunan kemampuan ginjal untuk menangani air dan elektrolit membuat penatalaksanaan "airan yang tepat menjadi lebih sulitA pasien usia tua lebih "enderung untuk mengalami hipokalemia dan hiperkalmeia. 7al ini diperparah oleh penggunaan diuretik yang sering pada populasi usia lanjut.

FUNGSI GASTROINTESTINAL

=erkurangnya massa hati berhubungan dengan penurunan aliran darah hepatik, menyebabkan 5ungsi hepatik juga menurun sebanding dengan penu-runan massa hati. =iotrans ormasi dan produksi albumin menurun. 3adar kolinesterase plasma berkurang. Ph lambung "enderung meningkat, sementara pengosongan lambung memanjang.

SISTEM SARAF

+liran darah serebral dan massa otak menurun sebanding dengan kehilangan jaringan sara . +utoregulasi aliran darah serebral tetap terjaga. +kti itas isik tampaknya mempunyai pengaruh yang positi terhadap terjaganya ungsi kogniti .

2egenerasi sel sara peri er menyebabkan ke"epatan konduksi memanjang dan atro i otot skelet.

Penuaan dihubungkan dengan peningkatan ambang rangsang hampir semua rangsang sensoris misalnya, raba, sensasi suhu, propriosepti , pende-ngaran dan penglihatan.

Dolume anestetik epidural yang diberikan "enderung mengakibatkan penyebaran yang lebih luas ke arah kranial, tetapi dengan durasi analgesia dan blok motoris yang

singkat. 0ebaliknya, lama kerja yang lebih panjang dapat diharapkan dari anestetik spinal.

Pasien usia lanjut sering kali memerlukan 4aktu yang lebih lama untuk pulih se"ara sempurna dari e ek 00P anestetik umum, terutama jika mereka mengalami kebingungan atau disorientasi preoperati .

MUSKULOSKELETAL

Massa otot berkurang. Pada tingkat mikroskopik, neuromuskuler jun"tion menebal. 3ulit mengalami atro i akibat penuaan dan mudah mengalami trauma akibat pita berperekat, bantalan elektrokauter, dan elektroda elektrokardiogra i.

Dena seringkali lemah dan mudah ruptur pada in us intra*ena. 0endi yang mengalami arthritis dapat mengganggu pemberian posisi ,misalnya, litotomi/ atau anestesi regional ,misalnya, blok subarakhnoid/.

PERU*AHAN FARMAKOLOGI TERKAIT UMUR

2istribusi dan eliminasi juga dipengaruhi oleh terganggunya ikatan protein plasma. +lbumin yang "enderung berikatan dengan obat yang bersi at asam ,misalnya barbiturat, ben1odia1epin, agonis opioid/, menurun. R9-asam glikoprotein, yang berikatan dengan obat yang bersi at basa ,misalnya, anestetik lokal/, meningkat.

Perubahan armakodinamik utama adalah penurunan kebutuhan anestetik, ditunjukkan oleh M+- yang rendah. Titrasi hati-hati bahan anestetik mem- bantu menghindari e ek samping dan durasi yang panjangA bahan kerja singkat seperti propo ol, des lurane, remi entanil, dan suksinilkolin sangat berguna pada pasien usia lanjut.

!bat yang se"ara bermakna tidak tergantung pada ungsi hepatik dan ginjal atau aliran darah, seperti mi*a"urium, atra"urium, dan "istra"urim dapat berguna.

ANESTETIK INHALASI

M+- untuk agen inhalasi berkurang sekitar 4< per dekade umur setelah usia 4) tahun. 0ebagai "ontoh, M+- halotan pada usia 8) tahun diharapkan menjadi ),8( ,),77-S),77 @ 4< @ 4T/.

!nset kerja menjadi lebih "epat jika "urah jantung berkurang, tetapi akan lebih lambat jika terdapat gangguan *entilasi;per usi yang signi ikan.

G ek depresan miokardial dari anestetik gas bertambah pada pasien usia lanjut, sementara ke"enderungan takikardi dari iso luran dan des luran mele- mah. =erla4anan dengan e eknya pada pasien yang lebih muda, iso luran mengurangi "urah jantung dan denyut jantung pada pasien usia lanjut.

Pemulihan dari anestesi yang menggunakan anestetik gas kemungkinan memanjang sebab peningkatan *olume distribusi ,peningkatan lemak tubuh/, penurunan ungsi hepatik ,penurunan metabolisme halotan/ dan penurunan pertukaran gas paru.

*AHAN ANESTETIK NON >OLATILE

Pasien usia lanjut menunjukkan kebutuhan dosis barbiturat, opioid agonis, dan ben1odia1epin yang lebih rendah. 0ebagai "ontoh, umur 8) membutuhkan kurang dari setengah dosis induksi tiopental dibandingkan dengan kebutuhan pada umur 2)-an.

=en1odia1epin "enderung berakumulasi dalam penyimpanan lemak, *olume distribusinya lebih besar pada pasien usia lanjut sehingga eliminasi dari tubuh juga lambat. >aktu paruh lebih dari :8 jam dapat menyebabkan kebingungan selama beberapa hari setelah pemberian dia1epam.

PELUMPUH OTOT

Penurunan "urah jantung dan aliran darah otot yang lambat dapat menyebabkan pemanjangan onset blokade neuromuskuler sampai 2 kali lipat pada pasien usia lanjut. Pemulihan dari pelumpuh otot nondepolarisasi yang tergantung pada ekskresi ginjal ,misalnya, metokurin, pankuronium, doksakurium, tubokurarin/ mungkin tertunda akibat menurunnya bersihan obat.

2emikian juga, penurunan ekskresi hepatik akibat kehilangan massa hati memperpanjang 4aktu paruh eliminasi dan lama kerja rokuronium dan *ekuronium.

Pria usia lanjut dapat menunjukkan sedikit pemanjangan e ek suksinilkolin akibat kadar kolinesterase plasma mereka yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

9. +bdul #atie , 9??:. Penatalaksanaan +nestesi pada =edah +kut =ayi =aru #ahir. 7aE =uku 3ursus Penyegar dan Penambah +nestesi. .akarta 2. +dipradja.3. 9??8. Penatalaksanaan +nestesi pada =edah 2arurat +nak. Makalah 0imposium +nestesi Pediatri, =andung. :. -ote, -.. 2))). Pediatri" +naesthesia. (th edition, -hur"hil #i*ingstone. Philadelphia. 4. I. Gd4ard Morgan, -lini"al +nastesiologi, 4 th ed, -hapter 4(. (. Muhiman, Muhardi. 2kk. 9?8?. +nestesiologi. 53%C. .akarta. 8. Pediatri" and Neonatal +naesthesiaE +naesthesia in a Nutshell, -apter 94 7. >arih =P, +bubakar M. 9??2. 5isiologi pada Neonatus. dalam E 3umpulan makalah 3onas CCC C20+C. 0urabaya.

You might also like