You are on page 1of 20

KEPERAWATAN ANAK ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

NOVITA SARI PO 71 20 1 11 060 2B 2

DEFINISI
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002) Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

Etiologi
Penyebab dari kejang demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu : Obat obatan racun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan Ketidak seimbangan kimiawi hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis Demam paling sering terjadi pada anak balita Patologis otak akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tik Eklampsia hipertensi prenatal, toksemia gravidarum Idiopatik

PATOFISIOLOGI
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat

MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial ( fokal, lokal ) a. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini: Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik

b. Kejang parsial kompleks Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku 2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi ) a. Kejang absens Gangguan kewaspadaan dan responsivitas Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik b. Kejang mioklonik Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak. Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki

c. Kejang tonik klonik Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah d. Kejang atonik Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

Komplikasi
Kejang berulang Epilepsi Hemiparese Gangguan mental dan belajar

Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah Glukosa Darah Elektrolit 2.Cairan Cerebo Spinal 3. Skull Ray 4. Tansiluminasi 5. EEG (Elektroensephalogram) 6. CT Scan

Penatalaksanaan Medik
Pemberian diazepam Turunkan demam Penanganan suportif

Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan Kejang Demam

Pengkajian
1.Data subyektif Biodata/Identitas Riwayat Penyakit Apakah disertai demam ? Lama serangan Pola serangan Frekuensi serangan Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Riwayat penyakit dahulu Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat imunisasi

Riwayat perkembangan Riwayat kesehatan keluarga. Riwayat sosial Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan Pola nutrisi Pola eliminasi Pola aktivitas dan latihan Pola tidur/istirahat

Data Obyektif Pemeriksaan Umum Pemeriksaan Fisik

Diagnosa Keperawatan
Risiko trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

Intervensi
Diagnosa Keperawatan I : Risiko trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang Tujuan : Risk detection. Kriteria Hasil : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang. Pengetahuan tentang risiko Memonitor faktor risiko dari lingkungan

Rencana Tindakan : NIC : Pencegahan jatuh Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah. Rasional : meminimalkan injuri saat kejang Tinggalah bersama klien selama fase kejang.. Rasional : meningkatkan keamanan klien. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah. Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut. Letakkan klien di tempat yang lembut. Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang. Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

Diagnosa Keperawatan II : Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi Tujuan : Thermoregulation Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing Rencana Tindakan : NIC : Fever treatment Kaji faktor faktor terjadinya hiperthermi. Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh. Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam sekali Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya

Pertahankan suhu tubuh normal Rasional : Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak . Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat. Atur sirkulasi udara ruangan. Rasional : Penyediaan udara bersih. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat. Batasi aktivitas fisik Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas

You might also like