You are on page 1of 8

PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN BENCANA DAN ATAU PENANGANAN PENGUNGSI KOTA BLITAR

A. PENDAHULUAN Kota Blitar secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Kota Blitar terletak pada kordinat 112114 1228 Bujur Timur dan 82 - 810 Lintang Selatan. Suhu Kota Blitar rata-rata pada 29o C dengan tipe iklim C, dan ketinggian dari permukaan air laut 156 meter. Luas wilayah kurang lebih 32,58 km2 yang terbagi dalam 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kepanjenkidul, Kecamatan Sananwetan yang terbagi dalam 21 kelurahan. Sedangkan secara geologis Kota Bitar berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan. Kota Blitar berada di bawah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud dan adanya sungai lahar yang mengalir sepanjang 7,48 km apabila terjadi letusan, dapat menimbulkan bencana dengan korban jiwa maupun harta benda yang tidak kecil. Kondisi dan dinamika demografis juga dapat menimbulkan bencana dan atau pengungsian yang dapat mengakibatkan kerugian jiwa maupun harta benda. Bencana alam dan atau pengungsian dapat menimbulkan hambatan bagi pelaksanaan pembangunan daerah pada khususnya maupun pembangunan regional dan nasional pada umumnya. Bencana alam dan atau pengungsian dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak psikologis dan korban jiwa yang dalam keadaan tertentu dapat terjadi beban dan mengganggu jalannya roda pembangunan. Penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi harus dikelola dan ditangani secara baik melalui upaya terencana, terpadu dan terkordinasi antara pemerintah dan partisipasi masyarakat, dengan memberdayakan semaksimal mungkin potensi sumber daya setempat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satlak PBP) Kota Blitar. Guna mewujudkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi, maka perlu diatur dalam suatu prosedur tetap. Prosedur tetap dimaksudkan sebagai kumpulan instruksi, pemerintah dan sejenisnya untuk kegiatan administrasi, operasi, dan taktis lainnya dalam penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi. B. DASAR 1. 2. 3. 4. Undang-undang nomor 32 tahun 2004. Peraturan Presiden nomor 83 tahun 2005. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 131 tahun 2003. Keputusan Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi nomor 25 tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Kemanusiaan untuk Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi. Keputusan Sekretaris Bakornas Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Pengungsi nomor 2 tahun 2001 tentang Pedoman Umum Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Pengungsi. Pedoman Nasional Manajemen Bencana di Indonesia Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia tahun 2005. Prosedur Tetap Keadaan Darurat Bencana Sekretariat Bakornas Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Pengungsi. Panduan Sistem Penerimaan dan Penyaluran Bantuan Bencana Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tahun 2006. Keputusan Walikota Blitar nomor 188/8/HK/422.010.2/2006.

5. 6. 7. 8. 9.

C.

MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Memberikan pedoman bagi aparat pemerintah dan masyarakat Kota Blitar dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan atau Penanganan Pengungsi. 2. Tujuan a) Untuk terwujudnya keterpaduan langkah dan tindakan bagi pemerintah dan masyarakat Kota Blitar dalam Penanggulangan Bencana dan atau Penanganan Pengungsi yang bertumpu pada kemandirian dan keswadayaan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna. b) Terwujudnya upaya penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi agar kerugian yang ditimbulkan oleh bencana dapat diminimalisir. c) Terwujudnya penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi secara efektif, efisien, dan tepat sasaran.

D.

RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi berisikan hal-hal yang berkaitan dengan penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi di Kota Blitar. Adapun penulisan prosedur tetap sebagai berikut : PENDAHULUAN DASAR MAKSUD DAN TUJUAN RUANG LINGKUP PENGERTIAN KEGIATAN OPERASI PERMINTAAN PENERIMAAN, DAN PENYALURAN BANTUAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PEMBIAYAAN MONITORING, EVALUASI DAN ELAPORAN PENUTUP

E.

PENGERTIAN a. Bencana adalah merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh ulah manusia, alam dan penyebab lainnya yang dapat mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, sarana prasarana dan fasilitas umum serta dapat menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Penanggulangan bencana adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan, meliputi langkahlangkah pencegahan, peringatan dini, mitigasi (penjinakan) dan kesiapsiagaan pada saat sebelum terjadi bencana, pencarian, pertolongan, penyelamatan dan pemberian bantuan pada saat terjadi bencana, serta rehabilitasi mental, rehabilitasi dan rekonstruksi sarana-prasarana umum/sosial pada saat terjadi bencana. Penanganan pengungsi adalah suatu upaya dan kegiatan yang ditujukan kepada pengungsi sebagai akibat bencana perang, bencana alam, bencana akibat ulah manusia maupun akibat konflik sosial, yang meliputi langkah-langkah penyelamatan, perlindungan, evakuasi, pemberian bantuan darurat, rehabilitasi mental, rehabilitasi dan atau rekonstruksi sarana-prasarana fisik. Pengungsi adalah orang, sekelompok orang yang atas dasar kemauan sendiri atau terpaksa, baik secara swadaya maupun dikoordinir pemerintah yang telah meninggalkan tempat kehidupan semula, karena terancam keselamatannya atau adanya rasa ketakutan sebagai akibat terjadinya bencana perang, bencana alam, bencana akibat / ulah perbuatan manusia, dan bencana lainnya. Pencegahan adalah segala upaya dan kegiatan untuk mencegah bencana atau resiko yang mungkin terjadi melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan.

b.

c.

d.

e.

f.

Tanggap darurat adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana, terkoordinir dan terpadu pada kondisi yang darurat dalam waktu yang relative singkat dengan tujuan untuk menolong, menyelamatkan jiwa / harta benda dan lingkungan serta mengurangi dampak akibat bencana melalui pemberian bantuan moril dan material kepada korban bencana. g. Mitigasi (Penjinakan) adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi kesiapsiagaan serta penyiapan kesiapan fisik, kewaspadaan dan kemampuan. h. Penyelamatan adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk menolong, melindungi dan memberi bantuan tanggap darurat kepada korban, dan fasilitas umum serta lingkungan akibat bencana. i. Rehabilitasi adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan agar para korban dan kerusakan sarana-prasarana serta fasilitas umum yang diakibatkan oleh bencana dapat berfungsi kembali. j. Rekonstruksi adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk membangun kembali saranaprasarana umum yang rusak akibat bencana, untuk meringankan penderitaan masyarakat. k. Pemberdayaan adalah kegiatan pembinaan kemampuan dan kemandirian para pengungsi agar dapat melaksanakan kegiatan sosial dan ekonomis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. l. Relokasi adalah kegiatan menempatkan / memukimkan kembali para pengungsi dari tempat pengungsian sementara ke tempat tetap di lokasi yang baru. m. Rekonsiliasi adalah upaya dan kegiatan untuk menciptakan kedamaian kembali pihak-pihak yang bertikai dengan pendekatan social budaya, hak asasi manusia dan aspek hukum. F. KEGIATAN OPERASI Kegiatan operasi dimaksudkan segala upaya tindakan penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi sebagai upaya untuk penyelamatan jiwa manusia dan pengurangan kerugian harta benda dan memperkecil dampak yang diakibatkan oleh adanya bencana dan atau penanganan pengungsi baik pada tahap sebelum terjadi bencana, pada saat terjadinya bencana dan atau pasca bencana. Sebelum terjadi Bencana : 1. Membuat peta rawan bencana dan menginformasikannya kepada pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan. 2. Menyusun potensi Satuan Hansip/Linmas dan Satgas PBP di wilayah. 3. Menetapkan daerah alternative pengungsian korban bercana. 4. Menyusun program PBP, antara lain pendidikan dan pelatihan, Geladi Posko dan Geladi Lapang PBP, serta Prosedur Tetap PBP sesuai kondisi wilayah. 5. Menetapkan anggaran PBP dalam APBD Kota Blitar. Pada saat terjadi Bencana : 1. Walikota Blitar menyampaikan pernyataan tentang terjadinya bencana dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Kota Blitar. 2. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan PBP yaitu mengadakan rapat koordinasi dan konsolidasi Satlak PBP, mengirimkan Tim Reaksi Cepat / Satuan Tugas Tanggap Darurat ke daerah bencana serta menyiapkan Satgas PBP. 3. Mengirimkan bantuan Satgas PBP ke daerah bencana untuk memperkuat Unit Tanggap Darurat Kecamatan dan Kelurahan. 4. Memberikan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan, antara lain penyediaan tempat penampungan sementara korban bencana, bantuan tenaga medis / paramedic, obat-obatan, pakaian dan bahan makanan serta melakukan penilaian kerusakan dan kebutuhan secara cepat (rapid assessment). 5. Melaporkan kejadian bencana dan penanggulangannya kepada Gubernur. Sesudah terjadi Bencana : 1. Melaporkan jumlah korban bencana, perkiraan jumlah kerugian, jumlah kebutuhan rehabilitas dan rencana penempatan kembali korban bencana kepada Gubernur.

2. Memberikan bantuan dan melaksanakan rehabilitasi dan atau rekonstruksi pemukiman, fasilitas social dan fasilitas umum di daerah bencana. 3. Mendorong terciptanya situasi dan kondisi bagi kelancaran pemerintah dan pembangunan. G. PERMINTAAN, PENERIMAAN DAN PENYALURAN BANTUAN. Pemerintah Kota Blitar / Satlak PBP Kota Blitar dapat mengajukan permintaan bantuan kepada Provinsi Jawa Timur dan atau Pemerintah Pusat maupun lembaga lain. Satlak PBP Kota Blitar dapat meminta bantuan kepada satuan TNI dan POLRI untuk penanganan tanggap darurat. Penerimaan bantuan luar negeri tidak boleh merugikan kepentingan negara, masyarakat. Penyaluran bantuan mengacu dan berpedoman pada pra kebutuhan bantuan di daerah bencana kebutuhan yang telah dipersiapkan. Kerja sama antar lembaga dapat dilakukan dalam bidang teknologi, pendidikan dan pelatihan, pendanaan, peralatan, pengadaan logistik, personil, bantuan kemanusiaan dan atau bantuan lainya baik yang bersifat sukarela maupun atas permintaan. H. KOORDINASI DAN PENGENDALIAN Koordinasi 1. Komando dan pengendalian dilakukan oleh Walikota Blitar selaku Ketua Satlak PBP Kota Blitar. 2. Walikota Blitar selaku Ketua Satlak PBP melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi. Pengendalian 1. Pelaksanaan pengendalian penanggulangan pada saat terjadi bencana, Pos Komando ditempatkan di Ruspusdalops PBP. 2. Untuk efektifitas pelaksanaan operasi, Pos Komando dapat dibentuk Posko Bergerak PBP. I. PEMBIAYAAN 1. Biaya yang dikeluarkan atas pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan atau Penanganan Pengungsi dibebankan kepada APBD Kota Blitar, dan atau APBD Propinsi Jawa Timur, dan APBN sesuai dengan skala bencana. 2. Dalam rangka meringankan beban penderitaan korban bencana dan atau pengungsian dapat menerima bantuan yang berasal dari swadaya masyarakat, bantuan luar negeri maupun sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 1. Monitoring dan Evaluasi Oleh karena penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi berkaitan langsung dengan keselamatan jiwa seseorang, kelompok dan masyarakat, maka operasi kegiatan harus dilakukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi diperlukan guna mempelajari perencanaan yang dibuat, memantau pelaksanaan di lapangan serta menilai hasil akhir, sehingga berhasil dalam menjaga dan mempertahankan hidup dan kehidupan, serta mencegah dan mengurangi kerugian harta benda dan kerusakan infrastruktur. Pelaporan a. Prosedur 1) Ketua Unit Operasional PBP melaporkan perkembangan situasi kejadian bencana dan atau pengungsian serta upaya penanggulangan dan penanganan di wilayah kepada Walikota Blitar selaku Ketua Satlak PBP.

J.

2.

2)

Walikota Blitar selaku Ketua Satlak PBP melaporkan perkembangan situasi kejadian bencana dan atau pengungsian serta upaya penanggulangan dan penanganan di wilayah kepada Gubernur Jawa Timur selaku Ketua Satkorlak PBP.

b. Bentuk dan Isi Laporan 1) Bentuk a) Laporan pendahuluan kejadian bencana dan atau penanggulangan pengungsi melalui Kurir, telepon, faximile, radiogram, SSB, handphone/SMS, dan lain lain. b) Laporan lengkap c) Laporan rutin yang terdiri dari laporan Harian, Mingguan, Bulanan, Triwulan dan Tahunan. 2) Isi Laporan a) Jenis bencana dan atau pengungsian b) Tempat bencana dan atau pengungsian c) Waktu kejadian bencana dan atau pengungsian d) Permintaan kebutuhan bantuan e) Penyampaian Informasi Bencana Penyampaian informasi penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi kepada pihak-pihak tertentu, menjadi kewenangan Walikota Blitar selaku Ketua Satlak PBP Kota Blitar. K. PENUTUP 1. 2. 3. Keberhasilan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi ditentukan oleh konsistensi dalam mempedomani prosedur tetap ini. Petunjuk Teknis / Prosedur Tetap dari Dinas / Instansi terkait tetap diperhatikan dan disinkronkan untuk memberikan daya guna dan hasil guna dalam yang optimal. Apabila Prosedur Tetap ini dihadapkan pada situasi, kondisi dan waktu yang dimungkinkan tidak sepenuhnya dapat menjawab persoalan penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi secara tepat, cepat maka akan dilakukan improvisasi dan inovasi guna penyempurnaan lebih lanjut. Demikian Prosedur Tetap ini disusun untuk dijadikan pedoman dalam penanggulangan bencana dan atau penanganan pengungsi di Kota Blitar.

4.

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI KOTA BLITAR

KETUA WAKIL KETUA I WAKIL KETUA II

SEKRETARIS

PELAKSANA HARIAN

SEKRETARIS PELAKSANA HARIAN

UNSUR DINAS/ KANTOR TERKAIT UNSUR TNI / POLRI

KANTOR SAR DAERAH

PMI

UNSUR ORGANISASI PROFESI

UNSUR DUNIA USAHA

TOKOH MASYARAKAT DAN PAKAR

UNSUR MASYARAKAT LAINNYA/LSM

ANGGOTA

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI KECAMATAN

KETUA WAKIL KETUA I WAKIL KETUA II

SEKRETARIS

PELAKSANA HARIAN

UNIT PELAKSANA TEKNIS KECAMATAN

UNSUR TNI / POLRI

PMI

TOKOH MASYARAKAT

UNSUR MASYARAKAT LAINNYA

ANGGOTA

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SATUAN PELINDUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN

KEPALA SATUAN HANSIP/ LINMAS DESA / KELURAHAN

KEPALA KELOMPOK SATUAN HANSIP/ LIMNAS LINGKUNGAN PEMUKIMAN

KEPALA KELOMPOK SATUAN HANSIP/ LIMNAS LINGKUNGAN PEKERJAAN/PROYEK/OBYEK VITAL

KEPALA KELOMPOK SATUAN HANSIP/LIMNAS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

REGU DETEKSI DINI

REGU CARAKA

REGU DETEKSI DINI

REGU CARAKA

REGU DETEKSI DINI

REGU CARAKA

REGU PPPK

REGU SAR

REGU PPPK

REGU SAR

REGU PPPK

REGU SAR

REGU TANDU

REGU PIONIR

REGU TANDU

REGU PIONIR

REGU TANDU

REGU PIONIR

REGU EVAKUASI

REGU PEMADAM KEBAKARAN

REGU EVAKUASI

REGU PEMADAM KEBAKARAN

REGU EVAKUASI

REGU PEMADAM KEBAKARAN

REGU DAPUR UMUM

REGU PENGAMAN

REGU DAPUR UMUM

REGU PENGAMAN

REGU DAPUR UMUM

REGU PENGAMAN

You might also like