Professional Documents
Culture Documents
JUMARLINA
0403120613
ABSTRAK
Abdullah dan Gerhauser., (2008) telah melakukan pirolisis cepat dari
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) limbah kelapa sawit yang dicuci dan tidak
dicuci. Komposisi dan distribusi ukuran partikel bahan baku yang dicuci dan
tidak dicuci ditentukan dan perlakuan degradasi termal dianalisa dengan
Thermogravimetric analysis (TGA). Pirolisis cepat dengan skala produksi 150
g/jam digunakan untuk mempelajari pengaruh variabel reaksi yaitu : suhu reaktor
antara 425-550 oC dan kadar abu antara 1,03–5,43 %(w/w). Produk yang berupa
cairan dianalisa dan dibandingkan dengan bio-oil yang dihasilkan dari kayu dan
bahan bakar minyak. Hasil penelitian menunjukkan kandungan abu yang kurang
dari 3 %(w/w) dari TKKS yang dicuci menghasilkan cairan homogen. TKKS yang
dicuci memiliki kandungan abu rendah dan menghasilkan bio-oil yang hampir
sama dengan bio-oil dari kayu.
Kata kunci : Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), Pirolisis cepat, Kelapa sawit,
Bio-Oil, TGA
1
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pirolisis cepat merupakan proses dekomposisi termal yang terjadi pada
suhu 400-600 oC. Biomassa dipanaskan dengan cepat tanpa oksigen atau udara
untuk menghasilkan campuran cairan yang terkondensasi, gas dan arang. Ini
merupakan salah satu proses pembaharuan energi yang menjanjikan karena
menghasilkan cairan yang banyak dengan gas dan arang yang sedikit. Pada
umumnya, untuk bahan baku kayu suhu yang digunakan sekitar 500 °C dengan
waktu penguapan yang singkat, dapat diperoleh hasil 70% bio-oil, dan sekitar
15% untuk masing-masing gas dan arang. Bio-oil merupakan cairan teroksigenasi
yang memiliki kerapatan yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pengganti
bahan bakar pada beberapa penerapannya. Bio-oil dapat terbakar dalam mesin
diesel, turbin atau boiler, walaupun penggunaannya lebih jauh masih
membutuhkan uji ketahanan jangka panjang, dan dapat juga digunakan untuk
produksi zat-zat kimia tertentu (Abdullah dan Gerhauser, 2008).
Bio-oil memiliki keunggulan dibandingkan konvesi termal lainnya seperti
bioetanol, biosol dan biodisel. Karena memiliki densitas yang relatif tinggi
1,2 kg/l. Diperkirakan dua muatan truk dari kepingan kayu dapat digantikan
dengan satu muatan tangki bio-oil dengan kandungan energi sama. Saat ini
industri kelapa sawit berkembang pesat, menghasilkan limbah biomassa yang
cukup banyak dan kurang dimanfaatkan. Dengan pemanfaatan panduan
Bioteknologi Group (BTG), penelitian pirolisis cepat dari Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS) sebagai bahan baku untuk produksi bio-oil telah banyak dilakukan,
namun penelitaian ini perlu diteliti lebih lanjut (Abdullah dan Gerhauser, 2008).
Bio-oil yang dihasilkan dari TKKS yang tidak dicuci menghasilkan cairan
terpisah ke dalam dua fasa, menunjukkan sulitnya bila diterapkan untuk bahan
bakar. Pada penelitian ini, TKKS yang dicuci dipirolisis dalam suatu wadah
reaktor fluida dengan skala produksi 150 g/jam, tujuannya untuk menentukan
pengaruh dari pengurangan abu terhadap hasil dan kandungan abu maksimum
yang menghasilkan bio-oil yang homogen. Hasil-hasilnya dibandingkan dengan
pirolisis yang dilakukan dari berbagai bahan baku dengan kandungan abu yang
berbeda (Abdullah dan Gerhauser, 2008).
2
Landasan Teori
1.2.1. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Tandan Kosong Kelapa Sawit merupakan limbah organik yang berpotensi
untuk dijadikan bioenergi penganti bahan bakar. limbah terbesar yang dihasilkan
oleh perkebunan kelapa sawit. Jumlah tandan kosong mencapai 30-35% dari berat
tandan buah segar. TKKS mengandung serat yang tinggi. Kandungan utama
TKKS adalah selulosa, dan lignin. Selulosa dalam TKKS dapat mencapai 54-60%
sedangkan kandungan lignin mencapai 22-27% (Hambali, dkk. 2007).
3
2. Thermogravimetry Analysis (TGA)
Thermogravimetry Analysis (TGA) adalah teknik analisa yang mengukur
berat sampel yang hilang sebagai fungsi temperatur atau sebagai fungsi dari waktu
pada temperatur tertentu pada kecepatan yang tetap. Analisa seperti ini
berdasarkan pada tiga pengukuran yaitu berat, temperatur dan perubahan
temperatur (Wikipedia.com, 2008).
3. Differential Scanning Calorimetry (DSC)
Differential Scanning Calorimetry (DSC) adalah alat untuk analisa termal
yang prinsipnya adalah menghitung jumlah energi yang diserap atau dibebaskan
oleh sebuah sampel yang dipanaskan, didinginkan atau ditahan pada temperatur
konstan (isothermal). Dengan demikian sifat-sifat thermal dari suatu material
dapat dianalisa dan dikarakterisasi, antara lain untuk menentukan Cv, Cp,
Enthalpi dan perubahan fasa selama pemanasan, dan ntuk menentukan kemurnian
dari suatu bahan (Sardjono dkk, 2009).
4. Thermal Mechanical Analyzer (TMA)
Thermo Mechanical Analysis (TMA) digunakan untuk menentukan
ekspansi termal dan kesusutan dari sampel yang disertai dengan perubahan
dimensi. pengujian bisa dilakukan mulai dari suhu -150 oC (Chandra, 2008).
1.2.3. Pirolisis
Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan)
untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Jadi pirolisis adalah proses
konversi dari suatu bahan organik pada suhu tinggi dan terurai menjadi ikatan
molekul yang lebih kecil. Pirolisis merupakan suatu bentuk insinerasi yang
menguraikan bahan organik secara kimia melalui pemanasan dengan mengalirkan
nitogen sebagai gas inert. Proses ini menghasilkan uap organik, gas pirolisis dan
arang. Uap organik yang dihasilkan mengandung karbon monoksida, metana,
karbon dioksida, tar yang mudah menguap dan air. Uap organik kemudian
dikondensasikan menjadi cairan. Cairan hasil pirolisis dikenal sebagai bio-oil
(Awaluddin, 2007).
4
Proses pirolisis dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu (Goyal dkk, 2006):
a. Pirolisis lambat (Slow Pyrolysis)
Pirolisis yang dilakukan pada pemanasan rata-rata lambat (5-7 K/menit).
Pirolisis ini menghasilkan cairan yang sedikit sedangkan gas dan arang lebih
banyak dihasilkan.
b. Pirolisis cepat (Fast Pyrolysis)
Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-600 oC
dan proses pemadaman yang cepat pada akhir proses. Pemadaman yang cepat
sangat penting untuk memperoleh prduk dengan berat molekul tinggi sebelum
akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki berat molekul rendah
Dengan cara ini dapat dihasilkan produk minyak pirolisis yang hingga 75 % lebih
tinggi dibandingkan dengan pirolisis konvensional.
c. Pirolisis Kilat (Flash Pyrolysis)
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja dengan
pemanasan yang sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa membutuhkan
pemanasan yang cepat dan ukuran partikel yang kecil sekitar 105 - 250 μm.
d. Pirolisis katalitik biomassa
Pirolisis katalitik biomassa untuk membuktikan kualitas minyak yang
dihasilkan. Minyak tersebut diperoleh dengan cara pirolisis katalitik biomassa
tidak memerlukan teknik pra-pengolahan sampel yang mahal yang melibatkan
kondensasi dan penguapan kembali.
1.2.4. Bio-oil
Bio-oil adalah cairan yang dapat larut dalam air, bahan bakar yang dapat
dioksigenasi, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Dengan kandungan
nitrogen dan sulfur yang sangat sedikit, bahkan kandungan sulfur didalamnya
dapat diabaikan. Kandungan asam organik dalam bio-oil memberikan sifat asam
pada bio-oil. Kandungan lainnya dalam bio-oil adalah air, tetapi air tidak bersifat
kontaminan seperti pada petroleum, karena air bercampur dengan bio-oil.
Kandungan air dalam bio-oil 15-30 wt% dan pH 2,8-3,8. Bio-oil berwarna
gelap dengan penampilan yang mirip seperti kopi dan beraroma asap
(Ensyn Group INC, 2001).
5
1.2.4.1 Komposisi Kimia Bio-oil
Bio-oil yang dihasilkan dari proses pirolisis mengandung air 15-30%,
lignin pirolitik 20-30%, asam karboksilat 10-20% (terdiri dari asetat, formik,
propionik dan glikol sebagai asam karboksilat terbanyak dan butirat, pentanoik
serta heksanoik yang merupakan asam karboksilat yang dihasilkan sedikit),
aldehid 14-25% (glikodehid, glyoxal, hidroksipropinol, metik glyoxal dan sedikit
formaldehid, asetaldehid 2-furaldehid dan syringaldehid), gula 5-15%
(levoglukosan, fruktosa, cellobiosan, glukosa dan sedikit mengandung
oligosakarida, danydroglukofuranosa, keton 4-10% (hidroksipropana,
siklopentanon, siklopentana, furanon, hidroksimetilpiron dan sedikit butirolakton,
asetiloksipropanon), alkohol 2-10% (asetol, metanol, etilen glikol) dan padatan
2-8% (Freel dan Graham, 2002).
6
bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya (Khopkar, 2003).
Kromatografi gas ini digunakan untuk analisa kualitatif dan kuntitatif.
Keuntungan utama kromatigrafi gas adalah waktu analisis yang singkat dan
ketajaman pemisahan yang tinggi (Gritter dkk, 1991)
Pengontrol Tempat
Aliran Injeksi
Rekorder
Detektor
Kolom
Gas Pembawa Oven Kolom
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami penelitian
yang dilakukan oleh Abdullah dan Gerhauser., (2008) tentang bio-oil yang
dihasilkan dari tandan kosong kelapa sawit
7
II. TATA KERJA
2.1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Itu terdiri gilingan
Fritsch, computerized Perkin–Elmer computer Pyris 1, reactor fluida skala
produksi 150 g/jam dan 1 kg/jam, dan Varian Micro GC .
8
Tabel 2. Distribusi ukuran partikel TKKS
Ukuran partikel (µm) Fraksi massa Rata-rata kadar %(w/w)
< 250 22 7,44
250-355 30 5,59
355-500 42 4,82
> 500 6 4,72
Rata-rata massa - 5,39
Kandungan abu yang tinggi dan potasium perlu diperhatikan. Karena bisa
menyebabkan pengurangan cairan dalam pirolisis cepat. Sedangkan kandungan
karbon dan hidrogen dibandingkan dengan biomassa dari kayu, dan diukur dengan
nilai pemanasan. Untuk mengurangi kadar abu dari TKKS digunakan teknik
pencucian air sedehana. Perlu diperhatikan TKKS yang baru diseterilkan pada
umumnya mempunyai kadar air 60%. Perlu dilakukan pengeringan untuk
mengurangi kadar air dari TKKS yang dicuci.
Tabel 3. Kadar abu dari TBK yang dicuci berdasarkan metoda pencucian
Kadar abu %(w/w) Metoda cucian air
1,03 Rendam 100 g TKKS dengan ukuran 250–355 µm
dalam 7 l air suling, 24 jam pada temperatur kamar
2,14 Rendam 100 g TKKS dari ukuran 2–3 cm dalam 5 l air
suling, 20 menit pada temperatur kamar
3,05 Rendam 100 g TKKS dari ukuran 2–3 cm dalam 5 l air
suling, 10 menit pada temperatur kamar
3,68 secara manual 100 g TKKS dengan ukuran 2–3 cm
dalam 5 l dari air suling, 1 menit pada temperatur kamar
5,43 Bahan baku yang tidak dicuci
2.3.2. Analisis termogravimetri dari TBK yang dicuci dan tidak dicuci
Karakteristik termal untuk TKKS yang tidak dicuci dan yang dicuci
dianalisa dengan computerized Perkin–Elmer computer pyris 1.
Thermogravimetry analysis (TGA) dilakukan di bawah 100 ml/menit nitrogen
dengan laju pemanasan 10 °C/menit. Penurunan karakteristik termal dari bahan
baku yang dicuci dan yang tidak dicuci ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3, dengan
Thermogravimetry Analysis (TGA) dan Diferensial Thermogravimetry (DTG).
Prosedur pencucian dilakukan karena sampel yang dicuci menghasilkan kadar abu
menjadi 1,15 %(w/w) untuk 100 g TKKS dalam 7 l air suling pada 90 °C selama 2
jam. Kandungan abu dari sampel yang tidak dicuci adalah 5,43 %(w/w). Perlakuan
9
termal dari TKKS yang tidak dicuci dan dicuci dibedakan. Sampel yang tidak
dicuci menunjukkan kurva DTG yang kecil mencapai puncak sekitar 200 °C, yang
bisa memperlihatkan ekstrak. Tidak ada puncak yang muncul pada sampel yang
dicuci. Ini disebabkan karena temperatur pencucian terlalu tinggi bisa
menyebabkan hilangnya ekstrak selama cucian.
Sampel yang tidak dicuci menunjukkan suatu puncak tunggal pada suhu
355 °C, sedangkan sampel yang dicuci terjadi kehilangan berat yang besar pada
suhu 383 °C. Pada suhu sekitar 320 °C terdapat gundukan untuk sampel yang
dicuci, tidak terlihat dalam kurva DTG untuk sampel yang tidak dicuci. Ini terjadi
karena pergeseran temperatur akibat pengaruh katalitis dari abu yang
menyebabkan terjadinya puncak DTG untuk selulosa, hemiselulosa dan abu,
sedangkan gundukan yang terlihat didalam kurva DTG untuk biomassa abu
rendah menandakan adanya hemiselulosa dan puncak yang terlihat karena
dekomposisi dari selulosa.
10
Berat total yang hilang antara 100 °C dan 450 °C adalah 77.4% untuk
sampel yang dicuci dan hanya 65,8% untuk sampel yang tidak dicuci. Ini
disebabkan karena abu itu sendiri tidak akan menguap banyak dan karenanya
menghasilkan arang. Pada Tabel 4 memperlihatkan berat yang hilang antara
100 °C dan 450 °C dan temperatur dari kehilangan berat maksimal.
Gambar 4. Diagram arus sistim pirolisis reaktor fluida skala produksi 150 g/jam
11
Pengarangan dilakukan di badan reaktor oleh arus gas fluida, yang dikenal
sebagai mode 'blow-through'. Pengarangan kemudian dipisah dari produk dalam
cyclone. Uap-uap yang berkondensasi dikumpulkan dalam sistem pengumpulan
produk cairan, yang terdiri dari dua kondensor dingin, pengendap elektrostatik
dan penyaring kapas. Gas-gas yang tidak terkondensasi meninggalkan sistim
melalui suatu meteran gas dan kemudian langsung diukur dengan kromatografi
gas (GC) untuk menentukan kuantitas dan jenis dari gas yang dihasilkan. GC yang
digunakan adalah Varian Micro GC dengan helium sebagai gas pembawa dan dua
kolom (molar sieve dan poropak). Karena pelarutan dilakukan dengan gas
nitrogen fluida, dihasilkan karbon monoksida dan gas karbon dioksida umumnya
antara 0,5 %(v/v) dan 1,5 %(v/v), sedangkan hidrogen dan hidrokarbon molekular
rendah di bawah 0,5 %(v/v). Gas-gas terakhir ini tidak terlalu berpengaruh
terhadap keseimbangan berat akhir, oleh karena itu tidak perlu diukur dengan
ketelitian yang sama. Karena pemakaian helium sebagai gas pembawa,
konsentrasi hidrogen yang rendah sulit diukur dengan teliti dengan GC.
12
secara berurutan. Tidak ada perlakuan lebih lanjut pada reaktor untuk skala
produksi 1 kg/jam.
Keterangan :
1. tempat biomassa 7. air pendingin keluar 13. tangki/tank
2. pengumpan ulir 8. air pendingin masuk 14. pompa
3. reaktor Fluida 9. kolom pemadam 15. Penyaring kapas
4. gas pemanas 10. Pembakar 1 16. kondensor es kering
5. cyclone 1 11. pembakar 2
6. cyclone 2 12. Pengendap elektrostatik (ESP)
Gambar 5. Gambar arus dari sistim pirolisis untuk skala produksi 1 kg/jam
13
Gambar 6. Kadar arang, reaksi air dan gas sebagai suatu fungsi temperatur
untuk bahan baku yang dicuci.
Gambar 7. Kadar dari senyawa organik dan semua cairan sebagai suatu
fungsi temperatur untuk bahan baku yang dicuci
Gambar 8. Kadar dari metana, karbon monoksida dan dan karbon dioksida
sebagai suatu fungsi temperatur untuk bahan baku yang dicuci.
3.2 Pengaruh kandungan abu bahan baku pada produk yang dihasilkan
Gambar 9 memperlihatkan Pengaruh dari berbagai kadar abu TKKS yang
dicuci. dimana kandungan abu rendah menyebabkan peningkatan pada hasil
14
organik, sedangkan reaksi air, arang, dan semua hasil gas menurun. TKKS yang
memiliki kadar abu kurang dari 3 %(w/w) menghasilkan cairan yang homogen.
Kadar abu dari 2,04 %(w/w) ke 1,03 %(w/w) memberi peningkatan hasil organik
pada TKKS yang dicuci dari 44,32% menjadi 61,34%, sedangkan hasil TKKS
yang tidak dicuci adalah 34,71%. Ini disebabkan kandungan abu pada TKKS dan
potassium tertentu merupakan katalis aktif dan membantu reaksi sekunder uap,
gas, dan arang.
15
Gambar 10. Kadar organik sebagai suatu fungsi temperatur pada biomassa
Tabel 5. Perbandingan dari TKKS dengan bahan baku biomassa yang lain
Bahan baku TKKS yang TKKS yang Kayu abu Tongkol Jerami
tidak dicuci dicuci Rendah jagung gandum
Selulosa 59,7 - 42,3 31,0 32,4
%(w/w)
Hemiselulosa 22,1 - 31,0 43,0 41,8
%(w/w)
Lignin 18,1 - 16,2 13,0 16,7
%(w/w)
Kandungan 7,48-8,96 6,04-6,54 5,0 6,5 9,0
air %(w/w)
Abu %(w/w) 5,36 1,03 0,39 11,0 4,6
Kadar %(w/w)
Terbakar 24,52 10,76 11 42,2 22
Gas 23,31 14,70 14 13,7 19
Organic 34,71 61,34 58,9 22,3 32
Total cairan 49,8 72,36 74,1 43,1 54
16
yang dikalibrasi ini dipengaruhi oleh fluktuasi tekanan yang berasal dari reaktor.
Gas yang muncul pada corong pengolah secara berurutan membuat pengolahan
berhenti selama satu atau dua detik, menyebabkan bahan TKKS ringan yang
terambil lebih dulu. Ketiga, asumsi bahwa isopar dan bio-oil terpisah semuanya
diragukan, karena untuk setiap pecahan minyak nabati yang terdapat dalam TKKS
yang dihasilkan bio-oil, yang secara logis bisa diekstrak oleh isopar.
Tabel 6. Perbandingan dari hasil-hasil skala produksi 150 g/jam dan 1 kg/jam
Reaktor 150 g/jam 1 kg/jam
Temperature reactor (°C) 500 4,99
Waktu kontak uap air panas(s) 1,02 1,10
Uap air (%(w/w)) 6,04 7,25
Abu (%(w/w)) 1,03 1,06
Ukuran partikel (µm) 355-500 355-600
Waktu pembakaran (menit) 64,33 52,23
Input
TKKS basah (g) 75,23 1085,61
TKKS kering (g) 70,95 1012,25
Kandungan air dalam TKKS (g) 4,28 73,36
Kadar (%(w/w))
Arang 10,76 11,19
Organic 61,34 57,25
Gas 14,70 23,07
Air 11,01 6,96
Total cairan 72,36 64,21
Penutup 97,8 98,47
Gas (%(w/w))
Metana 0,58 0,63
Karbon dioksida 8,17 13,17
Karbon monoksida 5,59 8,77
Hydrogen 0,07 0,03
Etilena 0,17 0,27
Etana 0,10 0,12
propana 0,02 0,04
Propilena 0,01 0,01
17
hampir mendekati range dari bahan bakar minyak tanah. Tar yang terkumpul pada
ESP dari reaktor skala produksi 1 kg/h sangat rendah, hanya melewati 25 MJ/kg,
dan cairan yang dterkumpul pada tangki pengumpul dibawah 19 MJ/kg. Bila
diperhitungkan, rata-rata cairan pirolisis yang dihasilkan pada reaktor skala
produksi 1 kg/h dengan perkiraan 20 MJ/kg. Tingginya rendemen dari reaksi air
dan gas karbon dioksida untuk bahan baku yang tidak dicuci menunjukkan bahwa
produk-produk sisa harus mempunyai nilai HHV yang lebih besar dibanding
biomassa aslinya. Banyaknya hasil bio-oil yang berlawanan menandakan bahwa
HHV dari cairan pirolisis akan mendekati biomassa yang asli.
Tabel 7. Karakteristik dari cairan hasil pirolisis dan bahan bakar minyak tanah
TKKS yang TKKS yang Bio-oil Bahan Bahan
tidak dicuci Dicuci dari bakar bakar
Fasa Fasa Dari Dari kayu ringan berat
organik air ESP tangki
C 69,35 13,83 56,47 41,86 32-48 86,0 85,6
H 9,61 11,47 7,85 7,82 7-8.5 13,6 10,3
N 0,74 0,14 0,22 0,1 <0,4 0,2 0,6
O 20,02 78,56 35,46 50,22 44-60 0 0,6
S - - - - <0,05 <0,18 2,5
Air%(w/w) 7,9 64,01 6,66 21,68 20-30 0,025 0,1
HHV(MJ/kg) 36,06 - 25,29 18,63 - - -
LHV(MJ/kg) - - - - 13-8 40,3 40,7
IV. KESIMPULAN
Pirolisis cepat pada TKKS yang dicuci telah berhasil dilakukan dengan
menggunakan reaktor fluida dengan skala produksi 150 g/jam yang beroperasi
pada tekanan atmosfer. Hasil maksimum untuk cairan yang dihasilkan dari TKKS
yang dicuci meningkat menjadi 72% dibandingkan dengan TKKS yang tidak
dicuci yang hanya dibawah 50%. Kadar abu dari bahan baku sangat
mempengaruhi terhadap hasil bio-oil. Konsentrasi abu yang lebih tinggi dalam
bahan baku menurunkan hasil cairan pirolisis. Kadar abu yang kurang dari
3 %(w/w) menghasilkan cairan yang homogen. Sehingga tidak perlu dilakukan fasa
pemisahan cairan. Produk yang dihasilkan secara keseluruhan untuk TKKS yang
dicuci sebanding dengan produk dari bahan baku kayu abu rendah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, N., dan Gerhauser, H. 2008. Bio-oil derived from empty fruit bunches.
Fuel 87 (2008) 2606-2613.
Ensyn Group INC. 2001. Bio-Oil Combustion Due Diligence : The Conversion of
Wood and Another Biomass. Cole Hill Associates.
.
Freel, B., Graham, R.G., 2002. Bio-oil Preservatives. US Patent No.6485841B1.
Goyal, H.B., Seal, D., Saxena, R.C. 2006. Bio-fuels from Thermochemical
Conversion of Renewable Resources: A Review. India Institute of
SPetroleum. India.
19