You are on page 1of 48

Anatomi, fisiologi, dan pemeriksaan hidung

Debbi anggraini

Anatomi
Secara garis besar, hidung dibagi menjadi: 1. Hidung luar 2. Hidung dalam

Anatomi Hidung

Eksterna

Interna

Pangkal hidung (bridge)

Dorsum nasi

Puncak hidung

Ala nasi

Kolumela

Lubang hidung (nares anterior)

Vestibulum

Cavum Nasi

Hidung Luar
Hidung luar piramid 1. Pangkal hidung 2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela

Hidung Luar
Hidung luar piramid 1. Pangkal hidung 2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela

Hidung Luar
Hidung luar piramid 1. Pangkal hidung 2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela

Hidung Luar
Hidung luar piramid 1. Pangkal hidung 2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela

Hidung Luar
1. 2. 3. 4. 5. Hidung luar piramid Pangkal hidung Dorsum nasi Puncak hidung Ala nasi Kolumela

kolumela

Hidung luar di bentuk oleh: a. Tulang : os nasal, proc frontalis os maksila, proc nasalis os frontal b. Tulang rawan : kartilago nasalis lateralis superior, kartilago nasalis lateralis inferior, kartilago ala minor, tepi anterior kartilago septum c. Otot M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris

Kerangka Tulang & Tulang Rawan

Hidung dalam : - Cavum nasi - Vestibulum dilapisi oleh kulit yg mengandung rambut (vibrise), glandula sebacea, gl. Sudorufera Dibatasi oleh kolumella

Rongga hidung/kavum nasi , berbentuk terowongan dr depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di tengahnya kavum nasi kanan & kiri Lubang masuk kavum nasi bag depan nares anterior Lubang belakang nares posterior (koana) yg menghubungkan kavum nasi dgn nasofaring

Tiap kavum nasi memiliki 4 buah dinding yaitu: medial septum nasi lateral concha inferior os maksilla & os palatum superior lamina kribiformis

Hidung Dalam
Septum nasi Conchae nasales Meatus nasales

Septum Nasi
Kerangka tulang tdd :
Lamina prependikularis Vomer Krista nasalis os maksilla Krista nasalis os palatina

Kerangka tulang rawan tdd :


Kartilago septum Kolumela

Conchae Nasales
1. Concha nasalis superior ... Meatus nasi superior... 2. Concha nasalis media ... Meatus nasi medius... 3. Concha nasalis inferior ... Meatus nasi inferior... 4.Concha nasalis suprema

V A S K U L A R I S A S I

Suplai darah :

Bagian depan septum nasi : Pleksus Kiesselbach anastomosis dari cabang a. sfenopalatina, a. ethmoid anterior, a. labialis superior dan a. palatina mayor

I N E R V A S I

Mukosa Hidung
Mukosa pernafasan :
epitel torak berlapis semu + silia + sel goblet (pseudo stratified columnar epitelium) fungsi mendorong lendir ke arah nasofaring untuk membersihkan diri dan mengeluarkan benda asing yang masuk ke hidung

Mukosa penghidu (atap rongga hidung, konka superior, sepertiga atas septum) epitel torak berlapis semu tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epitelium) Epitelnya dibentuk oleh 3 macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu.

FISIOLOGI
1. Jalan Nafas
Inspirasi : udara masuk dari nares anterior naik setinggi konka media turun ke nasofaring

3. Penyaring dan pelindung


dari debu dan bakteri ( oleh : rambut / vibrissae, silia, mucous blanket, lisozym), dibantu oleh adanya refleks bersin untuk mengeluarkan partikel yang besar

Ekspirasi : udara dari koana naik setinggi konka media di depan memecah sebagian ke nares anterior dan sebagian kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dgn aliran dari nasofaring udara ekspirasi masuk ke ostium sinus terjadi karena adanya udara menabrak proc. unsinatus

2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)


- pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus 1. mengatur kelembapan (oleh mukous blanket) 2. suhu ( oleh banyaknya pembuluh darah dibawah epitel , permukaan konka dan septum yang luas) < 37C - Udara panas mengeluarkan lendirdingin -Udara dingin vasodilatasi Panas

4. Penghirup adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum partikel bau mencapai mukosa olfaktorius dgn cara berdifusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas kuat

5. Resonansi Suara
kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau. Sumbatan hidung rinolalia (suara sengau)

6. Proses Berbicara
proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.

7.Refleks Nasal
Mukosa hidung reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas

Mekanisme Penciuman
Bernafas biasa Membawa odoriferosa (pembentuk bau) harus dilarutkan dapat dideteksi oleh reseptor penghidu Mencapai reseptor dengan berdifusi Mengendus:>> molekul odoriferosa berkontak dengan reseptor olfaktorius Molekul harus dilarutkan agar terdeteksi oleh res penghidu

Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus di silia Pembukaan saluran Na+K+ Depolarisasi potensial reseptor

Potesial aksi di serat aferen(tergantung konsentrasi molekul zat kimia yang terstimulasi)

Serat aferen berjalan melalui lubang halus di lempeng kribifor os. Etmoid

Bersinaps di bulbus olfaktorius Rute subkortikal


mencakup keterlibatan hipotalamus, Memungkinkan koordinasi erat antara reaksi penghidu & perilaku yg berkaitan dgn makan, penentuan arah

rute talamus-kortikal

utk persepsi sadar & mencakup kterlibatan hipotalamus diskriminasi halus penghidu

Refleks bersin

Rangsang yang memulai refleks bersin iritasi pada saluran hidung,impuls aferennya berjalan di dalam saraf maksilaris medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan di sini uvula membuka menghadap ke nasofaring sejumlah besar udara mengalir dengan cepat melalui hidung membersihkan saluran hidung dari benda asing.

PEMERIKSAAN HIDUNG

Anamnesis
Keluhan utama atau kelainan di hidung : - Sumbatan hidung terus menerus? Hilang timbul? Satu/kedua lubang hidung? Bergantian? Riw kontak dgn alergen? Obat tetes hidung dekongestan? Perokok/minum alkohol? Mulut & tenggorokan kering? - Sekret di hidung dan tenggorokan satu/kedua rongga hidung? Konsistensi? Nanah/darah? Pagi hari/waktu-waktu tertentu? Turun ke tenggorokan?

- Bersin berulang-ulang? Setelah menghirup apa? Gatal di hidung, mata, tenggorokan, telinga?

- Rasa nyeri di daerah wajah dan kepala Nyeri di dahi/pangkal hidung/pipi/tengah kepala?
- Perdarahan dari hidung satu/kedua lubang hidung? Sudah berapa kali? Mudah dihentikan dengan memencet hidung? Riw trauma hidung/wajah? Penyakit kelainan darah? HT? Pemakaian obat antikoagulan? - Gangguan penghidu hilangnya penciuman? Berkurangnya penciuman? Riw infeksi hidung, sinus, trauma kepala? Sudah berapa lama seperti ini?

Pemeriksaan Luar
Perhatikan bentuk luar hidung : - Ada deviasi atau depresi tulang hidung - Apakah ada pembengkakan di daerah hidung Palpasi : - Krepitasi tulang hidung - Nyeri tekan pada peradangan hidung

Pemeriksaan Dalam
Rinoskopi Anterior
Cara pemakaian spekulum : -Spekulum dimasukkan ke dalam rongga hidung secara hati-hati dan dibuka setelah spekulum ada di dalam -Waktu mengeluarkannya jangan ditutup dulu di dalam agar bulu hidung tidak terjepit Alat : Spekulum hidung, head lamp

Rhinoskopi Anterior
Alat-Alat: a. Spekulum hidung Hartmann b. Pinset (angulair)bayonet (Lucae) c. Aplikator d. Pipa penghisap e. Kaca rhinoskopi posterior

Cara Pemakaian Spekulum

-Memegang spekulum dengan tangan kanan (Posisi spekulum horizontal, tangkai lateral, mulut medial masuk dalam lubang hidung) -Memasukkan spekulum (Mulut spekulum dalam keadaan tertutup, masukkan ke dalam cavum nasi dan mulut spekulum dibuka pelanpelan) -Mengeluarkan spekulum (Mulut spekulum ditutup 90% baru dikeluarkan

-Vestibulum hidung -Septum terutama bagian anterior -Konka inferior -Konka media -Konka superior -Meatus sinus paranasal -Mukosa rongga hidung

Kadang rongga hidung sempit karena edema

Dimasukkan tampon kapas adrenalin pantokain beberapa menit mengurangi edema mukosa & menciutkan konka rongga hidung lebih jelas terlihat

Mukosa normal merah muda, apakah pucat , kebiruan, merah Septum biasanya di tengah, apakah ada deviasi, krista, spina, perforasi, hematom, abses, dll

Konka besarnya normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi


Sekret banyaknya, sifatnya, lokalisasinya Massa polip & tumor

Akhir-akhir ini dikembangkan nasoendoskopi bagian rongga hidung yang tersembunyi yang sulit dilihat dgn rinoskopi anterior & posterior

TERIMAKASIH

You might also like