Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Penyakit kulit tidak termasuk dalam daftar
penyakit terbanyak atau penyebab kematian pada lansia Proses degenerasi, perubahan-perubahan metabolik, pengaruh faktor ekstrinsik (polusi, UV, rokok), mobilitas yang menurun, polifarmasi, berkurangnya kemandirian faktor risiko timbulnya penyakit kulit pada lansia Penelitian di amerika dengan sampel 20,000 menunjukkan hampir 40% usia 65 to 75 tahun setidaknya mempunyai 1 masalah kulit, dengan keluhan terbanyak adalah gatal
Skin
Skin in Elderly
perubahan yang terjadi secara alamiah karena penuaan. disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri (e.g genetik, hormonal) terjadi pada semua individu dan tidak dapat dihndari Extrinsic aging perubahan yang diinduksi oleh berbagai faktor dari luar tubuh, seperti paparan sinar UV, merokok, polutan dan lainnya.
Extrinsic Aging
Metalloproteinase
A member of a group of enzymes that can
break down proteins, such as collagen, that are normally found in the spaces between cells in tissues (i.e., extracellular matrix proteins). Because these enzymes need zinc or calcium atoms to work properly, they are called metalloproteinases. Matrix metalloproteinases are involved in wound healing, angiogenesis, and tumor cell metastasis.
Xerosis Kutis
Infeksi Bakteri (Impetigo bulosa) Infeksi Virus (Herpes Zoster)
Cont ..
Ulkus Dekubitus
Adalah ulkus yang terjadi akibat tekanan yang lama
yang menyebabkan terjadinya iskemi Banyak terjadi pada lansia, biasanya >70 tahun, khususnya dg resiko tinggi : Teraplegi, Penderita kanker stadium akhir, Diabetes, Penderita ginjal tahap akhir, Fraktur femor, Status mental menurun, Mobilitas yang kurang, dll
Friction
Dapat pula akibat hilangnya atau berkurangnya ransang sensorik, gangguan vaskular seperti aterosklerosis
Patofisiologi
Pengobatan
Hindarkan tekanan yang terus-menerus
mobilisasi penderita Jaringan nekrotik nekrotomi Kompres, salep antibiotika yang sesuai dengan keadaan ulkus pasien Dapat dilakukan kultur untuk penentuan Ab yang pas
Tergantung penyebab. 50-70% dapat sembuh dengan terapi nonsurgical. Pada pasien dengan penyakit beragam, prognosis lebih buruk, dapat terjadi komplikasi, hingga kematian
INFEKSI
Patofisiologi
Compromised local cutaneous health predisposing to
growh of infective organism Age-associated decreased immune funcion Underlying systemic disorder associated with decreased immune function
Etiologi
Bakteri : impetigo bulosa non bulosa Virus : herpes zoster Parasit : skabies Jamur : kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis
Infeksi Bakteri
Epidemiologi
Banyak terjadi pada lansia terkait kerentanan lansia. Penyakit tersering : impetigo bulosa maupun nonbulosa
Penyebab terbanyak pada lansia: stafilokokus dan
Etiologi
Manifestasi klinis
Predileksi: ketiak, dada,
punggung Vesikel progresif menjadi bullae Bullae dapat muncul pada kulit yg terlihat normal. Bullae berisi cairan jernih kekuningan dan dapat menjadi kuning kehitaman. Bullae dapat pecah membentuk krusta.
Terapi
Antibiotik :Dicloxacin atau eritromisin 250-500
mg PO 4x perhari Pada lansia terjadi resistensi obat yg mempengaruhi morbiditas, mortalitas. Pengobatan infeksi kulit lansia mempertimbangkan : tipe infeksi, parameter farmakokinetik pasien, suseptibilitas organisme dan resiko resistensi.
Skabies
Epidemiologi Dapat menyerang semua usia Pada lansia biasa terjadi pada panti (hidup bersama) Etiologi Sarcoptes scabiei
Manifestasi Klinis
Pruritus nokturna
terowongan, pada ujungnya dapat ditemukan papul atau vesikel Menemukan tungau Pada lansia terdapat penurunan imunitas manifestasi klinis atipikal tanda inflamasi dan gatal tidak menonjol
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikroskopis menemukan tungau
Terapi
Pemberian obat topikal : belerang endap, Emulsi benzil-benzoas, gama benzena heksa klorida, krotamiton 10%, permetrin 5%,
Epidemiologi
Etiologi
Herpes Zoster
Penyakit virus yg biasa timbul pada lansia : Herpes Zoster. varicella-zoster virus (VZV), berkaitan dengan turunnya imunitas pada lansia, sehingga terjadi reaktivasi virus.
Manifestasi Klinis
gejala prodormal sistemik dan lokal setelah itu timbul eritemavesikel berkelompok dasar kulit eritematosa dan edema pustul krusta. Terapi bisa terjadi herpes zoster Komplikasi hemoragik. Berikan 72 jam
Neuralgia pasca HZ berlangsung lama, sakit atau nyeri terus menerus, kadang disertai rasa terbakar atau tertusuk.
Jamur
Epidemiologi penyakit jamur kulit yang paling sering dijumpai: kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis, jamur kuku. Predisposisi 1. Endogen: perubahan fisiologik, umur, imunologik 2. Eksogen : iklim (panas dan kelembaban), higienitas, kebiasaan, kontak dengan penderita
Kandidiosis
Epidemiologi :
banyak dijumpai pada lansia yang mengalami kelemahan, selalu tiduran, penderita diabetes. Etiologi terseing Candida albicans Predileksi : daerah lipatan, seperti inguinal, aksila, anogenital, bawah payudara kandidiasis intertriginosa
Kandidiosis intertriginosa
lesi : bercak berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosa. Lesi dikelilingi oleh satelit berupa vesikelvesikel dan pustulpustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan pinggir yang kasar, dan berkembang, seperti
Kandidiosis Intertriginosa
Pembantu Diagnosis
Pemeriksaan langsung : kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10%, atau Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu 2. Pemeriksaan biakan : tanam di agar saboraud Pengobatan : 1. Hidari atau hilangkan faktor predisposisi 2. Topikal : group azol mikonazol 2%, klotrimazol 1%, tiokonazol, bufonazol, isokonazol
1.
Tinea Kruris
Bentuk tinea yang sering ditemukan di Indonesia
dan sekitar anus Dapat bersifat akut atau menahun bahkan dapat berlangsung seumur hidup Lesi dapat terbatas pada genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, gluteus, perut bagian bawah atau daerah tubuh lain Lesi di tepi lebih nyata dari pada daerah tengahnya
Tinea Kruris
Bila penyakit menahun dapat berupa bercak
Tinea Pedis
Dermatofitosisi pada
kaki, teruama selasela jari dan telapak kaki Bentuk tersering : bentuk interdigitalis Banyak terlihat pd orang banyak pakai sepatu, perawatan kaki buruk.
Pengobatan
Pada umumnya diberi griseofulvin bersifat
fungistatik dosis : o,5-1 g untuk dewasa, 0,25-0,5 g untuk anak atau 10-25 mg per kg BB Efek samping jarang ditemui, jika ada : sefalgia, gangguan GI tract
DERMATITIS
Epidemiologi
Usia puncak 55 65 tahun pada laik-laki dan perempuan. Pada orang dewasa lebih sering pada pria daripada wanita.
Etiopatogenesis
Infeksi stafilokokus dan mikrokokus
Dermatitis kontak
Trauma fisik dan kimiawi Stres emosional, alkohol, dan lingkungan dengan
kelembaban rendah dapat memicu eksaserbasi Hidrasi stratum korneum rendah kulit penderita kering
Manifestasi Klinis
Sangat gatal Lesi akut: vesikel dan papulovesikel
membesar dengan berkonfluensi membentuk lesi numular, eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas vesikel pecah (basah, oozing) eksudasi krusta kekuningan penyembuhan dimulai dari tengah. Lesi lama: likenifikasi dan skuama Lesi berjumlah satu atau banyak dan tersebar simetris atau bilateral, ukuran bervariasi.
Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder
Prognosis
Lesi dapat hilang timbul atau terus menerus, kekambuhan timbul pada tempat semula.
Terapi
Topikal : preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus Bila lesi eksudatif : dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000. Infeksi bakteri : antibiotik sistemik Kortikosteroid sistemik pada kasus berat dan refrakter pada waktu jangka pendek. Pruritus : antihistamin H1 (hidroksisin HCl)
Epidemiologi Dapat terjadi pada semua usia, baik laki-laki maupun perempuan Jumlah penderita DKA<DKI DKI: Pada lansia tangan sering terkena (hand eczema)
Etiologi
DKI : bahan iritan, disertai faktor yg berperan berupa lama kontak, kekerapan, trauma fisik, suhu, kelembapan. Pada usia lanjut mudah teriritasi. DKA : alergen, dengan faktor: potensi sensitisasi alaergen, dosis, lama pajanan luas daerah yang terkena, vehikulum, pH.
Manifestasi Klinis
DKI akut (segera timbul) : kulit
pedih,panas, rasa terbakar, eritema, edema, bula, nekrosis, pinggir berbatas tegas, dan umumnya asimetris. DKI akut lambat : gejala mirip akut tetapi baru muncul 8-24 jam. DKI kumulatif : kulit kering, eritema, skuama, hiperkeratosis, likenifikasi, difus, dapat terbentuk fisur Reaksi iritan DKI traumatik
Manifestasi Klinis
DKA : gatal, dimulai bercak
eritematosa berbatas tegas, edema, papulovesikel, vesikel, bula, erosi, eksudasi basah.. Pada lansia erupsi kurang meradang, gatal kurang tetapi berlangsung lama.
Sulit dibedakan DKA dan DKI
pada lansia
Terapi
DKI :menjauhi dari pajanan iritan, kortikosteroid topikal DKA : Menghindarkan alergen, kortikosteroid, kompres kulit dengan larutan garam faali 1:1000.
Epidemiologi
jenis eczema banyak dijumpai pada lansia. akibat kulit kering, banyak dijumpai pada ekstremitas bawah Etiologi
hilangnya lumbrikasi epidermis
Gambaran Klinis
kulit kering disertai skuama yg lebar, agak kemerahan, dengan gambaran crazy paving.
Tumor Jinak
Keratosis Seberoik
Jenis umor jinak paling sering ditemui
Asal : epidermis
Etiologi : Genetik Paparan sinar matahari Infeksi
Manifestasi Klinis
Lesi dimulai berbatas tegas,
brown-patches, datar dan kusam. Kemudian berkembang menjadi papul, lunak, stuckon appearance. Tempat predileksi : tempat berminyak, wajah ,tubuh bagian atas.
Terapi
Destruksi dengan cryotherapy, electro-desiccation
diikuti kuret atau laser ablation. Lesi yg berukuran besar dengan derm-abrasion atau fluorourasil topical. Komplikasi dari tindakan destruksi tersebut: scaring, perubahan pigmentasi, incomplete removal, atau rekuren. Prognosis : bonam, terutama dengan penatalaksanaan yang tepat
Tumor Ganas
Squamos Cell Carcinoma
kematangan: intraepidermal, invasif dan metastasis jauh Etiologi : sinar matahari, ras/herediter (putih>hitam), genetik, arsen inorganik, radiasi, faktor hidrokarbon, sikatriks, keloid, ulkus kronik, fistula Patofisiologi : UV induced DNA damaged
bergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan dan kerjasama antara dokter dan pasien Prognosis lebih buruk tumor tumbuh di atas kulit normal (de novo), ekstremitas bawah. Lebih baik pada tumor yg ditemukan di kepala dan leher
epidermis/adneksanya Predisposisi : faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan : radiasi, bahan kimia (mis arsen), pekerjaan yang banyak terkena sinar matahari. Patofisiologi: penurunan kemampuan repair DNA
berambut, invasif, jarang metastasis. Dapat merusak daerah sekitarnya (sampai tulang), cenderung residif terlebih jika pengobatan tidak adekuat Bentuk klinis : bentuk nodulus (tersering), bentuk kistik, bentuk superfisial, bentuk morfea Prognosis : cukup baik, bila pengobatan adekuat
Malignant Melanoma
Jarang ditemukan, 1-3% dari seluruh keganasan,
Lk=Pr, frekuensi tertinggi usia 30-60 tahun, jarang pada anak Etiologi : belum diketahui. Predisposisi : faktor keganasan, iritasi tahi lalat berulang. Patofisiologi : cumulative age-associated DNA damage Klasifikasi berdasar tingkat penyebaran secara histologik : I. Intraepidermal (M.M. in situ) II. Infiltrasi sampai papila dermis akan tetapi sertaserat retikulum dermis masih utuh III. Infiltrasi sampai ke dalam jar. ikat kolagen dermis IV. Infiltrasi sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis V. Infiltrasi sampai ke jar. lemak subutan
Malignant Melanoma
Gejala klinis: bentuk dini sangat sulit dinilai.
Menurut CLARK dan MIHM gambaran klinis dan histogenesis sbb: 1. Bentuk superfisial (paling sering ditemukan) 2. Bentuk nodular 3. Lentigo maligna melanoma Prognosis : buruk. Dipengaruhi oleh : tumor primer, stadium, organ yang telah di infiltrasi, lakilaki, adanya melanogen di urin, kondisi hospes
Melanoma Maligna
topikal, preparat hormon, memilih bentuk kosmetika, pelindung terhadap sinar matahari, gizi cukup, istirahat& olahraga teratur. Perawatan kuku dan rambut.
Daftar Pustaka
Fritzpatrick s Dermatology in General Medicine. 7
th edition, McGraw-Hill Companies, 2008 Buku Ajar Ilmu Kulit dan Kelamin.Edisi ke-6, Badan Penerbit FKUI, 2010 Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-4, Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2009