You are on page 1of 17

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pada dasarnya udang galah (Macrobracium rosenbergii de Man ) hidup

dalam perairan tawar, terutama dalam sungai dan rawa-rawa yang ada hubungannya dengan laut. Ukuran udang galah ini dapat mencapai panjang 32 cm, merupakan salah satu kekayaan perairan Indonesia. Selain mempunyai

ukuran terbesar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya juga mempunyai nilai ekonomis penting karena sangat digemari konsumen baik dalam maupun luar negeri terutama di Jepang dan beberapa Negara Eropa. Oleh karena itu, sejak tahun 2003 Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan menjadikan udang galah ini salah satu komoditas ekspor andalan. Pembesaran udang galah dapat dilakukan dengan sistem monokultur, polikultur, bersama padi di sawah dengan sistem minapadi jajar legowo yang diintegrasikan dengan ayam buras, atau sebagai pengganti palawija, di tambak dan sawah sebagai lahan alternatif. (BPS Dirjen Perikanan, 2002). Apabila ditinjau dari segi teknis, maka pembenihan udang galah ini memiliki masa depan cerah, karena hampir semua komponen teknologinya telah dikuasai dengan baik melalui serangkaian penelitian yang cukup panjang. Dengan air tawar sebagai media hidupnya, maka udang galah dapat dipelihara di hampir segala tempat tanpa harus mencari pasokan air laut. Karena hal tersebut saya akan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Kabupaten Sukabumi dipandang perlu adanya suatu pengembangan pembesaran budidaya udang galah .

1.2. Tujuan Tujuan kegiatan PKL adalah : 1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pembesaran udang galah di BBPBAT Sukabumi, Jawa Barat. 2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dan upaya pemecahan masalah dalam proses pembesaran udang galah. 3. Mengikuti dan Mengetahui tingkat penerapan teknologi pada pembesaran udang galah.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Udang Galah menurut Fauzan Ali, PhD, 2009, memiliki Klasifikasi sebagai berikut: Kingdom Filum Subfilum Kelas Subkelas Superorder Order Suborder Infraorder Superfamili Famili Subfamili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Crustacea : Malacostraca : Eumalacostraca : Eucarida : Decapoda : Pleocyemata : Caridea : Palaemonoida : Palaemonidae : Palaemoninae : Macrobrachium : (Macrobrachium rosenbergii de Man)

Gambar 1 : Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)

2.2. Ciri-ciri Morfologi dan habitat 2.2.1. Morfologi Udang galah termasuk jenis udang yang hidup di perairan tawar berasal dari keluarga palamonidae dan marga macrobranchium. udang ini merupakan udang asli perairan Indonesia. Selain di Indonesia, udang berjulakan baby lobster ini juga ditemukan di beberapa negara Asia tenggara, terutama Malaysia. Daerah penyebarannya meliputi perairan Indonesia Pasific hingga ke timur Afrika. Hingga saat ini udang galah banyak ditemukan di sungai atau danau yang langsung memiliki akses ke laut. Nama udang galah di ambil dari bentuk dan ukuran kakinya yang bercapit dan panjang mirip galah. Disetiap daerah, udang galah memiliki nama yang berbeda, misalnya uang galah (Riau dan sebagian Sumatera), udang satang (Jawa dan Sunda), dan udang watang (sumatra). ( Hadie, \wartona dan Lies Emmawati, 2002)

Gambar 2. Morfologi Udang Galah

Untuk membedakan antara udang jantan dan udang betina (Ling, 1969) menunjukkan beberapa ciri yang dapat di gunakan antara lain bentuk badan, letak alat kelamin, bentuk serta ukuran dari pasangan kaki jalan. Bentuk badan udang galah jantan di bagain perut lebih ramping dan ukuran pleuran lebih pendek. Sedangkan untuk udang galah betina bagian perut tumbuh melebar dan

pleurannya agak memanjang, letak alat kelamin jantan terletak pada basis pasangan kaki jalan kelima dan kelamin betina terletak pada basis pasangan kaki jalan ketiga. Warna kulit udang galah biru kehijauan, namun ada juga yang berwarna kemerahan.

Gambar 3. Induk Jantan dan Induk Betina Udang Galah

2.2.2. Habitat Udang galah hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan juvenil s/d terjadi sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30 s/d 35 hari. Udang galah bersifat nokturnal, cenderung aktif pada malam hari. 2.3 Teknik Pembesaran Udang Galah 2.3.1 Sarana Dan fasilitas Jenis tanah yang cocok untuk pemeliharaan udang galah adalah tanah yang sedikit berlumpur dan tidak poros. Luas kolam yang digunakan dapat bervariasi antara 200 s/d 500 meter, tergantung dari kebutuhan areal kolam yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pembesaran. Sebaiknya berbentuk empat

persegi panjang dengan kedalaman kolam antara 0,5 s/d 1,0 m. Dasar kolam rata dan dibuat kemalir (caren) secara diagonal dari saluran pemasukan sampai kesaluran pembuangan, hal ini memudahkan pemanenan. Kualitas air yang masuk ke kolam harus baik dan bebas dari polusi. Dalam kegiatan pembesaran dimulai dari persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan, pemberian pakan dan panen. 2.3.2 Persiapan kolam

Persiapan kolam meliputi kegiatan pengeringan dasar kolam sampai i tanah dasar retak-retak. Perbaikan pematang pengolahan tanah dasar kolam, dan pembuatan kemalir. pengapuran dengan dosis 10-25 gram/m2 bertujuan untuk sanitasi kolam. Pemupukan sebanyak 100-250 gram/m2 dapat dilakukan bila udang hanya diberi sedikit makanan tambahan, tetapi bila makanan tambahan penuh diberikan, pemupukan kolam tidak perlu dilakukan. untuk mencegah hewan liar, pada saluran pemasukan diberikan saringan/filter. penebaran udang dilakukan setelah 5 s.d 7 hari dari pengisian air kolam

(Khairuman dan Amri Khairul, 2004).


Pengeringan dan penjemuran tanah dasar kolam dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa-senyawa beracun seperti H2S dan NH3, mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik serta membasmi hama dan penyakit (Mudjiman,1995). Untuk menghindari bocoran-bocoran yang dapat

mengakibatkan kerugian, maka sebelumnya harus dilakukan perbaikan dan pemadatan pematang pada kolam tanah sehingga dapat menjaga kestabilan ketinggian air kolam. Selama pemeliharaan dapat dilakukan pemupukan susulan setiap 2-3 minggu dengan pupuk urea 3-5 kg dan TSP 5-10 kg/Ha kolam (Dirjen Perikanan, 2006).

2.3.3

Penebaran benih

Saat penebaran benih yang tepat dilakukan diawal musim hujan. Apabila kolam selalu mendapatkan air secara kontinu sepanjang tahun, maka penebarannya dapat dilakukan setiap hari, waktu terbaik menebarkan benih kedalam kolam ialah pada pagi hari yang temperatur pada saat itu masih rendah. Padat Tebar pada pemeliharaan monokultur yaitu padat penebaran 5-10 ekor/m
2

ukuran 2-3 cm bila pemberian pakan tidak intensif dan 20-30 ekor/m2

ekor dengan pemberian pakan secara intensif. Sedangkan padat tebar pemeliharaan polikultur 1-5 ekor/m2 sedangkan padat penebaran ikan 5-10 ekor/m2 ukuran 5-8 cm. 2.3.4 Pemeliharaan

Benih udang galah yang telah siap dipelihara dikolam adalah stadia juwana (juvenil/udang muda) atau tokolan. Pemeliharaannya dapat dilakukan dengan dua cara: Monokultur Pemeliharaan udang secara tunggal, kolam yang dipergunakan

sebaiknya berukuran lebih dari 500 M2 dan kedalaman air minimal 1,0 M. Dasar kolam pemeliharaan adalah tanah yang sedikit berpasir,

sedangkan pematang kolam dapat berupa tanah atau tembokan semen air yang digunakan untuk pemeliharaan ini harus bebas polusi, baik yang berasal dari limbah produksi pabrik pertanian maupun rumah tangga. Debit ir yang diperlukan adalah 1-5 liter per detik untuk luasan 1000 M2.

Polikultur atau Mixed Culture Pemeliharaan secara polikultur adalah pemeliharaan udang dikolam

disatukan dengan ikan lain. Jenis ikan yang digunakan sebagai campuran perlu dipilih jenis-jenis ikan pemakan tumbuh-tumbuhan atau pemakan plankton,

seperti ikan tawes (Puntius javanicus), nilem (Osteochilus hasselti), tambakan (Helostoma temmincki), Sepat siam (Trichogaster pectoralis) dan Mola (Hypophtalmycthis molitrix) Ikan seperti tombro (Cyprinus carpio), mujair(Tilapia mosambica), nila (Tilapia nilotica), dan gurami (Osphronemus goramy) sebaiknya jangan dipelihara bercampur dengan udang galah Padat penebaran udang galah sebanyak 1 - 5 ekor/m2 ukuran tokolan, sedangkan padat tebar penebaran ikan 5 - 10 ekor/m2 ukuran 5 - 8 cm. Pembesaran udang galah dengan cara dan pemberian pakan tambahan dapat meningkatkan efesiensi pakan tanpa mempengaruhi produksi, dan kolam pemeliharaan harus dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 120 kg, urea 0,6 kg dan TSP 1,2 kg. Petani yang melakukan pembesaran udang galah tanpa melalui pentokolan mengalami tingkat kematian udang yang tinggi dan produktivitas kolam yang rendah dan pentokolan sangat diperlukan untuk mendapatkan udang ukuran 4 gr/ekor dan tokolan 6 gr/ekor merupakan ukuran yang sangat cocok untuk pembesaran dikolam. (Link ,1962) 2.3.5 Pemberian pakan

Selain makanan alami, selama pemeliharaan udang galah perlu diberikan pakan tambahan berupa pellet udang dengan kadar protein 25 % s/d 30 %, karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 20 % menurun sampai 5 % dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian pakan tambahan 4 - 5 kali sehari. Sedangkan pada pemeliharaan polikultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 6 %

menurun sampai 3 % dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 - 5 kali sehari (Khairuman dan Amri Khairul, 2004 ). Makanan buatan (pellet) bagi udang galah diberikan pada saat sore hari (jam 17.00) dan malam hari. Untuk sistem polikultur perlu diberikan pakan tambahan pada malam hari agar makanan yang diberikan untuk udang tidak dihabiskan oleh ikan (AM Bambang , 2001) 2.3.6 Kualitas Air

Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat penebaran yang terlalu banyak, rendahnya kandungan oksigen, pengaruh suhu serta tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian. Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah di kolam sebaiknya bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 4mg/l, suhu optimum 27-30 C, derajat

keasaman (pH) 7.0 8,5.


2.3.7 Pemanenan

Pemanean udang galah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Panen total Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total sehingga produksi total dapat segera diketahui. Kerugian sistem ini adalah yang masih kecil ikut dipanen serta dapat membuang air yang kaya akan organisme dan mineral. Panen selektif Panen selektif dilakukan dengan menggunakan jaring tanpa harus mengeringkan kolam, yang tertangkap hanya udang dengan ukuran tertentu saja. Pemanenan selanjutnya tergantung pada tingkat pertumbuhan udang. Kerugian system ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan bila ada ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam.

2.4 Hama Dan Penyakit Hama Hama pada pemeliharaan udang galah dikolam adalah beberapa jenis ikan seperti lele (Clarias batrachus), ikan gabus (Ophiocephalus striatus), belut (Monopterus albus), burung dan ular. Kepiting merupakan pengganggu karena hewan tersebut dapat melubangi pematang kolam. (Dirjen Perikanan Budidaya, 2006). Penyakit Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah black spot yaitu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan kemudian diikuti dengan timbulnya jamur, penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan menurunnya mutu udang. Untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri ini dapat menggunakan obat antibacterial yang diberikan secara oral melalui pakan. Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat penebaran yang terlalu banyak, rendahnya kandungan oksigen, pengaruh suhu serta tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian. Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah dalam kolam harus bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 7 mg/l, suhu optimum 27300 C, derajat keasaman (pH) 7,0-8,5 dan kesadahan total antara 40-150 mg/l. (Dirjen Perikanan Budidaya, 2006).

10

III.

RENCANA KEGIATAN PKL

3.1. Waktu dan Lokasi Praktek kerja lapangan (PKL) ini akan dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Praktek kerja lapang ini dilaksanakan selama 20 hari dimulai dari tanggal 23 Oktober 12 November 2013. 3.2. Metode Kegiatan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan dengan metode magang yaitu taruna berpartisipasi langsung di lapangan, mengikuti semua kegiatan yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Adapun kegiatan yang akan diikuti dilapangan adalah sebagai berikut: Kegiatan Pembesaran Udang Galah Kegiatan pembesaran yang dilakukan dilapangan meliputi: 1. Mengetahui ciri udang yang siap moulting Mengetahui dan mengamati bagaimana ciri-ciri udang galah yang siap moulting, serta mengetahui berapa kali udang galah moulting dalam hidupnya. 2. Persiapan kolam a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan berupa: Cangkul Ember Kapak Gergaji Sekop

b. Menyediakan pupuk organik (kandang dan kompos) dan pupuk anorganik yang mengandung (unsur hara nitrogen dan fosfor, kapur). Pupuk organik

11

dan pupuk anorganik digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan pakan alami, serta bagaimana cara memberi pupuk yang baik dan benar. c. Melakukan pemasangan pelindung berupa ranting-ranting bambu atau jaring, pemasangan pelindung ini bukan saja dapat mengurangi mortalitas karena kanibalisme juga dapat mengurangi resiko udang di curi menggunakan jala. 3. Pengeringan dan Perbaikan Kolam Pada Kegiatan pengeringan dan perbaikan kolam akan dilakukan secara bersamaan sesudah pemanenan dan musim tanam baru, pengeringan kolam bertujuan untuk menguraikan senyawa - senyawa sulfida dan senyawa beracun lainnya. Pada proses pengeringan kolam memberikan kesempatan terjadinya pertukaran udara, dengan demikian dasar kolam menjadi beroksigen yang memungkinkan terjadinnya proses mineralisasi, dan sekaligus memberantas benih-benih ikan yang merugikan kehidupan udang galah. Pada proses pengeringan kolam memerlukan waktu 1 2 minggu, dan pada saat pengeringan kolam tidak terlalu kering maksudnya pada dasar kolam sudah kelihatan retak-retak tetapi bila tanah dasar kolam di injak maka tanahnya masih basah. 4. Pengapuran Pada kegiatan pengapuran yang akan diikuti bagaimana cara memberi kapur yang benar. Tujuan dari pengapuran di kolam pembesaran adalah: Menormalkan asam-asam bebas dalam air, jika udang galah tetap dipelihara di dalam kolam yang asam akan sangat berbahaya bagi kehidupan udang galah itu sendiri, yang dapat menyebabkan kematian, sebagai bahan pengetahuan jika udang masih sanggup hidup di kolam yang asam sampai

12

panen, kualitas cangkangnya menjadi jelek karena mengalami defisiensi karbonat yang diperlukan untuk memperkeras cangkang. Kolam yang asam memiliki PH kurang dari 6,8. Menurut petani udang galah di karangpapak, untuk memperbaiki PH tanah dilakukan pengapuran dengan dosis 50 - 150 gr/m2. 5. Mengendalikan Hama Dalam kegiatan pengendalian hama yang akan diikuti dan di pelajari cara Pengendalian hama dilakukan untuk menghindari resiko yang merugikan, ada 3 klasifikasi hama kolam yang ingin diketahui : 1) Hama pengganggu yaitu hama yang dapat merusak lingkungan kolam seperti lobang pada pematang yang disebabkan oleh ketam dan belut. 2) Hama penyaing yaitu hama yang menyaingi tempat dan makan udang galah, seperti bangsa siput. 3) Hama pemangsa merupakan hama yang paling berbahaya dan sangat merugikan, seperti ikan lele dan mujair. Hama dapat dikendalikan dengan adanya pengeringan kolam dalam jangka waktu yang lama, hasilnya akan lebih baik apabila disertai dengan pengapuran. Supaya, kolam tidak dimasuki oleh hama seperti belut dan ikan mujair maupun ikan pengganggu lainnya pada waktu pemeliharaan, maka yang akan dilakukan adalah membantu menambahkan saringan dari kawat kasa

maupun bambu, di pintu pemasukan air. 6. Pemupukan Kolam Teknik pemupukan adalah pupuk ditaburkan secara merata keseluruh permukaan kolam yang sudah dikeringkan.Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, sedangkan pupuk anorganik menggunakan pupuk urea dan TSP. Adapun setelah itu, baru diisi air secara bertahap dengan penambahan air masing-masing sepuluh sentimeter sampai penuh. Sebelum ditebar benih,

13

pastikan bahwa pakan alami sudah tumbuh kurang lebih 4 7 hari ataupun 7 14 hari. Kemudian selanjutnya siap untuk ditebar benih atau tokolan II udang galah.

7. Penebaran Dalam Proses penebaran baik yang akan dilakukan dengan cara membantu memindahkan dan mengangkut udang galah tokolan II dengan bobot 3 - 4 gr/ekor dari kolam pentokolan/pendederan ke kolam pembesaran. Pada saat proses penebaran udang galah yang ingin diikuti yaitu : Bagaimana cara memindahkan udang agar tidak stres wadah yang digunakan untuk proses pemindahan udang Dengan suhu berapa agar udang tidak stres

8. Pemberian Pakan Pada proses pemberian pakan yang ingin diketahui ialah : Bagaimana teknik mencampur pakan yang benar Bagaimana cara memberi pakan yang benar Bagaimana dosis yang diberikan Bagaimana konfensi pakan yang dilakukan di BBPBAT Sukabumi

Selain makanan alami selama pemeliharaan udang galah perlu diberikan pakan tambahan berupa pelet udang dengan kadar protein 25 30% karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 20% menurun sampai 5% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 5 kali sehari, sedangkan pada pemeliharaan secara polikultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 6% menurun sampai 3% dari berat badan total populasi dengan frekuensi pemberian 4 5 kali sehari.

14

9. Pemanenan

Pada saat pemanenan yang akan dipelajari yaitu bagaimana tata cara melakukan pemanenan yang baik, mengikuti persiapan apa saja yang akan dilakukan pada saat pemanenan, dan mempelajari bagaimana udang tidak stres pada saat di panen.

Waktu Pemanenan

Pemanenan udang galah dapat dilakukan pada umur 5-6 bulan (tanpa pemberian pakan tambahan) 3-4 bulan (dengan pemberian pakan dengan ukuran rata-rata 30 gr per ekor.

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan pada saat pemanenan yaitu : Jaring Penampungan, mesin diesel (untuk proses pengeringan air), Blong (ember), steroform, dan es batu.

Cara Pemanenan

Pada saat proses pemanenan udang galah yaitu dengan cara agar tetap menjaga aliran air untuk tetap mengalir pada kolam, hal ini untuk mencegah kondisi air yang panas yang bisa menyebabkan udang mudah stres dan mati.

3.3. Jadwal Kegiatan Dalam kegiatan praktek lapangan ini penyusun bermaksud mengambil materi Pembesaran udang Galah. Adapun Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

15

Tabel 3. Kegiatan PKL di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi : Bulan Oktober - November No Materi Kegiatan Minggu ke 4 1 1 Perkenalan dan Orientasi Lapangan Persiapan Kolam Penebaran Pemeliharaan Kolam Pemberian Pakan Pengelolaan Kualitas Air Pengendaliaan hama dan Penyakit Teknik Pemanenan Perpisahan dan Kembali ke Kampus Minggu ke 1 Minggu ke 2

2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6

2 3 4 5 6

8 9

Keterangan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah disesuaikan dengan kondisi dilapangan.

16

DAFTAR PUSTAKA

AM, Bambang,2001, Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur BPS Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Tekhnik Pembesaran Udang Galah, 2002. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Tekhnik Pembesaran Udang Galah, 2006. Fauzan Ali, PhD, sistematika dan klasifikasi udang galah, 2009. Hadie, Wartono dan Lies Emmawati, Budidaya Udang Galah GIMacro di kolam Irigasi, sawah dan tambak, Jakarta: Penebar Swadaya, 2002 Khairuman dan Khairul Amri. 2004, Budidaya Udang Galah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Link. S.W., 1974, The Gneral Biology and Develovment Of Macrobrachium Rosenbergi De Man In Proc. Word, Sci Conf. Biol and Culture Of Shrimp and Prawns. FAOUNDP Fisheries Refort No.57,Vol .3. http://artaquaculture.blogspot.com/2010/10/teknik-pembenihan-udanggalah_18.html.

17

You might also like